Laporan Kasus
Disusun oleh:
Mahadian Ismail Nasution
100100103
Raisa Khairuni
100100115
090100042
Pembimbing:
dr.Sanusi Piliang, Sp.OG
Mentor:
dr. M. Iman Syahputra
BAGIAN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
RSU Dr. PIRNGADI MEDAN
2015
KATA PENGANTAR
Segala puji penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat dan
karunia-Nya yang telah memberikan kekuatan, kesehatan, dan kesempatan serta
memberikan rasa sabar sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan makalah
yang berjudul Kehamilan dan Penyakit Jantung. Makalah ini diajukan untuk
melengkapi tugas pada Kepaniteraan Klinik Departemen Obstetri dan Ginekologi,
Fakultas Kedokteran, Universitas Sumatera Utara.
Proses penulisan laporan kasus ini tidak terlepas dari dukungan, bimbingan
dan bantuan dari beberapa pihak, dalam kesempatan ini izinkanlah penulis untuk
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat dr. Sanusi
Piliang, Sp.OG selaku pembimbing dan juga kepada dr. M. Iman Syahputra yang
telah memberikan bimbingan dan arahan dalam proses penulisan laporan kasus ini.
Namun demikian, karena keterbatasan pengalaman, pengetahuan, kepustakaan
dan waktu, laporan kasus ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk ini, kritik dan
saran dari berbagai pihak sangat diharapkan untuk menyempurnakan Laporan kasus
ini.
Medan,Oktober 2015
Penulis
DAFTAR ISI
LatarBelakang..................................................................................
TujuanPenulisan...............................................................................
TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................
2.1. Kelainan Jantung pada Kehamilan...................................................
2.1.1 Pendekatan Klinis Kelainan jantung Pada Kehamilan............
2.1.2 Perubahan Hemodinamik normal Selama Kehamilan............
2.1.3 Klasifikasi Kelainan Jantung Pada Kehamilan.......................
2.2. Mitral Stenosis.................................................................................
2.2.1 Definisi....................................................................................
2.2.2 Etiologi....................................................................................
2.2.3 Klasifikasi...............................................................................
2.2.4 Diagnosis.................................................................................
10
`
2.2.5. Penatalaksanaan.....................................................................
12
2.2.6. Komplikasi.............................................................................
19
2.2.7 Prognosis.................................................................................
21
2.3.
Gagal Jantung...................................................................................
21
2.3.1. Klasifikasi Gagal Jantung.......................................................
21
2.3.2. Penatalaksanaan gagal Jantung pada Kehamilan...................
BAB 3
23
LAPORAN KASUS....................................................................................
BAB 4
26
ANALISA KASUS......................................................................................
39
BAB 5
PERMASALAHAN...................................................................................
44
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................
45
BAB 1
PENDAHULUAN
Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit, penyakit jantunga dalah penyebab utama
kematian pada wanita yang berusia 25 hingga 44 tahun. Penyakit jantung dalam kehamilan
merupakan salah satu penyebab kematian maternal non-obstetrik yang cukup penting.
Angka kejadian penyakit jantung dalam kehamilan bervariasi antara 0,4-4,1 %. Di
Amerika Serikat dilaporkan kurang dari 2%. Di Inggris penyakit jantung dalam
kehamilan merupakan penyebab kedua kematian maternal. Angka kejadian penyakit
jantung dalam kehamilan di Indonesia tahun 2005-2006 sekitar 1,2%.4
Penelitian tahun 2007 di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Dr. Kariadi
periode 2001-2005 kematian ibu ketiga disebabkan gagal jantung (21%) setelah
infeksi (29%) dan perdarahan (22,6%). Di negara maju kejadian penyakit jantung
rematik berkurang disertai semakin baiknya penanganan penyakit jantung bawaan
pada masa anak-anak atau remaja, maka jenis penyakit jantung pada kehamilan
terbanyak adalah penyakit jantung bawaan maupun sekuele yang ditinggalkannya.
Sebaliknya di negara yang sedang berkembang penyakit jantung rematik masih
merupakan endemik dan tidak mendapatkan penanganan yang memadai. Gangguan
kardiovaskular yang paling umum bermanifestasi selama kehamilan adalah
hipertensi, miokarditis, penyakit katup dan kongenital, disaritmia, kardiomiopati,
diseksi arteri, penyakit tromboembolik, dan penyakit jantung hipertensi.3
Pengaruh penyakit jantung dalam kehamilan dapat membuat hambatan dalam
pemilihan cara persalinan. Berbagai disiplin ilmu dapat dilibatkan untuk memutuskan
pemilihan persalinan yang paling pada pasien tersebut. Terapi yang dipilih untuk
penyakit jantung dalam kehamilan harus memperhatikan keselamatan janin dan ibu.
1.2.
Tujuan
1
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kelainan Jantung pada Kehamilan
2.1.1 Pendekatan Klinis Kelainan Jantung pada Kehamilan
Kehamilan menginduksi perubahan fisiologis yang luas pada sistem
kardiovaskular, yang menyebabkan gangguan pada jantung dan sirkulasi yang patut
dipertimbangkan. Hasil adaptasi kardiorespirasi dapat ditoleransi dengan baik pada
wanita yang sehat. Namun perubahan-perubahan ini dapat menjadi ancaman pada
wanita dengan penyakit jantung. Walaupun penyakit jantung jarang muncul secara de
novo selama kehamilan, namun banyak wanita dengan penyakit jantung yang telah
diketahui sebelumnya atau wanita dengan potensi penyakit jantung mengalami
kehamilan.Keseluruhan insiden dari penyakit jantung pada kehamilan adalah sekitar
1% dan terus meningkat.4
Perubahan ini mungkin sebagai hasil dari kemajuan penatalaksaan penyakit
jantung selama beberapa dekade terakhir, yang telah menyebabkan peningkatan
jumlah wanita dengan penyakit jantung bawaan mencapai usia untuk mampu
melahirkan. Kemajuan pada terapi operasi dan medika mentosa telah menyebabkan
penurunan penyakit jantung rematik secara drastis dibandingkan dengan penyakit
jantung kongenital di dunia barat. Namun di negara berkembang, penyakit jantung
rematik masih predominan.5
Penyakit jantung dalam kehamilan dapat membuat komplikasi pada fetus
seperti keguguran, gangguan pertumbuhan intrauterinne, dan kelahiran prematur.
Walaupun prognosis untuk kehamilan pada wanita dengan penyakit jantung biasanya
baik, penatalaksanaan pada pasien ini membutuhkan beberapa perhatian. Berikut
akan dibahas pendekatan klinis untuk praktek penatalaksanaan yang praktis pada
penyakit jantung pada kehamilan dan menyelidiki kontroversi pada penatalaksanaan
yang dapat muncul.6
2.1.2
volume darah sebesar 30-50% yang dimulai sejak awal kehamilan minggu ke-6 dan
terus meningkat sampai mencapai puncaknya pada usia kehamilan 32-34 minggu,
kemudian menetap sampai aterm. Sebagian besar, peningkatan volume darah ini
menyebabkan meningkatnya kapasitas uterus, mammae, ginjal, otot polos, dan sistem
vaskular kulit yang tidak memberi beban sirkulasi pada wanita hamil yang sehat.1.,2
Peningkatan volume plasma yang terjadi tidak proporsional dengan jumlah sel
darah merah dimana volume plasma meningkat 30-50% relatif lebih besar dibanding
peningkatan sel darah yang hanya terjadi 20-30%. Hal ini akan menyebabkan
terjadinya
hemodilusi
dan
menurunnya
konsentrasi
hemoglobin,
sehingga
saat trimester ketiga dikarenakan kompresi vena kava inferior oleh uterus. Tekanan
darah menurun sekitar 10 mmHg di bawah baseline pada akhir trimester kedua
dikarenakan oleh vasodilatasi aktif melalui aksi mediator local seperti prostasiklin
dan nitric oxide, serta penurunan resistensi vaskular sistemik akibat penambahan
pembuluh darah baru di uterus dan plasenta.
1,2,7,9.
terjadi pada kehamilan tersebut akan dapat menjelaskan mengapa dapat muncul
gejala palpitasi, edema, sesak napas saat beraktivitas, atau kelelahan, walaupun
diketahui wanita tersebut tidak menderita penyakit jantung. Pertambahan volume
plasma total akan menyebabkan terjadinya peningkatan tekanan vena jugularis dan edema
tungkai bawah pada > 80 % wanita dengan kehamilan normal. Pertambahan ukuran uterus
sesuai masa kehamilan akan mengakibatkan pergerakan diafragma lebih ke atas
sehingga menurunkan volume paru dan menyebabkan terjadinya sesak. Elevasi
difragma dan volume darah yang bertambah juga menyebabkan bergesarnya letak
impuls ke arah lateral pada inspeksi dan palpasi prekordium. Peningkatan isi SV akan
menyebabkan mengerasnya saat penutupan katup di aorta dan pulmonal, sehingga akan
terdengar murmur early systolic yang fungsional di daerah pulmonal.8
Wanita dengan penyakit jantung mungkin tidak dapat mengakomodasi
perubahan-perubahan hemodinamik yang terjadi selama masa kehamilan tersebut
sehingga menyebabkan disfungsi ventrikuler yang berakhir pada gagal jantung
kardiogenik. Sedikit wanita dengan disfungsi jantung dapat mengalami gagal jantung
sebelum pertengahan kehamilan. Pada sebagian wanita, gagal jantung dapat terjadi
setelah usia kehamilan mencapai 28 minggu, dimana saat tersebut dapat menginduksi
hipervolemia dan CO mencapai maksimum. Pada banyak kasus, gagal jantung
umumnya terjadi saat peripartum ketika sejumlah kondisi obstetrik umum
menempatkan beban yang tak seharusnya pada fungsi jantung. 9
Pada saat proses persalinan dan periode postpartum berhubungan dengan
perubahan sistem peredaran darah
yang
jantung, denyut jantung, tekanan darah, dan resistensi vaskuler sistemik meningkat
setiap kontraksi uterus. Nyeri pada saat persalinan dan kecemasan memperburuk
peningkatan denyut jantung dan tekanan darah.10
Segera setelah melahirkan, proses melahirkan plasenta dapat meningkatkan
afterload dengan mengurangi resistensi peredaran darah dan meningkatkan preload
dengan mengemembalikan darah plasenta ke sirkulasi ibu. Peningkatan preload
ditekankan oleh berkurangnya kompresi mekanik dari vena cava inferior. Jumlah
darah yang hilang pada saat persalinan per vaginam sebanyak 300-400 ml dan 500800 ml selama persalinan perabdominam. Perubahan ini dapat menempatkan pada
posisi performa jantung yang abnormal, sehingga diperlukan pemantauan
hemodinamik invasif dan manajemen medis yang agresif. Pada periode postpartum,
cardiac output biasanya menurun dalam 2-6 minggu.10
10
11
2.2.
Mitral Stenois
2.2.1. Definisi
Merupakan suatu keadaan di mana terjadi gangguan aliran darah dari atrium kiri
melalui katup mitral oleh karena obstruksi pada level katup mitral. Kelainan struktur
mitral ini menyebabkan gangguan pembukaan sehingga timbul gangguan pengisian
ventrikel kiri pada saat diastole12
2.2.2 Etiologi
Penyebab tersering adalah endokarditis reumatika, akibat reaksi yang progresif
dari demam reumatik oleh infeksi streptokokus. Penyebab lain walaupun jarang dapat
juga stenosis mitral kongenital.Pasien dengan penyakit jantung katup ini 60% dengan
riwayat demam reumatik, sisanya menyangkal. Selain daripada itu 50% pasien
dengan karditis reumatik akut tidak berlanjut sebagai penyakit jantung katup.12
12
waktu antara penutupan katup aorta dan kejadian opening snap. Berdasarkan luasnya
area katup mitral derajat stenosis mitral sebagai berikut 14:
1. Minimal
2. Ringan
3. Sedang
4. Berat
5. Reaktif
2.2.4
Diagnosis
Gejala Klinis
Kebanyakan pasien dengan stenosis mitral bebas keluhan, dan biasanya
keluhan utama berupa sesak napas, dapat juga fatigue. Pada stenosis mitral yang
bermakna dapat mengalami sesak pada aktivitas sehari-hari, paroksismal nokturnal
dispnea, ortopnea atau edema paru yang tegas. Hal ini akan dicetuskan oleh
berbagai keadaan meningkatnya aliran darah melalui mitral atau menurunnya waktu
pengisian diastol, termasuk latihan, emosi, infeksi respirasi, demam, aktivitas
seksual, kehamilan serta fibrilasi atrium dengan respons ventrikel cepat. 13
Pemeriksaan Fisis
Temuan klasik pada stenosis mitral adalah 'opening snap dan bising diastol
kasar ('diastolic rumble') pada daerah mitral. Tetapi sering pada pemeriksaan rutin
sulit bahkan tidak ditemukan rumbel diastol dengan nada rendah, apalagi bila tidak
dilakukan dengan hati-hati.15
Walaupun demikian pada kasus-kasus ringan harus dicurigai stenosis mitral
ini bila teraba dan terdengar SI yang keras. SI mengeras oleh karena pengisian yang
13
lama membuat tekanan ventrikel kiri meningkat dan menutup katup sebelum katup
itu kembali ke posisinya. Di apeks rumbel diastolik ini dapat diraba sebagai thrill.15
14
Selain itu dapat juga ditentukan perubahan hemodinamik pada latihan atau
pemberian beban dengan dobutamin, sehingga dapat ditentukan derajat stenosis pada
kelompok pasien yang tidak mcnunjukkan beratnya stenosis pada saat istirahat.15
Kateterisasi
Seperti disebutkan di atas dulu kateterisasi merupakan standar baku untuk
diagnosis dan menentukan berat ringan stenosis mitral. Walaupun demikian pada
keadaan tertentu masih dikerjakan setelah suatu prosedur eko yang lengkap. Saat ini
kateterisasi dipergunakan secara primer untuk suatu prosedur pengobatan intervensi
non bedah yaitu valvulotomi dengan balon.15,16
2.2.5. Penatalaksanaan
Pada umumnya, penyakit jantung dalam kehamilan dapat menjalani proses
kehamilannya dengan baik, tetapi ketepatan dalam diagnosis dan manajemen pasien hamil
dapat memiliki konsekuensi yang mengerikan bagi ibu dan janin. Oleh karena itu,
penting untuk mengevaluasi setiap wanita hamil dengan risiko penyakit jantung yang
merugikan selama kehamilan, persalinan, dan pascapersalinan. Secara umum, semua
perempuan tersebut harus dirujuk ke pusat spesialis yang mana perawatannya dilaksanakan
bersama oleh dokter ahli kandungan, ahli jantung, dan neonatologist.
Adapun hal-hal yang diperhatikan dalam penatalaksanaan umum adalah sebagai
berikut. 7
A.Prekonsepsi
Pada semua wanita yang menunjukkan gejala dan tanda adanya penyakit jantung sebaiknya
dilakukan evaluasi menyeluruh tentang status kardiologinya sebelum kehamilan.
Evaluasi itu antara lain: 7
1. Riwayat penyakit jantung yang diderita beserta penanganannya
2. Pemeriksaan fisik umum
3. Pemeriksaan foto thoraks dan EKG 12 lead
15
menyertai
misalnya
preeklampsia,
16
E.Induksi persalinan
Oksitosin dan amniotomi diindikasikan jika skor bishop >5. Waktu induksi
yang memanjang perlu dihindari jika serviks belum matang. Metode-metode mekanik
seperti penggunaan kateter foley lebih baik jika dibandingkan dengan agen
farmakologis, khususnya pada pasien dengan sianosis dimana adanya penurunan tahanan
vaskular sistemik atau tekanan darah akan sangat menurun.7
F.Monitor hemodinamik
Pulse Oxymetri dan pengawasan EKG digunakan sesuai kebutuhan.
Tekananarteri sistemik dan denyut jantung ibu dipantau ketat dikarenakan anestesia
lumbal epidural dapat menyebabkan hipotensi.7
G.Anestesia dan Analgesia
Penanganan untuk rasa sakit dan ketakutan juga berperan penting. Meskipun
analgesik intravena memberikan penatalaksanaan nyeri yang memuaskan bagi
beberapa wanita, namun analgesia epidural terus menerus tidak direkomendasikan
dalam banyak kasus. Masalah utama dengan analgesia konduksi adalah hipotensi ibu.
Hal ini sangat berbahaya pada wanita dengan shunts intra cardiac di antaranya aliran
dapat dibalik. Darah dapat mengalir dari kanan ke kiri jantung atau aorta dan dengan
demikian dapat melewati paru-paru. Hipotensi juga bisa mengancam jiwa dengan
hipertensi paru atau stenosis aorta karena output ventrikel tergantung pada preload
memadai. Pada wanita dengan kondisi ini, konduksi analgesia narkotik atau anestesi
umum mungkin lebih baik.9
Untuk penglahiran pervaginam pada wanita dengan gangguan jantung
ringan,a nalgesia epidural sering diberikan dengan sedasi intravena. Hal ini telah
dibuktikan
dapat
meminimalkan
fluktuasi
curah
jantung
intrapartum
dan
subarachnoid
umumnya
tidak
dianjurkan
pada
wanita
dengan
penyakit jantung yang signifikan. Untuk kelahiran sesar, epidural analgesia lebih
disukai oleh kebanyakan dokter dengan peringatan bila digunakan pada pasien dengan hipertensi
17
persalinan,
metode
persalinan,
induksi
persalinan,
umum
manajemen
intrapartum
adalah
meminimalkan
stress
kardiovaskular. Pada sebagian besar kasus, prinsip ini akan dicapai dengan
penggunaan anestesia epidural inkremental awal lambat dan dibantu persalinan
pervaginam.
Saat persalinan, hindari posisi supinasi dan pasien berada dalam posisi lateral
dekubitus serta pemberian oksigen untuk meminimalisir dampak hemodinamik dari
kontraksi uterus. Kontraksi uterus harus dapat menurunkan kepala janin hingga ke
perineum tanpa adanya dorongan mengejan, untuk menghindari efek samping dari
manuver valsava. 7
Persalinan sebaiknya dibantu dengan forsep rendah atau ekstraksi vakum,
dandisarankan untuk melakukan monitoring denyut jantung janin secara terus
menerus. Berikut adalah beberapa hal yang perlu diperhatikan selama persalinan: 7
18
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Monitoring ketat
Posisi left lateral dekubitus
Balans cairan
Bila memungkinkan pengukuran saturasi O2 dengan pulse oxymetri
Pada kasus risiko tinggi pertimbangkan monitoring invasif
Pertimbangkan penggunaan intrapartum analgesia
Mempercepat kala II
Pasien yang menggunakan warfarin harus dihentikan minimal 2minggu
sebelum persalinan dan diganti dengan heparin
I. Pasca persalinan
Infus oksitosin intra vena lambat (<2 U/menit) diberikan setelah pengeluaran
plasenta. Metilergonovine dikontraindikasikan karena adanya risiko vasokontriksi
dan hipertensi melebihi 10%. Bantuan berupa pemasangan stoking elastik pada
tungkai bawah, dan ambulasi dini sangat penting untuk mengurangi risiko
tromboemboli.escardio
Pemantauan hemodinamik harus dilanjutkan selama minimal 24 jam setelah
melahirkan. Wanita yang telah menunjukkan bukti sedikit atau tidak ada
tekanan jantung selama kehamilan atau persalinan mungkin masih dapat mengalami
dekompensasi postpartum. Oleh karena itu, penting dilakukan perawatan seteliti
mungkin hingga ke masa nifas. Perdarahan postpartum, anemia, infeksi, dan
tromboemboli merupakan komplikasi yang lebih serius pada wanita dengan penyakit
jantung. Dalam banyak misalnya, sepsis dan preeklamsia berat disebabkan oleh
edema paru atau diperburuk oleh edema permeabilitas yangdihasilkan dari aktivasi
endotel dan kebocoran kapiler-alveolar.7,9
J.Laktasi
Laktasi dapat berhubungan dengan risiko rendah terjadinya bacteremia
sekunder akibat mastitis. Pada pasien gangguan jantung berat atau simptomatis,perlu
dipertimbangkan untuk menyusui menggunakan botol.7 escardio
K.Sterilisasi dan Kontrasepsi
Jika sterilisasi tuba yang ingin dilakukan setelah persalinan pervaginam,yang
terbaik
adalah
untuk
menunda
prosedur
ini
sampai
hemodinamik
ibu
19
telahmendekati normal, dan ketika ibu tidak demam, tidak anemia, dan ambulates
normal
Farmakoterapi
Beberapa obat-obatan seperti antibiotik golongan penisilin, eritromisin, sulfa,
Nonfarmakoterapi
20
oleh karena dengan protesa akan timbul risiko antikoagulasi, trombosis pada katup,
infeksi endokarditis, malfungsi protesa serta kejadian trombo emboli.17,18
Valvotomi Mitral Perkutan dengan Balon. Pertama kali diperkenalkan oleh Inoue
pada tahun 1984 dan pada tahun 1994 ditermia sebagai prosedur klinik. Mulanya
dilakukan dengan dua balon, tetapi akhir-akhir ini dengan perkembangan dalam
teknik pembuatan balon, prosedur valvotomi cukup memuaskan dengan prosedur 1
balon. 18,19,20
21
KRETERIA
Riwayat
CONTOH
sakit
jantung Riwayat
sebelumnya
serangan
POIN
gagal
iskemik
jantung, 1
transien,
Faktor risiko obstetri yang sering termasuk yaitu umur ibu (risiko meningkatpada
umur < 20 dan > 35 tahun) , riwayat dilatasi prematur, ruptur membran,serviks
inkompeten, gestasi multipel dan riwayat operasi sesar.9
Faktor ibu yang bisa meningkatkan faktor risiko janin termasuk NYHAkelas III
dan IV dan sianosis, obstruksi jantung kiri, gestasi multipel, ataupemakaian
antikoagulasi oral saat hamil. Faktor risiko bukan jantung termasuk merokok. 7,9
Hasil interpretasi dari skor tersebut adalah, dengan nilai 0 menunjukkan reiko
komplikasi dari penyakit jantung sebnanyak 5 %, skor 1 menunjukkan resiko
komplikasi sebanyak 27%, dan skor 2 atau lebih menunjukkan reiko komplikasi
sebanyak 75%.ncbi
22
Selain dari permasalahan yang bisa timbul pada ibu, seorang dokter jugaharus
memperhitungkan risiko yang mungkin terjadi kepada janin yang dikandung. Adapun
pengaruh penyakit jantung terhadap janin yaitu dapatmenyebabkan prematuritas,
dismaturitas atau pertumbuhan janin terhambat, lahirdengan skor apgar rendah, dan
kematian janin dalam rahim (KJDR).9,12
2.2.7. Prognosis
Pada banyak wanita dengan penyakit jantung, prognosis umumnya baik.Wanita
dengan penyakit jantung kongenital asianotik memiliki prognosis yanglebih baik
dibanding dengan penyakit jantung kongenital sianotik. Banyak ahli yang
mengatakan bahwa seorang wanita dengan penyakit jantung risiko tinggiharus
mencegah kehamilan oleh karena tingginya risiko kematian ibu. Keadaan ini meliputi
hipertensi pulmonal dengan atau tanpa septal defek, obstruksi alirantraktus ventrikel
kiri yang hebat, penyakit jantung sianotik, dan marfan syndrome dengan keterlibatan
aortic root.9
2.3.
Gagal Jantung
DESKRIPSI
Kelas 1
23
Kelas 3
Kelas 4
Diuretik
Diuretik dapat digunakan untuk pengobatan gagal jantung kongestif yang tidak
dapat dikontrol dengan retriksi natrium dan merupakan obat lini terdepan untuk
pengobatan hipertensi. Tidak satu diuretik pun merupakan kontra indikasi pada
24
kehamilan dan yang paling sering digunakan adalah golongan diuretik tiazid dan
furosemid. Diuretik tidak boleh digunakan untuk profilaksis terhadap toksemia atau
pengobatan terhadap edema kaki. 1,11
Diuretik diberikan untuk mengurangi gejala-gejala dispnea nocturnal
paroksismal dan exertional serta edema perifer yang nyata dalam kehamilan.
Komplikasi ibu terhadap terapi diuretik mirip dengan pasien yang tidak hamil, seperti
kontraksi volume, alkalosis metabolik, penurunan toleransi karbohidrat, hipokalemia,
hiponatremia, hiperurisemia, dan pankreatitis. 11
II.
Vasodilator
Reduksi
afterload
kronik
untuk
pengobatan
hipertensi,
regurgitasiaotral atau mitral, atau disfungsi ventrikel selama kehamilan telah didapat
dengancalcium
chanel
blocker,
hidralazin,
dan
metildopa.
Efek
yang
Beta blockers umumnya aman dan efektif selama kehamilan, walaupun mungkin
ada tingkat peningkatan pembatasan pertumbuhan janin ketika merekadiberikan.
Sesekali kasus apnea neonatus, hipotensi, bradikardia, danhipoglikemia juga telah
dilaporkan, terutama setelah penggunaan jangka panjangdari propanolol. Beta blocker
tidak berhubungan dengan peningkatan risikokelainan kongenital. Propranolol,
labetalol, atenolol, nadolol, dan metoprololdiekskresikan dalam ASI. Meskipun efek
samping belum dilaporkan, adalah tepatuntuk memantau bayi yang baru lahir untuk
gejala blokade beta ketika obattersebut pernah digunakan.11,14
25
IV.
Antikoagulasi
26
dapt melewati plasenta. . Selain itu, warfarin jugamemberikan efek teratogenik pada
janin, termasuk warfarin embryopathy dankelainan sistem saraf serta perdarahan
ketika digunakan selama trimesterpertama.1,11
Meskipun heparin memiliki sejumlah efek samping, termasuk menipisnya
antitrombin III, trombositopenia, dan dini osteoporosis ibu, itu tetap merupakanagen
yang aman pada kehamilan. Suatu studi dengan melakukan evaluasi pada 100 kehamilan terkait
dengan terapi heparin memperoleh hasil yaitu terdapat 17 janin yang dilahirkan
dengan efek samping heparin. Sembilan adalah kelahiran prematur, yang memiliki
hasil akhir normal dan lima dikaitkan dengan kondisi komorbiditas yang dirasakan
menjadi faktor risiko komplikasi lainnya.11
Baik heparin atau warfarin tidak disekresikan ke dalam ASI dan karena itu
tidak menimbulkan efek antikoagulan pada bayi yang menkonsumsi ASI. Akibatnya, kedua obat
tersebut dapat digunakan pada periode postpartum.
BAB 3
LAPORAN KASUS
I.
ANAMNESIS PRIBADI
Nama
Umur
No MR
Pendidikan
Pekerjaan
Agama
Suku/Bangsa
Alamat
Masuk RSUPM
Jam
II.
: Ny. S.H
: 36 tahun
: 97.57.05
: SD
: Ibu Rumah Tangga
: Islam
: Melayu
: Dusun Rindu, Aceh Tamiang, NAD.
: 28 September 2015
: 23.46 WIB
ANAMNESIS UMUM
Ny, S.H, 36 tahun, G7P4A2, Melayu, Islam, SD, ibu rumah tangga, istri dari Tn.I, 41
tahun, Melayu, Islam, SD, Petani, datang ke RSUD Dr. Pirngadi Medan tanggal 28-92015 pukul 23.46 WIB dengan
27
: Hal ini dialami sejak 1 bulan ini dan memberat sejak 3 hari
terakhir. Pasien merasakan sesak bertambah dengan beraktivitas
ringan hingga berat, seperti saat membersihkan rumah, dan hilang
saat beristirahat. Sesak tidak berhubungan dengan cuaca dan
makanan. Keluhan bengkak pada kaki (-). Riwayat mules-mules
mau melahirkan (-), riwayat keluar lendir bercampur darah dari
kemaluan (-), riwayat keluar air-air dari kemaluan (-). Riwayat
sesak nafas sebelumnya (+) pada tahun 2011 setelah os melahirkan.
Ketika itu pasien berobat ke dokter spesialis jantung dan dinyatakan
menderita
pembesaran
jantung
akibat
kehamilan.
Pasien
RPO
: tidak jelas.
III.
RIWAYAT HAID
HPHT : ?? ?? 2015
TTP
: ?? ?? ????
ANC : Bidan 2x
IV.
RIWAYAT PERSALINAN
1. Perempuan, aterm, 3000 gr, PSP, dukun beranak, rumah, 18 tahun, sehat
2.
3.
4.
5.
Perempuan, aterm, 3000 gr, PSP, dukun beranak, rumah, 14 tahun, sehat
Perempuan, aterm, 3300 gr, PSP, dukun beranak, rumah, 11 tahun, sehat
Perempuan, aterm, 3000 gr, PSP, dukun beranak, rumah, 4 tahun, sehat
Abortus (2013)
28
6. Abortus (2014)
7. Hamil ini
V.
PEMERIKSAAN FISIK
A.
PEMERIKSAAN UMUM
Sensorium
: CM
Tekanan Darah
: 130/70 mmHg
Nadi
: 100 x/i
Pernafasan
: 32 x/i
Temperatur
: 37 0C
BB sebelum hamil
: 63kg
TB
: 160cm
IMT
: kg/cm2
B.
Anemia
Ikterus
Cyanosis
Oedem
Dyspnoe
BB Hamil
TB Hamil
: (-)
: (-)
: (-)
: (-)
: (+)
: 75kg
: 160cm
STATUS LOKALISATA
Kepala
: Mata : Reflex cahaya +/+, Conj. Palpebra. Inf pucat (-), ikterik (-)
Leher
Thorax
Abdomen
C.
SP
: Vesikuler
ST
: (-/-),
: Inspeksi
Auskultasi
Palpasi
Perkusi
: membesar asimetris
: peristaltik (+) normal
: soepel, hepar/lien tidak teraba
: timpani
STATUS OBSTETRIKUS
Abdomen
TFU
Teregang
Terbawah
Gerak
HIS
DJJ
: membesar asimetris
: setengah dibawah Proc. Xyphoideus - umbilikus
: Kanan
: Kepala
: (+)
: (-)
: 140 x/i (reguler)
29
D.
PEMERIKSAAN DALAM
Vaginal Examination:
Tidak Dilakukan Pemeriksaan
VI.
A.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
PEMERIKSAAN LABORATORIUM (11 September 2015)
9,6 g/dL
[14,00 16,00]
Hematokrit
31%
[36 48]
Leukosit
5.020 /uL
[4.000 10.000]
Trombosit
345.000/uL
[150.000 400.000]
Ureum
17 mg/dL
[10,00 50,00]
Creatinin
0.49 mg/dL
[0,60 1,20]
Na
138 mmol/L
[136,00 150,00]
4 mmol/L
[3,50 5,50]
Cl
101 mmol/L
[95,00 103,00]
76 mg/dl
<100 mg/dl
RFT
ELEKTROLIT
URINALISA
KGD ad Random
B.
USG TAS
- JT, PK, AH
- FM (+), FHR (+)
- BPD : 88 mm
- FL : 62,2 mm
- AC : 29,9 cm
30
- Placenta Fundal gr II
- Air ketuban cukup
Kesan : IUP (32-33) minggu + PK + AH
C.
EKG
ST , QRS rate 107x/menit, axis n, p wave n, P-R int 0,16, QRS dur 0,06,
ST T changes (-), LVH (+), VES (+)
Kesan : Sinus Takikardi
VII.
DIAGNOSA SEMENTARA
Bed Rest
O2 2-4 l/i
IVFD RL 20 gtt/menit
Inj. Dexamethasone 6mg/12 jam (48 jam)
Furosemide tab 1 x 40mg
IX.
RENCANA
-
FOLLOW-UP
29-30 September 2015 (10.00 WIB)
Ruang ICU
S
Sesak Nafas (+)
O
Sensorium
: Compos Mentis
Anemis
:-
TD
: 120/70 mmHg
Ikterik
:-
HR
: 92 x/i
Sianosis
:-
RR
: 24 x/i
Dispnoe
:-
: 36,5 C
Edema
:-
31
SO:
Abdomen
TFU
Teregang
Terbawah
Gerak
HIS
: membesar asimetris
: setengah dibawah Proc. Xyphoideus - umbilikus
: Kanan
: Kepala
: (+)
: (-)
DJJ
: 140 x/ menit
A
CHF fc II-III + GMG + KDR (32-34) minggu + PK + AH + CHF fc II-III
P
-
Bed Rest
O2 2-4 l/i
IVFD RL 20 gtt/menit
Hasil Ekokardiografi
Kesan : MS Severe + hipertensi pulmonum ringan
: Compos Mentis
Anemis
:-
TD
: 110/70 mmHg
Ikterik
:-
HR
: 86 x/i
Sianosis
:-
RR
: 26 x/i
Dispnoe
:-
: 36,5 C
Edema
:-
32
SO:
Abdomen
TFU
Teregang
Terbawah
Gerak
HIS
DJJ
: membesar asimetris
: setengah dibawah Proc. Xyphoideus - umbilikus
: Kanan
: Kepala
: (+)
: (-)
: 150 x/i (reguler)
A
GMG + KDR (32-34) minggu + PK + AH + CHF fc II-III ec Ms Severe
P
-
Bed Rest
O2 2-4 l/i
IVFD RL 20 gtt/menit
Rencana:
-
Sc Cito !
SIO Kontap
Pasien direncanakan tindakan Sectio Caesarea cito di KBE pukul 12.30 WIB a/i
MS + KDR (32-34) minggu + PK + AH + Belum inpartu
Rencana:
-
33
Jawaban Konsul:
-
Pasien dibaringkan di meja operasi dengan infus dan kateter terpasang baik
Dilakukan asepsis dan antisepsis pada lapangan abdomen kemudian ditutup
tumpul
Tampak uterus gravidarum sesuai usia kehamilan. Dilakukan evaluasi segmen
bawah rahim
Dilakukan insisi low cervical pada segmen bawah rahim, subendometrium lalu
ditembus secara tumpul dan dilebarkan sayatan, tampak air ketuban jernih. Kesan:
(+)
Plasenta dilahirkan secara PTT, kesan lengkap
Pinggir uterus diklem di kedua sisi lalu cavum uteri dibersihkan dan sisa darah,
dan dijahit dengan cat gut. Tuba di potong diatas jahitan lalu di kauterisasi.
Cavum abdomen dibersihkan dari sisa darah, kesan bersih
34
Peritoneum dijahit secara continuous dengan chromic 2.0. fascia dijahit secara
continuous dengan vicryl no.1 cutting, subkutis dijahit simple dengan chromic
2.0. kutis dijahit subkutikuler dengan vicryl 3.0 cutting.
Luka operasi ditutup kasa dan hipafix. Keadaan ibu post SC stabil
Terapi post SC :
-
: Compos Mentis
Anemis
:-
TD
: 110/80 mmHg
Ikterik
:-
HR
: 80 x/i
Sianosis
:-
RR
: 20 x/i
Dispnoe
:-
: 36,7 C
Edema
:-
SL:
Abdomen
TFU
L/O
: Tertutup Verband
P/V
BAK
35
BAB
A
Post SC a/i MS + hipertensi pulmonum ringan + KDR (32-34) minggu + PK + AH +
Post Sterilisasi Pomeroy +NH1
P
-
O2 2-4 l/menit
Laxadine syr C1
Balans cairan
Rencana:
-
DARAH RUTIN
Haemoglobin
9,6 g/dL
[14,00 16,00]
Hematokrit
31,4%
[36 48]
Leukosit
10.420/uL
[4.000 10.000]
Trombosit
300.000/uL
[150.000 400.000]
36
: Compos Mentis
Anemis
:-
TD
: 100/60 mmHg
Ikterik
:-
HR
: 76 x/i
Sianosis
:-
RR
: 20 x/i
Dispnoe
:-
: 36,5oC
Edema
:-
SL:
Abdomen
: Soepel
TFU
L/O
P/V
BAK
BAB
A
Post SC a/i MS + hipertensi pulmonum ringan + KDR (32-34) minggu + PK + AH +
Post Sterilisasi Pomeroy
P
-
O2 2-4 l/menit
37
Laxadine syr C1
Balans cairan
Rencana:
-
: Compos Mentis
Anemis
:-
TD
: 110/80 mmHg
Ikterik
:-
HR
: 84 x/i
Sianosis
:-
RR
: 20 x/i
Dispnoe
:-
: 36,7oC
Edema
:-
SL:
Abdomen
TFU
L/O
P/V
BAK
: (+) normal
BAB
: (+) normal
A
Post SC a/i MS + hipertensi pulmonum ringan + KDR (32-34) minggu + PK + AH +
Post Sterilisasi Pomeroy +NH4
38
P
-
O2 2-4 l/menit
Cefadroxil 2 x 500mg
Furosemide 1 x 40mg
Spironolakton 1 x 25mg
Ksr 1 x 600mg
Laxadine syr C1
Balans cairan
Pasien pulang berobat jalan pada tanggal 5 Oktober 2015, rencana kontrol
ke PIH dan kontrol ke poli Kardiologi
BAB 4
ANALISA KASUS
TEORI
KASUS
pasien
sedang
beraktifitas.
Usia
39
minggu.
Riwayat
mudah terjadi.
yaitu
pada
sesak
tahun
2011
nafas
setelaah
resiko
terjadinya
jantung
sebelumny
Multiparitas
Kehamilan multipel
Riwayat keluarga
Etnis
Perokok
Diabetes mellitus
Mmalnutrisi
Anemia
Riwayat
preeklampsia,
eklampsia,hipertensi gestasional
penggunaan
kronik
obat
yang
40
Klasifikasi
Fungsional
Menurut
NewYork
Association (NYHA).
bulan
yang
lalu
sekitar
usia
Kelas 1
dirasakan
semakin
memberat
terutaa
lama
saat
semakin
beraktivitas
Pasien dengan penyakit jantung tetapi ringan sedang. Seperti ketika menyapu,
tanpa adanya pembatasan aktivitasfisik. atau
memasak.
Rasa
sesak
ini
Kelas 2
Pasien
dengan
penyakit
mengakibatkan
jantung
sedikit
dengan
penyakit
jantung
mengakibatkan
sedikit
keterbatasan
aktifitas
biasa
menimbulkan
fisik
keterbatasan
aktivitas
41
Kelas 4
Pasien
dengan
ditandai
penyakit
ketidak
jantung
mampuan
insufisiensi
jantung
dapat
ketidak
nyamanan
meningkat.
Untuk menegakkan gagal jantung pada
kehamilan dapat ditegakkan melalui :
EKG
dijumpai
kesan
Bed rest
Diuretik
Vasodilator
Obat Penghambat
Adrenergik
Reseptor
O2 2-4 l/menit
42
Balans cairan
cairan
dilakukan
untuk
kelahiran
atau
prematur.
Terminasi
bayi
hidup
di
luar
(KJDR)
terapi
untuk
gagal
jantung
tanpa
persalinan
pada
pasien Pada
Persalinan Pervaginam
Perabdominam
pasien
ini
dipilih
teknik
anestesi
spinal.
Hal
ini
jantung
saat
persalinan,
43
BAB V
PERMASALAHAN
1. Apakah yang harus dilakukan sebagai dokter umum terhadap pasien dengan
penyakit jantung dalam kehamilan ?
2. Apakah penanganan pasien dalam kasus ini sudah tepat ?
44
DAFTAR PUSTAKA
1. Anwar, TB. 2005. Wanita Kehamilan dan Penyakit Jantung. Fakultas
Kedokteran Universitas Sumatra Utara: Usu Repository
2. Wiyati.PS, Wibowo,B. 2013. Luaran Maternal dan Perinatal pada Hamil
dengan Penyakit Jantung di RSUP Dr. Kariadi Semarang. Rs kariadi Majalah
Obstetri & Ginekologi, 2013 : 20-30 20
3. DeCherney, AH., et al. 2007. Current Diagnosis & Treatment Obstetrics
&Gynecology, Tenth Edition. New York: The McGraw-Hill. p. 22.1-9.
4. Sovndal, S, Jeffrey AT. 2005. Cardiovascular Disorders in Pregnancy. In
Pearlman,MD., Judith ET., Pamela LD. Obstetrics
& Gynecology
45
Sarwono
Prawirohardjo.
Jakarta:
PT
Bina
Pustaka
[cited
2012
August
3];
Available
from:
URL:http://cmbi.bjmu.edu.cn/uptodate/congestive%20heart
%20failure/Treatment/Pharmacologic%20management%20of%20heart
%20failure%20in%20pregnancy.htm.
12. Franklin, WJ. 2011. Cardiac disease in pregnancy. Texas Heart Institute
Journal.Available at http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3066821/
13. Mohammad T.N. 2015 Cardiovascular disease and pregnancy. Medscape.
Available at http://emedicine.medscape.com/article/162004-overview#a2
14. Naderi S, Raymond R. 2014. pregnancy and heart disease. Cleveland clinical
Circulation
medicine.
Available
at
http://www.clevelandclinicmeded.com/medicalpubs/diseasemanagement/cardi
ology/pregnancy-and-heart-disease/#top
15. European society of cardiologist. 2012. ESC Guidelines on the management
of cardiovascular diseases during pregnancy.2012. European Heart Journal
(2011) 32, 31473197
16. Good care practice. 2011 .
Gynaecologists.
17. Bonow RO, Mann DL, Zipes DP, Libby P, eds. 2011. Braunwald's Heart
Disease: ATextbook of Cardiovascular Medicine. 9th ed. Philadelphia, Pa:
Saunders Elsevier;
46