A. PENGERTIAN
Kurang berhasil atau kegagalan suatu program kesehatan, sering di sebabkan oleh karena
kurang atau tidak adanya dukungan dari para pembuat keputusan, baik di tingktak nasional
maupun lokal (provinsi, kabupaten, atau kecamatan). Akibat kurangnya dukungan itu, antara lain
rendahnya alokasi anggaran untuk program kesehatan, kurangnya sarana dan prasarana, tidak
adanya kebijakan yang menguntungkan bagi kesehatan dan sebagainya. Untuk memperoleh atau
meningkatkan dukungan atau komitmen dari para pembuat kebijakan, termasuk para pejabat
lintas sektoral diperlukan upaya disebut advokasi.
Advokasi secara harfiah berarti pembelaan, sokongan atau bantuan terhadap seseorang
yang mempunyai permasalahan. Istilah advokasi mula-mula digunakan dibidang hukum atau
pengadilan. Sesorang yang sedang tersangkut perkara atau pelanggaran hukum, agar memperoleh
keadilan yang sesungguh-sungguhnya. Mengacu kepada istilah advokasi dibidang hukum
tersebut, maka advokasi dalam kesehatan diartikan upaya untuk memperoleh pembelaan,
bantuan,
atau
dukungan
terhadap
program
kesehatan.
Menurut Wesbter Encyclopedia advokasi adalah "act of pleading for supporting or
recommending active espousal" atau tindakan pembelaan, dukungan, atau rekomendasi :
dukungan aktif.
Menurut ahli retorika ( Foss and Foss, et al : 1980) advokasi diartikan sebagai upaya
persuasi yang mencakup kegiatan : penyadaran, rasionalisasi, argumentasi dan rekomendasi
tindak lanjut mengenai sesuatu hal.
Menurut Hopkins (1990) advokasi adalah usaha untuk mempengaruhi kebijakan publik
melalui bermacam-macam bentuk komunikasi persuasif. Dari beberapa catatan tersebut dapat
disimpulkan secara ringkas, bahwa advokasi adalah upaya atau proses untuk memperoleh
komitmen yang dilakukan secara persuasif dengan menggunakan informasi yang akurat dan
tepat.
2. Benar (correct): apa yg disampaikan (pesan) harus didasarkan kepada kebenaran. Pesan yang
benar adalah pesan yang disertai fakta atau data empiris.
3. Kongkret (concrete): apabila petugas kesehatan dalam advokasi mengajukan usulan program
yang dimintakan dukungan dari para pejabat terkait, maka harus dirumuskan dalam bentuk yang
kongkrit (bukan kira-kira) atau dalam bentuk operasional.
4. Lengkap (complete): timbulnya kesalahpahaman atau mis komunikasi adalah karena belum
lengkapnya pesan yang disampaikan kepada orang lain.
5. Ringkas (concise) : pesan komunikasi harus lengkap, tetapi padat, tidak bertele-tele.
6. Meyakinkan ( convince) : agar komunikasi advokasi kita di terima oleh para pejabat, maka harus
meyakinkan, agar komunikasi advokasi kita diterima
7. Kontekstual ( contextual): advokasi kesehatan hendaknya bersifat kontekstual. Artinya pesan
atau program yang akan diadvokasi harus diletakkan atau di kaitkan dengan masalah
pembangunan daerah bersangkutan. Pesan-pesan atau program-program kesehatan apapun harus
dikaitkan dengan upaya-upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat pemerintah setempat.
8. Berani (courage): seorang petugas kesehatan yang akan melakukan advokasi kepada para
pejabat, harus mempunyai keberanian berargumentasi dan berdiskusi dengan para pejabat yang
bersangkutan.
9. Hati-hati ( contious): meskipun berani, tetapi harus hati-hati dan tidak boleh keluar dari etika
berkomunikasi dengan para pejabat, hindari sikap "menggurui" para pejabat yang bersangkutan.
10. Sopan (courteous): disamping hati-hati, advokator harus bersikap sopan, baik sopan dalam tutur
kata maupun penampilan fisik, termasuk cara berpakaian.
Advokasi adalah suatu kegiatan untuk memperoleh komitmen politik, dukungan
kebijakan, penerimaan sosial, dan dukungan sistem dari para pembuat keputusan atau pejabat
pembuat kebijakan (WHO, 1989). Oleh karena itu, tujuan utama advokasi adalah memberikan
dorongan dan dukungan dikeluarkannya kebijakan-kebijakan publik yang berkaitan dengan
program-program kesehatan.
C. PRINSIP DASAR ADVOKASI
Advokasi adalah kombinasi antara pendekatan atau kegiatan individu dan sosial, untuk
memperoleh komitmen politik, dukungan kebijakan, penerimaan sosial, dan adanya sistem yang
mendukung terhadap suatu program kesehatan. Untuk mencapai tujuan advokasi ini, dapat
diwujudkan dengan berbagai kegiatan atau pendekatan. Untuk melakukan kegiatan advokasi
yang efektif memerlukan argumen yang kuat. Oleh sebab itu, prinsip-prinsip advokasi ini akan
membahas tentang tujuan, kegiatan, dan argumentasi-argumentasi advokasi.
Dari batasan advokasi tersebut, secara inklusif terkandung tujuan-tujuan advokasi,
yakni: political commitment, policy support, social aceptance dansistem support.
a. Komitmen politik (political comitment)
Komitmen para pembuat keputusan atau alat penentu kebijakan di tingkat dan disektor manapun
terhadap permasalahan kesehatan tersebut. Pembangunan nasional tidak terlepas dari pengaruh
kekuasaaan politik yang sedang berjal.
b. Dukungan kebijakan (policy support)
Dukungan kongkrit yang diberikan oleh para pemimpin institusi disemua tingkat dan disemua
sektor yang terkait dalam rangka mewujudkan pembangunan di sektor kesehatan. Dukungan
politik tidak akan berarti tanpa dilanjutkan dengan dikeluarkannya kebijakan kongkret dari para
pembuat keputusan tersebut.
c. Penerimaan Sosial ( social acceptance)
Penerimaan sosial, artinya diterimanya suatu program oleh masyarakat. Suatu program kesehatan
apapun hendaknya memperoleh dukungan dari sasaran utama program tersebut, yakni
masyarakat, terutama tokoh masyarakat.
d. Dukungan Sistem (System Support)
Adanya sistem atau organisasi kerja yang memasukkan uinit pelayanan atau program kesehatan
dalam suatu institusi atau sektor pembangunan adalah mengindikasikan adanya dukungan sistem
a.
1)
2)
3)
Secara sederhana, advokasi adlah kegiatan untuk meyakinkan para penentu kebijakan atau
para pembuat keputusan sedemikian rupa sehingga mereka memberikan dukungan baik
kebijakan, fasilitas dan dana terhadap program yang ditawakan.
Meyakinkan para pejabat terhadap pentingnya program kesehatan tidaklah mudah,
memerlukan argumentasi argumentasi yang kuat. Dengan kata lain, berhasil tidaknya advokasi
bergantung pada kuat atau tidaknya kita menyiapkan argumentasi. Dibawah ini ada beberapa hal
yang dapat memperkuat argumen dalam melakukan kegiatan advokasi, antara lain:
Kredibilitas (Creadible)
Kredibilitas (Creadible) adalah suatu sifat pada seseorang atau institusi yang menyebabkan orang
atau pihak lain mempercayainya atau meyakininya.
Orang yang akan melalukan advokasi (petugas kesehatan) harus Creadible. Seseorang
itu Creadible apabila mempunyai 3 sifat, yakni:
Capability (kapabilitas), yakni mempunyai kemampuan tentang bidangnya.
Autority ( otoritas), yakni adanya otoritas atau wewenang yang dimiliki seseorang berdasarkan
aturan organisasi yang bersangutan.
Integrity (integritas), adalah komitmen seseorang tehadap jabatan atau tanggung jawab yang
diberikan kepadanya.
b. Layak (Feasible)
Artinya program yang diajukan tersebut baik secara tehnik, politik, maupun ekonomi
dimungkinkan atau layak. Secara tehnik layak (feasible) artinya program tersebut dapat
dilaksanakan. Artinya dari segi petugas yang akan melaksanakan program tersebut, mempunyai
kemampuan yang baik atau cukup.
c.
Relevan (Relevant)
Artinya program yang yang diajukan tersebut tidak mencakup 2 kriteria, yakni : memenuhi
kebutuhan masyarakat dan benar-benar memecahkan masalah yang dirasakan masyarakat.
d. Penting dan Mendesak (Urgent)
Artinya program yang diajukan harus mempunyai urgensi yang tinggi: harus segera dilaksanakan
dan kalau tidak segera dilaksanakan akan menimbulkan masalah
F. UNSUR DASAR ADVOKASI
Ada 8 unsur dasar advokasi yaitu:
1. Penetapan tujuan advokasi
2. Pemanfaatan data riset untuk advokasi
3. Identifikasi khalayak sasaran advokasi
4. Pengembangan dan penyampaian pesan advokasi
5. Membangun koalisi
6. Membuat presentasi yang persuasif
7. Penggalangan dana untuk advokasi
8. Evaluasi upayaadvokasi
G. PENDEKATAN UTAMA ADVOKASI
Ada 5 pendekatan utama dalam advokasi (UNFPA dan BKKBN 2002) yaitu:
1. Melibatkan para pemimpin
Para pembuat undang-undang, mereka yang terlibat dalam penyusunan hukum, peraturan
maupun pemimpin politik, yaitu mereka yang menetapkan kebijakan publik sangat berpengaruh
dalam menciptakan perubahan yang terkait dengan masalah sosial termasuk kesehatan dan
kependudukan. Oleh karena itu sangat penting melibatkan meraka semaksimum mungkin dalam
isu yang akan diadvokasikan.
2. Bekerja dengan media massa
Media massa sangat penting berperan dalam membentuk opini publik. Media juga sangat kuat
dalam mempengaruhi persepsi publik atas isu atau masalah tertentu. Mengenal, membangun dan
menjaga kemitraan dengan media massa sangat penting dalam proses advokasi.
3. Membangun kemitraan
Dalam upaya advokasi sangat penting dilakukan upaya jaringan, kemitraan yang berkelanjutan
dengan individu, organisasi-organisasi dan sektor lain yang bergerak dalam isu yang sama.
Kemitraan ini dibentuk oleh individu, kelompok yang bekerja sama yang bertujuan untuk
mencapai tujuan umum yang sama/hampir sama.
4. Memobilisasi massa
Memobilisasi massa merupakam suatu proses mengorganisasikan individu yang telah termotivasi
ke dalam kelompok-kelompok atau mengorganisasikan kelompok yang sudah ada. Dengan
mobilisasi dimaksudkan agar termotivasi individu dapat diubah menjadi tindakan kolektif
5. Membangun kapasitas
Membangu kapasitas disini di maksudkan melembagakan kemampuan untuk mengembangakan
dan mengelola program yang komprehensif dan membangun critical mass pendukung yang
memiliki keterampilan advokasi. Kelompok ini dapat diidentifikasi dari LSM tertentu, kelompok
profesi serta kelompok lain.
H. LANGKAH-LANGKAH ADVOKASI
Advokasi adalah proses atau kegiatan yang hasil akhirnya adalah diperolehnya dukungan
dari para pembuat keputusan terhadap program kesehatan yang ditawarkan atau diusulkan. Oleh
sebab itu, proses ini antara lain melalui langkah-langkah sebagai berikut:
1. Tahap persiapan
Persiapan advokasi yang paling penting adalah menyusun bahan (materi) atau instrumen
advokasi.
2. Tahap pelaksanaan
Pelaksanaan advokasi sangat tergantung dari metode atau cara advokasi. Cara advokasi yang
sering digunakan adalah lobbi dan seminar atau presentasi.
3. Tahap penilaian
Seperti yang disebutkan diatas bahwa hasil advokasi yang diharafkan adalah adanya dukungan
dari pembuat keputusan, baik dalam bentuk perangkat lunak (software)maupun perangkat
keras (hardware). Oleh sebab itu, untuk menilai atau mengevaluasi keberhasilan advokasi dapat
menggunakan indikator-indikator seperti dibawah ini:
a. Software (piranti lunak): misalnya dikeluarkannya:
- Undang-undang
- Peraturan pemerintah
- Peraturan pemerintah daerah (perda)
- Keputusan menteri
- Surat keputusan gubernur/ bupati
- Nota kesepahaman(MOU), dan sebagainya
b. Hardware (piranti keras): misalnya:
- Meningkatnya anggaran kesehatan dalam APBN atau APBD
- Meningkatnya anggaran untuk satu program yang di prioritaskan
- Adanya bantuan peralatan, sarana atau prasarana program dan sebagainya.
5. Prioritas tinggi ( haigh priority ) Artinya program yang diajukan tersebut harus
mempunyai prioritas yang tinggi
LANGKAH LANGKAH ADVOKASI
1. Tahap persiapan adalah Persiapan advokasi yang paling penting adalah menyusun bahan /
materi atau bukti informasi instrumen advokasi . Bahan advokasi adalah : data yang
dikemas dalam bentuk tabel , grapik atau diagram yang menjelaskan besarnya masalah
kesehatan , akibat atau dampak masalah ,dampak ekonomi , program yang diusulkan
/proposal program.
2. Tahap pelaksanaan adalah Pelaksanaan advokasi tergantung dari metode atau cara
advokasi.
3. Tahap penilaian Untuk menilai keberhasilan advokasi dapat menggunakan indikaror
sebagai berikut :
Untuk mewujudkan visi tersebut telah ditetapkan empat misi pembangunan kesehatan yang harus
dilaksanakan beriringan :
1. Mengerakkan pembangunan nasional yang berwawasan kesehatan
2. Mendorong kemandirian masyarakat untuk hidup sehat
3. Memelihara dan meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu, merata dan
terjangkau
4. Memelihara dan meningkatkan kesehatan individu, keluarga dan masyarakat beserta
lingkungannya.
Untuk merealisasi visi ini, jelas tidak dapat terwujud jika dibebankan pada sektor
kesehatan saja karena kesehatan merupakan dampak dari pembangunan dai semua semua faktor
pembangunan, oleh karena itu semua sektor harus saling bahu membahu mewujududkan misi
indonesia sehat 2010. memang departemen kesehatan yang paling bertanggung jawab namun
dalam mengiplementasi kebijakan dan program, intervensi harus bersama sama dengan sektor
lain baik pemerintah maupun swasta. Dengan kata lain sektor kesehatan merupakan pemrakarsa
dalam menjalin kerjasama atau kemitraan ( partnership ) dengan sektor terkait
Kemitraan adalah upaya yang melibatkan berbagai sektor, kelompok masyarakat,
lembaga pemerintah maupun bukan pemerintah, untuk bekerjasama dalam mencapai suatu tujuan
bersama berdasarkan kesepakatan prinsip dan peran masing-masing.dengan demikian untuk
membangun kemitraan harus memenuhi beberapa persyaratan yaitu persamaan perhatian, saling
percaya dan saling menghormati, harus saling menyadari pentingnya kemitraan, harus ada
kesepakatan misi, visi, tujuan dan nilai yang sama, harus berpijak padalandasan yang sama,
kesediaan untuk berkorban
Kemitraan dapat disimpulkan berhasil jika banyaknya mitra yang terlibat, sumberdaya
(3M) tersedia ( input ), pertemuan-pertemuan, lokakarya, kesepakatan bersama,seminat
( proses ), terbentuknya jaringan kerja, tersusunnya program dan pelaksanaan kegiatan bersama (
output ), membaiknya indikator derajat kesehatan ( outcome )
A. Pengertian Kemitraan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) arti kata mitra adalah teman, kawan
kerja, pasangan kerja, rekan. Kemitraan artinya perihal hubungan atau jalinan kerjasama sebagai
mitra.Kemitraan pada esensinya adalah dikenal dengan istilah gotong royong atau kerjasama dari
berbagai pihak, baik secara individual maupun kelompok.
Menurut Notoatmodjo (2003), Kemitraan adalah suatu kerja sama formal antara individuindividu, kelompok-kelompok atau organisasi-organisasi untuk mencapai suatu tugas atau tujuan
tertentu.
Sedangkan menurut Depkes (2006) dalam promosi kesehatan Online mengemukana
bahwa Kemitraan adalah hubungan (kerjsama) antara dua pihak atau lebih, berdasarkan
kesetaraan, keterbukaan dan saling menguntungkan (memberikan manfaat).
B.
1.
2.
3.
4.
Unsur-unsur Kemitraan
Adapun unsur-unsur kemitraan adalah :
Adanya hubungan (kerjasama) antara dua pihak atau lebih
Adanya kesetaraan antara pihak-pihak tersebut
Adanya keterbukaan atau kepercayaan (trust relationship) antara pihak-pihak tersebut
Adanya hubungan timbal balik yang saling menguntungkan atau memberi manfaat.
Menurut Ansarul Fahruda, dkk (2005), untuk membangun sebuah kemitraan, harus
didasarkan pada hal-hal berikut :
a. Kesamaan perhatian (common interest) atau kepentingan,
b. Saling mempercayai dan saling menghormati
c. Tujuan yang jelas dan terukur
d. Kesediaan untuk berkorban baik, waktu, tenaga, maupun sumber daya yang lain.
C. Dasar Kemitraan
1. Kesamaan perhatian (common interest) atau kepentingan
Dalam membangun kemitraan,masing-masing anggota harusmerasa mempunyai perhatian dan
kepentingan bersama. Tanpaadanya perhatian dan kepentingan yang sama terhadap suatumasalah
niscaya kemitraan tidak akan terjadi. Sektor kesehatan harus mampu menimbulkan perhatian
terhadap masalah kesehatan bagi sektor-sektor lain non kesehatan, dengan upaya-upaya
informasi dan advokasi secara intensif.
2. Saling mempercayai dan saling menghormati
Kepercayaan (trust) adalah modal dasar setiap relasi/hubungan antar manusia, kesehatan harus
mampu menimbulkan trust bagi partnernya.
3. Tujuan yang jelas dan terukur
Arti penting dari kemitraan adalah mewujudkan kebersamaan antar anggota untuk menghasilkan
sesuatu yang menuju kearah perbaikan kesehatan masyarakat pada khususnya, kesejahteraan
masyarakat pada umumnya. Penting dilakukan advokasi dan informasi.
4. Kesediaan untuk berkorban baik, waktu, tenaga, maupun sumber daya yang lain.
Visi, misi, tujuan dan nilai tentang kesehatan perlu disepakatibersama, dan akan sangat
memudahkan untuk timbulnya komitmen bersama untuk menanggulangi masalah kesehatan
bersama, hal ini harus meliputi semua tingkatan organisasi sampai petugas lapangan.
D. Prinsip Prinsip Kemitraan
1. Saling menguntungkan (mutual benefit)
Saling menguntungkan disini bukan hanya materi tetapi juga non materi, yaitu dilihat dari
kebersamaan atau sinergisme dalam mencapai tujuan
2. Pendekatan berorientasi hasil
Tindakan kemanusiaan yang efektif harus didasari pada realitas dan berorientasi pada tindakan.
Hal ini membutuhkan koordinasi yang berorientasi hasil dan berbasis pada kemampuan efektif
dan kapasitas operasional yang konkrit
3. Keterbukaan (transparansi)
Apa yang menjadi kelebihan dan kekurangan tiapanggota mitra harus diketahhui oleh anggota
yang lain Transparansi dicapai melalui dialog (pada tingkat yang setara) dengan menekankan
konsultasi dan pembagian informasi terlebih dahulu. Komunikasi dan transparansi, termasuk
transparansi finansial, membantu meningkatkan kepercayaan antar organisasi
4. Kesetaraan
Masing-masing pihak yang bermitra harus merasa duduk sama rendah dan berdiri sama tinggi,
tidak boleh satu anggota memaksakan kehendak kepada yang lain. Kesetaraan membutuhkan
rasa saling menghormati antar anggota kemitraan tanpa melihat besaran dan kekuatan. Para
peserta harus saling menghormati mandat kewajiban dan kemandirian dari anggota yang lain
serta memahami keterbatasan dan komitmen yang dimiliki satu sama lain. Sikap saling
menghormati tidak menghalangi masing-masing organisasi untuk terlibat dalam pertukaran
pendapat yang konstruktif
5. Tanggung Jawab
Organisasi kemanusiaan memiliki tanggung jawab etis terhadap satu sama lain dalam menempuh
tugas-tugasnya secara bertanggung jawab dengan integritas dan cara yang relevan dan tepat.
Organisasi kemanusiaan harus meyakinkan bahwa mereka hanya akan berkomitmen terhadap
sesuatu kegiatan ketika mereka memang memiliki alat, kompetensi, keahlian dan kapasitas untuk
mewujudkan komitmen tersebut. Pencegahan yang tegas dan jelas terhadap penyelewengan yang
dilakukan oleh para pekerja kemanusiaan harus menjadi usaha yang berkelanjutan
6. Saling Melengkapi
Keragaman dari komunitas kemanusiaan adalah sebuah aset bila dibangun atas kelebihankelebihan komparatif dan saling melengkapi kontribusi yang satu dengan yang lain. Kapasitas
lokal adalah salah satu aset penting untuk ditingkatkan dan menjadi dasar pengembangang.
Ketika memungkinkan, organisasi-organisasi kemanusiaan harus berjuang untuk menjadikan aset
lokal sebagai bagian integral dari tindakan tanggap darurat dimana hambatan budaya dan bahasa
1.
2.
3.
4.
5.
harus diatasi.
Prinsip-prinsip kemitraan menurut WHO untuk membangun kemitraan kesehatan
Policy-makers (pengambil kebijakan)
Health managers
Health professionals
Academic institutions
Communities institutions
E.
RuangLingkupKemitraan
Adapunruanglingkupkemitraansecaragarisbesaradalah :
a) Persiapan;
b) Inisiasi Kemitraan;
c) Pelaksanaan kerjasama;
d) Pelaporan;
e) Publikasi hasil pelaksanaan.
F.
1.
2.
3.
a)
b)
c)
d)
3.
dll.
Karenanya masalah kesehatan tidak dapat diatasi oleh sektor kesehatan sendiri, melainkan
semua pihak juga perlu peduli terhadap masalah kesehatan tersebut, khususnya kalangan swasta.
4.
Dengan peduli pada masalah kesehatan tersebut, berbagai pihak khususnya pihak swasta
diharapkan juga memperoleh manfaat, karena kesehatan meningkatan kualitas SDM dan
5.
meningkatkan produktivitas.
Pentingnya kemitraan (partnership) ini mulai digencarkan oleh WHO pada konfrensi
6.
H. Tujuan Kemitraan
Tujuan umum :
Meningkatkan percepatan, efektivitas dan efisiensi upaya kesehatan dan upaya
pembangunan pada umumnya.
Tujuan khusus :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Perilaku Kemitraan :
Adalah semua pihak, semua komponen masyarakat dan unsur pemerintah, Lembaga Perwakilan
Rakyat, perguruan tinggi, media massa, penyandang dana, dan lain-lain, khususnya swasta.
J.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
K. Beberapa alternatif peran yang dapat dilakukan, sesuai keadaan, masalah dan potensi setempat
1.
adalah :
Initiator : memprakarsai kemitraan dalam rangka sosialisasi dan operasionalisasi Indonesia
2.
3.
Sehat.
Motor/dinamisator : sebagai penggerak kemitraan, melalui pertemuan, kegiatan bersama, dll.
Fasilitator : memfasiltasi, memberi kemudahan sehingga kegiatan kemitraan dapat berjalan
4.
5.
6.
7.
lancar.
Anggota aktif : berperan sebagai anggota kemitraan yang aktif.
Peserta kreatif : sebagai peserta kegiatan kemitraan yang kreatif.
Pemasok input teknis : memberi masukan teknis (program kesehatan).
Dukungan sumber daya : memberi dukungan sumber daya sesuai keadaan, masalah dan potensi
yang ada.
L.
1.
2.
3.
Indikator output : Jumlah produk yang dihasilkan, percepatan upaya yang dilakukan, efektivitas
dan efisiensi upaya yang diselenggarakan.
Balai Keperawatan
3.
4.
KESIMPULAN
1.
Kemitraan kesehatan adalah hubungan kerjasama antara dua pihak atau lebih, berdasarkan
kesetaraan, keterbukaan dan saling menguntungkan dan memberikan manfaat bagi masyarakat
2.
a)
b)
c)
d)
mengenai kesehatan.
Adapun unsur-unsur kemitraan adalah :
Adanya hubungan (kerjasama) antara dua pihak atau lebih
Adanya kesetaraan antara pihak-pihak tersebut
Adanya keterbukaan atau kepercayaan (trust relationship) antara pihak-pihak tersebut
Adanya hubungan timbal balik yang saling menguntungkan atau memberi manfaat
3.
a)
b)
c)
d)
e)
RuangLingkupKemitraan
Persiapan
Inisiasi Kemitraan
Pelaksanaan kerjasama
Pelaporan
Publikasi hasil pelaksanaan
4.
a)
b)
c)
5.
a)
b)
c)
d)
e)
DAFTAR PUSTAKA
http://muhammadwahyudi123.blogspot.com/p/kesmas-berbasis-evidence-evidence-base.html
http://nesyairmalia.blogspot.com/2012/03/kemitraan-dalam-promosi-kesehatan.html
http://nezfine.wordpress.com/tag/kemitraan/
http://www.hidayatjayagiri.net/2012/10/mengenal-kemitraan.html
http://www.artikata.com/arti-371870-kemitraan.html
menggunakan 3
atau
kegiatan yang dilaksanakan.Oleh karena itu yang menjadi sasaran advokasi adalah
para
pemimpin
atau
pengambil
kebijakan(
policy
makers)
atau
pembuat
dengan
kesehatan
anggaran
presiden.Untuk
masyarakat,misalnya
untuk
pembahasan
kenaikan
baik.
1. Dukungan kebijakan ( Policy support )
Adanya komitmen politik dari para eksekuti,maka perlu ditindaklanjuti
dengan
telah
sosial
artinya
diterimanya
suatu
program
oleh
tersebut
3. Media
4. Perkumpulan
D. UNSUR-UNSUR ADVOKASI
Ada 8 unsur dasar advokasi,yaitu :
1. Penetepan tujuan advokasi
2. Pemanfaatan data dan riset untuk advokasi
3. Identifikasi khalayak sasaran
4. Pengembangan dan penyampaian pesan advokasi
5. Membangun koalisi
6. Membuat presentasi yang persuasif
7. Penggalangan dana untuk advokasi
8. Evaluasi upaya advokasi.
E. PENDEKATAN UTAMA ADVOKASI
Ada 5 pendekatan utama advokasi,yaitu :
1. Melibatkan para pemimpin
2. Bekerja dengan media massa
3. Membangun kemitraan
4. Memobilisasi massa
5. Membangun kapasitas.
F. LANGKAH-LANGKAH ADVOKASI
1. Tahap Persiapan
2. Tahap pelaksanaan
Pelaksanaan advokasi tergantung dari metode atau cara advokasi.
3. Tahap Penilaian
Untuk menilai keberhasilan advokasi dapat menggunakan indikator
sebagai
berikut :
a.Software,misalnya:
dikeluarkannya
UU,PP,Perda,KepMen,SK
Bupati,MOU,dsb
b.Hardware,misalnya:meningkatnya anggaran kesehatan,adanya bantuan
sarana.
https://syehaceh.wordpress.com/2008/05/13/advokasi-dalam-promkes/
https://www.scribd.com/doc/76634404/MAKALAH-ADVOKASI
https://www.scribd.com/doc/54173398/Kemitraan-Dalam-Pembangunan-Kesehatan
6. Meyakinkan ( convince ) : Agar komunikasi advokasi kita diterima oleh para pejabat ,
maka harus meyakinkan .
7. Kontekstual ( contextual ) : advokasi kesehatan hendaknya bersipat kontekstual , artinya
pesan atau program yang akan di apokasikan harus diletakkan atau dikaitkan dengan
masalah pembangunan daerah yang bersangkutan .
8. Berani ( courage ) : seorang petugas kesehatan yang akan melakukan advokasi kepada
para pejabat , harus mempunyai keberanian berargumentasi dan berdiskusi dengan para
pejabat yang bersangkutan .
9. Hati hati ( coutious ) : meskipun berani , tetapi harus berhati hati dan tidak boleh
keluar dari etika berkomunikasi dengan para pejabat , hindari sikap menggurui para
pejabat yang bersangkutan .
10. Sopan ( courtous ) : disamping hati hati , advokator harus bersikap sopan , baik sopan
dalam tutur kata maupyn penampilan pisik , termasuk cara berpakaian .
PRINSIP DASAR ADVOKASI
Advokasi tidak hanya sekedar melakukan lobby politik , tetapi mencakup kegiatan persuasip ,
memberikan semangat dan bahkan sampai memberikan pressure atau tekanan kepada para
pemimpin institusi .
Tujuan advokasi yaitu :
1. Komitmen politik ( political commicment ) Komitmen para pembuat keputusan atau
penentu kebijakan sangat penting untuk mendukung atau mengeluarkan peraturan
peraturan yang berkaitan dengan kesehatan masyarakat , misalnya untuk pembahasan
kenaikan anggaran kesehatan , contoh : konkrit pencanangan indonesia sehat 2010 oleh
presiden . Untuk meningkatkan komitmen ini sangat dibutuhkan advokasi yang baik .
2. Adanya komitmen politik dari para eksekutif , maka perlu ditindak lanjuti dengan
advokasi lagi agar dikeluarkan kebijakan untuk mendukung program yang telah
memperoleh komitmen politik tersebut . dukungan kebijakan ini dapat berupa undang
undang , peraturan pemerintah atau peraturan daerah , surat keputusan pimpinan institusi
baik pemerintah maupun suasta .
3. Penerimaan sosial ( socil acceptance ) : penerimaan sosial artinya diterimanya suatu
program oleh masyarakat . Suatu program kesehatan yang telah memperoleh komitmen
dan dukungan kebijakan , maka langkah selanjutnya adalah mensosialisasikan program
tersebut untuk memperoleh dukungan .
4. Dukungan sistem ( sistem suport ) Agar suatu program kesehatan berjalan baik maka
perlunya sistem atau prosedur kerja yang jelas mendukung .
dikemas dalam bentuk tabel , grapik atau diagram yang menjelaskan besarnya masalah
kesehatan , akibat atau dampak masalah ,dampak ekonomi , program yang diusulkan
/proposal program.
2. Tahap pelaksanaan adalah Pelaksanaan advokasi tergantung dari metode atau cara
advokasi.
3. Tahap penilaian Untuk menilai keberhasilan advokasi dapat menggunakan indikaror
sebagai berikut :
8. Evaluasi upaya advokasi, Untuk menjadi atvokator yang tangguh diperlukan unpan balik
berkelanjutan serta evaluasi atas upaya advokasi yang telah dilakukan.
PENDEKATAN UTAMA ADVOKASI
Ada 4 pendekatan dalam advokasi :
1. Melibatkan para pemimpin
2. Bekerja dengan media masa
3. Membangun kemitraan
4. Memobilisasi massa.