Anda di halaman 1dari 5

Journal Reading

Azithromycin versus Ceftriaxone for the Treatment of


Uncomplicated Typhoid Fever in Children

Oleh:
M. Riedho Cahya Atazsu, S. Ked.

M. Alniroma Yukendri, S. Ked.

Dhita Amanda, S. Ked.

Ramitha Yulisman, S. Ked.

Devuandre Naziat, S. Ked.

Putri Beauty Oktovia, S. Ked.

Ardi Septiawan, S. Ked.

Maya Chandra Dita, S. Ked.

S. Ali Ar Ridha Molahella, S. Ked.

Raissa Eunike Oslin, S. Ked.

Pembimbing:
Dr. dr. Rosiana A. Marbun, Sp. A.

DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN ANAK


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA
RSUD IBNU SUTOWO BATURAJA
2016

HALAMAN PENGESAHAN
Journal Reading
Azithromycin versus Ceftriaxone for the Treatment of Uncomplicated
Typhoid Fever in Children
Oleh:

M. Riedho Cahya Atazsu, S. Ked.

M. Alniroma Yukendri, S. Ked.

Dhita Amanda, S. Ked.

Ramitha Yulisman, S. Ked.

Devuandre Naziat, S. Ked.

Putri Beauty Oktovia, S. Ked.

Ardi Septiawan, S. Ked.

Maya Chandra Dita, S. Ked.

S. Ali Ar Ridha Molahella, S. Ked.

Raissa Eunike Oslin, S. Ked.

Telah diterima sebagai salah satu syarat dalam mengikuti Kepaniteraan Klinik Senior di
Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya, RSUD Ibnu
Sutowo Baturaja

Palembang,

Mei 2016

Pembimbing

Dr. dr. Rosiana A. Marbun, Sp. A.

PICO VIA
1. Population
Populasi pada penelitian ini adalah semua pasien yang berusia 4 17 tahun yang
didiagnosis dengan demam tifoid. Syarat dalam penelitian ini yaitu subjek memiliki riwayat
demam (suhu 38.5oC) minimal 4 hari ditambah dengan setidaknya 2 dari kriteria berikut:
nyeri abdomen, hepatomegali, splenomegali, dan/atau rose spots. Kriteria eksklusi ada
penelitian ini yaitu subjek yang alergi dengan ceftriaxone atau eritromisin (atau golongan
macrolide lain), demam tifoid dengan komplikasi mayor (pneumonia, perdarahan intestinal,
perforasi. syok, atau koma), tidak mampu menelan obat per oral, penyakit berat lain yang
menyertai

(penyakit

jantung,

asma

dengan

pemakaian

obat-obatan

kronik,

atau

immunodefisiensi), atau subjek yang telah menerima pengobatan ceftriaxone, azitromisin,


kloramfenikol, trimethoprim-sulfametoksazol, atau ampicillin dalam 4 hari terakhir. Subjek
yang yang hamil dana tau sedang menyusui juga dieksklusi ada penelitian ini. Inform consent
kesediaan menjadi subjek penelitian didapat dari orang tua masing-masing subjek sebelum
penelitian dilakukan. Total didapatkan 64 subjek sebagai subjek penelitian; 34 subjek dalam
kelompok pemberian azitromisin dan 30 subjek dalam kelompok pemberian ceftriaxone.

2. Intervention
Pada penelitian ini dilakukan intervensi berupa pemberian azitromisin suspensi per
oral (10 mg/kg/hari; dosis maksimum 500 mg/hari) pemberian sekali sehari selama 7 hari
atau ceftriaxone intramuscular (75 mg/kg/hari; dosis maksimum 2.5 g/hari) pemberian sekali
sehari selama 7 hari. Semua subjek pada penelitian dirawat selama periode pengobatan dan 3
hari setelah terapi selesai. Sebelum pemberian antibiotic, sampel darah, urin, dan feses subjek
dikultur. Kultur darah berulang dilakukan pada semua subjek pada hari ke 4 dan ke 10 setelah
terapi awal. Kultur urin dan feses berulang dilakukan pada hari ke 10 hanya bila hasil kultur
awalnya positif. Semua subjek juga dilakukan kultur feses 1 bulan setelah terapi selesai.

3. Comparison
Penelitian ini membandingkan dua kelompok yang mendapat pengobatan demam
tifoid tanpa komplikasi yang berbeda pada anak-anak. Pengobatan yang dibandingkan adalah
obat azitromisin dan ceftriaxone sebagai tatalaksana demam tifoid tanpa komplikasi. Efikasi
dibandingkan dengan melihat respons pengobatan. Respons pengobatan diklasifikasikan
sebagai sembuh/gagal klinis dan sembuh/gagal mikrobiologis. Sembuh klinis didefinisikan
sebagai hilangnya semua tanda dan gejala tifoid pada akhir pengobatan. Gagal klinis
dinyatakan sebagai adanya 1 tanda atau gejala tifoid atau adanya tanda-tanda komplikasi
sekurangnya setelah 4 hari pengobatan. Sembuh mikrobiologis dinyatakan sebagai kultur
darah steril pada hari ke 4 dan 10 pengobatan. Relapse dinyatakan sebagai timbulnya tanda
dan gejala demam tifoid yang telah hilang dalam kurun 4 minggu setelah selesai pengobatan.
4. Outcome
Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa penggunaan azitromisin selama 7 hari untuk
pengobatan demam tifoid tanpa komplikasi memiliki efikasi yang sebanding dengan
ceftriaxone. Namun, penggunaan azitromisin lebih unggul karena dapat digunakan per oral
dan lebih cocok digunakan pada daerah dengan sarana dan prasarana medis yang terbatas.
5. Validity
a. Apakah fokus penelitian ini sesuai dengan tujuan penelitian?
Ya, focus penelitian ini sesuai dengan tujuan penelitian yaitu untuk membandingkan
efikasi azitromisin dengan ceftriaxone sebagai terapi demam tifoid tanpa komplikasi pada
anak-anak.

b. Apakah subjek penelitian diambil dengan cara yang tepat?


Ya, subjek penelitian diambil dengan cara yang tepat karena kriteria inklusi dan
eksklusi pada penelitian mampu meminimalisir bias dalam penelitian.

c. Apakah data dikumpulkan sesuai dengan tujuan penelitian?

Ya, data yang dikumpulkan sesuai dengan tujuan penelitian karena data yang
dikumpulkan dibutuhkan sebagai bahan pembanding efikasi kedua pengobatan pada
penelitian ini.
d. Apakah penelitian ini memiliki jumlah subjek yang cukup untuk meminimalisir
kebetulan?
Ya, penelitian ini memiliki jumlah subjek yang cukup untuk meminimalisir kebetulan
karena jumlah subjek (n = 64) telah memenuhi syarat sampel minimal penelitian ini.
e. Apakah analisa data dilakukan cukup baik?
Ya, analisa data dilakukan cukup baik karena menggunakan x 2 untuk membandingkan
dua kelompok pengobatan.
6. Importance
Apakah penelitian ini penting?
Ya, penelitian ini penting karena dengan angka resistensi kloramfenikol yang terus
meningkat, maka dibutuhkan alternatif pengobatan lain pada demam tifoid.

7. Applicable
Apakah penelitian ini dapat diaplikasikan?
Ya, hasil penelitian ini dapat diaplikasikan di Indonesia, namun, sebaiknya dibutuhkan
penelitian lain yang mendukung hasil penelitian ini sebelum diterapkan secara klinis.

Anda mungkin juga menyukai