Anda di halaman 1dari 9

GEOLOGI DAN SUMBERDAYA MINERAL

BAB II
GEOLOGI DAN SUMBERDAYA MINERAL

2.1

Tinjauan Umum
2.1.1 Lokasi dan Kesampaian Daerah
Secara Administrasi, lokasi penyelidikan berada di Desa Tajursindang
Kecamatan Sukatani Kabupaten Purwakarta Provinsi Jawa Barat.

Lokasi penyelidikan berbatasan dengan :


sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Jatiluhur dan
Waduk Jatiluhur
sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Jatiluhur
sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Tegalwaru,
Kecamatan Darangdan, dan Kecamatan Plered
sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Tegalwaru dan
Kecamatan Plered.

Lokasi ini dapat ditempuh dengan menggunakan kendaraan roda dua


selama 2,5 jam dari Kota Bandung menuju Desa Tajursindang dapat pula
melalui jalur Tol Cipularang menggunakan roda empat.

LAPORAN GEOLOGI EKSPLORASI GUNUNG PONGKOR


LABORATORIUM EKSPLORASI. 2015
II - 1

GEOLOGI DAN SUMBERDAYA MINERAL

LAPORAN GEOLOGI EKSPLORASI GUNUNG PONGKOR


LABORATORIUM EKSPLORASI. 2015
II - 2

GEOLOGI DAN SUMBERDAYA MINERAL

Gambar 2.1
Peta Kesampaian Daerah Lokasi Penyelidikan

LAPORAN GEOLOGI EKSPLORASI GUNUNG PONGKOR


LABORATORIUM EKSPLORASI. 2015
II - 3

GEOLOGI DAN SUMBERDAYA MINERAL

2.2

Keadaan Topografi

Daerah penyelidikan didominasi (75%) oleh morfologi perbukitan


bergelombang terjal dengan kemiringan lereng umumnya 30 O.
Ketinggian berkisar dari 160 sampai 340 m diatas permukaan laut.
Perbukitan berbentuk secara bergelombang di hamper keseluruhan area
penyelidikan memanjang utara selatan, dengan puncak Pr. Oray di
bagian timur dan Pr. Badot di bagian barat. Sedangkan bagian utara
terdapat morfologi landau dengan kemiringan di bawah 20 0. Aliran sungai
membentuk pola dendritic terdiri dari suangi-sungai kecil dan musiman
dari perbukitan bermuara ke suangai utama yaitu Sungai Ciseuti. Tingkat
erosi menunjukkan stadium muda yang ditunjukkan oleh bentuk lembahlembah sungai yang sempit dan gradien sungai yang tinggi.

2.3

Litologi dan Stratigrafi

Secara umum jenis batuan yang tersingkap di daerah penyelidikan ini


terdii dari andesit dan tufa, hanya pada tempat-tempat tertentu dijumpai
diorite porfir. Batuan-batuan ini berumur tersier, dimana andesit berumur
miosen-pliosen sedangkan tufa berumur oligo-miosen.
Batuan tufa yang secara regional diduga merupakan anggota dari
formasi Jatiluhur yang menempati bagian atas stratigrafi daerah
penyelidikan yang tersebar di bagian utara. Sedangkan andesit terdapat
dan di bagian bawahnya terutama menempati daerah Pr. Oray daerah
aliran Sungai Ciburial dan Gupit Jarian an menerobos batuan atasnya.
LAPORAN GEOLOGI EKSPLORASI GUNUNG PONGKOR
LABORATORIUM EKSPLORASI. 2015
II - 4

GEOLOGI DAN SUMBERDAYA MINERAL

Batuan Diorit porfir teramati di sekitar Sungai Pananggayan.


Batuan yang diduga dasitik terlihat di dalam sumur uji yang digali di
daerah Gupit Jarian.
Sebagian besar batuan yang tersinkap pada daerah penyelidikan telah
mengalami

alterasi

hydrothermal

berupa

kaolinisasi,

piritissasi,

khloritisasi dan silisifikasi. Setempat dijumpai zona breksi yang dimana


hasil

sayatan

tipis

menunjukkan

fragmen

batuan

dari

urat

kuarsa/karbonat dan telah teralterasi.


2.5

Struktur Geologi

Pada pengamatan lapanganpembentukan kekar-kekar sangat intensif di


semua singkapan batuan. Kekar-kekar ini sebagian berisi urat-urat
kaolinisasi, kuarsa, sinnabar, dan sulfide logam dasar (Pb, Cu, Zn)
umumnya dalam adit dan dicirikan sebagai gash fracture.
Sedangkan teramati singkapan di permukaan hanya sedikit kekarkekar yang berisi urat-urat dan dicirikan shear zone dalam zona-zona
penggerusan. Pembentukan kekar-kekar di sini tampaknya sangatlah
erat kaitannya dengan zona patahan yang teramati di Sungai Citalang
dan Sungai Bojonggerong. Dari hasil analisa arah umum urat-urat kecil
yang mengisi kekar diperoleh kedudukan umum urat N 200 O E / 80O dan
hamper searah dengan kedudukan patahan normal di Sungai Citalang II
yaitu N 222O E / 65O dan Sungai Bojonggerong yaitu N 214 O E / 80O.
Sedangkan Kedudukan umum shear fracture (kekar gerusan) adalah N

LAPORAN GEOLOGI EKSPLORASI GUNUNG PONGKOR


LABORATORIUM EKSPLORASI. 2015
II - 5

GEOLOGI DAN SUMBERDAYA MINERAL

132O E / 66O. Dari hasil analisa struktur pergerakan patahan ditafsirkan


slip kea rah N 30O E pada kemiringan 20O.
Secara keseluruhan ada tiga jalur patahan utama yang jelas
teramati

di

lapangan

sebagai

struktur

local

pengontrol

daerah

penyelidikan. Dua patahan normal terdapat di daerah Pr. Oray (S.


Bojonggerong dan S. Citalang II) dan satunya lagi di S. Pananggayan.
Patahan di Sungai Citalang II ditafsirkan sebagai kelanjutan dari yang
teramati di Sungai Bojonggerong. Patahan di Sungai Pananggayan
berbeda arahnya dengan kedua jalur patahan tersebut di atas yaitu N
345O E / 46O pada batuan diorite porfir. Pada peta geologi yang lebih luas
yang dikeluarkan Puslitbang Geologi Bandung ditunjukkan adanya sesar
naik jauh di bagian utara di luar wilayah IUP dengan arah tenggara
barat laut. Pensesaran ini diduga berperan atas pembentukan petahanpatahan local di daerah penyelidikan.
2.5

Zona Alterasi

Daerah penyelidikan seluas 100 Ha menunjukkan kondisi batuan yang


umumnya telah mengalami alterasi hidrotermal lemah hingga kuat. Jenisjenis produk alterasi yang teramati antara lain : kaolinisasi, silisifikasi,
kloritiasi, dan piritisasi.
Kaolinisasi sangat kuat terjadi di sekitar sungai Cimuringis dan
Sungai Cigarut (Cabang Sungai Pananggayan) hasil alterasi terhadap
batuan tufa.

LAPORAN GEOLOGI EKSPLORASI GUNUNG PONGKOR


LABORATORIUM EKSPLORASI. 2015
II - 6

GEOLOGI DAN SUMBERDAYA MINERAL

Khloritisasi teramati di sungai Bojonggerong dan Sungai Ciburial.


Piritisasi terjadi hamper di seluruh batuan yang teralterasi berbentuk
disseminasi Kristal-kristal pirit halus. Sedangkan silifikasi kuat terjadi
pada batuan breksi andesit dan tufa yang tersingkap di jalur patahan
Sungai Citalang II, Sungai Bojonggerong, dan Sungai Cigarut. Fragmen
breksi sulit diidentifikasi secara megaskopis, namun berdasarkan
pengamatan

petrografis

terdiri

dari

komposisi

kuarsa,

karbonat

(rhodokosit), serisit, lempung, garnet, dan mineral bijih. Silifikasi kuat


juga terjadi pada batuan di bawah permukaan, hal ini teramati dalam
lubang adit yang ada di sekitar Pr. Oray.
2.6

Mineralisasi

Mineralisasi dijumpai di zona-zona alterasi kuat, yang teramati di


lapangan umumnya terdiri dari mineralisasi sulfide yaitu pirit, arsenopirit,
sphlerit, galena, dan sinnabar. Pirit muncul di hamper semua batuan
teralterasi, sphalerit palingbanyak hadir pada batuan alterasi di daerah
sunga cimuringis pada ketingian rendah (150-180 meter), galena tampak
banyak hadir dalam batuan teralterasi di bagian puncak Pr. Oray
terutama pada jalur patahan Citalang II dan Bojonggerong dalam vein
(urat) adit bahkan sudah pernah ditambang, sedangkan sinabar terutama
hadir di hilir-hilir sungai Bojonggerong berupa urat-urat. Di samping itu
mineral mangan juga dijumpai berupa urat-urat di dalam batuan tufa
pada sumur uji di daerah Gupit Jarian dan jalur patahan citalang II dari

LAPORAN GEOLOGI EKSPLORASI GUNUNG PONGKOR


LABORATORIUM EKSPLORASI. 2015
II - 7

GEOLOGI DAN SUMBERDAYA MINERAL

jenis rhodokosit. Mineralisasi sulfide di samping hadir dalam bentuk urat


(pengisi kekar) juga hadir di dalam zona breksi yang tersilifikasi kuat.
Logam emas berdasarkan hasil analisis kimia unsur dan
mineralisasi (mikroskopis bijih) hadir di dalam urat-urat pada batuan
tersilifikasi dan terkaolinisasi kuat dan juga di dalam batuan induknya.
Kandungan emas tertinggi tampaknya berasal dari rat di dalam zona
breksi yang tersilifikasi kuat. Dari satu contoh yang diambil dari urat
kaolinisasi/oksida besi kedudukan N 250O / 65O setebal 20 cm pada zona
breksi patahan Sungai Citalang II hasil analisa menunjukkan nilai AU =
17,86 ppm.
Dari satu urat kuarsa setebal 30 cm kedudukan N 212 O E/ 72O
yang diambil dari batuan tersilifikasi pada lubang adit I Sungai Cimuringis
diperoleh nilai Au = 6,13 ppm. Namun dua contoh breksi dari zona
patahan menunjukkan nilai Au yang cukup rendah sebagai Ore yaitu 1,10
ppm dan 1,240 ppm. Hasil analisa kimia terhadap contoh-contoh urat
kaolin/oksida besi/mangan yang diambil dari sumur uji di Gupit Jarian ; 2
contoh menunjukkan nilai Au cukup tinggi yaitu 3,5 ppm dan 3,30 ppm ;
6 contoh dengan nilai sedikit di atas 1 ppm, hanya satu contoh bernilai di
bawah 1 ppm (0,93 dan 2,20 ppm) tersebut mempunya kedudukan N
255O E / 32o dan N 250o E / 50o dengan tebal urat 20 cm dan 10 cm.

LAPORAN GEOLOGI EKSPLORASI GUNUNG PONGKOR


LABORATORIUM EKSPLORASI. 2015
II - 8

GEOLOGI DAN SUMBERDAYA MINERAL

LAPORAN GEOLOGI EKSPLORASI GUNUNG PONGKOR


LABORATORIUM EKSPLORASI. 2015
II - 9

Anda mungkin juga menyukai