Anda di halaman 1dari 8

Tugas

Pendidikan Agama
Dosen: Eka Iskandar, M.Ag
ARYA

Kelompok :
Ganjar Hidayat
Hafiz Al.
Ray Irvan Aditya

Daftar isi
A. Syariah dan Ruang Lingkup
Syariah................................................................3
1. Pengertian
Syariah.................................................................................
.... .3
2. Ruang Lingkup Syariah (Hukum
Islam).........................................................3
3. Prinsip
Syariah.................................................................................
.............5

4. Tujuan
Syariah.................................................................................
.............6

SYARIAH (HUKUM ISLAM)


A.Syariah dan Ruang Lingkup Syariah
1.Pengertian
Syariah menurut bahasa artinya jalan, aturan, ketentuan,
atau undang-undang Allah SWT. Syariah menurut istilah adalah
aturan atau undang-undang Allah yang berisi tata cara
pengaturan prilaku hidup manusia dalam melakukan hubungan
dengan Allah, sesama manusia, dan alam sekitarnya untuk
mencapai keridhaan Allah yaitu keselamatan di dunia dan
akhirat.
Makna asal syariah adalah jalan ke sumber (mata) air,
dahulu (di Arab) orang mempergunakan kata syariah untuk
sebutan jalan setapak menuju ke sumber (mata) air yang
diperlukan manusia untuk minum dan membersihkan diri.
(mohammad Daud Ali; 1997: 235).
Kata Syariah ini juga berarti jalan yang lurus, jalan yang
lempang tidak berkelok-kelok, juga berarti jalan raya. Kemudian
penggunaan kata syariah ini bermakna peraturan, adat
kebiasaan, undang-undang dan hukum ( Ahmad Warson
Munawwir; 1984:762)
2.Ruang Lingkup Syariah (Hukum Islam)
Apabila disebutkan syariah islam, maka secara mutlak
dimaksudkan seluruh ajaran islam, baik yang mengenai
keimanan, atau mengenai amaliah ibadah, maupun yang
mengenai akhlak; bukan ilmu fiqih itu sendiri. Ilmu fiqih adalah
bagian dari syariah,sehiingga ilmu fiqih itu lebih sempit daripada

syariah. Di dalam Al-quran Allah SWT berfirman:

Adapun ruang lingkup Syariah adalah meliputi:


a) Hubungan manusia dengan Tuhannya secara vertikal, melalui
ibadah, seperti: shalat, puasa, zakat, haji dan sebagainya.
Yaitu ibadah yang pelaksanaannya telah dicontohkan
langsung oleh Nabi Muhammad saw. Dalam ibadah seperti ini
seorang muslim tidak boleh mengurangi atau menambahnambah dari apa saja yang telah diperintahkan Allah dan
dicontohkan oleh Rasulullah.
Oleh karena itu, melaksanakan peribadatan yang bersifat
khusus ini harus mengikuti contoh Rasul yang diperbolehkan
melalui ketentuan yang dimuat dalam hadits-hadits shahih.
Satu kaidah yang amat penting dalam pelaksanaan ibadah ini
adalah; semua haram, kecuali yang diperintahkan Allah dan
dicontohkan oleh Rasulullah. Pekerjaan pekerjaan di luar
ketentuan-ketentuan itu dianggap tidak sah atau batal atau
dikenal dengan istilah bidah.
b) Hubungan manusia Muslim dengan sudaranya yang muslim,
dengan silaturrahmi, saling mencintai, tolong menolong dan
bantu membantu di antara mereka dalam membina keluarga
dan membangun masyarakat mereka.
c) Hubungan dengan sesama manusia, dengan tolong menolong
dan bekerja sama, dalam meningkatkan taraf hidup dan
kehidupan masyarakat secara umum dan perdamaian

menyeluruh.

d) Hubungan dengan alam dan lingkungan khususnya, dan alam


semesta pada umumnya, dengan jalan melakukan
penyelidikan tentang hikmah ciptaan Allah. Untuk
memanfaatkan pengaruhnya, dalam kemakmuran dan
kesejahteraan umat manusia seluruhnya.
e) Hubungan dengan kehidupan dengan jalan berusaha mencari
karunia Allah yang halal, dan memanfaatkannya dijalan yang
halal pula, sebagai tanda kesyukuran pada-NYA, tanpa tabdzir
atau bakhil, atau penyalahgunaan atas nikmat dan karunia
Allah SWT itu.
Pada poin b sampai e termasuk bentuk peribadatan
yang bersifat umum atau ibadah muamalah dan
pelaksanaannya tidak seluruhnya diberikan contoh langsung dari
Nabi SAW. Beliau hanya meletakkan prinsip-prinsip dasar,
sedangkan pengembangannya diserahkan kepada kemampuan
dan daya jangkau pikiran umat. Kaidah umum menyebutkan
Semua boleh dilakukan, kecuali yang dilarang Allah dan RasulNya. Ibadah umum mencakup aturan-aturan keperdataan,
seperti hubungan yang menyangkut ekonomi, bisnis, jual-beli,
utang-piutang, perbankan, perkawinan, pewarisan, dan
sebagainya. Juga aturan publik, seperti pidana,tata negara, dan
lain-lain.
3). Prinsip Syariah.
Prinsip syariah terdiri dari :
a) Memudahkan
Dalam pembebanan (taklifi) Islam tidak terdapat hal yang
menyulitkan dan memberatkan. Syariat tidak memberi kesulitan

pada manusia dan tidak menyesakkan dada mereka. Allah

berfirman dalam surat Al Baqarah (2) ayat 185: Allah


menghendaki kemudahan bagimu dan tidak menghendaki
kesulitan bagimu. Dan dalam surat An Nisa (4) ayat 28 : Allah
hendak memberi keringanan padamu. Dan Surat Al Maidah (5)
ayat 6 : Allah tidak hendak menyulitkan kamu. Berdasarkan
ayat diatas jelaslah bahwa Allah tidak akan menyulitkan
hambanya. Misalnya sholat dikerjakan berdiri, tidak bisa berdiri
dikerjakan sedang duduk, tidak bisa duduk dikerjakan dengan
berbaring dan seterusnya.
b. Kemashlahatan (kebaikan)
Syariat diturunkan Allah untuk kemashlahatan atau kebaikan
umat manusia. Bilamana orang menjalankan syariat Islam maka
dia akan merasakan manfaatnya. Misalnya puasa menjadikan
orang sehat, diharamkan babi karena merusak kesehatan,
diwajibkan zakat untuk membantu fakir miskin dan lain-lain.
4). Tujuan Syariah
Syari`ah Islam antara lain bertujuan untuk:
a. Menunjukan bahwa nilai-nilai ajaran dan ketentuan Allah itu
lebih tinggi dan luhur dibandingkan dengan pemikiran manusia.
Hal ini sesuai dengan firman Allah swt. dalam surat at-Taubah
ayat 40:
Artinya: Dan Allah mejadikan seruan oranh-orang yang kafir
itulah yang rendah. Dan kalimat Allah itulah yang tinggi. Allah
maha perkasa lagi maha bijaksana.
b. Melaksanakan syari`ah yang telah ditetapkan Allah kepada
umat manusia. Hal ini karena Allah swt. telah menetapkan
syari`ahnya masing-masing bagi tiap-tiap umat, sebagaimana
telah disebutkan dalam firman-Nya dalam surat al-Hajj ayat 67:

Artinya: Bagi tiap-tiap umat telah Kami tetapkan syari`at

tertentu yang mereka lakukan, maka janganlah sekali-kali


mereka membantah kamu dalam urusan (syari`at) ini dan
serulah kepada (agama) Tuhan-mu. Sesungguhnya kamu benarbenar berada pada jalan yang lurus.
c. Mempersatukan pandangan hidup dan perbuatan manusia.
Firman Allah swt. dalam surat al-An`am ayat 153:
Artinya: Dan bahwa (yang aku perintahkan) ini adalah jalan-Ku
yang lurus, maka ikutilah dia. Dan janganlah kamu mengikuti
jalan-jalan (yang lain), karena jalan itu mencerai-beraikan kamu
dari jalan-Nya. Yang demikian itu diperintahkan Allah kepadamu
agar kamu bertaqwa.
d. Kesejahteraan dan kemaslahatan hidup manusia, baik di dunia
dan akhirat, dimana syari`ah Islam menjamin terwujudnya tiga
hal yang merupakan kebutuhan manusia, yaitu:
- Adanya perlindungan terhadap masalah pokok dalam kehidupan
(dharuriyyat/primer). Yang dimaksud dengan daruriyyat adalah
memelihara kebutuhan-kebutuhan pokok yang meliputi lima hal,
yaitu hifzu ad-dn (memelihara agama), hifzu an-nafs
(memelihara jiwa), hifzu al-`aqli (memelihara akal), hifzu an-nasl
(memelihara keturunan) dan hifzu al-ml (memelihara harta).
Kelima hal ini dinamakan dharuriyyat al-khams/ kuliyat al-khams.
- Terbukanya jalan untuk mengatasi kesulitan dan hal-hal yang
memberatkan dalam melaksanakan kewajiban, sehingga
memberikan kemudahan dan keringanan. Kebutuhan ini
dinamakan dengan kebutuhan hajiyyat (sekunder/kebutuhan
penting). Hal ini diwujudkan dalam syari`ah dengan adanya
rukhsah dalam beberapa hal.
- Memberikan kesempatan kepada manusia untuk melengkapi
dan menyempurnakan kehidupannya (tahsiniyyat/pelengkap),

seperti ketentuan-ketentuan amalan sunat juga keharusan bersih

dan suci badan, pakaian juga tempat dalam melaksanakan


ibadah sholat. Termasuk dalam hal ini pula keharusan bersikap
jujur dalam kehidupan bermasyarakat, larangan membunuh

orang lanjut usia dan anak kecil dalam peperangan.

Anda mungkin juga menyukai