PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kanker serviks atau kanker leher rahim atau disebut juga kanker mulut
rahim merupakan salah satu penyakit keganasan di bidang kebidanan dan penyakit
kandungan yang masih menempati posisi tertinggi sebagai penyakit kanker yang
menyerang kaum perempuan. Kanker serviks adalah kanker leher rahim / kanker
mulut rahim yang di sebabkan oleh virus Human Papiloma Virus (HPV). Hanya
beberapa saja dari ratusan varian HPV yang dapat menyebabkan kanker.
Penularan virus HPV yang dapat menyebabkan Kanker leher rahim ini dapat
menular melalui seorang penderita kepada orang lain dan menginfeksi orang
tersebut. Penularannya dapat melalui kontak langsung dan karena hubungan seks.
Gejala yang mungkin timbul (Umumnya pada stadium lanjut) adalah perdarahan
di luar masa haid, jumlah darah haid tidak normal, perdarahan pada masa
menopause (setelah berhenti haid), keputihan yang bercampur darah atau nanah
serta berbau, perdarahan sesudah senggama, rasa nyeri dan sakit di panggul,
gangguan buang air kecil sampai tidak bisa buang air kecil.
Berdasarkan hasil survey kesehatan oleh Word Health Organitation
(WHO), dilaporkan kejadian kanker serviks sebesar 500.000 kasus baru di Dunia.
Kejadian kanker servik di Indonesia, dilaporkan sebesar 20-24 kasus kanker
serviks baru setiap harinya. Kejadian kanker servik di Bali dilaporkan telah
menyerang sebesar 553.000 wanita usia subur pada tahun 2010 atau 43/100.000
penduduk WUS. Berdasarkan AOGIN (2010) Angka ini mengalami peningkatan
sebesar 0,89% sejak tahun 2008.
Di Indonesia berdasarkan data yang diperoleh kanker leher rahim
menempati urutan kedua dari k anker pada wanita. Angka estimasi insiden rate
kanker leher rahim di kota Solok terbilang cukup banyak. Kota Solok memiliki 4
puskesmas yang aktif, dimana target Dinas Kesehatan Kota Solok untuk lima tahun
sebanyak 9.878 wanita yang tinggal diwilayah Kota Solok mengikuti pemeriksaan
deteksi dini IVA, dan target satu tahunnya sebanyak 1.975 wanita. Sementara pada
tahun 2010 hanya 84% wanita saja yang sudah melakukan pemeriksaan dini, dan
pada tahun 2011 mengalami peningkatan menjadi 382 (19%) wanita. Berdasarkan
luas wilayah, jumlah sasaran, dan perbandingan persentase sasaran yang telah
melakukan pemeriksaan IVA tahun 2014 di puskesmas Tanah garam adalah sebesar
26,5 %.
Selain kaitan antara HPV dan penyakit kanker, ada bukti yang terus
berkembang bahwa penderita HPV yang melakukan hubungan melalui anal dapat
lebih berisiko tinggi karena lesi anal pra kanker serta kanker sel pipih (squamous
cell cancer). Berdasarkan penelitian pada pria homoseksual, sekitar 60% yang
tidak menderira HIV (negative) membawa virus HPV, sementara hampir 95%
yang menderita HIV positif HPV. Lebih lanjut, pria-pria tersebut terbukti
membawa jenis papilloma virus yang sama (misalnya jenis 16 dan 18) yang
menyebabkan kanker leher rahim. Akhirnya, perempuan dengan infeksi aktif
dapat menyebarkan virus tersebut kepada bayi yang dilahirkan (tranmisi vertical).
Pada saat melahirkan yang dapat menyebabkan virus papilloma pada bayi baru
lahir dan kemungkinan terjadi laryngeal papilomatosis.
Saat ini, tidak ada pengobatan untuk infeksi HPV. Setelah terinfeksi,
seseorang sangat mungkin terinfeksi seumur hidupnya. Dalam banyak kasus,
infeksi aktif dikendalikan oleh system kekebalan tubuh dan menjadi tidak aktif
selama beberapa waktu. Namun demikian, tidak mungkin memprediksi apakah
atau kapan virus tersebut akan aktif kembali. Sebuah penelitian terkini yang
diikuti oleh lebih dari 600 mahasiswi untuk menguji adanya HPV selama 6 bulan.
Setelah 3 tahun berlalu, infeksi HPV baru muncul pada lebih dari 40% perempuan
tersebut. Sebagian besar infeksi berlangsung sekitar 8 bulan kemudian tidak aktif.
Tetapi setelah 2 tahun, sekitar 10% perempuan tersebut masih membawa virus
tersebut dalam vagina dan leher rahim. Dalam penelitian tersebut, infeksi yang
berlanjut sebagian besar biasanya terkait dengan jenis HPV yang ganas dan terkait
dengan kanker.
Saat ini program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang dilaksanakan oleh
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan telah menjamin
pemeriksaan deteksi dini kanker leher rahim berupa pemeriksaan IVA, pap smear,
bahkan krioterapi. Namun deteksi dini kanker serviks dengan metoda IVA memang
1.2 Tujuan
a Tujuan Umum
1 Mengetahui tentang menejemen Puskesmas
2 Mengetahui tentang pelayanan umum di Puskesmas
3 Mengetahui tentang programprogram di Puskesmas
b Tujuan Khusus
Untuk mengetahui distribusi frekuensi tingkat pengetahuan wanita tentang
kanker serviks dan pemeriksaan IVA sebelum dan sesudah diberikan
intervensi.
Untuk mengetahui distribusi frekuensi sikap wanita terhadap kanker serviks
1.3 Manfaat
1 Meningkatkan kemampuan manajemen program pencegahan dan
pemberantasan penyakit dalam upaya peningkatan derjat kesehatan
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1
Kanker Servik
2.1.1 Definisi
Kanker serviks adalah tumor ganas primer yang berasal dari metaplasia
epitel di daerah skuamomuskular junction yaitu daerah peralihan mukosa vagina
dan mukosa kanalis servikalis. Kanker serviks merupakan kanker yang terjadi
pada serviks atau atau leher rahim, suatu daerah pada organ reproduksi wanita
yang merupakan pintu masuk kearah rahim, letaknya antara rahim (uterus) dan
liang senggama atau vagina. Kanker leher rahim biasanya menyerang wanita
berusia 35-55 tahun.
2.1.2 Faktor-faktor risiko kanker leher rahim
Penelitian epidemiologi telah mengidentifikasi sejumlah faktor yang
berperan nyata terhadap pertumbuhan CIN (Cervical Intraepithelia Neoplasia),
suatu pertanda awal kanker leher rahim seperti terlihat pada tabel 2.1. Baik jenis
maupun pola kegiatan seksual, khususnya pada remaja, merupakan faktor-faktor
utama yang menentukan apakah seseorang terinfeksi oleh HPV atau tidak. Akibat
perilaku yang santai terhadap seksualitas diantara remaja dalam banyak budaya,
jumlah pasangan seksual yang dimiliki remaja sebelum usia 20 bisa sangat
banyak, dan masing-masing pasangan mereka mungkin juga mempunyai banyak
pasangan. Sehingga pola kegiatan seksual tersebut meningkatkan risiko terpapar
Infeksi Menular Seksual (IMS), khususnya HPV.
FAKTOR RISIKO
alkohol dan rokok. Perilaku yang disebutkan terkahir terutama penting karena
walaupun sudah ada penurunan jumlah pria yang merokok, jumlah perempuan
yang merokok telah meningkat secara dramatis beberapa tahun terakhirnya
khususnya pada remaja putri. Nikotin dan hasil sampingan dari rokok dianggap
dapat meningkatkan risiko relatif perempuan terkena kanker leher rahim dengan
berpusat pada mukosa leher rahim dan mengurangi daya kekebalan sel-sel
langerhans untuk melindungi jaringan ikat pada leher rahim dari faktor onkogenik
yang bersifat invasif, seperti infeksi HPV.
2.1.3 Pencegahan Kanker Leher Rahim
Sebagaimana telah disebutkan diatas, HPV adalah infeksi menular seksual
yang paling banyak terjadi di dunia. Walaupun kondom dan praktik-praktik seks
yang aman melindungi dari berbagai IMS, termasuk HIV/AIDS, alat-alat tersebut
masih kurang efektif dalam mencegah penularan HPV. Hal ini karena virus
papiloma tinggal di sel-sel kulit (pipih/squamous) yang menutupi daerah pubis
(vulva atau penis) serta sel-sel sebelah dalam sepanjang vagina dan leher rahim
pada perempuan, serta uretra dan anus pada kedua jenis kelamin. Kondom tidak
menutupi seluruh batang penis, dan juga tidak membatasi kontak dengan kulit
pubis. Oleh karena itu, pada saat senggama bahkan dengan memakai kondom, selsel kulit yang mengandung HPV bisa bersentuhan dengan vulva atau vagina,
sehingga memungkinkan virus dapat mencapai leher rahim. Selain itu, friksi yang
terjadi ketika berhubungan seksual dipercaya dapat menyebabkan sobeknya
dinding vagina dalam ukuran mikroskopis yang semakin memungkinkan
terjadinya penularan. Lebih dari itu, bahkan sel-sel mati yang terlepas saat
berhubungan dapat mengandung HPV dan tetap dapat menular sampai beberapa
hari (Roben, Lowy and Schiller 1997).
a
Pencegahan Primer
Menurut sumber, cara yang paling efektif untuk mencegah kanker leher
rahim dan kanker genital lain dapat berupa vaksin. Tiap orang perlu diberikan
imunisasi sejak usia dini sebelum mereka aktif secara seksual. Manfaat dari
vaksin tersebut terutama nyata di Negara yang sedang berkembang, dimana
Pencegahan Sekunder
Seperti telah dibahas sebelumnya, walaupun saat ini pencegahan infeksi
HPV sulit dilakukan, pada perempuan yang telah terinfeksi ada kebutuhan untuk
segera :
diobati, dan
Memberikan pengobatan berbiaya rendah bagi mereka sebelum lesi
berkembang menjadi kanker
Definisi
Pap smear berasal dari kata papanicolaou, yaitu seorang ahli dokter Yunani
Sasaran
Pap Smear dapat dilakukan pada WUS yang sudah menikah atau yang
10
Pap Smear dilakukan sekali setahun. Bila tiga kali hasil pemeriksaan
normal, pemeriksaan dapat dijarangkan, misalnya setiap dua tahun. Pada
perempuan kelompok risiko tinggi, pemeriksaan harus dilakukan sekali setahun
atau sesuai petunjuk dokter (Smart, 2010). Pap Smear dapat dilakukan setiap saat,
kecuali pada masa haid. Dua hari sebelum pemeriksaan Pap Smear sebaiknya
tidak menggunakan obat-obatan yang dimasukan ke dalam vagina serta diketahui
oleh suami.
Waktu yang diperlukan untuk mengetahui hasil dari dilakukannya metode
papsmear berkisar antara 4 hari sampai 2 minggu tergantung jarak tempat
dilakukannya pemeriksaan papsmear dan dari laboratorium pemeriksaan specimen
lendir mulut rahim. Untuk mengetahui apakah hasilnya positif atau negatif maka
diperlukan tenaga khusus laboratorium yang dapat membaca hasil mikroskop. Jadi
selama rentan waktu itulah wanita pasangan usia subur mengalami kecemasan
terhadap hasil dari pemeriksaan pap smear.
4
Biaya Papsmear
Biaya yang dikeluarkan dalam pemeriksaan papsmear berkisar antara
dan pelacak adanya perubahan sel kearah keganasan secara dini sehingga kelainan
prakanker dapat terdeteksi serta pengobatannya menjadi lebih murah dan mudah.
Pap smear mampu mendeteksi lesi precursor pada stadium awal sehingga
lesi dapat ditemukan saat terapi masih mungkin bersifat kuratif.
Manfaat pap smear secara rinci dapat dijabarkan sebagai berikut:
1
Pap smear berguna sebagai perawatan ikutan setelah operasi dan setelah
3
ovulasi,
menentukan
maturitas
kehamilan,
dan
menentukan
berbagai
a.
b.
e.
f.
3. Sasaran
Pemeriksaan IVA pada WUS yaitu wanita yang berusia antara 15 sampai
49 tahun. wanita yang sudah pernah melakukan senggama atau sudah menikah
juga menjadi sasaran pemeriksaan IVA. Penderita kanker servik berumur antara
30 60 tahun, terbanyak antara 45 50 tahun, frekwensinya masih meningkat
sampai kira kira golongan umur 60 tahun dan selanjutnya frekwensi ini sedikit
menurun kembali. Hal tersebut menjadikan alasan WUS menjadi sasaran deteksi
dini kanker serviks.
4. Waktu pelaksanaan pemeriksaan IVA
Untuk masyarakat luas, diprogramkan pemeriksaannya 1 kali dalam 1
tahun, kecuali ada kecurigaan lain. Pemeriksaan IVA dapat dilakukan setiap saat,
tidak dalam kedaan haid, dua hari sebelum pemeriksaan IVA sebaiknya tidak
menggunakan obat-obatan yang dimasukan ke dalam vagina serta diketahui oleh
suami.
Waktu yang diperlukan untuk mengetahui hasil pemeriksaan dari metode
IVA adalah 1-5 menit. Setelah adanya perubahan warna putih dari mulut rahim
maka ada kecurigaan terdapat sel-sel yang memicu kanker rahim. Hasil dari
pemeriksaan IVA dapat dibaca oleh
dokter, Bidan maupun petugas kesehatan yang terlatih saat itu juga, sehingga
mengurangi kecemasan yang dialami wanita pasangan usia subur. Jika hasil yang
13
di dapat IVA (+) maka akan langsung diobati, jika pemeriksaan dilakukan di
Rumah Sakit maka akan langsung dilakukan kryoterapi, serta diberikannya obat
antibiotik serta analgesik, jika pemeriksaan di praktek swasta maka akan langsung
diberikan antibiotik dan analgesik serta rujukan ke Rumah Sakit untuk melakukan
kryoterapi.
5
dari Rp.5000,00 sampai harga tertinggi Rp 50.000,00 atau tergantung dari tempat
pemeriksaan. Biaya yang dikeluarkan oleh pasien untuk pemeriksaan ini
digunakan untuk mengganti jasa
pelayanan pemreiksaan IVA, namun tidak jarang pula ada yang memungut biaya
sebagai pengganti penggunaan alat dan bahan untuk pemeriksaan IVA.
6
Meja periksa
Meja periksa harus membuat petugas dapat memasukkan spekulum dan
melihat serviks.
Sumber cahaya/lampu
Cahaya dari jendela biasanya tidak cukup untuk melihat serviks, maka
gunakan sumber cahaya, seperti lampu leher angsa atau senter, jika
tersedia. Cahaya harus cukup kuat agar petugas dapat melihat ujung vagina
dimana serviks berada. Pemeriksaan tidak dapat dilakukan jika tidak
cukup cahaya untuk melihat seluruh serviks. Penting juga untuk menjaga
agar sumber cahaya tidak terlalu panas. Lampu yang terlalu panas bisa
membuat ibu/pasien dan petugas tidak nyaman. Senter berkualitas tinggi
dapat memberi cukup cahaya tanpa menghasilkan banyak panas. Selain
14
Bivalved speculum
Bivalve speculum
lebih
dianjurkan
karena
lebih
efektif
dalam
memperlihatkan serviks, tetapi baik Cusco atau Graves dapat diatur dan
dibiarkan terbuka saat serviks sedang diperiksa. Hal ini membuat tangan
petugas bebas mengoles serviks, mengatur sumber cahaya dan
memanipulasi serviks dan spekulum agar dapat melihat serviks
sepenuhnya. Speculum Simms tidak dianjurkan karena hanya mempunyai
satu bilah (blade) dan harus dipegang oleh seorang asisten.
Selain itu, jika krioterapi akan diberikan bersama dengan tes IVA,
pearalatan yang diperlukan untuk krioterapi harus siap dan tersedia.
d Rak atau wadah peralatan
Bahan-bahan yang diperlukan untuk tes IVA harus tersedia ditempat :
1 Kapas lidi untuk swab
Kapas lidi digunakan untuk menghilangkan mukosa dan ciaran keputihan
dari serviks dan untuk mengoleskan asam asetat ke serviks. Kapas lidi
terebut harus tertutup rata dengan kapas sehingga dapat mengoleskan asem
asetat secara merata dan tidak membuat lecet atau melukai serviks. Kapas
lidi tidak harus steril. Bahan katun wall yang dibentuk seperti bola dan
2
15
Tindakan umum :
Untuk melakukan IVA, petugas mengoleskan larutan asam asetat pada
serviks. Larutan tersebut menunjukkan perubahan pada sel-sel yang menutupi
serviks dengan menghasilkan reaksi acetowhite. Pertama-tama petugas melakukan
menggunakan spekulum untuk meriksa serviks. Lalu serviks dibersihkan untuk
menghilangkan caiaran keputihan (disrcharge), kemudaian asam asetat dioleskan
secara merata pada serviks, setelah minimal 1 menit, serviks diperiksa untuk
melihat apakah terjadi perubahan acetowhite. Hasil tes (positif atau negatif) harus
dibahas bersama ibu, dan pengobatan harus diberikan setelah konseling jika
diperlukan dan tersedia.
Klasifikasi hasil
Temuan assesmen harus dicatat sesuai kategori yang telah baku sebagaimana
terangkum dalam tabel 2.2.
16
TEMUAN KLINIS
Kanker
BAB III
HASIL KEGIATAN
3.1 Gambaran Umum Puskesmas Tanah Garam
3.1.1 Profil Puskesmas Tanah Garam
Puskesmas Tanah Garam berdiri tahun 1975, terletak di kelurahan VI
Suku, kecamatan Lubuk Sikarah. Rencana pembangunan awal Puskesmas Tanah
Garam adalah di Kelurahan Tanah
17
Hasil registrasi penduduk Kota Solok tahun 2008 tercetat sebanyak 59.172
jiwa, terdiri atas 28.989 laki-laki dan 30.173 perempuan, dengan sex ratio sebesar
0,96. Ini berarti setiap 1.000 perempuan berbanding 960 laki-laki. Dengan luas
wilayah 5.764 km2, kepadatan penduduk Kota Solok adalah sebanyak 1.026
jiwa/km2. Kecamatan Tanjung Harapan adalah kecamatan dengan kepadatan
penduduk tertinggi yaitu sebesar 1.223 jiwa/km2.
Batas wilayah Puskesmas Tanah Garam adalah Utara Kecamatan Nagari
Tanjuang Bingkuang, Aripan dan Kuncir Kabupaten Solok.
Tingkat pendidikan yang paling besar adalah universitas 9,68%, SLTA
33,64%, SLTP 18,94% dan tamat SD/MI 15,78%. Masih ada 16,68% penduduk
tidak/belum tamat SD.
Sementara itu, penduduk kota Solok dihuni oleh suku Minang, Jawa
Batak, tetapi yang lebih dominan adalah suku Minang. Upacara-upacara
keagamaan di kota Solok masih ada, seperti acara tolak bala, adat dalam kematian,
dan upacara adat perkawinan Solok.
3.1.2 Peta Wilayah Kerja Puskesmas Tanah Garam
18
1. Fasilitas Puskesmas
a. Gedung Puskesmas
Satu buah gedung Puskesmas Tanah Garam yang terletak di
Kelurahan VI Suku, Kecamatan Lubuk Sikarah Kota Solok.
Data sarana dan prasarana kesehatan di Puskesmas Tanah Garam
tahun 2015 :
- Rekam Medik
- Poli Umum
- Poli Gigi
- UGD 24 jam
- Laboratorium Klinik
- Farmasi
19
- Klinik Gizi
- Klinik Sanitasi
- Klinik TB, VCT, dan IMS
- Poli Ibu
- Poli Anak
- Poli KB
- Poli Imunisasi
- Klinik PKPR
- Klinik Tumbuh Kembang
- Rawatan Ibu dan Anak
- Rawatan Dewasa
b. Puskesmas Pembantu dan Poskeskel
Puskesmas Tanah Garam mempunyai lima Puskesmas Pembantu
dan tiga Poskeskel, yaitu :
1) Pustu Payo
2) Pustu Bandar Pandung
3) Pustu Gurun Bagan
4) Pustu Sawah Piai
5) Pustu Bancah
6) Poskeskel Tanah Garam
7) Poskeskel Gurun Bagan
8) Poskeskel Sinapa Piliang
c. Transportasi Puskesmas Tanah Garam
Transportasi Puskesmas Tanah Garam berupa :
1) Kendaraan roda 4 : 2 unit
2) Kendaraan roda 2 : 21 unit
d. Keadaan Tenaga Puskesmas
JENIS TENAGA
S2 Kesehatan Masyarakat
Dokter Umum
Dokter Gigi
Sarjana Kesehatan Masyarakat
S1 Keperawatan
Dokter Spesialis Anak
D3 Bidan
D3 Kesling
D3 Gizi
D3 Labor
D3 Gigi
D3 Apikes
JUMLAH
1
5
1
5
2
1
32
2
5
2
1
1
KETERANGAN
20
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
D3 Refraksi
D3 Fisiotherapi
D3 Atem
D1 Kebidanan
Perawat SPK
Perawat Gigi
Asisten Apoteker
Analis Labor
SMF
D3 Perawat
Sopir
Petugas Jaga Malam
Kebersihan
Radiologi
JUMLAH
1
2
1
5
2
1
3
1
2
33
5
5
5
1
126
JENIS SARANA
Poliklinik Swasta
Bidan Praktek Swasta
Dokter Prakter Swasta
Apotik
3. Sasaran
a. Data Kependudukan
Jumlah penduduk
Jumlah Bulin
Jumlah Buteki
Jumlah Bayi
Jumlah Anak Balita
JUMLAH
1
10
3
1
: 21.942 orang
: 415 orang
: 396 orang
: 4.383 orang
: 1.206 orang
21
Jumlah PUS
Jumlah Bumil
Jumlah WUS
Jumlah Anak Remaja Sekolah
b. Peran serta Masyarakat
Jumlah Posyandu
Jumlah Kader Posyandu
Jumlah TOGA
Jumlah Posyandu Lansia
Jumlah Kelompok Dana Sehat
Jumlah UKK
Jumlah KK Miskin
3.2 Gambaran
Umum
: 3.628 orang
: 458 orang
: 5.114 orang
: 3.444 orang
: 25 buah
: 92 orang
: 3 kelurahan
: 10 buah
: - buah
: - buah
: 644 KK
Program-program
Kesehatan
Masyarakat
di
rokok)
Poskeskel (Pos Kesehatan Kelurahan)
Penyuluhan Posyandu
Pelaksanaan kegiatan kelurahan siaga
Saka Bakti Husada
Kegiatan
Penyuluhan di dalam gedung
Pembinaan UKS :
- Penyuluhan kesehatan
Pencapaian
9 kali
32 kali
22
9 kali
UKS
(100%) 1 kali dalam
Skrining siswa baru masuk
setahun
tahun ajaran 2015/2016
Penyuluhan di Posyandu
36 kali
Penyuluhan Keliling
10 kali
Penyuluhan di Kantor Camat Lubuk
2 kali
Sikarah
-
3
4
5
2. KIA dan KB
Kegiatan Program Kesehatan Ibu :
a. Kelas Ibu Hamil
b. Pelayanan ANC
c. Kunjungan Bumil Resti
d. Kunjungan Nifas
e. Pemantauan Stiker P4K/ANC Berkualitas
f. Otopsi verbal
g. Pembinaan BPJS
h. Pembinaan GSI
Kegiatan Program Kesehatan Anak
a. DDTK
b. Kelas Ibu Balita
c. Kunjungan rumah balita bermasalah
d. LBI
Kegiatan Keluarga Berencana (KB)
a. Pelayanan dan konseling
b. Penanganan komplikasi ringan
Tabel 3.4 : Hasil Kegiatan Program KIA Januari-Desember 2015
No Program
1
Ibu
Kegiatan
K1
K4
Persalinan oleh tenaga
kesehatan
Kunjungan Nifas
Deteksi resiko tinggi ibu
hamil oleh tenaga
Pencapaian
(%)
110%
98%
71%
91%
83%
Target
Target
Des
2015
(%)
75%
71%
67,5%
(%)
100%
95%
67,5%
60%
90%
90%
80%
kesehatan
23
Anak
60%
82%
80%
92%
91%
60%
61,1%
60%
70,7%
1
67,5%
67,5%
67,5%
65%
63%
62%
-
90%
90%
90%
87%
85%
83%
-
Kegiatan
Pencapaian
1
2
3
4
5
6
7
Jumlah PUS
Peserta KB Baru
Peserta KB Aktif
DO
KB paska salin
PUS Gakin
KB aktif gakin
6,3%
70,7%
7,4%
0,3%
22,1%
Target Des
Target 2015
(%)
52,5%
52,5%
(%)
3670
70%
70%
Agustus)
Pengukuran status gizi murid TK/PAUD
Pengukuran status gizi siswa SLTP dan SLTA
Pemantauan status gizi sekolah yang mendapat PMT-AS
Kunjungan rumah balita gizi kurang dan gizi buruk serta Bumil
f.
g.
h.
i.
j.
KEK
Pemantauan Posyandu
Pemberian PMT pemulihan
TFC
Pengambilan sampel garam RT untuk survey GAKI
Kelas gizi
24
k. Pemberian vitamin A
l. Pemberian tablet Fe
m. Pemantauan pertumbuhan balita
Tabel 3.6 : Hasil Kegiatan Tahunan Perbaikan Gizi Masyarakat
No.
Indikator Kerja
Pencapaian
(%)
Target
JanDesembe
r 2015
Target per
Tahun
2015
1,8%
gizi buruk
Persentase balita dengan
15%
gizi kurang
Persentase balita gizi
75%
75%
100%
perawatan
Persentasi bayi usia 0-6
85%
ekslusif
Cakupan rumah tangga
96,6%
71,25%
95%
81,8%
65,25%
87%
74%
66,75%
89%
75%
54,72%
75%
67,5%
100%
90%
beryodium
Persentase anak umur 6-59
bulan yang mendapatkan
kapsul vitamin A
Persentase ibu hamil
8
9
mendapatkan Fe 90 Tablet
Persentase survailance gizi
Persentase balita
ditimbang berat badannya
(D/S)
25
P2M
TB
4
5
Rabies
DBD
6
7
8
Pneumonia
Kusta
HIV/AIDS dan
d.
e.
a.
b.
c.
d.
Sweeping
Pelacakan KIPI
Sosialisasi P2PM dan Surveilans
Survey dan pemetaan wilayah TB
Penyegaran kader TB
Penyuluhan HIV/AIDS, IMS dan
e.
f.
a.
b.
c.
TB untuk pemuda
PTM
Posbindu
Pelacakan kasus kontak
Pemeriksaan sputum
Pengobatan kasus BTA(+) dan
PMO
Pelacakan kasus
a. Sosialisasi DBD
b. Pemantauan jentik
c. PE
Penemuan dan penanganan kasus
Penemuan dan penanganan kasus
Penjaringan
IMS
4. Pelayanan Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
Kegiatan :
Tabel 3.8 : Program P2M
No
Program
P2M
Pencapaia
n
Target
3 orang
9 orang
95%
24 orang
212 orang
Pengobatan diare
548 orang
682 orang
12 orang
2373 orang
213 orang
35 orang
Kegiatan
26
Pemberian VAR/SAR
15 orang
HIV/AIDS : kunjungan
262
AFP
2/100.000 x jmlh
pddk <15 th
HIV (+)
Hasil kegiatan :
Tabel 3.9 : Hasil Kegiatan P2M Februari-Desember 2015
Program
P2M
Kegiatan
Penemuan kasus BTA (+)
Penemuan Kasus
Target
3 orang
9 orang
28 orang
681 orang
20 orang
2373 orang
36 orang
15 orang
818 orang
262
95%
212 orang
682 orang
86 orang
-
triwulan II
Angka bebas jentik (ABJ)
Penemuan kasus pneumonia
Pengobatan diare
Penanganan kasus DBD
Penemuan kasus kusta
Penemuan kasus ISPA
Rabies : kasus gigitan
Pemberian VAR/SAR
IVA : (yang diperiksa)
HIV/AIDS : kunjungan
AFP
HIV (+)
2/100.000 x jmlh
pddk <15 th
5. Kesehatan Lingkungan
Kegiatan :
1. Dalam gedung
a. Klinik sanitasi
b. Pengawasan limbah medis
2. Luar gedung
a. Kunjungan rumah
b. Pengawasan kualitas air minum
c. Inspeksi sanitasi
d. Pengawasan kualitas air
27
SMA,
PT,
PAUD/TK,
Masjid/musholla,
dan
Salon/pangkas rambut.
f. Pengawasan hygiene sanitasi tempat pengolahan makanan
g.
h.
i.
j.
(TPM) :
Rumah makan/ampere
Makanan jajanan
Penyuluhan kesehatan di sekolah
Pemeliharaan dan pengawasan kualitas lingkungan
Hasil kegiatan :
Tabel 3.10 : Hasil Kegiatan Kesling Triwulan IV Tahun 2015
No
1
Program
Akses Air
TG
100
VI SUKU
100
SNP
100
Pencapaian
100
Target (%)
100
Bersih
Jamban
67,91
85,75
100
84,6
100
Keluarga
Pengel.
57,16
56,92
57,69
57,12
100
Limbah
Pengel.
57,86
55,19
52,56
56,53
100
5
6
7
8
Sampah
Rumah Sehat
TTU
TPM
Klinik Sanitasi
69,55
-
80,98
-
83.65
-
74,55
100
86,67
1,1
95
80
85
10
6. Program Pengembangan
Upaya pengembangan yang dilakukan di Puskesmas Tanah Garam adalah
sebagai berikut.
Tabel 3.11 : Program Pengembangan
di Puskesmas Tanah Garam
1
2
3
Kesehatan Jiwa
a. Penemuan dini dan penanganan kasus jiwa
b. Rujukan kasus jiwa
Kesehatan Indra Mata dan Telinga
a. Penemuan dan penanganan kasus
b. Rujukan
PKPR
28
29
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
BULAN
DIARE
ISPA
MALARIA
DBD
22
34
12
46
31
73
81
52
-
1
2
3
14
4
3
1
1
3
2
7
3
Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober
November
Desember
TB
KERACUNAN
KULIT
PARU
1
21
2
MAKANAN
6
1
2
4
-
5
4
3.6
4
3
3
2
1
1
0
1.2
Pencapaian
30
16
1367
x 100% = 1,1
%
Data diatas lalu dibandingkan dengan jumlah keseluruhan pasien
penyakit berbasis lingkungan yang berobat ke poli, ternyata tidak
seluruh pasien ini berkunjungan atau dirujuk ke klinik sanitasi.
Setelah melakukan observasi langsung, diskusi, dan wawancara
dengan petugas puskesmas, maka didapatkan penyebab beberapa
masalah rendahnya kunjungan pasien penyakit berbasis lingkungan
ke klinik sanitasi Puskesmas Tanah Garam
no
Bulan
Kelompok umur
< 30
th
30-39
th
40-50
th
>50 th
Total
Jumlah
wanita
usia
subur
Target
tahun 2015
5114
16 %
Januari
Februari
16 %
Maret
16%
April
11
18
35
16%
Mei
18
16%
Juni
15
16%
31
Juli
16%
Agustus
16%
September
15
16%
10
Oktober
16%
11
November
16%
12
Desember
16%
13
Total
45
61
24
131
30
20
10
0
Diagram Cakupan D/S wilayah kerja Puskesmas Tanah Garam JanuariDesember 2015
63,1%
60%
32
HB 0
77,7%
66,6%
BCG
77,7%
66,6%
Polio 1
77,2%
66,6%
DPT + HB + HiB 1
75,55%
66,6%
Polio 2
67,9%
60%
DPT + Hb + HiB 2
63,1%
60%
Polio 3
71,6%
60%
DPT + HB + HiB 3
64,8%
60%
Polio 4
58,3%
60%
Campak
64,4%
60%
Campak (booster)
23,9%
60%
49,5%
60%
Kelurahan
jumlah
Penduduk
Perkiraan
Suspek
BTA+
Perkiraan
Suspek BTA+
Triwulan 1
Pencapaian
BTA+ RO+ Anak
Kambuh
Tanah
13249
212
21
53
Garam
VI Suku
Sinapan
Puskesmas
6543
1463
21255
105
23
340
10
3
34
26
6
85
3
1
9
1
0
3
1
0
4
0
0
0
0
0
0
Perkiraan
Kelurahan
Penduduk
Suspek
BTA+
Tanah
13249
212
21
Perkiraan
Suspek
BTA+
53
Triwulan 2
Pencapaian
BTA+ RO+ Anak
Kambuh
33
Garam
VI Suku
Sinapan
Puskesmas
6543
1463
21255
105
23
340
10
3
34
26
6
85
3
1
9
1
1
2
1
1
2
0
0
0
0
0
0
Tanah
Garam
VI Suku
Sinapan
Puskesmas
Perkiraan
Perkiraan
Suspek
BTA+
Triwulan 3
Pencapaian
BTA+ RO+ Anak
Penduduk
Suspek
BTA+
13249
212
21
53
6543
1463
21255
105
23
340
10
3
34
26
6
85
3
1
9
1
1
3
1
1
3
0
0
0
0
0
0
Kambuh
Penduduk
Perkiraan
Suspek
BTA+
Tanah
13249
212
21
Garam
VI Suku
6543
105
10
Sinapan
1463
23
3
Puskesmas
21255
340
34
3.3.2 Penetapan Prioritas Masalah
Perkiraan
Suspek
BTA+
Triwulan 4
Pencapaian
BTA+ RO+ Anak
53
26
6
85
3
1
9
1
1
3
1
1
3
0
0
0
0
0
0
KRITERIA
MASALAH (1)
Kambuh
Tingkat
Urgensi
(U)
Tingkat
Keseriusan
(S)
Tingkat
Perkembangan
(G)
UXSXG
80
34
MASALAH (2)
Cakupan deteksi resiko
36
48
60
27
35
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1
Pembahasan Masalah
Berbagai upaya dilakukan untuk meningkatkan rendahnya
kepada
masyarakat
tentang
pentingnya
diharapkan
ada
818
orang
yang
melakukan
masyarakat,
ekonomi
keluarga
yang
masih
Variabel masalah
36
Faktor
penyebab
Manusia
Penyebab masalah
Memberikan
penyuluhan
pemeriksaan IVA
Tidak adanya kader khusus untuk
IVA
Menjelaskan kepada Wanita
pemeriksaan IVA
Kurangnya motivasi Wanita Usia
IVA
pemeriksaan IVA
Membentuk kader khusus
Metode
Money
pemeriksaan IVA
Mengadakan
penyuluhan/
konsultasi
dilakukan
tentang
pemeriksaan IVA
Membuat format pelaporan yang
jelas kepada dokter/bidan praktek
swasta
pemeriksaan IVA
Dana APBD untuk pembentukan
pemeriksaan IVA
Menyediakaan APBD
untuk
masyarakat
pembuatan
kader/
melakukan
petugas
khusus
yang
beberapa
yang
untuk
ikut
dalam
pemeriksaan IVA
Mengatur
sedemikian hingga
penggunaan dana pertahun yang
diberikan oleh pusat untuk media
komunikasi yang akan digunakan.
37
Sarana
Lingkungan
Kurangnya dukungan
dari Keluarga
(suami)
serviks
serta
memberikan
pemahaman
Sasaran
Lokasi
Volume Kegiatan
Pelaksanaan
untuk
memberikan
pemahaman
terhadap
suami
38
Method
Program khusus
dari
Puskesmas
mengenai
kanker serviks
dan
Kegiatan
pemeriksaan IVA
Kegiatan II
Kegiatan
Tujuan
IVA
Memberikan pengertian pada suami-suami yang tidak
menyetujui untuk dilakukannnya pemeriksaan IVA pada
istrinya.
Kegiatan
Tujuan
Sasaran
Lokasi
Volume
kegiatan
Pelaksanaan
39
1.
Penyuluha
Meningkatkan
Wanita Usia
Puskesmas, Sekali
Dokter dan
n kepada
pengetahuan
Subur
Puskesmas
petugas yang
Wanita
Wanita Usia
(WUS) yang
Pembantu,
mendapatkan
Usia Subur
Subur (WUS)
sudah
Posyandu
pelatihan
(WUS)
yang sudah
yang sudah
melakukan
melakukan
hubungan
hubungan
seksual serta
seksual
memberikan
setahun
melakukan
pemeriksaan
seksual,
IVA
suami
pemahaman
terhadap suami
mengenai
pemeriksaan
2.
Jadwal
IVA
Meningkatkan
Wanita Usia
Puskesmas
Sekali
Dokter dan
khusus
angka cakupan
Subur
Keliling
setahun
petugas yang
untuk
pemeriksaan
(WUS) yang
mendapatkan
pemeriksaa
IVA
sudah
pelatihan
berhubungan
pemeriksaan
seksual
IVA
n IVA
gratis
melalui
program
puskesmas
kelliling
secara
3.
berkala
Pembentuk
Mengajak dan
WUS yang
Puskesmas
Sekali
Petugas yang
an kader-
menghimbau
telah
keliling
setahun
bertanggung
kader
WUS agar
berhubungan
dan
jawab
khusus
datang pada
seksual
Posyandu
terhadap IVA
untuk
penyuluhan dan
pemeriksaa
pemeriksaan
n IVA
IVA
40
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Dari hasil penelitian mengenai rendahnya kunjungan masyarakat ke
puskesmas untuk pemeriksaan IVA untuk deteksi dini kanker serviks diwilayah
kerja Puskesmas tanah garam tahun 2015. Dari hasil data yang didapat
bahwa
masih
rendahnya
partisipasi
masyarakat
dalam
monitoring kegiatan
setiap bulan.
Memaksimalkan kinerja petugas serta membangun koordinasi lintas
41
2004
6. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 75 tahun 2014.
http://sinforeg.litbang.depkes.go.id.
7. Rasjidi, B. 2009. Deteksi Dini Pencegahan Kanker pada Wanita. Jakarta :
Sagung Seto
8. Romauli, S. 2012. Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta : Nuha Medika
9. Sukaca. 2009. Kanker Leher Rahim. Yogyakarta : Briliant Books
10. Trihono. 2005. Manajemen Puskesmas Berbasis Paradigma Sehat. Jakarta
: Sagung Seto
42