Anda di halaman 1dari 25

HUBUNGAN FAKTOR PERSONAL DENGAN PERILAKU

SEKSUAL REMAJA PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI


DIII KEBIDANAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS RESPATI YOGYAKARTA TAHUN 2013
Githa Andriani
ABSTRAK
Faktor personal/individu, faktor lingkungan, dan faktor perilaku berhubungan dengan perilaku
seksual. Pengamatan awal 80% mahasiswa sudah memiliki pacar dan melakukan perilaku seksual.
Tujuan dari penelitian ini diketahuinya hubungan faktor personal dengan perilaku seksual remaja
pada mahasiswa program studi DIII Kebidanan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Respati
Yogyakarta Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan pendekatan cross sectional. Faktor
risiko yang diteliti meliputi harga diri, pengetahuan kesehatan reproduksi, kontrol diri, sikap perilaku
seksual, aktivitas pengisi waktu luang, religiusitas, dan gaya hidup. Populasi dalam penelitian ini
adalah semua mahasiswa program studi DIII Kebidanan dengan jumlah 1031. Sampel penelitian ini
sejumlah 140, dipilih dengan proportional random sampling. Pengumpulan data dilakukan
menggunakan kuesioner. Analisis data yang dilakukan meliputi analisis univariat, bivariat dengan uji
chi-square, dan analisis multivariat dengan regresi binary logistik. Hasil penelitian didapatkan
perilaku seksual beresiko sebanyak 48,6%. Hasil analisis bivariat menunjukkan semua variabel
berhubungan dengan perilaku seksual dengan hasil gaya hidup p=0,001, harga diri p=0,002, sikap
p=0,015, pengetahuan kesehatan reproduksi p=0,010, religiusitas p= 0,000, aktivitas watu luang p=
0,013 dan kontrol diri p= 0,029. Hasil analisis multivariat, didapatkan variabel yang paling
berhubungan dengan perilaku seksual yaitu variabel gaya hidup dengan nilai p=0,001 dan OR= 4,779
yang artinya gaya hidup beresiko memiliki peluang 4,77 kali lebih besar melakukan perilaku seksual
beresiko dibanding dengan gaya hidup tidak beresiko. Saran bagi institusi pendidikan kesehatan
adalah untuk meningkatkan kegiatan kemahasiswaan dan penggunaan asrama. Saran bagi dinas
kesehatan adalah membentuk kelompok bina keluarga remaja dan PIK KR.

PENDAHULUAN
Menurut hasil Sensus Penduduk tahun 2010

termasuk dalam usia sekolah dan usia kerja,

jumlah penduduk Indonesia sebanyak 237,6

dan

juta jiwa, dan

kesehatan reproduksi yaitu perilaku seksual

63,4 juta atau 26,67 persen

berisiko

terhadap

masalah-masalah

diantaranya adalah remaja. Besarnya penduduk

pranikah Napza adalah

remaja akan berpengaruh pada pembangunan

yaitu pada umur 11 20 tahun. Status remaja

dari aspek sosial, ekonomi maupun demografi

tidak tergolong anak-anak namun juga belum

baik saat ini maupun di masa yang akan

tergolong orang dewasa. Masa ini dimulai pada

datang. Penduduk remaja (10-24 tahun) perlu

saat terjadi kematangan seksual yaitu pada

mendapat perhatian serius karena remaja

umur

HIV/AIDS . Masa remaja merupakan masa


peralihan

antara

masa

kanak-kanak

dan

dewasa.

80

11-20

kematangan seksual

tahun.

Pada masa remaja terjadi perubahan fisik dan

faktor lingkungan, dan faktor perilaku(6). Faktor

psikologis.

Pada

perubahan

terjadi

personal yang mempengaruhi perilaku seksual

perubahan

secara

biologis

ditandai

adalah tingkat pengetahuan tentang HIV/AIDS,

dengan kematangan organ seks primer dan

tingkat pengetahuan tentang PMS, tingkat

sekunder dimana kondisi tersebut dipengaruhi

pengetahuan tentang kehamilan yang tidak

oleh kematangan hormon seksual. Secara

diinginkan, harga diri, religiusitas dan aktivitas

psikologis keadaan emosi remaja masih labil

sosial.

fisik
yang

Sesuai
(7)

dengan

pendapat

Syukur

dan emosi remaja tersebut lebih mendominasi

(1989)

dan menguasai diri remaja daripada pikiran

perilaku seseorang untuk menjaga kesusilaan

yang realitis. Dalam kehidupan sosial remaja

dan tata tertib masyarakat, manusia termotivasi

mulai tertarik pada lawan jenis dan mulai

untuk hidup religius karena menganggap

(3)

berpacaran

bahwa religiusitas dapat memotivasi

. Ketertarikan remaja terhadap

bahwa keyakinan religius diwujudkan dalam

lawan jenis mendorong untuk melakukan

kehidupan beragama akan berperan dalam

pacaran. Dewasa ini perilaku pacaran remaja

mengatur

menjurus pada perilaku seksual. Perilaku

Religiusitas memberikan sumbangan efektif

seksual adalah segala tingkah laku seksual

sebesar 8.18 terhadap perilaku free seks.

yang didorong oleh hasrat

seksual dengan

Sumbangan efektif yang relatif kecil tersebut

lawan jenisnya. Bentuk perilaku seksual ini

disebabkan masih adanya faktor lain yang

dapat dimulai dari berpegangan tangan sampai

mempengaruhi free sex sebesar 91.82. Faktor

(2)

kehidupan

bermasyarakat.

melakukan hubungan seksual atau coitus .

tersebut dapat berasal dari faktor internal dan

Sebagian dari tingkah laku tersebut tidak

eksternal. Perwujudan dorongan seks dalam

berdampak apa-apa, akan tetapi pada sebagian

bentuk perilaku seksual dipengaruhi oleh faktor

perilaku seksual dampaknya cukup serius

internal yang berasal dari kondisi personal

seperti perasaan bersalah, depresi, marah,

individu yaitu faktor kepribadian dan faktor

ketegangan mental dan kebingungan, akibat

situasional. Faktor religiusitas berpengaruh

lain

diantaranya

negatif terhadap perilaku free sex seseorang

terganggunya kesehatan dan risiko kehamilan.

artinya semakin tinggi religiusitas seseorang

Menurut Lewin (1951), perilaku merupakan

maka akan semakin rendah perilaku sexnya dan

fungsi

sebaliknya

yang

dapat

dari

faktor

terjadi

personal

dan

faktor

semakin

rendah

religiusitas

lingkungan. Perilaku merupakan fungsi dari

seseorang maka akan semakin tinggi perilaku

faktor personal dan faktor lingkungan artinya

seksnya

perilaku

oleh

perilaku seksual remaja mahasiswa STIKes di

lingkungan namun ditentukan juga oleh faktor

wilayah Jakarta Timur tahun 2011 adalah

personal
dari

tidak

hanya

ditentukan

(5)

. Menurut Teori Social-Learning

Bandura

(8)

berisiko sebanyak 29,5% dan sebanyak 4,5%


melakukan hubungan sex atau senggama dan

saling

petting. Perilaku seksual remaja berhubungan

berhubungan antara faktor personal/individu,

dengan pengetahuan, sikap, informasi dan

oleh

tiga

perilaku

. Menurut hasil penelitian Suara

manusia

dibedakan

bahwa

(7)

hal

yang

81

dengan

Menurut hasil penelitian Effili(11) faktor-faktor

pengetahuan rendah mempunyai kemungkinan

yang berpengaruh terhadap perilaku seksual

perilaku seksualnya beresiko dibandingkan

berisiko adalah teman sebaya dengan OR 2,5,

dengan responden yang berpengetahuan tinggi.

faktor sikap dengan OR 2.3, dan keterpaparan

Hasil Sexual Behavior Survey 2011 yang

media cetak dengan OR 1.6. Menurut laporan

dilakukan oleh DKT Indonesia di Jabodetabek

pendahuluan SDKI tahun 2012 bahwa 58

(Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi),

persen wanita mengetahui bahwa membatasi

Bandung, Yogyakarta, Surabaya dan Bali

seks hanya dengan satu partner (pasangan)

menunjukkan bahwa 39% responden sudah

sebagai cara mengurangi risiko penularan, 43

pernah berhubungan seksual saat masih berusia

persen

15-19 tahun serta berdasarkan hasil survey

kondom

Komisi Perlindungan Anak Indonesia tahun

kemungkinan terinfeksi, dan 37 persen dengan

2007

menggunakan

keharmonisan

di

keluarga.

12

Kota

Remaja

besar

di

Indonesia

mengatakan
secara

bahwa

teratur

kondom

menggunakan

akan

mengurangi

dan

membatasi

menyebutkan 62.7% siswi SMP mengaku

berhubungan seks hanya dengan satu pasangan

sudah

remaja

akan mengurangi risiko tertular HIV-AIDS.

mengaku sudah melakukan hubungan seks

Pengetahuan pria mengenai HIV-AIDS sedikit

sebelum menikah dan sekitar 21.2% remaja

lebih tinggi dibanding wanita. Untuk pria

SMA mengaku pernah melakukan aborsi.

kawin, 63 persen mengatakan HIV-AIDS dapat

Survei

Remaja

dihindari dengan membatasi hubungan seks

Indonesia tahun 2002-2003, remaja yang

hanya dengan satu pasangan, 59 persen

mengaku

pernah

menggunakan

kondom,

dan

berhubungan seksual sebelum menikah pada

menggunakan

kondom

dan

usia 14-19 tahun mencapai 34,7% untuk

berhubungan seks hanya dengan satu pasangan

perempuan

(12)

tidak

perawan

Kesehatan

memiliki

dan

lagi,

63%

Reproduksi

teman

30,9%

yang

untuk

laki-laki.

.Menurut Suryoputro, dkk

(6)

49

persen

membatasi

faktor yang

Sebanyak 62,7% remaja SMP tidak perawan

berpengaruh terhadap perilaku seksual pada

dan 21,2% remaja mengaku pernah aborsi

mahasiswa yaitu aktivitas sosial sangat tinggi

(Saputro, 2013). Hasil survei ini yang cukup

dengan OR 5,74, rasa percaya diri rendah

mengkhawatirkan adalah sebanyak 97 persen

dengan OR 15,27, penghargaan diri rendah

dari responden pernah menonton film porno,

dengan OR 5.55, pengetahuan kesehatan

sebanyak 93,7 persen pernah ciuman, petting,

reproduksi sangat rendah dengan OR 3.33.

dan oral sex, serta 62,7 persen remaja yang

Menurut Dewi

duduk di bangku sekolah menengah pertama

terhadap perilaku seksual pranikah pada remaja

pernah berhubungan intim, dan 21,2 persen

SMA Negeri 1 Baturraden adalah aktivitas

siswi

pengisi waktu luang (p=0.009) dan sikap

sekolah

melakukan aborsi
Inggriani

(10)

menengah
(9)

umum

pernah

.Menurut hasil penelitian

terhadap

20% siswa SMP di Rangkas

(13)

faktor yang berpengaruh

seksualitas

(p=0.000).

Secara

bersama-sama, kedua faktor tersebut dapat

bitung telah berperilaku seksual berisiko.

memprediksi

82

perilaku

sebesar

14.77%.

Sedangkan pada remaja SMA Negeri 1

pranikah. Rata-rata mahasiswa Prodi DIII

Purwokerto, faktor yang berpengaruh terhadap

Kebidanan tinggal diasrama dan kost dan

perilaku

berasal

seksual

pranikah

adalah

sikap

dari

daerah.

Yogyakarta

teman sebaya (p=0.006). Kedua faktor tersebut

dimana akses informasi, hiburan mudah dan

dapat memprediksi perilaku sebesar 43.3%.

terjangkau. Dalam proses pendidikan menjadi

Program Studi DIII Kebidanan Universitas

Bidan dipersyaratkan tidak boleh hamil dan

Respati Yogyakarta mendidik calon Bidan

setiap

profesional. Kampus ini terletak didaerah

kebidanan maka mahasiswa wajib mengikuti

perkotaan di daerah Istimewa Yogyakarta dan

PP test (test kehamilan). Apabila mahasiswa

sebagian besar mahasiswa nya tinggal dengan

mengalami kehamilan pranikah maka tidak

(14)

dapat melanjutkan program pendidikannya.

menyatakan faktor yang berhubungan dengan

Berdasarkan survei awal dengan wawancara

standar

adalah

pada 10 mahasiswa, 8 orang sudah memiliki

kerentanan dari jenis tempat tinggal seperti

pacar. Perilaku yang dilakukan saat berpacaran

asrama/kost-kosant.

Remaja

baru

adalah berciuman, berpelukan dan meraba-raba

memasuki

perkuliahan

memiliki

baik dengan pakaian maupun tanpa pakaian.

kebebasan

dunia

seks

pranikah

yang

akan

di

melakukan

praktik

orang tua. Salah satu caranya adalah dengan

mahasiswa putra dan putri berboncengan motor

tinggal di asrama atau kost-kostan. Di asrama

sambil berpelukan. Adanya anggapan bahwa

atau kost-kostan, kebebasan dalam melakukan

pacaran dan berciuman adalah wajar pada

sesuatu

kurangnya

remaja. Berdasarkan uraian tersebut diatas

pengawasan dari pemilik kost atau kontrol dari

penulis tertarik melakukan penelitian tentang

orang tua dapat membuat remaja memiliki

hubungan faktor personal dengan perilaku

keinginan untuk mencoba hal baru. Apabila

seksual mahasiswa semester VI program studi

remaja mendapatkan pengaruh negatif dari luar

D - III Kebidanan Fakultas Ilmu Kesehatan

dan tidak memiliki pertahanan diri yang kuat

Universitas

serta

Respati

terlihat

klinik

Fenomena

disenangi

sering

perkotaan

keinginan untuk hidup mandiri dan jauh dari

yang

yang

daerah

Respati

terhadap seksualitas (p=0.016) dan pengaruh

kost/kontrak. Sprecher dalam Rimawati

terletak

Universitas

adalah

Yogyakarta.

dapat terjerumus ke dalam perilaku seksual

METODE PENELITIAN
Penelitian ini adalah penelitian deskriptif

teknik proportional random sampling. Analisis

dengan

Populasi

penelitian ini menggunakan analisis univariat,

penelitian ini adalah mahasiswa progran studi

analisis bivariat dengan uji statistik chi square

DIII Kebidanan Fakultas Ilmu Kesehatan

dan analisis multivariat menggunakan regresi

Universitas

binary logistik.

rancangan

Respati

crossectional.

Yogyakarta.

Sampel

penelitian ini sejumlah 140 orang dengan

83

HASIL PENELITIAN
1. Analisis Univariat
Tabel 1. Analisis Univariat Variabel Penelitian
Variabel
1. Perilaku seksual
- Beresiko
- Tidak beresiko
2. Bentuk perilaku seksual
- Pegangan tangan
- Berpelukan
- Mencium/dicium pipi
- Mencium/dicium bibir
- Petting dengan pakaian
3. Tempat tinggal
- Kost/kontrak
- Orang tua
4. Harga diri
- Rendah
- Tinggi
5. Sikap
- Negatif
- Positif
6. Gaya Hidup
- Beresiko
- Tidak Beresiko
7. Pengetahuan Kesehatan Reproduksi
- Rendah
- Tinggi
8. Religiusitas
- Rendah
- Tinggi
9. Aktivitas Pengisi Waktu Luang
- Beresiko
- Tidak Beresiko
10. Kontrol Diri
- Rendah
- Tinggi

Hasil

analisis

univariat

diketahui

bahwa

(n)

(%)

68
72

48,6
51,4

140
38
118
68
40

100
27,1
84,3
48,6
28,6

131
9

93,6
6,4

77
63

55,0
45,0

108
32

77,1
22,9

48
92

34,3
65,7

33
107

23,6
76,4

40
100

28,6
71,4

28
112

20,0
80,0

33
107

23,6
76,4

kontrol diri berdasarkan analisis Univariat

perilaku seksual beresiko sebanyak 48,6%,

sangat tinggi 76,4%.

bentuk perilaku seksualnya 100% berpegangan


tangan, 93,6% tinggal di Kost/kontrak, 55%
harga diri rendah, sikap negatif 77,1%, gaya
hidup beresiko 34,3%, pengetahuan kesehatan
reproduksi tinggi 76,,4%, religiusitas tinggi
76,4%, aktivitas luang tidak beresiko 80% dan

84

2. Analisis Bivariat
Variabel

Perilaku Seksual
Beresiko

Harga diri
- Rendah
- Tinggi
Jumlah
Sikap
- Negatif
- Positif
Jumlah
Gaya Hidup
- Beresiko
- Tidak Beresiko
Jumlah
Pengetahuan
- Rendah
- Tinggi
Jumlah
Religiusitas
- Rendah
- Tinggi
Jumlah
Aktivitas Luang
- Beresiko
- Tidak beresiko
Jumlah
Kontrol Diri
- Rendah
- Tinggi
Jumlah
Tempat Tinggal
- Kost/Kontrak
- Orang tua
Jumlah

Total

P value

OR (95% CI)

0,002

3,133
(1,562-6,283

0,015

3,077
(1,304-7,262

0,001

3,583
(1,707-7,520

Tidak
Beresiko
n
%

47
21
68

61, 7
33,3
48,6

30
42
72

39
66,7
51,4

77
63
140

100
100
100

59
9
68

54,6
28,1
48,6

49
23
72

45,4
71,9
51,4

108
32
140

100
100
100

33
35
68

68,8
38,0
46,6

15
57
72

31,3
62,0
51,4

48
92
140

100
100
100

23
45
68

69,7
42,1
46,6

10
62
72

30,3
57,9
51,4

33
107
140

100
100
100

0,010

31
37

77,5
37

9
63

22,5
63

40
100

100
100

0,000

5,865
(2,517-13,666)

68

46,6

72

51,4

140

100

20
48
68

71,4
42,9
46,6

8
64
72

28,6
57,1
51,4

28
112
140

100
100
100

0,013

3,333
(1,353-8,209)

0,029
22
46
68

66,7
43
46,6

11
61
72

33,3
57
51,4

33
107
140

100
100
100

2,652
(1,170-6,014)

67
1
68

51,1
11,1
46,6

64
8
72

48,9
88,9
51,4

131
9
140

100
100
100

0,048

8,375
( 1,019-68,865)

3,169
(1,374-7,309)

Hasil analisis hubungan antara harga

diri rendah dan harga diri tinggi artinya

diri dengan perilaku seksual diperoleh bahwa

berhasil membuktikan ada hubungan yang

ada sebanyak 47 (61%) responden dengan

signifikan antara harga diri dengan perilaku

harga diri rendah melakukan perilaku seksual

seksual. Dari hasil analisis diperoleh pula nilai

beresiko, sedangkan responden yang memiliki

OR=3,133 artinya responden yang memiliki

harga diri tinggi sebanyak 21 (33.3%)

harga diri rendah mempunyai peluang 3,13

melakukan perilaku seksual beresiko. Hasil uji

kali

untuk

melakukan

perilaku

seksual

x diperoleh nilai p= <0,05 sehingga dapat

beresiko dibandingkan dengan responden

disimpulkan

yang memiliki harga diri yang tinggi.

secara

statistik berhasil

membuktikan adanya perbedaan proporsi

Hasil analisis hubungan antara sikap

perilaku seksual pada responden dengan harga

dengan perilaku seksual diperoleh bahwa ada

85

sebanyak 59 (54,6%) responden dengan sikap

beresiko dibandingkan dengan responden

negatif melakukan perilaku seksual beresiko,

yang memiliki gaya hidup tidak beresiko.

sedangkan responden yang memiliki sikap


positif

sebanyak

(28,1%)

melakukan

perilaku seksual beresiko. Hasil uji x

Hasil

analisis

hubungan

antara

pengetahuan

dengan

perilaku

seksual

diperoleh bahwa ada sebanyak 23 (69,7%)

diperoleh nilai p= <0,05 sehingga dapat

responden

disimpulkan

berhasil

melakukan

perilaku

membuktikan adanya perbedaan proporsi

sedangkan

responden

perilaku seksual pada responden dengan sikap

pengetahuan tinggi sebanyak 45 (42,1%)

positif dan sikap negatif artinya secara

melakukan perilaku seksual beresiko. Hasil uji

statistik berhasil membuktikan ada hubungan

x2 diperoleh nilai p=< 0,05 sehingga dapat

yang signifikan antara sikap dengan perilaku

disimpulkan secara statistik dapat berhasil

seksual. Dari hasil analisis diperoleh pula nilai

membuktian ada perbedaan proporsi perilaku

OR=3,077 artinya responden yang memiliki

seksual pada responden dengan pengetahuan

sikap negatif mempunyai peluang 3,07 kali

tinggi

untuk melakukan perilaku seksual beresiko

berhasil membuktikan ada hubungan yang

dibanding responden dengan sikap yang

signifikan antara pengetahuan dengan perilaku

positif.

seksual. Dari hasil analisis diperoleh pula nilai

secara

statistik

dengan

dan

pengetahuan

rendah

seksual

beresiko,

yang

memiliki

pengetahuan

rendah

artinya

Hasil analisis hubungan antara gaya

OR=3,169 artinya responden yang memiliki

hidup dengan perilaku seksual diperoleh

pengetahuan rendah mempunyai peluang 3,16

bahwa ada sebanyak 33 (68,8%) responden

kali

dengan gaya hidup beresiko melakukan

beresiko dibandingkan dengan responden

perilaku

yang memiliki pengetahuan yang tinggi

seksual

beresiko,

sedangkan

responden yang memiliki gaya hidup tidak

untuk

melakukan

perilaku

seksual

tentang kesehatan reproduksi.

beresiko sebanyak 35 (38%) melakukan

Hasil

analisis

hubungan

antara

aktivitas pengisi waktu luang dengan perilaku

diperoleh nilai p= < 0,05 sehingga dapat

seksual diperoleh bahwa ada sebanyak 20

disimpulkan

berhasil

(71,4%) responden dengan aktivitas pengisi

membuktikan ada perbedaan proporsi perilaku

waktu luang beresiko melakukan perilaku

seksual pada responden dengan gaya hidup

seksual

beresiko dan gaya hidup tidak beresiko artinya

aktivitas pengisi waktu luang tidak beresiko

berhasil membuktikan ada hubungan yang

sebanyak 48 (42,9%) melakukan perilaku

signifikan antara gaya hidup dengan perilaku

seksual beresiko. Hasil uji x2 diperoleh nilai

seksual. Dari hasil analisis diperoleh pula nilai

p= < 0,05 sehingga dapat disimpulkan secara

OR=3,583 artinya responden yang memiliki

statistik dapat berhasil membuktikan ada

gaya hidup beresiko

mempunyai peluang

perbedaan proporsi perilaku seksual pada

3,58 kali untuk melakukan perilaku seksual

responden dengan aktivitas pengisi waktu

perilaku seksual beresiko. Hasil uji x

secara

statistik

86

beresiko,

sedangkan

responden

luang beresiko dan tidak beresiko artinya

melakukan perilaku seksual beresiko. Hasil uji

secara statistik berhasil membuktikan ada

x2 diperoleh nilai p= < 0,05 sehingga dapat

hubungan yang signifikan antara aktivitas

disimpulkan secara statistik dapat berhasil

pengisi waktu luang dengan perilaku seksual.

membuktikan ada perbedaan proporsi perilaku

Dari hasil analisis diperoleh pula nilai

seksual pada responden dengan kontrol diri

OR=5,865 artinya responden yang memiliki

rendah dan tinggi artinya secara statistik dapat

aktivitas

beresiko

berhasil membuktikan ada hubungan yang

untuk

signifikan antara kontrol diri dengan perilaku

beresiko

seksual. Dari hasil analisis diperoleh pula nilai

dibandingkan responden dengan aktivitas

OR=2,652 artinya responden yang memiliki

pengisi waktu luang tidak beresiko.

kontrol diri rendah mempunyai peluang 2,65

pengisi

waktu

luang

mempunyai

peluang

5,86

melakukan

perilaku

seksual

Hasil

analisis

kali

hubungan

antara

kali

untuk

melakukan

perilaku

seksual

religiusitas dengan perilaku seksual diperoleh

beresiko dibandingkan dengan responden

bahwa ada sebanyak 31 (77,5%) responden

yang memiliki kontrol diri yang tinggi.

dengan religiusitas rendah melakukan perilaku

3. Analisis Multivariat
Analisis multivariat

seksual

beresiko,

sedangkan

responden

bertujuan

untuk

dengan religiusitas tinggi sebanyak 37 (37%)

mendapatkan variabel independen yang paling

melakukan perilaku seksual beresiko. Hasil uji

dominan

x2 diperoleh nilai p= < 0,05 sehingga dapat

dependen yaitu dengan menggunakan uji

disimpulkan secara sstatistik dapat berhasil

regresi binary logistic. Analisis ini merupakan

membuktikan ada perbedaan proporsi perilaku

salah satu pendekatan model matematis yang

seksual pada responden dengan religiusitas

bertujuan ingin menganalisis hubungan salah

rendah

satu atau beberapa variabel independent

dan

tinggi

artinya

berhasil

berhubungan

dengan

variabel

(15)

membuktikan ada hubungan yang signifikan

dengan variabel dependen kategorik

antara religiusitas dengan perilaku seksual.

Dalam analisis multivariate ini dilakukan

Dari hasil analisis diperoleh pula nilai

dalam beberapa tahap sebagai berikut:

OR=3,333 artinya responden yang memiliki

3.1 Seleksi bivariat

religiusitas rendah mempunyai peluang 3,33

Pada langkah ini masing-masing variabel

kali

bebas dilakukan analisis bivariat dengan

untuk

beresiko

melakukan

dibandingkan

perilaku

seksual

dengan

perilaku

variabel

terikat.

Bila

hasil

bivariatnya

menghasilkan p value <0,25 maka variabel

seksual tidak beresiko.

tersebut

Hasil analisis hubungan antara kontrol

masuk

dalam

tahap

analisis

diri dengan perilaku seksual diperoleh bahwa

multivariat. Berikut hasil p value masing-

ada sebanyak 22 (66,7%) responden dengan

masing

kontrol

bivariate:

seksual

diri

rendah

beresiko,

melakukan
sedangkan

perilaku
responden

dengan kontrol diri tinggi sebanyak 46 (43%)

87

variabel

dalam

langkah

seleksi

Tabel 3.1
Hubungan variabel independent dengan perilaku seksual
Faktor Personal
P Value
OR
Harga diri
0,001
3,133
Gaya hidup
0,000
3,853
Pengetahuan
0,005
3,169
Religiusitas
0,000
5,865
Aktivitas pengisi waktu luang
0,006
3,333
Kontrol diri
0,017
2,652
Sikap terhadap perilaku seksual
0,007
3,077

No
1
2
3
4
5
6
7
Berdasarkan

tabel 3.1 Hasil analisis antara

Keterangan
Kandidat
Kandidat
Kandidat
Kandidat
Kandidat
Kandidat
Kandidat

memasukan seluruh variabel kandidat untuk

variabel independen dengan variabel dependen

dianalisis.

terlihat bahwa semua variabel independent

mendapatkan model terbaik dalam menentukan

memiliki nilai P <0,25. Dengan demikian semua

faktor apa saja yang mendukung perilaku

variabel independen tersebut dapat dijadikan

seksual beresiko. Dalam hal ini semua variabel

kandidat multivariate.

kandidat

3.2 Pemodelan multivariate

Hasilnya seleksi bivariat dapat dilihat pada tabel

Tahap kedua dalam analisis multivariate adalah

3.2 sebagai berikut :

melakukan

pemodelan

lengkap

Analisis

dicobakan

multivariate

secara

bertujuan

bersama-sama.

dengan

Tabel 3.2
Hasil Analisis kedua Multivariate Regresi Logistic perilaku seksual di program studi DIII
Kebidanan Universitas Respati Yogyakarta tahun 2013
No
1
2
3
4
5
6
7

Variabel
Harga diri
Gaya hidup
Pengetahuan
Religiusitas
Aktivitas pengisi waktu luang
Kontrol diri
Sikap terhadap perilaku seksual

P Value

OR

0,008
0,001
0,103
0,004
0,038
0,017
0,072

3,316
4,779
2,315
4,770
3,057
4,718
2,744

Urutan P
Value

Dari hasil analisis terlihat ada 2 variabel yang

variabel yang dikeluarkan dimasukkan kembali

P valuenya > 0,05 yaitu dimulai dari yang

ke dalam model. Namun, apabila perubahan

terbesar hingga terkecil, variabel pengetahuan

OR <10%, maka variabel tersebut dikeluarkan

dan sikap. Variabel yang P valuenya paling

dari model. Dengan langkah di atas, akhirnya

besar, mulai dikeluarkan satu persatu dari

diperoleh hasil sebagai berikut :

model. Apabila perubahan OR >10%, maka

88

Tabel 3.3
Perubahan OR setelah variabel pengetahuan dikeluarkan dari model
OR pengetahuan
ada
3,316
4,779
4,770
3,057
4,718
2,744
2,315

Variabel
Harga diri
Gaya hidup
Religiusitas
Aktivitas pengisi waktu luang
Kontrol diri
Sikap terhadap perilaku seksual
Pengetahuan

OR pengetahuan
tidak ada
3,526
4,984
5,155
3,150
4,489
3,084
-

Perubahan OR
6.33%
4,29%
8,07%
3,04%
4,85%
12,39%

Dari analisis perbandingan OR, didapatkan

variabel sikap yang p valuenya > 0,05

hasil perubahan pada OR ada yang >10 %,

dikeluarkan dari model dan hasilnya sebagai

dengan

berikut:

demikian

variabel

dimasukkan kembali ke

pengetahuan

model. Selanjutnya

Tabel 3.4
Perubahan OR kedua setelah variabel sikap dikeluarkan dari model dan pengetahuan masuk
kembali ke model
Variabel
Harga diri
Gaya hidup
Pengetahuan
Religiusitas
Aktivitas pengisi waktu luang
Kontrol diri
Sikap terhadap perilaku seksual

OR sikap ada
3,316
4,779
2,315
4,770
3,057
4,718
2,744

OR sikap tidak ada


3,602
4,251
2,573
6,008
2,978
3,176
-

Perubahan OR
8,6%
11%
11,1%
26%
2,6%
32,7%

Dari analisis perbandingan OR, didapatkan hasil

dilakukan uji interaksi namun karena tidak ada

perubahan pada OR ada yang >10 %, dengan

variabel yang diduga memiliki interaksi maka

demikian variabel sikap dimasukkan kembali ke

langkah ini tidak dilakukan, sehingga hasil

model. Langkah selanjutnya

pemodelan terakhir sebagai berikut:


Tabel 3.5
Pemodelan terakhir setelah pemodelan multivariat

Variabel
Harga diri
Gaya hidup
Pengetahuan
Religiusitas
Aktivitas pengisi waktu luang
Kontrol diri
Sikap terhadap perilaku seksual

P value
0,008
0,001
0,103
0.004
0,038
0,017
0,072

89

OR
3,316
4,779
2,315
4,770
3,057
4,718
2,744

95% CI
1,367 8,041
1,947 11,730
0,845 6,345
1,630 13,962
1,061 8, 807
1,316 16, 907
0,913 8,427

Dari hasil analisis multivariate ternyata variabel

secara teknis perkuliahan sudah selesai sehingga

yang berhubungan bermakna dengan perilaku

bersamaan

seksual adalah gaya hidup, religiusitas, kontrol

diantaranya setelah selesai ujian dan semester

diri, harga diri dan aktivitas pengisi waktu

pendek.

luang.

2. Perilaku Seksual Mahasiswa

Sedangkan pengetahuan dan

sikap

dengan

Hasil

konfounding. Hasil analisis didapatkan nilai

persentase responden yang melakukan perilaku

Odds Ratio dari variabel gaya hidup sebesar

seksual beresiko sebanyak 48,6%, sedangkan

4,779 artinya mahasiswa yang memiliki gaya

responden yang melakukan perilaku seksual

hidup beresiko mempunyai peluang 4,77 kali

tidak beresiko sebanyak 51,4%.

lebih besar dibandingkan mahasiswa yang

menunjukkan cukup tinggi karena hampir

memiliki gaya hidup tidak beresiko setelah

separuh responden melakukan perilaku seksual

dikontrol dengan variabel harga diri, sikap,

beresiko.

pengetahuan, aktivitas pengisi waktu luang,

dibandingkan dengan hasil penelitian Suara

kontrol

Sedangkan

di STIKES di wilayah Jakarta timur yaitu

variabel yang paling dominan berpengaruh

sebanyak 29,5% mahasiswa melakukan perilaku

terhadap perilaku seksual adalah variabel gaya

seksual beresiko. Secara karaktristik responden

hidup.

penelitian ini sama dengan penelitian Suara

dan

religiusitas.

Hasil

ini

mahasiswa

terhadap perilaku seksual sebagai variabel

diri,

penelitian

kegiatan

ini

didapatkan

juga

bahwa

Hasil ini

cukup

tinggi
(8)

(8)

yaitu mahasiswa program studi kesehatan

PEMBAHASAN

dimana

1. Keterbatasan Penelitian

pokok bahasan tentang kesehatan reproduksi,

Keterbatasan penelitian ini responden yang

kebidanan dan keperawatan. Pada penelitian ini

dijadikan sebagai subyek penelitian mengenal

tidak ditemukan data adanya remaja yang

peneliti

sehingga

jawaban

karena

kemungkinan

bias

melakukan hubungan seksual, sebagian besar

ketidakjujuran

dari

sebatas

ada
ada

kurikulum perkuliahannya terdapat

melakukan

pegangan

responden. Penelitian ini dilakukan dengan

berpelukan,

desain

pipi,mencium/dicium bibir, dan peting dengan

cross

sectional

sehingga

tidak

mencium

tangan,

pakaian.

dapat

antara

dilakukan mahasiswa pada penelitian ini sampai

variabel bebas (faktor personal ) dengan

pada tingkat peting namun masih menggunakan

variabel terikat (perilaku seksual). Penelitian ini

pakaian sebanyak 28,6%. Hal ini dikarenakan

belum

perilaku seksual

meneliti

adanya

semua

hubungan

variabel

yang

seksual

dicium

menunjukkan determinan sebab akibat hanya


menduga

Perilaku

dan

sebelum

beresiko

yang

menikah secara

mempengaruhi perilaku seksual sesuai kerangka

normatif dianggap

tabu

teori sehingga belum menunjukkan variabel

dilakukan remaja.

Dampak langsung dari

yang memiliki pengaruh besar terhadap perilaku

lingkungan adalah jika terjadi perilaku seksual

seksual mahasiswa di Universitas Respati

remaja akan mendapat cemooh dan label negatif

Yogyakarta. Kesulitan penelitian ini yaitu pada

dari masyarakat. Berkaitan dengan program

saat pengambilan data populasi penelitian ini

studi

tidak dikumpulkan pada saat yang sama karena

kebidanan dimana ada aturan bahwa mahasiswa

yang

diberlakukan

dan tidak boleh

bagi

mahasiswa

tidak boleh hamil selama pendidikan dan

kontrol dari orang tua dapat membuat remaja

seandainya mengalami kehamilan tanpa ikatan

memiliki keinginan untuk mencoba hal baru.

pernikahan maka mahasiswa tersebut wajib

Apabila remaja mendapatkan pengaruh negatif

mengundurkan diri, sehingga hal ini dapat

dari luar dan tidak memiliki pertahanan diri

menjadi hal mungkin menyebabkan mahasiswa

yang kuat dapat terjerumus ke dalam perilaku

tidak

sampai

seksual pranikah. Hasil penelitian ini secara

hubungan seksual (coitus). Pada penelitian ini

deskriptif hampir sama juga dengan penelitian

perilaku

Banun

melakukan

perilaku

seksual

beresiko

seksual

dilakukan

oleh

yaitu

proporsi

responden

berisiko

responden kemungkinan karena mahasiswa

perilaku seksual pranikah yaitu berciuman bibir

93,6% tinggal dikost/kontrak rumah dan 6,4%

53,%,

tinggal dengan orang tua. Hal ini sesuai dengan

meraba-raba kelamin 7,7%, menggesek-gesek

hasil penelitian berikut bahwa perbandingan

kelamin 5,7%, hubungan seksual 6,5%. Dan

persentase remaja dengan perilaku seksual aktif,

perilaku seksual yang tidak berisiko yaitu

26% hidup dengan kedua orang tua, 37% hidup

berpacaran

dengan satu orang tua, dan 71% hidup dengan

berpegangan tangan 90,8%, berangkulan 80,1%,

selain orang tua

(16)

. Tidak adanya pengawasan

meraba-raba

dada

sebesar

18,4%,

94,3%,

kegiatan

kegiatan

berpelukan 69,3% dan berciuman pipi 73,9%.

dari orang tua akan mempercepat seorang

1. Hubungan

remaja untuk melakukan hubungan seksual.

seksual

harga

diri

dengan

perilaku

Remaja yang diawasi oleh orang uanya,remaja

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa harga

dengan pola asuh otoriter, remaja yang berasal

diri yang rendah maka perilaku seksual beresiko

dari keluarga yang konservatif serta memegang

sebanyak 61%. Sedangkan mahasiswa yang

kuat tradisi dan memiliki hubungan akrab

memiliki harga diri yang tinggi lebih banyak

dengan orang tuanya akan menunda umur

(66,7%) melakukan perilaku seksual tidak

pertama

seksual.

beresiko. Sehingga dapat dilihat bahwa semakin

faktor

tinggi harga diri maka perilaku seksual semakin

penting yang mempengaruhi perilaku seksual

tidak beresiko. Pada penelitian ini responden

remaja. Remaja yang diawasi orang tuanya akan

dengan harga diri tinggi juga melakukan

menunda

perilaku seksual beresiko sebesar 33% dimana

melakukan

Pengawasan

seksual

orang

bahkan
sedangkan

hubungan
tua

merupakan

menghindari

tanpa

hal ini dapat disebabkan bahwa perilaku seksual

melakukan

tidak hanya dipengaruhi oleh harga diri saja

hubungan seksual pertama pada usia lebih dini.

namun banyak faktor lain seperti pengetahuan

pengawasan

orang

pada

hubungan

tua

Sependapat dengan Banun


yang

remaja
akan
(17)

bahwa remaja

baru memasuki dunia perkuliahan

pemahaman keagamaan dan lainnya. Menurut


Suryoputro

(6)

mengadopsi dari teori Bandura

memiliki keinginan untuk hidup mandiri dan

bahwa perilaku dalam hal ini perilaku seksual

jauh dari orang tua. Salah satu caranya adalah

dapat

dengan tinggal di asrama atau kost-kostan. Di

lingkungan dan faktor perilaku itu sendiri. Hasil

asrama atau kost-kostan, kebebasan dalam

penelitian ini mendukung hasil penelitian

melakukan sesuatu yang mereka senangi serta

sebelumnya bahwa harga diri merupakan cara

kurangnya pengawasan dari pemilik kost atau

individu memandang dirinya, lingkungannya

dipengaruhi

oleh

faktor

personal,

dan melakukan evaluasi terhadap persepsi


tersebut

(18)

. Menurut hasil penelitian Shofwana

(18)

. Terdapat korelasi negatif yang signifikan

hampir sama. Tidak ada hubungan antara harga


diri dengan perilaku seksual pranikah juga
(13)

didapatkan pada penelitian Dewi


(13)

antara tingkat harga diri dengan tingkat perilaku

Dewi

seksual remaja berdasarkan hasil uji statistik

untuk

person product moment yaitu r = -0,589, dan p

pranikah.

<0,05. Hal tersebut berarti semakin tinggi

2. Hubungan

tingkat harga diri maka akan semakin rendah

seksual

. Menurut

harga diri yang baik tidak menjamin

tdak

melakukan

gaya

hidup

perilaku

seksual

dengan

perilaku

kecenderungan tingkat perilaku seksual remaja.

Hasil penelitian ini didapatkan sebanyak 34,3 %

Hasil penelitian ini juga mendukung hasil

responden memiliki gaya

penelitian Suryoputro

(6)

hidup beresiko.

bahwa mereka yang

Universitas Respati Yogyakarta terletak relatif

mempunyai rendahnya penghargaan diri dan

di daerah perkotaan dimana akses terhadap

rendahnya rasa percaya diri untuk menentukan

fasilitas

kesehatan reproduksi, mempunyai kemungkinan

dengan mudah didapatkan. Hal ini dapat

lebih dari lima kali (O.R =5,55) dan lebih dari

mendorong

limabelas kali (O. R =15,27) lebih besar untuk

melakukan gaya hidup yang beresiko untuk

melakukan

pra-nikah

melakukan perilaku seksual beresiko pula. Hasil

dibandingkan mereka yang memiliki harga diri

analisis hubungan antara gaya hidup dengan

dan rasa percaya diri yang tinggi.

perilaku seksual diperoleh bahwa ada sebanyak

Persepsi harga diri adalah faktor personal

33 (68,8%) responden dengan gaya hidup

individu yang dapat berpengaruh terhadap

beresiko melakukan perilaku seksual beresiko,

perilaku seksual pranikah. Menurut Gilliam et

sedangkan responden yang memiliki gaya hidup

hubungan

al. (2007) dalam

(19)

seksual

hiburan

maupun

responden

informasi

untuk

dapat

terpengaruh

. Sensasi yang tinggi dari

tidak beresiko sebanyak 35 (38%) melakukan

kontrol faktor personal yaitu persepsi harga diri

perilaku seksual beresiko. Analisis penelitian ini

dalam berperilaku seksual, memiliki hubungan

diperoleh

positif dengan terjadinya perilaku seksual

responden yang memiliki gaya hidup beresiko

pranikah pertama kali. Persepsi harga diri tinggi

mempunyai peluang 3,58 kali untuk melakukan

pada remaja SMA

perilaku seksual beresiko. Hasil penelitan ini

berhubungan dengan

pula

nilai

OR=3,583

(17)

artinya

terjadinya perilaku seksual pranikah ringan pada

sama dengan penelitian Banun

remaja SMA. Remaja SMA yang memiliki

hidup yang berisiko untuk melakukan perilaku

persepsi harga diri tinggi berpeluang lebih

seksual

tinggi untuk berperilaku seksual

dibandingkan dengan gaya hidup yang tidak

ringan

pranikah

(19)

. Hasil penelitian ini tidak sama

dengan penelitian Widyastuti

(20)

pranikah

berisiko.

Gaya

4,6

hidup

kali

bahwa gaya

lebih

remaja

pada

besar

era

bahwa tidak

globalisasi banyak dipengaruhi oleh kemajuan

ada hubungan antara self esteem dengan

teknologi. Pengaruh teknologi terutama media

perilaku seksual pranikah. Sebanyak 52 persen

masa memberikan kontribusi pada perubahan

responden mempunyai self-esteem yang rendah.

gaya hidup remaja. Remaja yang memiliki

Tingkat

aktivitas dan hobi dalam memanfaatkan media

permisivitas

responden

yang

mempunyai self-esteem rendah dan tinggi

visual

seperti

menonton

video

dan

film

pornografi bisa saja tanpa mereka sadari akan

adalah karena pengaruh lingkungan yang sangat

mempengaruhi pengetahuan serta sikap dalam

dominan dan film porno. Gaya hidup berikutnya

bertindak kearah gaya hidup yang berisiko

yang berkaitan dengan perilaku seksual adalah

melakukan perilaku seksual pranikah.

konsumsi

makanan.

Konsumsi

makanan

Setelah dicermati pada hasil penelitian ini

seafood seperti kerang dapat meningkatkan

didapatkan bahwa responden dengan gaya hidup

hasrat perilaku seksual karena mengandung zat

beresiko

mengenakan

aphrosidiak . Sedangkan sumber makanan

pakaian terbuka (34%) dan ketat serta menonton

hewani dapat beresiko melakukan perilaku

TV dan acara yang pornografi (26%), konsumsi

seksual dikarenakan bumbu yang digunakan

fast food dan makanan sumber hewani (40%)

seperti cabai, jahe, merica dalam jumlah banyak

dan berdua dengan pacar dirumah (10%). Sesuai

dimana rempah ini mengandung zat aphrosidiak

dengan penelitian Lam & Chan, ( 2007) dalam

(perangsang gairah seks).

Mariani

memiliki

(21)

kebiasaan

bahwa remaja sebanyak

menyatakan bahwa perilaku seksual


dipengaruhi

pornografi.

Pemuda

80%

3. Hubungan

mereka
Cina

religiusitas

dengan

perilaku

seksual

di

Hasil penelitian ini menujukkan bahwa 71,4 %

Hongkong yang mengakses situs pornografi,

responden memiliki religiusitas yang tinggi. Hal

60,7% melakukan masturbasi ketika sedang

ini dapat dimungkinkan bahwa responden dapat

mengunjungi situs tersebut. Bila dilihat dari

mengikuti kegiatan keagamaan di kampus yang

penelitian ini bahwa sumber pornografinya dari

diorganisasikan oleh himpunan kemahasiswaan.

televisi, film, novel, majalah namun bila

Selain

dibandingkan dengan penelitian Mariani

(21)

itu

selama

responden juga

di

dapat

tempat

tinggalnya

mengikuti

kegiatan

tentang paparan pornografi pada siswa SMP

keagamaan di masyarakat. Hasil penelitian ini

bahwa

media

didapatkan bahwa perilaku seksual beresiko

telekomunikasi seperti handphone adalah yang

77,5 % dilakukan oleh responden dengan

paling besar berhubungan dengan perilaku

tingkat religiusitas yang rendah. Menurut Aini

seksual remaja. Dewasa ini bahwa handphone

(24)

merupakan alat komunikasi pribadi dan seiring

mempunyai

dengan perkembangan teknologi bahwa dalam

diantaranya yaitu, 30 17,3%

handphone dapat melakukan akses terhadap

cukup

dunia

berpemahaman cukup dan perilaku positif.

sumber

maya

pornografi

seperti

internet.

dari

Dalam

era

dalam penelitiannya 23,1% remaja yang

dan

pemahaman

perilaku

agama

cukup

berpemahaman
negatif,

5,8%

globalisasi sekarang ini, memungkinkan remaja

Sedangkan dari 38,7%

dengan mudah mendapatkan sajian tontonan,

pemahaman baik diantaranya yaitu, 7,5%

bacaan dan lainnya mengenai seks juga dari luar

berpemahaman baik dan perilaku seks negatif,

negeri. Informasi tentang seks dikalangan

31,2% berpemahaman baik dan perilaku positif.

remaja yang diperoleh dari sumber-sumber

Berdasarkan hasil penelitian Adawiyah (2007)

tersebut ada yang tidak sesuai dengan budaya

dalam Darmasih (25), ada perbedaan yang sangat

atau norma yang berlaku di Indonesia. Menurut

signifikan antara perilaku dengan hubungan

hasil penelitian Sudhana (1991) dalam Soejuti

seksual

(22)

religiusitasnya tinggi dengan remaja yang

bahwa perilaku seksual yang menyimpang

pranikah

antara

yang mempunyai

remaja

yang

religiusitasnya

yang

seksual pada responden dengan aktivitas pengisi

religiusitasnya tinggi menunjukkan perilaku

waktu luang beresiko dan tidak beresiko artinya

terhadap hubungan seksual pranikah rendah

secara statistik berhasil membuktikan ada

(menolak),

yang

hubungan yang signifikan antara aktivitas

religiusitasnya rendah menunjukkan perilaku

pengisi waktu luang dengan perilaku seksual.

terhadap hubungan seksual pranikah tinggi

Dari

(menerima). Penelitian Roche (dalam Syartika,

OR=5,865 artinya responden yang memiliki

1998) menemukan bahwa agama yang dianut

aktivitas

dengan sungguh-sungguh berpengaruh terhadap

mempunyai peluang 5,86 kali untuk melakukan

standar dan taraf perilaku seksual bebas

perilaku

individu

rendah.

sedangkan

Remaja

remaja

(26)

(6)

. Menurut Suryoputro

hasil

analisis

pengisi

seksual

diperoleh

waktu

pula

luang

beresiko

nilai

beresiko

dibandingkan

Faktor

responden dengan aktivitas pengisi waktu luang

pengaruh terjadinya hubungan seksual pada

tidak beresiko. Aktivitas pengisi waktu luang

buruh

tingkat

pada penelitian ini meliputi: kencan dengan

relijiusitas, aktivitas sosial yang sangat tinggi,

pasangan, nonton film dan TV, dirumah/dikost

rendahnya rasa percaya diri untuk menentukan

saja, shoping, olahraga, dan kediskotik atau

hal

kesehatan

tempat hiburan lainnya. Aktivitas pengisi waktu

reproduksi dan sikap tidak setuju terhadap

luang yang beresiko perilaku seksual beresiko

layanan

reproduksi.

yaitu kencan dengan pasangan, nonton TV/film

Mempertahankan tingkat relijiusitas yang tinggi

dan kediskotik atau tempat hiburan lainnya.

akan

Menurut Yulianto

pabrik

yang

rendahnya

berhubungan

dengan

kesehatan

dapat

seksual

adalah

mencegah

terjadinya

yang berisiko.

perilaku

(27)

(55,4%) lebih banyak

Apabila seseorang

menghabiskan waktu luang bersama teman, 75

mempraktekkan ajaran agama yang dianutnya

subjek (35,2%) lebih banyak menghabiskan

secara serius maka seseorang tersebut memiliki

waktu luang bersama orang tua, 17 subjek (8%)

kecenderungan

lebih

untuk

bersikap

menolak

banyak

menghabiskan

waktu

luang

terhadap keberadaan perilaku seksual pranikah

bersama saudara, dan 3 subjek (1,4%) lebih

(27)

banyak

4. Hubungan aktivitas pengisi waktu luang

pacar mereka.

menghabiskan waktu luang bersama

Hasil penelitian ini sama dengan hasil

dengan perilaku seksual


bahwa

penelitian Dewi (13) yaitu bahwa remaja yang

aktivitas pengisi waktu luang dengan perilaku

melakukan aktivitas beresiko lebih banyak yang

seksual diperoleh bahwa ada sebanyak 20

melakukan

(71,4%) responden dengan aktivitas pengisi

dibandingkan remaja yang tidak melakukan

waktu luang beresiko melakukan perilaku

perilaku seksual pranikah. Hasil uji statistik

seksual beresiko, sedangkan responden aktivitas

didapatkan nilai p=0.001, berarti pada =5%

pengisi waktu luang tidak beresiko sebanyak 48

dapat disimpulkan terdapat hubungan yang

(42,9%) melakukan perilaku seksual beresiko.

signifikan antara aktivitas pengisi waktu luang

Hasil uji x2 diperoleh nilai p= < 0,05 sehingga

dan perilaku seksual pranikah pada remaja SMA

dapat disimpulkan secara statistik dapat berhasil

Negeri 1 Baturraden. Di SMA Negeri 1

membuktikan ada perbedaan proporsi perilaku

Baturaden remaja yang aktivitas pengisi waktu

Hasil

penelitian

ini

menunjukkan

perilaku

seksual

pranikah

luangnya

beresiko

perilaku

seksual

penelitian

ini

maka

62%

pranikah.

berbeda

melakukan

Namun

bahwa

tidak

hasil
ada

lebih

besar

mempunyai

kecenderungan

mempunyai gejala stress paska trauma yang


rendah.

hubungan antar aktivitas pengisi waktu luang

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa

dengan perilaku seksual pranikah di SMA

76,4% responden memiliki kontrol diri yang

Negeri 1 Purwokerto. Hal ini dimungkinkan

tinggi. Hal ini sangat diperlukan mengingat

karena pengaruh perbedaan teman (lingkungan)

responden

disekitar sekolah.

kebidanan dimana dalam proses pendidikan

semuanya

adalah

mahasiswa

5. Hubungan kontrol diri dengan perilaku

yang tinggi. Sesuai dengan hasil penelitian ini

seksual
Menurut

memiliki beban akademik dan tingkat stress

Smet

(28)

kontrol

diri

yaitu

bahwa

kontrol

diri

berhubungan

dengan

kemampuan

mengenal apa yang dapat dan

perilaku seksual maka dengan kontrol diri yang

tidak

dipengaruhi

tindakan

tinggi maka perilaku seksual beresiko dapat

ketika

diminimalkan. Hal ini sesuai dengan hasil

pribadi

dapat

dalam

sebuah

melalui
situasi,

memfokuskan pada bagian yang dapat dikontrol

penelitian

melalui tindakan pribadi. Kontrol diri dapat

responden dengan kontrol diri yang tinggi 57 %

diartikan sebagai suatu aktivitas pengendalian

perilaku seksualnya tidak beresiko. Berdasarkan

tingkah laku yang mengandung makna, yaitu

hassil perhitungan didapatkan nilai OR=2,652,

untuk melakukan pertimbangan-pertimbangan

berarti kontrol diri yang rendah akan memiliki

terlebih dahulu sebelum memutuskan sesuatu

peluang melakukan perilaku seksual beresiko

untuk bertindak. Semakin tinggi kontrol diri

2,65 kali lebih besar dibanding responden

seseorang, maka akan semakin intens pula

dengan kontrol diri yang tinggi.

orang tersebut

tabel

5.2.1%

bahwa

penelitian Suwarti (30) bahwa ada pengaruh

Gilliot et.al (2002) dalam Sriyanti (29)


bahwa

pada

Hasil penelitian ini didukung oleh hasil

mengadakan pengendalian

terhadap tingkah laku.

menyebutkan

ini

pengendalian

diri

kontrol diri terhadap perilaku seksual pada diri


remaja

(siswa

SMA)

namun

tidak

ada

dipengaruhi oleh emotion regulationantara lain:

perbedaan antar dua kelompok varian atau tidak

active distraction, pasive waiting, information

ada perbedaan kontrol diri terhadap perilaku

gathering, comfort seeking, focus on dealy

seksual pada remaja laki-laki dan remaja

object,

penelitian

perempuan berdasarkan perhitungan uji statistik

menunjukkan bahwa anak-anak yang dibesarkan

sedangakan bila dilihat berdasarkan perbedaan

dari keluarga miskin lebih sulit menahan diri

mean dapat dilihat bahwa bahwa remaja

(delayed gratification), resiliensi (kemampuan

perempuan

menghadapi stres dan tantangan hidup) yang

terhadap perilaku seksual sedikit lebih tinggi

lebih rendah, lebih aktif secara seksual, dan juga

dibandingkan dengan remaja laki-laki. Tidak

lebih tidak mengindahkan metode metode

signifikannya perbedaan kontrol diri terhadap

pengamanan yang dapat mencegah kehamilan

perilaku seksual padaremaja laki-laki dan

atau penyakit menular seksual. Penelitian lain

perempuan dapat disebabkan oleh berbagai

menunjukkan bahwa orang yang kontrol dirinya

faktor. Hal tersebut dapat terjadi karena (1).

peach

anger.Beberapa

tetap

mempunyai

control

diri

pengaruh

afeksi

fungsi

dengan sikap negatif maka 54,6% perilaku

kognitif, bahwa mood akan mempengaruhi pola

seksual beresiko, sedangkan 71,9% responden

pikir dan judgement individu; (2) Adanya

dengan sikap positif maka perilaku seksualnya

pengaruh oleh interaksi antara agents, means

sebagian besar tidak beresiko. Hasil penelitian

dan ends; (3). Adanya pengaruh perkembangan

ini didukung oleh hasil penelitian Dewi (13)

moral remaja; (4) perilaku faktor kehati-hatian

bahwa terdapat hubungan antara sikap terhadap

para subjek untuk lebih berhati-hati lagi dalam

seksualitas dengan perilaku seksual pranikah

perilaku seksualnya, terutama saat pacaran,

pada remaja di SMA Negeri 1 Baturaden dan

harus membatasi diri, serta harus belajar

SMA Negeri 1 Purwokerto. Remaja

mengelola dorongan seksnya. Hasil penelitian

memiliki sikap permisif terhadap seksualitas

yang

penelitian

memiliki peluang 4.986 kali melakukan perilaku

Mufidah (31) yaitu tidak terdapat hubungan

seksual pranikah dibandingkan remaja yang

antara kontrol diri dengan perilaku seks pra

memiliki sikap tidak permisif. Sama dengan

nikah. Hal ini disebabkan adanya faktor lain

hasil penelitian Teguh (32) bahwa sikap

yang berpengaruh yaitu sosial ekonomi yang

permisif terhadap seksualitas mempunyai OR

rendah

sebesar

berbeda

(mood)

terhadap

didapatkan

sesuai

pada

dengan

karakteristik

3,473

artinya

responden

yang

yang

respondennya.selain itu menurut Purnawan

mempunyai sikap lebih permisif mempunyai

(2004) dalam Mufidah (31) ada beberapa faktor

besar risiko untuk melakukan sebesar 3,473 kali

yang mempengaruhi perilaku seks pra nikah

dibandingkan responden yang mempunyai sikap

yaitu faktor internal, dimana faktor tersebut

kurang permisif terhadap perilaku seks pranikah

meliputi

seksual,

Sikap merupakan variabel yang paling dominan

pengetahuan mengenai kesehatan reproduksi,

berpengaruh terhadap perilaku seksual pranikah.

motivasi, dan kontrol diri. Sedangkan faktor

Menurut Notoatmodjo (33) sikap merupakan

eksternalnya

kesiapan tatanan saraf (neural setting) sebelum

tingkat

perkembangan

meliputi

keluarga,

pergaulan,

media massa

memberikan respon konkrit. Menurut teori

6. Hubungan sikap dengan perilaku seksual

WHO

Hasil penelitian ini didapatkan bahwa sikap

dalam

mempengaruhi

Notoatmodjo
terbentuknya

(33)

sikap

perilaku

pada

responden sebagian besar (77,1%) adalah

faktor pikiran dan perasaan dan membentuk

negatif terhadap perilaku seksual remaja. Sikap

perilaku pada faktor predisposisi sesuai dengan

negatif

responden

teori menurut L.Green. pada analisis bivariate

mendukung perilaku seksual pranikah. Hal ini

ditunjukkan dengan nilai OR 3,07 maka sikap

cukup

negatif memiliki peluang melakukan perilaku

dapat

diartikan

memprihatinkan,

bahwa

mengingat

bahwa

apabila responden memiliki sikap yang negatif

seksual beresiko sebesar

(mendukung) perilaku seksual remaja maka

responden dengan sikap positif. Hasil penelitian

responden

ini berbeda dengan hasil penelitian Teguh (32)

memiliki

peluang

untuk

tidak ada

3,07 kali dibanding

melakukannya pula. Hal ini dibuktikan dengan

bahwa

hubungan antara

sikap

hasil penelitian ini bahwa ada hubungan antara

responden terhadap kesehatan reproduksi dan

sikap dengan perilaku seksual remaja. Dari hasil

seksualitas dengan perilaku seksual pranikah

penelitian ini dapat dilihat bahwa responden

mahasiswi Kebidanan Politeknik Kesehatan

Depkes di Kota Semarang. Faktor

yang

Hal ini sama dengan hasil penelitian

mempengaruhi perilaku seksual yaitu pengaruh

Syamsulhuda (34) bahwa Responden yang

lingkungan

melakukan

(teman

sebaya),

perubahan

perilaku

seks

pranikah,

justru

hormonal, kurangnya informasi mengenai seks

dijumpai pada responden yang mempunyai

peran orang tuan yang kurang dan adanya

pengetahuan IMS yang baik. Pada penelitian ini

situasi yang mendukung.

didapatkan masih ada pengetahuan yang rendah

7. Hubungan

tingkat

pengetahuan

dengan

perilaku seksual
Hasil

penelitian

sebesar

33,

dipengaruhi
ini

menunjukkan

8%.

Pengetahuan

mahasiswa

dengan

kecerdasan,

juga

bahwa

pengalaman informasi yang diperoleh. Hasil

69,7% perilaku

penelitian Rudatini (19) menunjukkan bahwa

seksual beresiko, sedangkan pengetahuan tinggi

pengetahuan kesehatan reproduksi merupakan

maka 57,9% perilaku seksual tidak beresiko.

efek modifikator sehingga dapat memprediksi

Pada analisis bivariat didapatkan nilai OR=

pengaruh terjadinya perilaku seksual pranikah

3,169 hal ini berarti pengetahuan rendah

ringan pada remaja SMA sebesar 3%. Dan hasil

mempunyai peluang 3,16 kali melakukan

analisis

perilaku

dibandingkan

kesehatan reproduksi memiliki hubungan yang

pengetahuan tinggi. Hasil peneitian ini tidak

signifikan dalam terbentuknya perilaku seksual

sama dengan hasil penelitian Dewi (13) yaitu

pranikah ringan pada remaja SMA. Namun

tidak ada hubungan yang signifikan antara

pengetahuan kesehatan reproduksi tinggi tidak

pengetahuan tentang

menjamin remaja untuk tidak berperilaku

pengetahuan rendah terdapat

seksual

beresiko

kesehatan reproduksi,

PMS, dan HIV/AIDS dengan perilaku seksual

bivariate

didapatkan

pengetahuan

seksual pranikah ringan.

pranikah pada remaja SMA Negeri 1 Baturraden

Hasil penelitian ini didukung oleh hasil

dan SMA Negeri 1 Purwokerto. Hal ini

penelitian hasil penelitian yang dilakukan oleh

dimungkinkan karena pengetahuan bukanlah

Turuy (35) bahwa ada hubungan yang bermakna

faktor yang dapat mempengaruhi perilaku

antara pengetahuan kesehatan reproduksi remaja

secara

mendasari

dengan sikap remaja terhadap hubungan seksual

mendasari

(intercourse) pranikah remaja SMA.

langsung.

terbentuknya

sikap

Pengetahuan
dan

sikap

terbentuknya perilaku. Hasil penelitian ini

8. Hubungan faktor personal dengan perilaku

menunjukkan bahwa 107 (76,2%) responden

seksual

memiliki tingkat pengetahuan yang tinggi. Hal

Variabel faktor personal yang diteliti pada

ini sudah seharusnya dikarenakan responden

penelitiain ini meliputi pengetahuan kesehatan

adalah mahasiswa program studi kebidanan

reproduksi, harga diri, sikap terhadap perilaku

semester 2,4,6 dan 8 dimana muatan matakuliah

seksual pranikah, religiusitas, kontrol diri, gaya

kesehatan

didapatkan

hidup dan aktivitas pengisi waktu luang. Pada

sehingga informasi substansi pengetahuan yang

penelitian ini pengetahuan dan sikap memiliki p

ditanyakan sudah dipahami. Pada penelitian ini

value > 0,25 pada proses seleksi bivariate

didapatkan

bahwa

dengan

sehingga

pengetahuan

yang

42,1%

menyebabkan perubahan OR > 10% sehingga

reproduksi

sudah

responden
tinggi

maka

melakukan perilaku seksual beresiko.

pada

analisis

multivariate

variabel ini merupakan variabel kounfonding

terjadinya perilaku seksual pada mahasiswa

remaja dengan nilai OR=0,33 sehingga temuan

program studi DIII Kebidanan Universitas

penelitian ini menunjukkan bahwa dengan

Respati

hanya

Yogyakarta.

Hasil

penelitian

ini

meningkatkan

pengetahuan

tentang

didapatkan bahwa variabel yang paling dominan

seksual dan kesehatan reproduksi remaja, PMS

dengan OR paling tinggi yaitu gaya hidup. Hasil

& HIV/ AIDS saja, walaupun penting, namun

analisis didapatkan nilai Odds Ratio dari

belum tentu cukup untuk dapat mencapai

variabel gaya hidup sebesar 4,779 artinya

perubahan perilaku yang dikehendaki karena

mahasiswa yang memiliki gaya hidup beresiko

perilaku

mempunyai peluang 4,77 kali lebih besar

pengetahuan saja. Hasil penelitian ini berbeda

dibandingkan mahasiswa yang memiliki gaya

dengan penelitian Teguh (33) bahwa tidak ada

hidup tidak beresiko setelah dikontrol dengan

hubungan

variabel harga diri, sikap, pengetahuan, aktivitas

reproduksi dan seksualitas dengan perilaku

pengisi

dan

seksual pranikah mahasiswa kebidanan. Hasil

religiusitas. Berbeda dengan hasil penelitian

penelitian Dewi (13) sama dengan hasil

yang lain bahwa sikap merupakan variabel yang

penelitian Syamsulhuda (34) bahwa variabel

paling dominan berpengaruh terhadap perilaku

yang memiliki pengaruh dominan terhadap

seksual pranikah (13). Menurut hasil penelitian

perilaku seksual pranikah, yaitu sikap permisif

Suryoputro

responden terhadap seksualitas dan efikasi diri.

waktu

luang,

(6)

kesehatan

kontrol

rendahnya

reproduksi

diri,

pengetahuan

merupakan

variabel

tidak

hanya

antara

Kedua

dipengaruhi

pengetahuan

oleh

kesehatan

variabel

tersebut

pencegah terjadinya perilaku seksual pada


mempunyai probabilitas sebesar 0,9505, artinya

yang sangat tinggi dengan OR= 5,74 dan harga

bahwa

diri yang rendah dengan OR= 5,55. Tingkat

jika

responden

dengan

kondisi

mempunyai sikap lebih permisif terhadap

kontribusi

seksualitas dan efikasi diri tinggi, maka

terjadinya hubungan seksual pra-nikah berbeda

mempunyai

antara responden mahasiswa dan buruh pabrik.

probabilitas

untuk

melakukan

faktor-faktor

Dimana

sebesar 0,9505 atau 95,05%. Sedangkan hasil

pengaruh

penelitian Suryoputro (6) perilaku seksual

kemungkinan terjadinya hubungan seksual pra-

pranikah pada mahasiswa dominan dipengaruhi

nikah sebesar 53,2%, sedangkan pada buruh

oleh rasa percaya diri yang rendah dengan nilai

pabrik sebesar 13%. Hal ini menunjukkan

OR=15,27 artinya mahasiswa dengan rasa

bahwa dengan melakukan intervensi terhadap

percaya diri yang rendah maka 15, 27 kali

faktor-faktor

memiliki peluang untuk melakukan perilaku

program-program yang relevan, kemungkinan

seksual pranikah. Variabel yang berpengaruh

akan

terhadap

hubungan seksual pra-nikah pada mahasiswa

seksual

pranikah

pada

mahasiswa selanjutnya adalah aktivitas sosial

mahasiswa,

terhadap

perilaku seks pranikah (melakukan intercourse)

perilaku

pada

pengaruh

tersebut

dapat

dapat

pengaruh

mencegah

faktor-faktor
memperkirakan

tersebut

53,2%

dan 13% pada pekerja pabrik.

melalui

terjadinya

KESIMPULAN
1. Perilaku seksual pranikah pada mahasiswa

3. Faktor yang paling dominan berhubungan

prodi DIII Kebidanan sebanyak 48,6 % adalah

dengan perilaku seksual adalah gaya hidup

perilaku seksual beresiko yaitu perilaku

dengan nilai p < 0,05 dan OR= 4,779.

mencium dan dicium bibir, peting dengan

4. Gaya hidup beresiko (penggunaan pakaian

pakaian, peting tanpa pakaian dan hubungan

ketat dan terbuka, pemilihan makanan sumber

seksual.

hewani,

bahan

bacaan

dan

tontonan

2. Ada hubungan signifikan faktor personal

pornografi dan pergaulan responden dengan

meliputi harga diri, pengetahuan kesehatan

lawan jenis) memiliki peluang 4,77 kali lebih

reproduksi,

besar melakukan perilaku seksual beresiko

kontrol diri,

sikap

terhadap

perilaku seksual, aktivitas pengisi waktu

dibanding dengan gaya hidup tidak beresiko.

luang, religiusitas dan gaya hidup dengan


perilaku seksual berdasarkan nilai p < 0,05.

SARAN
Mengurangi

gaya

hidup

beresiko

seperti

mengenakan pakaian yang tertutup, pemilihan


menu makanan seimbang, mengurangi bacaan
yang pornografi dan melakukan pergaulan yang
sehat.

DAFTAR PUSTAKA
1. BKKBN, 2011, Kajian Profil Penduduk
Remaja, Policy Brief,Pusat Penelitian dan
Pengembangan Penduduk BKKBN,Seri I
No.6/Pusdu-BKKBN/Desember 2011, Jakarta
2. Soetjiningsih, 2010, Tumbuh Kembang
Remaja dan Permasalahannya, Sagung Seto,
Jakarta
3. Mansur, Herawati, 2009, Psikologi Ibu dan
Anak untuk Kebidanan, Salemba Medika,
Jakarta
4. Sarwono, Sarlito, 2012, Psikologi Remaja,
Rajawali Press, Jakarta.
5. Widyarini, Nilam, 2009, Seri Psikologi
Populer Kunci Pengembangan Diri, Elex
Media Komputindo, ISBN 978-979-27-50669, Jakarta
6. Suryoputro.dkk, 2006, Faktor-faktor yang
mempengaruhi perilaku seksual remaja di
Jawa
Tengah:
Implikasinya
terhadap
kebijakan dan layanan kesehatan seksual dan
reproduksi, Makara, Kesehatan Vol. 10, No.1
hal 29-40

7. Miftah, Zainul, 2011, Oase, MPA 293 hal 3233


diunduh
dari
http://jatim1.kemenag.go.id/file/dokumen/293
oase.pdf
8. Suara, Mahyar, 2011, Faktor-faktor yang
berhubungan dengan perilaku seksual remaja
di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Wilayah
Jakarta Timur, Tesis, Program Pasca Sarjana
Program Studi Kesehatan Masyarakat
Universitas Respati Indonesia
9. Rahmawati, Evi, 2009, 93,7 Persen Anak
Indonesia Pernah Ciuman, Petting, dan Oral
Sex dari Kompas, Senin, 2 Mei 2009
10. Inggriani, Tini, 2010, Hubungan Antara
Paparan Media Pornografi Melalui Media
Masa dengan Perilaku Seksual Siswa SMP di
Rangkasbitung tahun 2010, Tesis, Program
Pasca Sarjana Program Studi Kesehatan
Masyarakat Universitas Respati Indonesia
11. Effili, 2009, Hubungan Faktor Personal
Lingkungan Sosial Dan Keterpaparan Media
dengan Perilaku Seksual Remaja di Akademi
Kebidanan Muhammadiyah Rumah Sakit
Islam Jakarta, Tesis, Program Pasca Sarjana
Program Studi Kesehatan Masyarakat
Universitas Respati Indonesia
12. BKKBN, BPS, USAID, 2012, Laporan
Pendahuluan SDKI 2012, Jakarta
13. Dewi, Ika Nur Chaerani Tunggal (2009)
Pengaruh Faktor Personal dan Lingkungan
terhadap Perilaku Seksual Pranikah pada
Remaja di SMA Negeri 1 Baturraden dan
SMA Negeri 1 Purwokerto. Abstract Thesis,
Universitas Diponegoro

Anda mungkin juga menyukai