Anda di halaman 1dari 29

A.

Infeksi Luka Operasi


Infeksi luka operasi hal yang paling mungkin terjadi, karena pembedahan
merupakan tindakan yang dengan sengaja membuat luka pada jaringan dan merupakan
suatu tempat jalan masuk dari bakteri, sehingga membutuhkan tingkat sterilitas yang
maksimal dan juga orang-orang yang ikut dalam operasi harus dibatasi jumlahnya.
Infeksi luka operasi adalah infeksi dari luka yang didapat setelah operasi. Dapat
terjadi diantara 30 hari setelah operasi, biasanya terjadi antara 5 sampai 10 hari setelah
operasi. Infeksi luka operasi ini dapat terjadi pada luka yang tertutup ataupun pada luka
yang terbuka, dikarenakan untuk proses penyembuhannya. Dapat juga terjadi pada
jaringan maupun pada bagian dari organ tubuh dan juga dapat terjadi pada jaringan
superfisial (yang dekat dengan kulit) ataupun pada jaringan yang lebih dalam. Pada
kasus yang serius dapat mengenai organ tubuh.
Menurut sistem CDCs terdapat stpasienrisasi pada kriteria untuk mendefinisikan
infeksi luka operasi, yaitu :
1. Infeksi Superfisial, yaitu infeksi yang terjadi diantara 30 hari setelah
operasi dan infeksi hanya mengenai pada kulit atau jaringan subkutan
pada daerah bekas insisi.
2. Infeksi Dalam, yaitu infeksi yang terjadi diantara 30 hari setelah operasi
dimana tidak menggunakan alat-alat yang ditanam pada daerah dalam
dan jika menggunakan alat-alat yang ditanam maka infeksi terjadi
diantara 1 tahun dan infeksi yang terjadi berhubungan dengan luka
operasi dan infeksi mengenai jaringan lunak yang dalam dari luka bekas
insisi.
3. Organ atau ruang, yaitu infeksi yang terjadi diantara 30 hari setelah
operasi dimana tidak menggunakan alat yang ditanam pada daerah dalam
dan jika menggunakan alat yang ditanam maka infeksi terjadi diantara 1
tahun dan infeksi yang terjadi berhubungan dengan luka operasi dan
infeksi mengenai salah satu dari bagian organ tubuh, selain pada daerah

insisi tapi juga selama operasi berlangsung karena manipulasi yang


terjadi.
Penyebab
Infeksi yang terjadi pada luka operasi disebabkan oleh bakteri, yaitu bakteri gram
negatif (E. coli), gram positif (Enterococcus) dan terkadang bakteri anaerob dapat yang
berasal dari kulit, lingkungan, dari alat-alat untuk menutup luka dan operasi. Bakteri
yang paling banyak adalah Staphylococcus.
Patogenesis
Pada akhir operasi, bakteri dan mikroorganisme lain mengkontaminasi seluruh
luka operasi, tapi hanya sedikit pasien yang secara klinis menimbulkan infeksi (Fry
2003). Infeksi tidak berkembang pada kebanyakan pasien karena pertahanan tubuhnya
yang efektif untuk menghilangkan organisme yang mengkontaminasi luka operasi.
Infeksi potensial terjadi tergantung pada beberapa faktor, diantaranya yang terpenting
adalah :

Jumlah bakteri yang memasuki luka


Tipe dan virulensi bakteri
Pertahanan tubuh host
Faktor eksternal, seperti : berada di rumah sakit beberapa hari sebelum pembedahan
dan operasi yang berlangsung lebih dari 4 jam.

Selain itu juga dipengaruhi faktor lain yaitu :


1. Operating suite, yaitu tidak adanya batas yang jelas antara ruang untuk
operasi dan ruang untuk mempersiapkan pasien atau untuk pemulihan
dan juga pakaian yang digunakan hampir tidak ada bedanya.
2. Operating room, ruangan yang digunakan untuk operasi harus dijaga
sterilitasnya.
3. Tim operasi, yaitu harus ada orang yang merawat pasien dari sebelum,
saat dan setelah operasi. Operator, asisten dan instrumen harus menjaga
sterilitas karena berhubungan langsung dengan daerah lapang operasi.
2

Orang-orang yang tidak ikut sebagai tim operasi harus menjauhi daerah
lapang operasi dan menjauhi daerah alat karena mereka tidak steril dan
pasien bisa terinfeksi nantinya.
Faktor pasien :
1. Status nutrisi yang buruk
Dapat menjadi atau tidak dapat menjadi faktor yang mengkontribusi. Sayangnya
beberapa penelitian tidak dilakukan pada negara berkembang dimana malnutrisi
berat lebih banyak terjadi.
2. Diabetes Mellitus yang tidak terkontrol
3. Merokok
4. Kegemukan
Meningkatkan resiko pada lapisan lemak abdomen subkutan yang lebih dari 3 cm
(1,5 inch). Resiko meningkat dikarenakan dibutuhkan incisi yang lebih luas,
sirkulasi yang berkurang pada jaringan lemak atau kesulitan teknik operasi saat
melewati lapisan lemak
5. Infeksi koeksisten pada tempat lain di tubuh
Dapat meningkatkan resiko penyebaran infeksi melalui aliran darah
6. Kolonisasi dengan mikroorganisme
7. Perubahan respon imun ( HIV / AIDS dan pengguna kortikosteroid jangka
panjang)
8. Lamanya perawatan sebelum operasi
Faktor Operasi
1. Pencukuran sebelum operasi

2. Persiapan kulit sebelum operasi


3. Lamanya operasi
4. Profilaksis antimikroba
5. Ventilasi ruang operasi
6. Pembersihan atatu sterilisasi instrumen
7. Material asing pada tempat pembedahan
8. Drain
9. Teknik pembedahan
10. Hemostasis yang buruk
11. Kegagalan untuk menutupi dead space
12. Trauma jaringan
Faktor mikrobiologi
1. Sekresi toksin
2. Hambatan pembersihan (contoh ; karena pembentukan kapsul)
Gejala dan Tanda
Pasien merasakan beberapa gejala yang dirasakan saat terjadi infeksi pada luka
operasi :
1. Nyeri
2. Hipotermi atau hipertermi
3. Tekanan darah rendah
4. Palpitasi
4

5. Keluar cairan dari luka operasi, bisa berupa darah ataupun nanah (bisa
berwarna dan berbau)
6. Bengkak (pasien merasa nyeri, sekitar daerah yang membengkak terasa
hangat dan berwarna merah)
Diagnosa
Untuk mendiagnosa apakah itu suatu infeksi luka operasi dapat dengan cara :
1. Pemeriksaan fisik, dengan memeriksa apakah ada pembengkakan, cairan
atau sekret yang keluar. Harus diperhatikan juga apakah ada penyebaran
dari infeksi.
2. Tes darah, darah dapat mengetahui bagaimana keadaan tubuh kita dan
bakteri apa yang terdapat dan yang menginfeksi.
3. Tes pencitraan, termasuk x-ray,MRI, scan tulang.
4. Kultur dari luka dan biopsi jaringan, untuk mengidentifikasikan bakteri
apa yang terdapat pada luka, jenis infeksi dan pengobatan apa yang
tepat.
Faktor luka lokal dihubungkan dengan fakta bahwa pembedahan merusak
mekanisme benteng pertahanan seperti kulit dan mukosa saluran pencernaan selam
dilakukan pembedahan. Teknik pembedahan yang baik adalah jalan terbaik untuk
mencegah infeksi luka operasi.
Klasifikasi luka operasi
Clean (class I)

luka operasi yang tidak terinfeksi yang


mana tidak ada peradangan yang
ditemukan pada saluran pernafasan,
saluran pencernaan, genital, atau traktus
urinarius tidak terkena. Luka biasanya
tertutup dan jika perlu drainase dengan
closed drainage. Luka operasi diikuti
dengan trauma tumpul seharusnya
dimasukkan pada kategori ini jika masuk
dalam kriteria.
5

Contoh : Hernia repair, biopsi mammae


1-5,4%
Clean-contaminated (Class II)

Luka operasi yang mana saluran


pencernaan, saluran pernafasan, traktus
urinarius dan genital terkena dengan
kondisi terkontrol dan tanpa kontaminasi
yang tidak biasanya.
Contoh : Cholecystectomy,
saluran pencernaan elektif

Contaminated (Class III)

operasi

terbuka, baru, luka tiba-tiba. Sebagai


tambahannya,
pembedahan
dengan
potongan besar dengan tknik yang steril
atau kebocoran besar pada saluran
pencernaan, dan sayatan yang akut,
inflamasi yang nonpurulen termasuk
dalam kategori ini.
Contoh : Trauma, luka jaringan yang luas,
enterotomy saat obstrusi usus

Dirty (Class IV)

Luka traumatik yang lama yang tertahan


pada jaringan yang dilemahkan yang
termasuk infeksi klinis yang ada atau
visera yang perforasi. Definisi ini
menunjukkan bahwa organisme penyebab
infeksi post operasi
Contoh : Perforasi diverculitis, infeksi
nekrotik jaringan lunak 3,1-12,8%

Kelas Luka

Bersih

Definisi

Contoh
tindakan
kasus bedah

Neitromatik
bedah efektif
dan tidak
membuka

Angka
infeksi luka
(%)

Eksisi luar pada tumor


payudara

Organisme
yang
biasanya
terlibar
2
Staphiloccocu
s tb millier

Bersih
terkontaminas

Bersih
Terkontaminas
i
Kotor

saluran cerna
sistem bilier,
saluran nafas,
atau geniti
urinari
Bedah saluran
napas ,sistem
genito.
Luka terbuka
traumatik
Luka terbuka
kotor,trumatik
, kotor,

Gestrektomi,Histerektom <10
i

Perforasi usus buntu

Bergantung
pada saluran
sama bang
billy
20
Bergantung
pada yang
menanggapi
28- 70 bergantung
pada benyakit
yang
mendasari

F. Penatalaksanaan
1. Pembersihan luka
Hal ini bisa dilakukan dengan mencuci luka dengan air steril. Hal ini bisa
dilakukan dengan menggunakan tekanan tinggi dengan jarum atau kateter dan alat
penyemprot yang besar. Solusi pembunuhan kuman dapat digunakan unuk
membersihkan luka.
2. Debridement
Hal ini dilakukan untuk membersihkan dan membuang objek, atau kulit mati
dan jaringan dari daerah luka. Dokter dapat membatasi area yang rusak pada luka
atau sekitar luka. Pembalut basah bisa ditempatkan pada luka dan dibiarkan
mengering. Dokter juga bisa mengeringkan luka untuk membersihkan pus.
3. Penutup luka
Hal ini juga disebut pembalut luka. Pembalut digunakan untuk melindungi luka
dari kerusakan lebih lanjut dan infeksi. Hal ini juga menolong menyediakan tekanan

untuk mengurangi pembengkakan. Pembalut bisa berbagai bentuk. Pembalut bisa


mengandung beberapa substansi untuk menlong mempercepat penyembuhan.
4. Obat-obatan
Dokter mungkin memberikan antibiotik untuk mengatasi infeksi. Pasien juga
mungkin diberikan obat-obatan untuk mengurangi sakit, pembengkakan, atau
demam.
5. Terapi oksigen hyperbarik
Juga disebut HBO. HBO digunakan untuk memperoleh oksigen lebih banyak ke
dalam tubuh. Oksigen diberikan dibawah tekanan untuk menolong oksigen supaya
sampai ke jaringan dan darah. Pasien dimasukkan ke ruangan yang berbentuk
seperti tabung yang disebut ruangan hiperbarik atau ruangan tekanan. Pasien bisa
melihat dokter dan berbicara dengan mereka melalui pengeras suara. Pasien
mungkin mebutuhkan terapi ini lebih dari sekali.
6. Terapi tekanan negatif
Juga sisebut vacuum-assisted closure (VAC). Pembalut berbentuk spesial
dengan melekat pada sebuah tabung diletakkan didalam kavitas luka dan ditutup
dengan ketat. Tabung berhubungan ke sebuah pompa yang akan menolong
menyedot keluar cairan berlebih dan kotoran dari luka. VAC juga mungkin
menolong untuk meningkatkan aliran darah dan mengurangi jumlah bakteri di luka.
7. Pengobatan lain
Mengontrol atau mengobati kondisi medis yang menyebabkan penyembuhan
luka yang buruk menolong mengobati infeksi pada luka. Pasien mungkin perlu
minum obat untuk mengontrol penyakit seperti diabetes atau tekanan darah tinggi.
Dokter mungkin memberikan pasien supplemen atau menyarankan diet spesial
untuk meningkatkan nutrisi dan kesehatan pasien. Pembedahan mungkin dilakukan
untuk meningkatkan aliran darah jika pasien mempunyai masalah dengan pembuluh
darah.

PENCEGAHAN
I. Preoperative
a. Persiapan pasien
1 Kapanpun jika memungkinkan, identifikasi dan obati semua infeksi yang terlokalisir
di daerah operasi sebelum operasi elektif dan operasi elektif yang tertunda pada
pasien dengan dearah infeksi pada luka sampai infeksi terobati.
2 Jangan mencukur rambut sebelum operasi kecuali jika rambut tersebut atau sekitar
daerah insisi akan mengganggu operai.
3 Jika rambut dicukur, cukur secepatnya sebelum operasi, lebih baik dengan pemotong
elektrik.
4 Kontrol tingkat glukosa darah serum secara adekuat pada semua pasien diabetes dan
selalu hindari hiperglikemi sebelum operasi.
5 Sarankan penghentian merokok. Minimal instruksikan pasien untuk tidak merokok
kretek, tembakau, atau bentuk konsumsi tembakau lain selama paling tidak 30 hari
sebelum operasi elektif.
6 Jangan menahan darah pasien yang di operasi untuk mencegah infeksi luka operasi.
7 Minta pasien untuk mandi dengan cairan atiseptik pada paling tidak malam sebelum
operasi dilaksanakan.
8 Cuci dan bersihkan dengan benar sekitar daerah insisi untuk membuang kontaminasi
sebelum menyiapkan antiseptik kulit.
9 Gunakan antiseptik yang tepat.
10 Oleskan antiseptik secara lingkaran yang dimulai dari tengah bergerak menuju
pinggir. Daerah yang dipersiapkan harus cukup besar untuk memperpanjang sayatan
atau membuat sayatan baru jika diperlukan.
11 Usahakan pre operasi pasien di rumah sakit sesingkat mungkin.
9

12 Tidak direkomendasikan untuk menurunkan atau menghentikan penggunaan steroid


sistemik sebelum operasi selektif.
13 Tidak direkomendasikan untuk hanya meningkatkan support nutrisi untuk pasien
operasi yang dimaksudkan untuk mencegah infeksi luka operasi.
14 Tidak direkomendasikan untuk menggunakan mupicorin ke hidung untuk mencegah
infeksi luka operasi.
b. Antiseptik tangan/ lengan bawah untuk anggota tim bedah.
1. Potong pendek kuku dan jangan memakai kuku palsu.
2. Lakukan pencucian tangan sebelum operasi paling tidak 2 sampai 5 menit
menggunakan antiseptik yang tepat. Cuci tangan dan lengan bawah sampai ke siku.
3. Setelah mencuci tangan, jaga tangan di atas dan tidak bersentuhan dengan tubuh
(siku pada posisi fleksi) sehingga air bergerak dari ujung jari menuju siku.
Keringkan tangan dengn handuk steril dan pakai baju operasi steril dan sarung
tangan steril.
4. Bersihkan bawah tiap kuku sebelum mencuci tangan pertamakali.
5. Jangan menggunakan perhiasan.
6. Tidak direkomendasikan menggunakan cat kuku.
c. Penanganan personel bedah yang terinfeksi
1 Edukasi dan sarankan personel bedah yang memiliki gejala dan tpasien penyakit
infeksi yang menular agar melaporkan keadan mereka dengan segera kepada
supervisor dan personel kesehatan kerja.
2 Membuat kebijakan yang baik mengenai tanggungjawab perawatan pasien ketika
personal potensial berada pada kondisi infeksius yang menular. Kebijakankebijakan ini seharusnya mengatur : (a) Tanggungjawab personel dalam
menggunakan pelayanan kesehatan dan melaporkan penyakit, (b) pembatasan kerja,

10

dan (c) ijin untuk kembali bekerja setelah menderita penyakit yang membutuhkan
pembatasan kerja. Kebijakan-kebijakan tersebut seharusnya mengidentifikasi
individu yang memiliki kekuasaan untuk mengistirahatkan personel dari kerja
mereka.
3 Menghentikan dari tugas operasi personel yang mempunyai lesi kulit yang telah
mengering sampai infeksi hilang atau personel tersebut telah menerima terapi
adekuat dan infeksi telah sembuh.
4 Jangan secara rutin mengeluarkan personel operasi yang terkolonisasi dengan
organisasi seperti S. aureus (hidung, tangan atau bagian tubuh lain) atau grup A
Streptococcus, kecuali personel tersebut telah dihubungkan secara epidemiologi
kepada penyebaran organisme di wilayah pusat kesehatan.
Profilaksis antimicrobial
1 Berikan antimikroba profilaksis hanya ketika diindikasikan, dan dipilih berdasarkan
patogen yang paling umum menyebabkan infeksi luka operasi untuk operasi spesifik
dan rekomendasi yang dipublikasikan.
2 Berikan dosis inisial antimikroba profilaktik secara intravena, dihitung seperti
konsentrasi bakterisidal obat yang ada dalam serum dan jaringan ketika insisi
dilakukan. Pertahankan tingkat terapeutik agen dalam serum dan jaringan selama
operasi dan sampai, kebanyakan, beberapa jam setelah insisi ditutup di kamar
operasi.
3 Sebelum operasi elektif kolorektal sebagai tambahan d2 diatas, persiapkan kolon
secara mekanik dengan menggunakan enema dan agen katartik. Berikan agen
antimikroba nonabsorbel dalam dosis terbagi sehari sebelum operasi.
4 Untuk seksio sesaria risiko tinggi, berikan agen antimikroba profilaktik segera setelah
tali pusat diklem.
5 Jangan gunakan vankomisin sebagai anti mikroba profilaksis.
II. Intra operatif

11

a. Ventilasi
1 Pertahankan ventilasi tekanan positif di kamar operasi dengan memperhatikan koridor
dan area yang berdekatan.
2 Pertahankan minimal pergantian udara 15 kali perjam, yang mana paling tidak 3
sebaiknya udara segar.
3 Saring semua udara, disirkulasi ulang dan segar, melalui filter yang baik sesuai
rekomendasi institut arsitek Amerika.
4 Memasukkan semua udara di langit-langit, dan alat pembuangan uap dekat lantai.
5 Jangan menggunakan radiasi UV di kamar operasi untuk mencegah infeksi luka
operasi.
6 Tetap tutup pintu ruang operasi kecuali dibutuhkan untuk jalan peralatan, personel dan
pasien.
7 Pertimbangkan melakukan operasi implan ortopedik dimana tesedia udara sangat
bersih.
8 Batasi jumlah personel yang memasuki ruang operasi sesuai yang dibutuhkan.
b. Membersihkan dan diinfeksi permukaan lingkungan
1 Ketika kotoran yang terlihat atau kontaminasi dengan darah atau cairan tubuh
permukaan atau peralatan terjadi selama operasi, gunakan disinfektan untuk
membersihkan area yang terkena sebelum operasi berikutnya.
2 Jangan melakukan pembersihan khusus atau menutup kamar operasi setelah
terkontaminasi atau operasi yang kotor.
3 Jangan menggunakan keset kaki yang lengket di jalan masuk kamar operasi atau
kamar operasi individu untuk mengontrol infeksi.
4 Vakum basah lantai kamar operasi setelah operasi terakhir dengan disinfektan.

12

5 Tidak ada rekomendasi untuk disinfeksi permukaan lingkungan atau peralatan yang
digunakan di kamar operasi dalam beberapa operasi jika tidak terlihat kotoran
c. Sterilisasi peralatan bedah
1 Sterilisasi instrumen operasi sesuai dengan panduan yang dipublikasikan.
2 Lakukan sterilisasi cepat hanya pada item peralatan perawatan penyakit yang akan
digunakan segera. Jangan gunakan sterilisasi cepat untuk alasan kenyamanan,
seperti sebuah alternatif membeli peralatan tambahan, atau untuk menghemat
waktu.
d. Pakaian operasi
1 Pakai masker operasi yang menutup keseluruhan mulut dan hidung ketika memasuki
ruang operasi jika operasi akan dimulai atau sedang berjalan atau jika instrument
steril sedang terekspos. Pakai masker selama operasi.
2 Gunakan topi atau tudung untuk menutupi rambut secara keseluruhan di kepala dan
wajah ketika memasuki ruang operasi.
3 Jangan menggunakan penutup sepatu untuk mencegah infeksi luka operasi.
4 Pakai sarung tangan steril jika menjadi tim operasi. Pakai sarung tangan setelah
memakai baju steril.
5 Gunakan jubah operasi dan penutup yang merupakan barier efektif ketika basah.
6 Ganti baju operasi yang terlihar sudah kotor, terkontaminasi danatau dipenetrasi oleh
darah atau material lain yang potensial infeksius.
e. Asepsi dan teknik operasi
1 Mengikuti prinsip asepsis ketika menempatkan peralatan intravascular, kateter
anesthesia spinal atau epidural, atau ketika memberikan obat secara intravena.
2 Susun peralatan steril dan obat cair sebelum digunakan.

13

3 Perlakukan jaringan dengan lembut, pertahankan hemotasis efektif, minimalkan


jaringan lemah dan benda asing dan eradikasi ruang mati di tepat operasi.
4 Lakukan penutupan tunda kulit primer atau biarkan sebuah sayatan terbuka agar
sembuh kemudian jika ahli bedah memperkirakan daerah operasi terkontaminasi
berat.
f. Perawatan insisi setelah operasi
1 Lindungi dengan penutup steril untuk 24 sampai 48 jam setelah operasi, sebuah
sayatan yang telah tertutup secara primer.
2 Cuci tangan sebelum dan sesudah mengganti penutup dan setelah kontak dengan
tempat operasi.
3 Ketika penutup sayatan harus diganti, gunakan teknik yang steril.
4 Edukasi pasien dan keluarga menyangkut perawatan sayatan yang baik, gejala
infeksiluka operasi, dan perlunya melapor segera.
5 Tidak ada rekomendasi untuk menutupi sayatan yang tertutup secara primer melebihi
48 jam.

14

B. PRINSIP UMUM PENGGUNAAN ANTIBIOTIK

A. Faktor Faktor yang Harus Dipertimbangkan pada Penggunaan Antibiotik


1. Resistensi mikroorganisme terhadap antibiotik.
2. Faktor farmakokinetik dan farmakodinamik. Hal ini diperlukan untuk
menetapkan jenis dan dosis antibiotika secara tepat.
3. Faktor interaksi dan efek samping obat. Efek dari interaksi yang dapat terjadi
cukup beragam mulai dari yang ringan seperti penurunan absorbsi obat atau
penundaan absorbsi hingga meningkatkan efek toksik obat lainnya.
4. Faktor

biaya.

Peresepanantibiotikyangmahal,denganhargadiluarbataskemampuankeuanganpa
sienakanberdampakpadatidakterbelinyaantibiotikolehpasien,sehinggamengakib
atkanterjadinyakegagalanterapi.Setepatapapunantibiotikyangdiresepkanapabila
jauhdaritingkatkemampuankeuanganpasiententutidakakanbermanfaat.
B. Prinsip Penggunaan Antibiotik Bijak (Prudent)
1. Penggunaan antibiotik bijak yaitu penggunaan

antibiotik

dengan

spektrumsempit, pada indikasi yang ketat dengan dosis yang adekuat, interval
danlama pemberian yang tepat.
2. Kebijakan penggunaan antibiotik (antibiotic policy) ditandai dengan
pembatasan penggunaan antibiotik dan mengutamakan penggunaanantibiotik
lini pertama.
3. Pembatasan

penggunaan

antibiotik

dapat

dilakukan

dengan

menerapkanpedoman penggunaan antibiotik, penerapan penggunaan antibiotik


secaraterbatas

(restricted),

dan

penerapan

kewenangan

dalam

penggunaanantibiotik tertentu (reserved antibiotics).


4. Indikasi ketat penggunaan antibiotik dimulai dengan menegakkandiagnosis
penyakit infeksi, menggunakan informasi klinis dan hasilpemeriksaan
laboratorium seperti mikrobiologi, serologi, dan penunjanglainnya. Antibiotik
tidak diberikan pada penyakit infeksi yang disebabkanoleh virus atau penyakit
yang dapat sembuh sendiri (self-limited).
5. Pemilihan jenis antibiotik harus berdasar pada:
a. Informasi tentang spektrum kuman penyebab infeksi dan polakepekaan
kuman terhadap antibiotik.
b. Hasil pemeriksaan mikrobiologi atau perkiraan kuman penyebabinfeksi.
c. Profil farmakokinetik dan farmakodinamik antibiotik.
d. Melakukan de-eskalasi setelah mempertimbangkan hasil mikrobiologidan
keadaan klinis pasien serta ketersediaan obat.
15

e. Cost effective: obat dipilih atas dasar yang paling cost effective danaman.
6. Penerapan penggunaan antibiotik secara bijak dilakukan dengan
beberapalangkah sebagai berikut:
a. Meningkatkan pemahaman tenaga kesehatan terhadap penggunaanantibiotik
secara bijak.
b. Meningkatkan ketersediaan dan mutu fasilitas penunjang, denganpenguatan
pada

laboratorium

hematologi,

imunologi,

dan

mikrobiologiatau

laboratorium lain yang berkaitan dengan penyakit infeksi.


c. Menjamin ketersediaan tenaga kesehatan yang kompeten di bidanginfeksi.
d. Mengembangkan sistem penanganan penyakit infeksi secara tim
(teamwork).
e. Membentuk tim pengendali dan pemantau penggunaan antibiotiksecara
bijak yang bersifat multi disiplin.
f. Memantau penggunaan antibiotik secara intensif danberkesinambungan.
g. Menetapkan kebijakan dan pedoman penggunaan antibiotik secara lebih
rincidi tingkat nasional, rumah sakit, fasilitas pelayanan kesehatan lainnya
danmasyarakat.
C. Prinsip Penggunaan Antibiotik untuk Terapi Empiris dan Definitif
1. Antibiotik untuk terapi empiris
a. Penggunaan antibiotik untuk terapi empiris adalah penggunaanantibiotik pada
kasus infeksi yang belum diketahui jenis bakteripenyebabnya.
b. Tujuan pemberian antibiotik untuk terapi empiris adalah

eradikasi

ataupenghambatan pertumbuhan bakteri yang diduga menjadi penyebabinfeksi,


sebelum diperoleh hasil pemeriksaan mikrobiologi.
c. Indikasi: ditemukan sindrom klinis yang mengarah pada keterlibatanbakteri
tertentu yang paling sering menjadi penyebab infeksi.
Dasar pemilihan jenis dan dosis antibiotik data epidemiologi danpola
resistensi bakteri yang tersedia di komunitas atau di rumahsakit

setempat.
Kondisi klinis pasien.
Ketersediaan antibiotik.
Kemampuan antibiotik untuk menembus ke dalam jaringan/organyang

terinfeksi.
Untuk infeksi berat yang diduga disebabkan oleh polimikroba

dapatdigunakan antibiotik kombinasi.


d. Rute pemberian: antibiotik oral seharusnya menjadi pilihan pertamauntuk terapi
infeksi. Pada infeksi sedang sampai berat dapatdipertimbangkan menggunakan
antibiotik parenteral.

16

e. Lama pemberian: antibiotik empiris diberikan untuk jangka waktu 48-72 jam.
Selanjutnya harus dilakukan evaluasi berdasarkan datamikrobiologis dan
kondisi klinis pasien serta data penunjang lainnya.
f. Evaluasi penggunaan antibiotik empiris dapat dilakukan seperti pada tabel
berikut:
Hasil
Kultur
+

Klinis

Sensitivitas

Tindak Lanjut

Membaik

Sesuai

Lakukan sesuai prinsip De-

+
+
+
-

Membaik
Tetap / Memburuk
Tetap / Memburuk
Membaik
Tetap / Memburuk

Tidak Sesuai
Sesuai
Tidak Sesuai
0
0

Eskalasi
Evaluasi diagnosis dan terapi
Evaluasi diagnosis dan terapi
Evaluasi diagnosis dan terapi
Evaluasi diagnosis dan terapi
Evaluasi diagnosis dan terapi

2. Antibiotik untuk terapi definitif


a. Penggunaan antibiotik untuk terapi definitif adalah penggunaanantibiotik
pada kasus infeksi yang sudah diketahui jenis bakteripenyebab dan pola
resistensinya.
b. Tujuan pemberian antibiotik untuk terapi definitif adalah eradikasi
ataupenghambatan

pertumbuhan

bakteri

yang

menjadi

penyebab

infeksi,berdasarkan hasil pemeriksaan mikrobiologi.


c. Indikasi: sesuai dengan hasil mikrobiologi yang menjadi penyebabinfeksi.
d. Dasar pemilihan jenis dan dosis antibiotik:
Efikasi klinik dan keamanan berdasarkan hasil uji klinik.
Sensitivitas.
Biaya.
Kondisi klinis pasien.
Diutamakan antibiotik lini pertama/spektrum sempit.
Ketersediaan antibiotik (sesuai formularium rumah sakit).
Sesuai dengan Pedoman Diagnosis dan Terapi (PDT) setempat
yangterkini.
Paling kecil memunculkan risiko terjadi bakteri resisten.
e. Rute pemberian: antibiotik oral seharusnya menjadi pilihan pertama
untukterapi

infeksi.

Pada

dipertimbangkanmenggunakan

infeksi

sedang

antibiotik

sampai

parenteral.

berat
Jika

dapat
kondisi

pasienmemungkinkan, pemberian antibiotik parenteral harus segera diganti


denganantibiotik per oral.
f. Lama pemberian antibiotik definitif berdasarkan pada efikasi klinis
untukeradikasi bakteri sesuai diagnosis awal yang telah dikonfirmasi.
17

Selanjutnyaharus dilakukan evaluasi berdasarkan data mikrobiologis dan


kondisi klinispasien serta data penunjang lainnya.
D. Prinsip Penggunaan Antibiotik Profilaksis Bedah
Pemberian antibiotik sebelum, saat dan hingga 24 jam pasca operasi padakasus
yang secara klinis tidak didapatkan tanda-tanda infeksi dengan tujuanuntuk
mencegah terjadi infeksi luka operasi.Diharapkan pada saat operasi antibiotik di
jaringan target operasi sudahmencapai kadar optimal yang efektif untuk
menghambat pertumbuhan bakteri. Prinsip penggunaan antibiotik profilaksis selain
tepatdalam pemilihan jenis juga mempertimbangkan konsentrasi antibiotik
dalamjaringan saat mulai dan selama operasi berlangsung.
E. Penggunaan Antibiotik Kombinasi
1. Antibiotik kombinasi adalah pemberian antibiotik lebih dari satu jenis
untukmengatasi infeksi.
2. Tujuan pemberian antibiotik kombinasi adalah:
a.Meningkatkan aktivitas antibiotik pada infeksi spesifik (efek sinergis).
b. Memperlambat dan mengurangi risiko timbulnya bakteri resisten.
3. Indikasi penggunaan antibotik kombinasi:
a.Infeksi disebabkan oleh lebih dari satu bakteri (polibakteri).
b. Abses intraabdominal, hepatik, otak dan saluran genital
(infeksicampuran aerob dan anaerob).
c.Terapi empiris pada infeksi berat.

4. Hal-hal yang perlu perhatian:


a.Kombinasi antibiotik yang bekerja pada target yang berbeda dapat
meningkatkan atau mengganggu keseluruhan aktivitas antibiotik.
b. Suatu kombinasi antibiotik dapat memiliki toksisitas yang bersifat
aditifatau superaditif.Contoh: Vankomisin secara tunggal memiliki efek
nefrotoksik minimal,tetapi pemberian bersama aminoglikosida dapat
meningkatkantoksisitasnya.
c.Diperlukan pengetahuan jenis infeksi, data mikrobiologi dan antibiotikuntuk
mendapatkan kombinasi rasional dengan hasil efektif.
Hindari penggunaan kombinasi antibiotik untuk terapi empiris

d.

jangkalama.
e.Pertimbangkan peningkatan biaya pengobatan pasien.

18

Antibiotik Profilaksis
Antibiotik Profilaksis merupakan antibiotik yang diberikan pada penderita yang
menjalani pembedahan sebelum adanya infeksi, yang tujuannya ialah untuk mencegah
terjadinya infeksi akibat tindakan pembedahan. Antibiotik profilaksis juga diberikan
untuk memperlama fase Golden Period yaitu fase pertahanan tubuh terhadap infeksi.
Tujuan terapi Antibiotik Profilaksis :

Mereduksi timbulnya infeksi yang terjadi pada pembedahan

Penggunaan antibiotik sebagai pendukung penanganan kejadian yang efektif

Meminimalkan efek antibiotik pada flora normal bakteri pasien

Meminimalkan efek samping

Menurunkan mortalitas dan morbiditas pasca operasi

Mengurangi lama waktu pasien harus menjalani rawat inap pasca operasi

Meminimalkan perubahan-perubahan pada pasien yang terkait dengan sistem


pertahanan tubuh
Pemberian antibioik profilaksis harus disertai dengan pertimbangan yang benar

yaitu indikasi, waktu, dan lama pemberian, serta pilihan antibiotik. Karena bertujuan
bertujuan mencegah infeksi pasca bedah, antibiotik profilaksis hanya diberikan dalam
jangka waktu pendek untuk melindungi pasien selama dilakukan tindakan bedah dan
pada masa segera dilakukan pembedahan ketika daya tahan pederita masih terekan.
Pada pembedahan bersih hampir tidsak ada kontaminasi kuman sehingga
antibiotik profilaksis tidak perlu di berikan.Jika terkontaminasi perlu diberikan
profilaksis karena kontaminasi yang ada di bed luka di khawatirkan menjadi
infeksi.Pada pembedahan kontaminasi dan kotor hampir pasti terjadi infeksi sehigga
antibiotik harus diberikan, dalam hal ini antibiotik dinamakan antibiotik terspeutik dini.
Berbagai antibiotik membutuhkan waktu berbeda untuk mencapai kadar dalam
darah yang dibutuhkanuntuk menghambat pertumbuhan kuman.Kadar ini biasanya 304
kali kadar minimal.Oleh karena itu profilaksis diberikan secara parenteral.Untuk
19

mencapi kadar di jaringan yang lebih tinggi pada waktu pembedahan antibiotik
profilaksis harus diberikan 1-2 jam prabedah.
Antibiotik sebaiknya tidak diberika dalam kombinasi karena memudahkan
terjadinya superinfeksi dan resisten kuman. Namun antibiotik diindikasi pada keadaan
tertentu

yaitu pada campuran yaitu pada pembedahan reseksi usus yang terlalu

tercemar kuman dan kepekaannya berbeda.Antibiotik kombinasi juga diberikan pada


pengobatan yanng penyebabnya belum jelas, misal seperti septikemia atau meningitis
purulenta. Kadang diperlukan antibiotik kombinasi untuk mendapatkan efek sinergis
seperti penisilin dan golongan amino glikosida.
Antibiotik erlu diberikan pada pasien yang mengalami penurunan imunitas
misalnya HIV atau terapi steroid jangka panjang, demikian pada operasi yang lama
menimbulkan depresi faal yang berat.Antibiotik diberikan jika dampak infeksi kecil
seperti prostesis sendi bersegmen atau pada protesis katup jantung karena infeks.
Pada
ainfeksi

pemberian antibiotik perlu diperhatikan kuman yang menyebabkan

dan antibiotik dipilih sesuai kuman terrsebut. Misal infeksi kokus gram

positif dapat digunaka penisilin dan sefalosporin.


Bedah Koleteral. Infeksi kontaminasi dengan feses merupakan infeksi yang serius
kuman yang terdapat di kolon dan rektum adalah kuman aerob E. coli, dan
streptoccocus faecali dan kuman anaerob B.fragilis dan klostridium.
Untuk operasi elektif perlu dilakukan pembersihan kolon diikuti antibiotik oral.
Pembersihan kolon dimulai dengan pemberian diet cair 5 hari prabedah dan diakhiri
pembersihan kolon secara mekanis dengan pencahar atau klisma. Cra lain adalah levase
usus yang diberikan dengan minum air sampai saluran cerna kosong.
Pemberian antibiotik untuk persiapan kolon dapat menyebabkan kolitis
pseudomembranosa. Kelainan timbul karena gangguan keseimbangan antara berbagai
golongan bakteri dalam kolon sehingga terjadi kolonisasi golonan bakteri di tertenu di
usus besar. Antibiotik yang terkenal menyebabakan kolitis pseudomembranosa adalah
adalah golongan linkomisi.
Bedah usus halus. Umumnya kuman hanya terdapat di ileum terminal kecuali
dalam keadaan obstruksi, iskemia, atau ileus paralitik. Dalam keadaan itu usus akan
20

cepat dipenuhi kuman yang berasal dari massa tinja sehingga persiapan prabedah sama
dengan persiapan orabedah kolateral.
Bedah Apendiks. Pada apendisitis tanpa porforasi kejadian infeksi pasca bedah
jarang terjadi sedangkan pada apendik perforata infeksi sering erjadi sehingga antibiotik
golongan penisislin sefalosporin atau tetrasiklin parenteral, metronidazole sangat
diperliukan.Bila ada peritnitis antibiotik harus diberikan lebih lama karena digunakan
sebagai terapi.
Bedah Gastroduodenum. Kejadian pasca bedah lambung perhantung pada ph
<4 umumnya membuat lambung steril yang merupakan pertahanan dari infeksi.jik
mikroba >4

mikroba mudah berkembang seperti pada tukak lambung, karsinoma

lambung, refluk empedu,anasidatas sedang dalam terapi antagonis H 2 penurunan


motilitas dan adanya darah dalam lambung.
Pemberian sefalosporin sangat baik untuk mencegah infeksi pasca bedah. Klindamisin
dapat di berikan untuk menghadapi kemungkinan infeksi anaerob sebab gram ini juga
eefektif pada gram positif dari mulut, terutama pada penderita karsinoma, porforasi
tukak atau perdarahan kronik.
Bedah Ssaluran Empedu. Normalnya pada saluran empedu steril tetapi pada
striktur sering ditemukan infeksi gram negatif kuman anaerob fakultatif dan
enterokokus. Pasien beresiko tinga yaitu mengalami kolangitis pernah menjalani badah
empedu,fistula biliodigestif, batu dukus koledukus, ikteri obstruktif dan pembedahan
gawat darurat.
Bedah Vaskular. Mikroba yang sering menyebabkan infeksi pasca bedah
vaskular adalah s.aureus ,s. epidermidisa.Antibiotik golongan sefalosporin diberikan
pada 1-3 hari sampai pipa endotrakeal, kateter urin, dan kateter intravna dicabut.
Bedah Kardiotoraks. Pada bedah kardiotoraks jantung, dan non jantung
resiko cukup tinggi mengingat biasanya digunakan pipa penyalir dan berbagai kateter
intravena intrakardial dan intra arteri.selain itu emakaian mesin jantung-paru terbuka
kemungkinan terkena kontaminasi dengan kuman lingkiungan.
Bedah Urologi. Infeksi saluran kemih sering menyebbkan septisemia
.Tingginya angka infeksi pasca bedah disebabkan sistisis, seperti batu buli-buli,
21

pemasangan kateter, dan prostatitis.Kateter menyebabkan bakteri uremia setelah 3-4


hari sehingga sebaiknya dipasang sistem tertutup yang perlu diganti tiap
minggu.Kuman

tersering

padsa

saluran

kemih

adala

e,coli,

proteus

mirsbilis,enterobacter sp, dan pseudomunas.Untuk antibiotik oral biasa digunakan


nitrofurantoin dan ampisilin.
Bedah Ortopedi. Pemasangan implan selalu disertai tinggi kemungkinan ada
benda asing. Pemasangan implan sering tidak menyebabkan infeksi selama antibiotik
diberikan , tetapi infeksi dapat muncul 1-2 tahun setelah oprasi.kuman yang sering
muncula yaitu s.aureus, S. E pidermidis dan kuman gram negatif lainnya . Anti biotik
yang diberikanadalah golongan penisilin izokazoli, dan sefaslosforin.

Algoritma Terapi Antibiotik Profilaksis Pembedahan

Terapi
Terapi non-farmakologi
-

menjaga suhu tubuh (normothermia)

pemberian oksigen tambahan selama operasi


22

mengontrol kadar glukosa selama operasi

Melakukan tindakan pencegahan seperti : menghilangkan rambut pada bagian


tubuh yang akan dibedah, perawatan luka pasca bedah dan menggunakan
perlengkapan bedah dan ruangan bedah yang steril

Terapi Farmakologi
Dengan Anbibiotik Profilaksis
Prinsip penggunaan antibiotik profilaksis :
- Tepat indikasi
Untuk bedah bersih kontaminasi, bersih yang memasang bahan prostesis,
operasi bersih yang jika sampai terjadi infeksi akan menimbulkan dampak yang
serius seperti operasi bedah syaraf, bedah jantung, dan mata.
- Tepat obat
Dengan mempertimbangkan spektrum antibiotik dan potensi bakteri.
- Tepat dosis
Untuk tujuan profilaksis diperlukan antibiotika dosis tinggi, agar didalam
sirkulasi dan didalam jaringan tubuh dicapai kadar diatas MIC. Dosis yang
kurang adekuat, tidak hanya tidak mampu menghambat pertumbuhan bakteri,
tetapi justru merangsang terjadinya resistensi bakteri
Tepat rute pemberian
Agar antibiotik dapat segera didistribusikan ke jaringan maka pemberiannya
dilakukan secara intravena
- Tepat waktu pemberian
Pemberian antibiotik umumnya 30-60 menit sebelum pembedahan

Waktu pemberian

Angka
kejadian
infeksi (%)

23

Pemberian dini (early), 2


24 jam sebelum operasi

3,8

Pre-operative, 0 2 jam
sebelum operasi

0,6

Peri-operative, 0 3 setelah
operasi

1,4

Poat-operative, 3 24 jam
setelah operasi

3,3

Tepat lama pemberian

Mempertimbangkan proses pembedahan, jika lama dapat diberikan dosis


tambahan dapat diberikan setiap 2 jam untuk sefoksitin atau setiap 4 jam untuk
sefazolin
Contoh penggunaan antibiotik profilaksis :

Penisilin
Cara kerja :
- menghambat pembelahan karena terjadi pertumbuhan dinding sel abnormal
- menghambat fase 3 sintesis dinding sel
24

Resistensi :
- mempengaruhi pecillin-binding protein
- tidak mampu menembus dinding sel
- enzim hidrolisa molekul protein
Spektrum :
- Cocci Gram-positif ( Streptococcus A dan B)
- Bacilli Gram-positif ( Corynebacterium diphtheria)
- Cocci Gram negatif (Neisseria meningitidis)
- Bacilli Gram-negatif (Streptobacillus moniliformis)
- Anaerob(Clostridium,Fusobacterium,Peptostreptococcus sp)
- Lain (Treponema pallidum, Leptospira, Enterobacter, Acinebacter sp.)
Efek samping :
- hipersensitivitas (1-5%) ( iritasi yang mengenai sistem saraf perifer)
- nefropati (reaksi alergi berupa nefritis interstisial dan hipokalemia)

Sefalosporin
Cara kerja :
- menghambat fase 3 sintesis dinding sel
- mengikat protein spesifik pada membran sel
- mempengaruhi permeabilitas sel
- melepaskan autolisin
Resistensi :
- menurunkan permeabilitas dinding sel
25

- membentuk beta-laktamase
Spektrum :
- Generasi I ( mis. Ancef, Keflin, Kefzol) organisme Gram positif
(Staphylococcus, Streptococcus), Gram negatif, Bacilli anaerob dan aerob.
- Generasi II (mis. Ceclor, Zinacef, Mefoxin) Kurang efektif terhadap kuman
Gram positif Hemophilus influenzae, baksil Gram negatif, Proteus, Enterobacter
sp.
- Generasi III (mis. Ceftazidime, Cefotaxim, Cefoperazone) Aerob Gram
negatif, Pseudomonas
Efek samping :
- hipersensitivitas terutama bila alergi penisilin
- hematologi (neutropenia, leukopenia, trombopenia)
- traktus digestivus (mual, muntah, anoreksia, diare)
Eritromisin
Cara kerja :
- menghambat sintesa protein bakteri dengan binding pada 50s subunit ribosom
Resistensi :
- mempengaruhi komponen protein 50s subunit ribosom melalui plasmid
Spektrum :
- sama dengan penisilin G
Mycoplasma, Legionella, Actinomyces sp.
Hemophilus influenzae
Efek samping :
- gangguan traktus digestivus
26

- hipersensitivitas
- Cholestatic hepatitis
Clindamycin
Cara kerja :
- menghambat sintesa protein bakteri dengan binding pada 50s subunit ribosom
Resistensi :
- mempengaruhi komponen protein 50s subunit ribosom melalui plasmid
Spektrum :
- aerob dan anaerob Gram positif
- anaerob Gram negatif ( beberapa Staphylococcus resisten)
Efek samping :
- kolitis pseudomembran
- nausea, diare
- hipersensitivitas
- leukopenia
- hepatotoksik transien (jarang)
Metronidazole
Cara kerja :
- menurunkan aktivitas metabolit intraseluler kuman
Spektrum :
- Bakteri anaerob
Efek samping :

27

- toksis pada SSP


- gangguan traktus digestivus
- neutropenia
- drug fever

Outcome Terapi diharapkan :


penurunan angka kejadian infeksi pasca bedah
penurunan jumlah flora pathogen penyebab infeksi
penurunan morbiditas baik jangka panjang maupun jangka pendek
pengurangan biaya dan lamanya rawat inap di rumah sakit
terhindarinya pembentukan resistensi antibiotik serta peningkatan kondisi pasien
kualitas hidup pasien pasca operasi.
Monitoring
Monitoring efek samping antibiotik
Monitoring kondisi fisik pasien, keluhan dan kondisi luka operasi
Monitoring kondisi umum pasien : temperature, kecepatan pernafasan, denyut
jantung/nadi, tekanan darah.
Kultur bakteri (dari darah, urin atau cairan tubuh lainnya)

28

29

Anda mungkin juga menyukai