Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
I.
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Dalam beberapa tahun terakhir, manajemen resiko menjadi trend utama baik dalam
perbincangan, praktik, maupun pelatihan kerja. Hal ini secara konkret menunjukkan
pentingnya manajemen resiko dalam bisnis atau kenyamanan kerja pada masa kini.
Kebijakan manajemen dalam bidang keselamatan dan kesehatan kerja khususnya di
bidang keilmuan higiene perusahaan yang didalamnya termasuk Risk Management yaitu
kebijakan yang berhubungan dengan antisipasi resiko, evaluasi resiko dan pengendalian
resiko ditempat kerja.
Elemen kebijakan bidang keilmuan higiene perusahaan termasuk manajemen resiko meliputi
6 (enam) elemen kebijakan yaitu :
1. Kebijakan yang menyangkut keselamatan dan kesehatan kerja pekerja
2. Kebijakan yang menyangkut plant dan equipment/alat
3. Kebijakan-kebijakan yang menyangkut bahan/material dan Bahan Beracun Berbahaya
(B3)
4. Kebijakan yang menyangkut tentang prosedur
5. Kebijakan yang menyangkut tentang pelestarian lingkungan
6. Kebijakan manajemen tentang SMK3 (sisitim manajemen keselamatan dan kesehatan
kerja.
Sedangkan Manajemen Resiko adalah suatu sistem pengawasan resiko dan
perlindungan harta benda, hak milik dan keuntungan badan usaha atau perorangan atas
kemungkinan timbulnya kerugian karena adanya suatu resiko, dan berhubungan dengan
ketidakpastian ini terjadi karena kurang atau tidak tersedianya cukup informasi tentang apa
yang akan terjadi. Sesuatu yang tidak pasti (uncertain) dapat berakibat menguntungkan atau
merugikan.
Menurut Wideman, ketidakpastian yang menimbulkan kemungkinan menguntungkan
dikenal dengan istilah peluang (opportunity), sedangkan ketidakpastian yang menimbulkan
akibat yang merugikan disebut dengan istilah resiko (risk).
Untuk meminilisasi ketidak pastian (uncertain), maka langkah antisipasi dari timbulnya suatu
kejadian yang berdampak negatif pada manusia, maupun lingkungan, yaitu berupa
1.
Unsafe act,
2.
Unsafe condition, yang akan mejebabkan Accident atau Penyakit Akibat Kerja,
pada -gambar -1
Secara umum langkah langkah Manjemen Resiko seperti pada karangka Langkahlangkan manajemen Resiko, Gambar 2,
Langkah awal dalam pelaksanaan manjemen resiko adalah Perencanaan Program yang
dinginkan, maka pelaksanaan program lingkungan kerja dan keselamatan kerja di industri
terdiri dari :
1.
Pengenalan bahaya beresiko (Hazard regenition )
3.
4.
5.
6.
Salah satu cara untuk mencegah kecelakaan di tempat kerja adalah dengan
menetapkan dan menyusun prosedur pekerjaan dan melatih semua pekerja untuk
menerapkan metode kerja yang efisien dan aman. Menyusun prosedur kerja yang benar
merupakan salah satu keuntungan dari menerapkan Job Safety Analysis (JSA) yang meliputi
mempelajari dan membuat laporan setiap langkah pekerjaan, identifikasi bahaya pekerjaan
yang sudah ada atau potensi (baik kesehatan maupun keselamatan), dan menentukan jalan
terbaik untuk mengurangi dan mengeliminasi bahaya ini.
Identifikasi bahaya yang berhubungan dengan setiap langkah dari pekerjaan yang
berpotensi untuk menyebabkan bahaya serius, sebelum terjadi kecelakaan .
Menentukan bagaimana untuk mengontrol bahaya atau mengurangi tingkat cedera
Membuat perkakas tertulis yang dapat digunakan untuk melatih staf lainnya.
Memberikan pelatihan individu dalam hal keselamatan dan prosedur kerja efisien.
Mengurangi absent.
Meningkatkan produktivitas.
Metode yang digunakan dalam teknik Job Safety Analysis (JSA) meliputi :
Mungkin diabaikan dalam layout pabrik atau bangunan dan dalam desain permesinan,
peralatan, perkakas, stasiun kerja dan proses.
Hazard/bahaya
Exposure (pemaparan)
Kontrol
2.3.
Pelaksanaan Job Safety Analysis (JSA), ini terdiri dari langkah- langkah utama
sebagai berikut :
(1)
memilih pekerjaan yang akan dianalisa
(2)
membagi pekerjaa, yaitu menguraikan urutan prosedur kerja
(3)
mengidentifikasi berbagai bahaya yang ada ditiap- tiap langkah pekerjaan, serta
mengidentifikasi berbagai kemungkinan yang berpotensi untuk terjadinya kecelakaan
(4)
memberikan rekomendasi pengendalian untuk menghindarkan terjadinya kecelakaan
yang telah diidentifikasi pada masing- masing langkah, atau mengembangkan Solusi
STEP 1 : Seleksi job atau memilih pekerjaan
Pekerjaan dengan trend kecelakaan yang buruk mempunyai prioritas dan harus dianalisa
terlebih dulu. Dalam memilih pekerjaan yang akan dianalisa, supervisor sebuah departemen harus
memenuhi faktor berikut ini :
1.
2.
3.
4.
5.
frekuensi kecelakaan.
Sebuah pekerjaan yang sering kali terulang kecelakaan merupakan prioritas utama dalam
JSA.
keparahan kecelakaan atau tingkat cedera yang menyebabkan cacat.
Setiap pekerjaan yang menyebabkan cacat harus dimasukan ke dalam JSA.
kekerasan potensi
Beberapa pekerjaan mungkin tidak mempunyai trend kecelakaan namun mungkin berpotensi
untuk menimbulkan bahaya.
JSA untuk setiap pekerjaan baru harus dibuat sebisa mungkin. Analisa tidak boleh ditunda
hingga kecelakaan atau hamper terjadi kecelakaan.
kemungkian ada potensi atau mendekati bahaya
Pekerjaan atau peralatan yang sering hampir terjadi bahaya harus menjadi prioritas JSA.
Mereka memiliki pemahaman yang khas dari pekerjaan, dan pengetahuan ini sangat
berharga untuk menemukan bahaya.
Pekerja harus menjadi bagian dari proses; mereka adalah orang-orang yang
mendapatkan manfaat langsung
Amati kinerja petugas, mencatat setiap langkah, meninjau langkah-langkah dengan karyawan
yang melakukan tugas
STEP 3 : Identifikasi Bahaya dan Potensi Kecelakaan Kerja
Tahap berikutnya untuk mengembangkan JSA adalah identifikasi semua bahaya
termasuk dalam setiap langkah. Identifikasi semua bahaya baik yang diproduksi oleh
lingkungan dan yang berhubungan dngan prosedur kerja.
Tanyakan pada diri masing-masing pertanyaan berikut untuk setiap tahap:
- adakah bahaya mogok, akan mogok atau kontak yang berbahaya dengan objek
pekerjaan?
- Dapatkah pekerja memegang objek dengan aman?
- Dapatkah gerakan mendorong, menarik, mengangkat, menekuk atau memutar yang
dilakukan menyebabkan ketegangan?
- Adakah potensi tergelincir atau tersandung?
- Adakah bahaya jatuh ketika pekerja berada di tempat tinggi?
- Dapatkah pekerja mencegah bahaya saar kontak dengan sumber listrik dan kontak
putus?
- Apakah lingkungan berbahaya bagi keselamatan dan kesehatan?
- Adakah konsentrasi gas beracun, asap, kabut, uap, debu, panas atau radiasi?
- Adakah bahaya ledakan?
STEP 4: Pengembangan Solusi
Mengembangkan prosedur kerja yang aman untuk mencegah kejadian atau potensi
kecelakaan. Beberapa solusi yang mungkin dapat diterapkan ;
Menemukan cara baru untuk melakukan pekerjaan (menentukan tujuan operasi dan
pilih metode paling aman)
Mengubah kondisi fisik (seperti peralatan, perlengkapan, tata letak area kerja)
Gunakan alat pelindung diri untuk melindungi karyawan, merupakan cara pengendalian
yang terakhir
STEP 5: Melakukan Analisis Tindak Lanjut
Tujuan Pengamatan , Untuk menentukan apakah karyawan mengikuti prosedur kerja yang
dikembangkan di JSA.
STEP 6: Penggunaan Analisis Keselamatan Kerja
JSA - memberikan kesempatan belajar bagi pengawas dan karyawan.
JSA - Karyawan baru harus dilatih menggunakan JSA dan semua karyawan harus dilatih
setidaknya setiap tahun.
JSA - digunakan untuk pelatihan pada tugas jarang dilakukan oleh karyawan. Penggunaan
dokumen.
JSA - merupakan alat investigasi insiden / kecelakaan.
JSA - harus ditinjau & dimodifikasi sesuai kebutuhan. Penggunaan dokumen.
Melakukan Analisis Keselamatan Kerja?
Pertanyaan untuk Tanya tentang setiap Sub-tugas
Apakah bahan kimia yang dilepaskan ke udara (gas, kabut, uap, dll)?
Apakah pekerja yang terpapar bahaya listrik?
Apakah ada penggalian, lubang, atau bukaan lantai di area kerja?
Apakah pekerja yang terpapar bahaya yang tersimpan energi seperti; Tekanan, listrik, uap,
atau benda jatuh?
Apakah proses memulai dan berhenti secara otomatis?
Apakah robot yang digunakan dalam proses?
Bisa masalah faktor manusia membuat bahaya?
Apakah ada risiko cedera karena material handling seperti mengangkat, membawa,
mendorong atau menarik)?
Frequency Estimation
Consequences Estimation
Estimasi Resiko Secara Kualitatif
Pendekatan quantitative dibuat dalam skalah frekwensi dan disesuaikan dengan standard
yang ditetapkan oleh perusahaan. Pendekatan ini cenderung digunakan pada industri
manufakturing, yang didalam proses produksinya tidak menggunakan proses parameter yang
bisa berubah- ubah. Yang dimaksud proses dengan parameter adalah proses yang banyak
mengutamakan tekanan, suhu, aliran proses, perubahan bahan baku dan sebagainya .
Untuk lebih jelasnaya dapat diberikan contoh sebagai berikut :
Resiko = Konsekwensi x Frequensi
Pendekatan estimasi resiko dilakukan secara bertahan sebagai berukut :
1.
2.
2.5.
Konsekwensi
Frequency
H
H
H
M
M
L
x
x
x
x
x
x
H
M
L
M
L
L
=
=
=
=
=
-
H
H
M
M
M
L
Evaluasi Bahaya
Faktor Fisika dan Kimia di Tempat Kerja, peraturan ini direvisi setiap tiga tahun. Istilah
nilai ambang batas sama dengan Threshold Limit Values (TLV) .
2.6.
Pengendalian Resiko
Bila suatu resiko tidak diterima, maka harus dilakukan upaya penanganan resiko agar
tidak menimbulkan kerugian atau kecelakaan. Bentuk tindakan dilakukan, dengan
metode Hirarki Pengendalian Resiko K3 (Hierarchy of Control ) menurut OSHA =
Occupational Safety and Health Administration, dan ANSI = American National
Standards Institution Z10:2005, yaitu dengan (i) Sibtitusi, (ii) Eliminasi, (iii) Rekayasa
engineering,al Sistim Ventilasi (iv) Pengadilan secara Administratif, dan yang paling
terakhir menggunakan (v) Alat pelindung diri/APD.
III.
adalah teknik yang berfokus pada tugas pekerjaan atau uraian kerja sebagai cara
untuk mengidentifikasi bahaya sebelum terjadi.
JHA ,
berfokus pada hubungan antara pekerja, tugas, alat, dan lingkungan kerja.
HA ,
adalah salah satu metode terbaik untuk mengembangkan prosedur kerja yang
aman dalam pengoperasian peralatan.
JHA,
juga dapat digunakan untuk melatih karyawan dalam menghadapi resiko bahaya
yang berhubungan dengan langkah-langkah tugas dan pengendalian apa yang
harus dilakukan
Bahaya haya yang tidak terkendali (uncontrolled hazards ) perlu di identifikasi, untuk
upaya tindakan pencegahan ; berupa, eliminasi,atau mengurangi risiko
Tujuan
Tinjau berbagai teknik yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi bahaya di tempat
kerja
3.2.
Team JHA
Safety profesional
Pekerjaan yang memiliki tingkat potensi untuk menyebabkan cedera yang serius
Pekerjaan yang secara signifikan memiliki perubahan teknologi proses atau prosedur
Langkah-langkah urutan JHA
Libatkan karyawan
Daftar periksa , skalah, dan menentukan prioritas untuk pekerjaan yang berbahaya
Mereka memiliki pemahaman yang khas dari pekerjaan, dan pengetahuan ini sangat
berharga untuk menemukan bahaya.
Pekerja harus menjadi bagian dari proses; mereka adalah orang-orang yang
mendapatkan manfaat langsung
IV.
PENGENDALIAN RESIKO
JHA
Engineering controls
Administrative controls
Personal protective
equipment
Hierarchy Bahaya Pengendalian
1. Eliminasi Bahaya Menghilangkan atau menimalisasi bahaya
2. Substitusi - mengganti dengan bahan lain yang kurang berbahaya atau mengurangi
energy - menurunkan kecepatan/lower speed, gaya, amperage, tekanan,
temperature, and noise.
3. Isolasi yaitu proses berbahaya disendirikan
4. Engineering Controls/Pengendalian Teknik - Sistim ventilasi industri
5. Administrative Controls/Pengendalian ADM & Prosedur mengurangi lama
pemaparan, yaitu memindakan dari area konsentasi yang diatas NAB ke area < NAB
6. Personal protective equipment (PPE) - Put up a barrier
Administrative Controls
Adalah sebagai berikut:
o Ditulis prosedur operasi secara tertulis, izin kerja, dan praktek kerja yang aman;
o Lama waktu pemaparan (paling sering digunakan untuk mengontrol control heat
stress and ergonomic hazards);
o Pemantauan penggunaan bahan yang sangat berbahaya;
o Alarm, tanda-tanda, dan peringatan;
JOB SAFETY
ANALYSIS JSA
N0. JSA
: ____________
Nama Pekerjaan : ___________
APD
;_____________
URAIAN JABATAN:
PENGAWAS:
ORGANISASI
Uraian Kerja
LOKASI:
Potensi Bahaya
DEPARTMENT
Data :
Terbet,
ANALISIS OLEH:
REVIEWED BY:
Rekomendasi/
JHA
Data Analisa
Penyebab Cadera