Anda di halaman 1dari 9

4

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS TINDAKAN

A. Landasan Teori
1. Metode Demonstrasi
Dalam mengartikan metode demonstrasi penulis kemukakan pendapat
para ahli sebagai berikut :
a. Menurut (Saeful Bahri Djamrah, dkk, 1995 : 102) Metode Demonstrasi
yaitu cara menyajikan bahan pelajaran dengan meragakan atau
mempertunjukan kepada siswa suatu proses, situasi atau benda tertentu
yang sedang di pelajari, baik sebenarnya ataupun tiruan, yang sering di
sertai dengan penjelasan lisan.
b. Menurut (Mulyasa, 1997 : 32) Demonstarsi merupakan suatu cara untuk
menunjukan suatu proses, peristiwa atau kejadian kepada seseorang atau
sekelompok orang
c. Menurut (Harsja, 1986 : 21) Metode Demonstrasi adalah suatu cara
mengajar dengan mempertunjukan sesuatu
d. Menurut (Djaurak Ahmad, 1994 : 26) Metode Demonstrasi adalah suatu
cara mengajar dengan mempertunjukan suatu benda atau cara kerja
sesuatu.
Dari keempat pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa : Metode
Demonstrasi adalah suatu cara mengajar dengan menyajikan bahan pelajaran
dengan meragakan atau mempertunjukan kepada siswa suatu proses, situasi

atau benda tertentu yang sedang di pelajari, baik sebenarnya ataupun tiruan,
yang sering di sertai dengan penjelasan lisan.
2. Pengertian Belajar
Pengertian belajar sudah banyak dikemukakan dalam kepustakaan.
Yang dimaksud belajar yaitu perbuatan murid dalam bidang material, formal
serta fungsional pada umumnya dan bidang intelektual pada khususnya. Jadi
belajar merupakan hal yang pokok. Belajar merupakan suatu perubahan pada
sikap dan tingkah laku yang lebih baik, tetapi kemungkinan mengarah pada
tingkah laku yang lebih buruk.
Untuk dapat disebut belajar, maka perubahan harus merupakan akhir
dari pada periode yang cukup panjang. Berapa lama waktu itu berlangsung
sulit ditentukan dengan pasti, tetapi perubahan itu hendaklah merupakan
akhir dari suatu periode yang mungkin berlangsung berhari-hari, bermingguminggu, berbulan-bulan atau bertahun-tahun. Belajar merupakan suatu proses
yang tidak dapat dilihat dengan nyata proses itu terjadi dalam diri seserorang
yang sedang mengalami belajar.
Hamalik (2008) mengemukakan bahwa Belajar adalah suatu proses
perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan.
Selanjutnya Sanjaya (2008) berpendapat bahwa, Belajar adalah sebagai
proses perubahan tingkah laku akibat dari pengalaman dan latihan.
Belajar adalah proses perubahan pengetahuan, maupun perubahan
tingkah laku. Apabila setelah belajar tidak terjadi perubahan dalam diri
manusia, maka tidak dapat dikatakan bahwa padanya tidak berlangsung

proses belajar itu. Sehubungan dengan hal ini, Slameto (2003) mengatakan:
belajar adalah suatu proses yang dilakukan individu untuk memperoleh
perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan. Perubahan tingkah
laku itu akan didapat melalui berbagai hasil pengalaman individu itu sendiri
dalam interaksi dengan lingkungannya.
Jadi yang dimaksud dengan belajar bukan tingkah laku yang nampak,
tetapi prosesnya terjadi secara internal di dalam diri individu dalam
mengusahakan memperoleh hubungan-hubungan baru.

3. Pengertian Hasil Belajar


Perubahan tingkah laku yang dapat diamati dari penampilan orang
yang belajar adalah hasil belajar. Pada hakikatnya hasil belajar menunjukkan
tingkat kemampuan siswa dalam mengikuti suatu proses pembelajaran.
Tingkat kemampuan siswa dari hasil belajar ini dapat dilihat dari kemampuan
kognitif, afektik dan psikomotorik (Sutrisno, 2006). Senada dengan pendapat
di atas, Sutrisno (2006) menyatakan bahwa hasil belajar merupakan sesuatu
yang diperoleh dari dan sesudah kegiatan pembelajaran berlangsung. Hasil
belajar ini dinyatakan dalam bentuk angka, huruf atau kata-kata baik, sedang
dan kurang. Hasil belajar ini merupakan kemampuan aktual yang dapat
diukur langsung melalui tes yang sesuai dengan tujuan pembelajaran.
Reigeluth (dalam Sutrisno, 2006) menyatakan bahwa hasil belajar
dipengaruhi oleh interaksi antara metode pengajaran dan kondisi pengajaran.
Hal-hal

yang

termasuk

metode

pengajaran

antara

lain

strategi

pengorganisasian, strategi pengelolaan pembelajaran dan penyampaian.

Selanjutnya hal-hal yang termasuk kondisi pengajaran adalah karakteristik


siswa, karakteristik isi pengajaran, kendala pengajaran dan berbagai kondisi
lain dalam proses pembelajaran. Secara umum ada tiga indikator keberhasilan
belajar siswa, yaitu: (1) efektifitas pembelajaran, yang biasanya diukur dari
tingkat keberhasilan siswa, (2) efisiensi pembelajaran, yang diukur dari waktu
belajar, dan (3) daya tarik pembelajaran, yang biasanya diukur dari tendensi
siswa yang ingin belajar terus menerus. Dari pernyataan ini dapat disebutkan
bahwa hasil belajar merupakan suatu kinerja yang diindikasikan sebagai suatu
kapabilitas (kemampuan) yang telah diperoleh.
Hasil belajar peserta didik dapat diklasifikasi ke dalam tiga ranah
(domain), yaitu: (1) domain kognitif (pengetahuan atau yang mencakup
kecerdasan bahasa dan kecerdasan logika matematika), (2) domain afektif
(sikap dan nilai atau yang mencakup kecerdasan antarpribadi dan kecerdasan
intrapribadi, dengan kata lain kecerdasan emosional), dan (3) domain
psikomotor (keterampilan atau yang mencakup kecerdasan kinestetik,
kecerdasan visual-spasial, dan kecerdasan musikal).

4. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar


Menurut Dalyono (1997) berhasil tidaknya seseorang dalam belajar
disebabkan oleh dua faktor yaitu:
a. Faktor Intern (yang berasal dari dalam diri orang yang belajar)
1) Kesehatan
Kesehatan jasmani dan rohani sangat besar pengaruhnya
terhadap kemampuan belajar. Bila seseorang yang tidak selalu sehat,

sakit

kepala,

demam,

pilek

batuk

dan

sebagainya

dapat

mengakibatkan tidak bergairah untuk belajar. Demikian pula halnya


jika kesehatan rohani (jiwa) kurang baik.
2) Intelegensi dan Bakat
Kedua aspek kejiwaan ini besar sekali pengaruhnya terhadap
kemampuan belajar. Seseorang yang mempunyai intelegensi baik (IQnya tinggi) umumnya mudah belajar dan hasilnyapun cenderung baik.
Bakat juga besar pengaruhnya dalam menentukan keberhasilan
belajar. Jika seseorang mempunyai intelegensi yang tinggi dan
bakatnya ada dalam bidang yang dipelajari, maka proses belajar akan
lebih mudah dibandingkan orang yang hanya memiliki intelegansi
tinggi saja atau bakat saja.
3) Minat dan Motivasi
Minat dapat timbul karena adanya daya tarik dari luar dan juga
datang dari sanubari. Timbulnya minat belajar disebabkan beberapa
hal, antara lain karena keinginan yang kuat untuk menaikkan martabat
atau memperoleh pekerjaan yang baik serta ingin hidup senang atau
bahagia. Begitu pula seseorang yang belajar dengan motivasi yang
kuat, akan melaksanakan kegiatan belajarnya dengan sungguhsungguh, penuh gairah dan semangat. Motivasi berbeda dengan minat.
Motivasi adalah daya penggerak atau pendorong.

4) Cara belajar
Cara belajar seseorang juga mempengaruhi pencapaian hasil
belajarnya. Belajar tanpa memperhatikan teknik dan faktor fisiologis,
psikologis, dan ilmu kesehatan akan memperoleh hasil yang kurang.
b. Faktor Eksternal (yang berasal dari luar diri orang belajar)
1) Keluarga
Faktor orang tua sangat besar pengaruhnya terhadap
keberhasilan anak dalam belajar, misalnya tinggi rendahnya
pendidikan, besar kecilnya penghasilan dan perhatian.
2) Sekolah
Keadaan sekolah tempat belajar turut mempengaruhi tingkat
keberhasilan anak. Kualitas guru, metode mengajarnya, kesesuaian
kurikulum

dengan

kemampuan

anak,

keadaan

fasilitas

atau

perlengkapan di sekolah dan sebagainya, semua ini mempengaruhi


keberhasilan belajar.
3) Masyarakat
Keadaan masyarakat juga menentukan hasil belajar. Bila
sekitar tempat tinggal keadaan masyarakatnya terdiri dari orang-orang
yang berpendidikan, terutama anak-anaknya, rata-rata bersekolah
tinggi dan moralnya baik, hal ini akan mendorong anak giat belajar.
4) Lingkungan sekitar
Keadaan

lingkungan

tempat

tinggal,

juga

sangat

mempengaruhi hasil belajar. Keadaan lingkungan, bangunan rumah,

10

suasana sekitar, keadaan lalu lintas dan sebagainya semua ini akan
mempengaruhi kegairahan belajar.
5. Shalat Tarawih
Arti Tarawih Lafadz Tarawih ( )bentuk jamak dari mufrad
Tarwihah ( ) yang mempunyai arti istirahat. Shalat Tarawih adalah :
Shalat malam yang dikerjakan pada bulan suci Ramadhan sesudah
mengerjakan shalat fardhu isya. H. Mochtar mendefinisikan Shalat Tarawih
ialah Shalat malam pada bulan Ramadhan hukumnya sunnah muakkad, bagi
pria dan wanita boleh dikerjakan sendiri-sendiri, boleh berjamaah dengan
waktunya setelah shalat isya sampai terbit fajar. Disebut Shalat Tarawih oleh
karena shalat ini mempunyai rakaat dan bacaan yang panjang sehingga dalam
melaksanakannya memakan waktu yang lama dengan demikian memerlukan
istirahat, dan istirahat ini biasanya dilakukan pada setiap 2 kali salam dari 4
rakaat.
Waktu untuk mengerjakan shalat tarawih adalah dari sesudah
dikerjakannya shalat isya sampai terbitnya fajar. Adapun waktu yang utama
dan afdhol untuk mengerjakan shalat tarawih para ulama membagi atas 2
(dua) bagian, apakah dikerjakan pada awal atau akhir malam. 1. Awal malam
lebih utama, bagi mereka yang tidak terbiasa atau khawatir tidak mampu
untuk bangun malam. 2. Akhir malam lebih utama, bagi yang terbiasa dan
tidak mempunyai kekhawatiran sama sekali untuk bangun malam.
Hukum Shalat Tarawih adalah Sunnah Muakkadah. Sebagaimana
disebutkan dalam hadits diatas, yang diriwayatkan oleh AlJamaah dari Abu

11

Hurairah ra menunjukkan bahwa fadhilah bagi orang yang mengerjakan


shalat tarawih adalah mendapatkan ampunan dosa-dosanya yang telah lewat.
Sedangkan fadhilah yang lain adalah mendapatkan fitrah (bersih suci
bagaikan bayi yang baru dilahirkan oleh ibunya), sebagaimana hadits yang
diriwiyatkan oleh Imam Ahmad, Nasai dan Ibn Majah dari Abdurrahman Ibn
Auf, yaitu :
:


Artinya : Dari Abdurrahman Ibn Auf ra : Sesungguhnya Nabi Saw
bersabda : Sesungguhnya Allah Azza Wa Jalla telah mewajibkan puasa bulan
Ramadhan dan Aku telah menuntunkan shalat (tarawih)nya. Barang siapa
puasa Ramadhan dan shalat Tarawih karena Iman dan mengharap pahala dari
Allah, maka dosa-dosanya akan keluar bagaikan bayi yang baru dilahirkan
oleh ibunya (HR. Imam Ahmad, Nasai dan Ibn Majah)
6. Kerangka Berpikir
Berdasarkan permasalahan yang ada dan beberapa teori yang
disampaikan diatas mendasari kerangka berpikir peneliti, Jika metode
demonstrasi digunakan dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VI
materi melaksanakan tarawih di bulan Ramadhan pada SD Negeri 1 Sigli
Kabupaten Pidie.

12

Secara skematis uraian langkah-langkah penelitian di atas dapat


dijabarkan dalam diagram alir penelitian sebagai berikut:
KONDISI
AWAL

GURU:

Menggunakan metode
ceramah

SISWA :

Nilai fiqh rendah

SIKLUS I:
Penggunaan Metode
Demonstrasi

TINDAKAN

Menggunakan Metode
Demonstrasi
SIKLUS II:

Penggunaan Metode
Demonstrasi

Melalui
metode
demonstrasi
dapat
KONDISI
meningkatkan
hasil
AKHIR
belajar siswa kelas VI
materi
melaksanakan
tarawih
di
bulan
Ramadhan
pada
SD
Negeri 1 Sigli Kabupaten
Pidie
Gambar 1. Diagram alir kerangka berpikir PTK
7. Hipotesis Tindakan
Adapun yang menjadi hipotesis pada Penelitian Tindakan ini adalah :
Melalui metode demonstrasi dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas
VI materi melaksanakan tarawih di bulan Ramadhan pada SD Negeri 1 Sigli
Kabupaten Pidie.

Anda mungkin juga menyukai