Case Gagal Jantung Anak
Case Gagal Jantung Anak
PENDAHULUAN
pertumbuhan.
Keadaan
ini
timbul oleh
kerja otot jantung yang berlebihan, biasanya karena faktor mekanik yaitu
kelainan struktur jantung pada penyakit jantung bawaan (PJB) maupun penyakit
jantung didapat, yang menimbulkan beban volume (preload) atau beban
tekanan (afterload) yang berlebih dan faktor miokardium yaitu kelainan otot
jantung sendiri atau insufisiensi miokardium seperti pada proses inflamasi
atau gabungan kedua faktor di atas.2,3 Pada stadium awal gagal jantung, terjadi
berbagai macam mekanisme kompensasi untuk mempertahankan fungsi
metabolik
normal,
estimasi 15 juta kematian anak tiap tahun di dunia, penyebab tersering adalah
PJB. Menurut dr.Sukman Tulus Putra, SpA, Ketua Divisi Kardiologi Anak
RSCM, penderita PJB 90% meninggal
kurang dari satu tahun, sedangkan sisanya terjadi pada umur 1-5 tahun.
Penyebab gagal jantung pada umur 5-15 tahun umumnya kelainan jantung
di dapat (diantaranya demam reumatik).4,5
Saat ini penentuan derajat gagal jantung masih menggunakan
kriteria klinis gagal jantung yaitu kriteria Ross (kemampuan minum, laju
jantung, laju nafas, dan keringat yang berlebihan) dan pada pemeriksaan
penunjang non invasif yaitu ekokardiografi. Tetapi sayangnya penilaian secara
klinis pada anak usia di bawah 3 tahun seringkali tidak spesifik karena
infeksi paru juga dapat menunjukkan tanda-tanda yang sama. Sampai saat
ini strategi yang efektif dan cost-effective masih terus dikembangkan untuk
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Gagal jantung secara klasik dianggap sinonim dengan disfungsi
pompa ventrikel
dinding tipis dan kontraktilitas yang buruk. Saat ini pengertian gagal jantung
makin diperluas bukan hanya sebatas mekanisme pada jantung tetapi juga
pada jalur-jalur yang mengakibatkan performa jantung menjadi abnormal.
Sindrom klinis yang tampak merupakan manifestasi dari patofisiologi gagal
jantung, yang meliputi interaksi yang kompleks antara sirkulasi, neurohormonal,
dan kelainan molekuler.4
Gagal jantung didefinisikan sebagai keadaan patologis dimana
jantung tidak mampu memompa darah cukup untuk memenuhi kebutuhan
metabolik tubuh.1,3,6,7,8,9 Gagal jantung pada bayi dan anak merupakan suatu
sindrom klinis yang ditandai oleh miokardium tidak mampu memompa darah
ke seluruh tubuh untuk memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh termasuk
kebutuhan untuk pertumbuhan.1,2
2.2 Etiologi
Dalam hubungan yang luas ada dua faktor penyebab gagal jantung:2,3,10
1.
2.
Faktor
miokardium
yaitu
kelainan
otot
jantung
sendiri
atau
b.
c.
Pada masa perinatal dan bayi, gagal jantung lebih sering disebabkan oleh
cacat struktural, sedang pada anak yang lebih tua penyakit struktural atau
miokardum dapat ditemukan.3
Etiologi Gagal Jantung pada Janin
Dengan adanya ekokardiografi, gagal jantung telah makin dikenali
pada janin sebagai hidrops. Sementara sebelumnya penyebab yang paling sering
adalah anemia hemolisis dari penyakit Rh, transfusi janin/ ibu atau anemia
hipoplastik, baru-baru ini gagal jantung ternyata terkait dengan aritmia jantung.
Sebab-sebab lain gagal jantung dalam uterus meliputi insufisiensi katup
semilunar atau katup atrioventrikuler masif (kadang-kadang ditemukan pada
janin dengan penyakit kanal atrioventrikuler komplit atau penyakit ebstein),
fistula arteriovenous besar sistemik, penutupan foramen ovale premature, atau
penyakit radang miokardium.3
Tabel 1. Etiologi Gagal Jantung dalam Kandungan
1,3
Anemia
Hemolitik akibat sensitisasi RH
Transfusi ibu janin
Anemia hipoplastik
Anemia akibat parvovirus B-19
Aritmia
Takikardi supraventrikular
Flutter atrium
Fibrilasi atrium
Takikardi ventrikel
Blokade jantung total
Beban volume berlebih (volume overload)
Regurgitasi katup atrioventrikular pada kanal AV
Regurgitasi trikuspidal pada penyakit Ebstein
Fistula arteriovenosa
Miokarditis
berarti
yang
menghalangi
kecukupan
perfusi
tersembunyi
dalam
atau
kedua.
Sedangkan
akan
tampak
pada
minggu
gejala
(misalnya
atau
sekat
ventrikel,
akan
ventrikel
tunggal,
kanal atrioventrikular
komplet),
polisitemia
yang
sindrom hiperviskositas.3
Tabel 2. Etiologi Gagal Jantung pada Neonatus
1,3
Disfungsi Miokardium
Asfiksia
Sepsis
Hipoglikemia
Miokarditis
Beban tekanan berlebih (pressure overload)
Stenosis aorta
Koarktasio aorta
Sindrom hipoplastik Jantung kiri
Beban volume berlebih (volume overload)
Pirau setinggi pembuluh darah besar
Duktus arteriosus paten
Trunkus arteriosus
Jendela aorta pulmonal
Pirau setinggi ventrikel
Defek sekat ventrikel
Ventrikel tunggal tanpa sianosis pulmonal
Kanal atrioventrikular
Fistula arteriovenosus
Takiaritmia
Takikardia supraventrikular
Flutter atrium
Fibrilasi atrium
Bradiaritmia
Blokade jantung total congenital
masa
bayi
gagal
jantung
biasanya
disebabkan
oleh
cukup
besar,
berlebih dengan pirau dari kiri-ke kanan pada setinggi pembuluh darah besar
(duktus arteriosus paten, trunkus arteriosus, atau jendela aorta pulmonal)
menjadi bergejala pada umur ini. Gagal jantung dapat juga ditemukan pada
anak dengan defek sekat ventrikel (VSD) besar sebagai lesi satu-satunya atau
bersama dengan penyakit jantung yang lebih rumit, seperti transposisi arteriarteri besar atau artresia trikuspidal. biasanya pirau setinggi atrium tidak
menimbulkan gagal jantung, tetapi anomali muara vena balik pulmonal sering
menimbulkan gagal jantung.3
Kelainan
otot
jantung
yang
ditemukan
pada
masa
tipe
bayi
Pompe,
6
miokarditis radang,
permulaan
kalsinosis
koronaria,
atau
kadang-kadang
anomali
selama
hipotiroidisme,
masa
bayi
penyakit
meliputi
Kawasaki
gagal ginjal,
dan
hipertensi
kadang-kadang
sistemik,
sepsis
yang
menumpangi.3
3
reumatik,
miokarditis
2.3 Patofisiologi
Mula-mula, udem timbul hanya pada malam hari, waktu tidur, dan
paginya udem menghilang. Pada stadium yang lebih lanjut, udem tetap ada pada
waktu siang hari, dan udem tidak timbul pada mata kaki saja, tetapi dapat juga
terjadi pada punggung kaki, paha, kulit perut, dan akhirnya pada lengan dan
muka. Akibat selanjutnya dari timbunan darah ini adalah asites, dan asites ini
sangat sering dijumpai pada anak yang menderita gagal jantung. Dapat juga
terjadi hidrotoraks, meskipun pada anak agak jarang dijumpai. Bila hidrotoraks,
terlalu banyak akan memperberat keadaan dispnea penderita.10
Adanya
kelemahan
jantung
kanan
mula-mula
dikompensasi
penambahan
curah
jantung
karena
kelemahan
juga
paru
akan
berkurang
dan
ini
tentunya
akan
lebih banyak dengan hambatan yang makin besar. Oleh karena dinding atrium
tipis, dalam waktu yang relatif singkat otot atrium kiri tidak lagi
memenuhi kewajibannya untuk mengosongkan
atrium
kiri.
dapat
Menurut
atrium
tekanan
kiri
yang
didalamnya,
tidak
sempurna
menyebabkan
aliran
ini
di
ditambah
dalamnya,
menyebabkan aliran darah dari paru ke dalam atrium kiri terganggu atau
terbendung. Akibatnya tekanan dalam vv.pulmonales meninggi, dan ini juga
akan menjalar ke dalam kapiler di dalam paru, ke dalam arteri pulmonalis dan
akhirnya ke dalam ventrikel kanan.10
Akhirnya atrium kiri
terjadilah suatu gejala sesak napas pada waktu bekerja (dyspnoe deffort).
Disini, ventrikel kanan masih kuat sehingga dorongan darah dari ventrikel
kanan
tetap
menyalurkan
besar, sedangkan
atrium
tetap
tidak
mampu
kiri
kongesti
paru
ini
istirahat
(orthopnea).
Pada
yang
banyak
tertimbun
dalam
ventrikel
kanan
2.4 Klasifikasi
Ada empat parameter yang dapat digunakan untuk klasfikasi gagal
jantung yaitu:
1. Fungsi miokardium
2. Kapasitas fungsional; kemampuan untuk mempertahankan aktivitas
harian dan kapasitas latihan maksimal
3. Outcome fungsional (mortalitas, kebutuhan untuk transplantasi)
4. Derajat
aktivasi
mekanisme
kompensasi
(contohnya
respon
neurohormonal)
Tabel 5. Klasifikasi Ross untuk gagal jantung pada bayi sesuai NYHA
Kelas I
Kelas II
Kelas III
Kelas IV
4,11
(NYHA)
0 poin
>115
1 poin
75-115
2 poin
<25
11
<40 menit
<50/menit
Normal
Normal
Tidak ada
<2 cm
<40 menit
50-60/menit
Abnormal
Menurun
Ada
2-3 Cm
>60/menit
>3 cm
menggunakan
klasifikasi
lain
(Tabel
7).
Dengan
menggunakan skor ini bila skor lebih dari 6 mempunyai korelasi yang
bermakna terhadap menurunnya aktivitas adenilat siklase.
4
2
Kepala dan badan
saat istirahat
Sering
Dispnea
>45
>35
>28
>115
>100
>90
>3 cm
bayi,
Manifestasi klinis
gagal
yang
jantung
menonjol
mungkin
adalah
lebih
takipnea,
sukar
ditentukan.
kesukaran
makan,
kompresi
keadaan
relaks.
Edema
dapat
kelopak mata serta sacrum, dan jarang, kaki maupun telapak kaki. Diagnosis
bandingnya tergantung umur.1
Kesukaran makan adalah gejala yang paling mencolok pada bayi
dengan gagal
jantung.
Sementara
bayi
normal
makan
dengan
penuh
pernapasan cepat,
juga akibat dari cadangan jantung yang terbatas. Masukan kalori total pada
keadaan ini dapat turun sampai dibawah 75 kkal/ kg/ hari, ini tidak cukup untuk
mempertahankan pertumbuhan.3
13
pemeriksaan
fisik
anak
hampir
selalu
takikardi
dengan
frekuensi jantung anak istirahat lebih dari 160 denyut permenit pada neonatus
dan lebih dari 120 pada bayi yang lebih tua. Takikardi juga merupakan akibat
bertambahnya katekolamin
yang
bersirkulasi
yang
memperbesar
curah
tekanan venosa paru-paru yang naik (udem pulmonal) atau aliran pirau besar
dari kiri ke kanan. Ketika gagal jantung menjadi lebih berat, fungsi ventilasi
dapat menjadi lebih terganggu
dan
dapat
ditemukan
kembang
kempis
cuping hidung (alae nasi), retraksi interkostal, dan dengkur. distensi vena
leher tidak sering ditemukan pada neonatus, tetapi mungkin ditemukan pada
bayi yang lebih besar. Tekanan vena sistemik naik akibat pembesaran hati,
tetapi udem perifer tidak sering pada bayi dan hanya bersama dengan gagal
jantung yang amat berat. Ekstrimitas dingin, nadi teraba lemah, dan tekanan
darah arterial rendah dengan tekanan nadi sempit dapat ditemukan sebagai
manifestasi dari curah jantung rendah. Ekstrimitas berbintik-bintik dan
pengisian kembali kapiler lambat merupakan tanda-tanda gangguan vaskular
yang lebih berat.3
Kadang-kadang, pemeriksaan dada menunjukkan mengi (wheezing)
ringan yang dapat dirancukan dengan bronkiolitis atau pneumonia dan dapat
diperburuk dari penekanan jalan nafas oleh pembuluh darah paru yang
mengembang. Ronki tidak sering kecuali bersama pneumonia, suatu hubungan
yang tidak jarang.3
Penemuan pada pemeriksaan jantung bervariasi tergantung pada
etiologi gagal
jantungnya.
Bayi
tenang:
seseorang
dengan
otot
jantung
gagal
jantung
14
Fraksi pemendekan ventrikel kiri, interval waktu sistolik sisi kiri, dan
Ini biasanya tampak sebagai dispneu pada waktu pengerahan tenaga dan
respon kesukaran bernafas yang bertambah berat pada pengerahan tenaga
yang berat. Mula-mula penurunan kemampuan
mungkin
masih
dalam
15
yang naik mungkin dideteksi oleh pelebaran (dilatasi) vena-vena leher dengan
pulsasi vena dapat tampak di atas klavikula sementara penderita duduk.
Hati
tubuh
kaki.
Eksudasi
cairan
ke
dalam
hidrothoraks.3
Pada pemeriksaan jantung hampir selalu ada kardiomegali.
1,3
Sering
1
ada irama gallop, tanda-tanda auskultasi lain khas untuk lesi jantung spesifik.
Impuls jantung mungkin tenang bila ada penyakit otot jantung primer (missal,
miokarditis atau kardiomiopati), tetapi biasanya hiperaktif bila gagal kongestif
disebabkan oleh beban volume berlebih dari pirau kiri ke kanan atau
regurgitasi katup atrioventrikula. Suara jantung ketiga yang terjadi dalam mid
diastol mungkin merupakan tanda normal pada anak tetapi sering bersama
dengan bertambahnya kekakuan ventrikel pada mereka yang dengan penyakit
jantung. Pulsus alternans ditandai irama teratur dengan pulsasi kuat dan lemah
berselang-seling, kadang- kadang dapat dirasakan, tetapi lebih mudah dinilai
sementara mengukur tekanan darah
sistemik
atau
pemantauan
tekanan
kiri,
akibat
inspirasi
intrapulmoner
(seperti
dan
yang
pada
naik
pada
mencolok
tamponade
ekspirasi), akibat
yang
irama
mempengaruhi pengisian
pericardium),
tekanan
ventrikel
mmHg,
udem
pulmonum
interstisial
penemuan
biasa,
dan
mungkin
ada
kenaikan
urea
nitrogen dan kreatinin darah, akibat menurunnya aliran darah ginjal. Kadar
natrium darah dalam kencing biasanya kurang dari 10 mEq/L. angka elektrolit
serum biasanya normal sebelum pengobatan tetapi hiponatremi, akibat
17
bertambahnya retensi air, mungkin ditemukan pada gagal jantung lama yang
berat. Hepatomegali kongestif dan sirosis kardiak dapat menyebabkan kelainan
hati dan/ atau kenaikan bilirubin pada keadaan yang jarang.3
2.6 Diagnosis
Dalam menegakkan diagnosis,
anamnesis, pemeriksaan fisik,
dan
diperoleh dari
pemeriksaan
hasil
penunjang
meliputi
sesak napas,
Pemeriksaan Fisik
Dari pemeriksaan fisik, antara lain:
-
takikardia,
irama galop,
kardiomegali serta
gagal tumbuh.
18
Pemeriksaan Penunjang
Dari pemeriksaan penunjang, meliputi:2,4
-
Foto toraks
EKG
Ekokardiografi
Darah rutin
Foto
toraks
menunjukkan
adanya
kardiomegali.
Namun
kardiomegali bukan selalu berarti adanya gagal jantung. Selain itu juga dapat
menunjukkan adanya edema paru, atelektasis regional, dan kemungkinan
adanya penyakit penyerta seperti gambaran pneumonia. Elektrokardiografi
dapat
atrium dan hipertrofi ventrikel, tetapi tidak untuk menentukan apakah terdapat
gagal jantung atau tidak. Analisis gas darah dapat menunjukkan adanya asidosis
metaboik disertai dengan peningkatan kadar laktat sebagai hasil dari
metabolisme anaerob di dalam tubuh. Ekokardiografi dapat secara nyata
menggambarkan stuktur jantung, data tekanan, dan status fungsional jantung
sehingga dapat mengetahui pembesaran ruang jantung dan etiologi.2,4
2.7 Penatalaksanaan
Keberhasilan pengobatan
gagal
pada pengertian mengenai sifat dan akibat fisiologis cacat jantung spesifik
yang menyebabkan kegagalan jantung, dan tersedianya cara-cara pengobatan.
Untuk mereka yang dengan penyakit struktural dan keadaan terkait atau
keadaan
yang
memperburuk
yang
dapat
merupakan
penyebab
yang
19
dan
pengobatan
demam,
disritmia,
dan
anemia),
farmakologik atau upaya lain yang memperbaiki tanda-tanda dan gejalagejala gagal jantung mungkin berlebih, masalah mekanik sering memerlukan
penyelesaian mekanik. Namun jika pembedahan tidak tersedia atau
tidak
aktivitas
fisik
merupakan
sandaran
utama
banyak
tenaga
atau
isometrik
harus
dihindari, namun tingkat kepatuhan anak dalam hal ini sangat rendah. Jika
terjadi gagal jantung berat, aktivitas fisik harus sangat dibatasi. Saat masa
tirah baring seharian, sebaiknya menyibukkan mereka dengan kegiatan
ringan yang mereka sukai yang dapat dikerjakan diatas tempat tidur
(menghindari anak berteriak-teriak tidak terkendali).3 Sedasi kadang
diperlukan: luminal 2-3 mg/kgBB/dosis tiap 8 jam selama 1-2 hari.2
2.
Penggunaan oksigen.2,3
Penggunaan oksigen mungkin sangat membantu untuk penderita
gagal jantung dengan udem paru-paru, terutama jika terdapat pirau dari
kanan ke kiri yang mendasari dengan hipoksemia kronik.3 Diberikan
oksigen
4.
Pembatasan cairan dan garam. Dianjurkan pemberian cairan sekitar 7080% (2/3) dari kebutuhan.
Sebelum
ada agen
diuretik
kuat,
pembatasan
diet natrium
20
mempertahankan
diet
sedap, lebih
baik
untuk
kalori
pemasukan kalori
karena
kebutuhan
metabolisme
bertambah
dan
7.
sering
diberikan
miokarditis/endokarditis,
sebagai
mengingat
upaya
tingginya
pencegahan
frekuensi
terhadap
ISPA
diberikan
jika
akan
dilakukan
tindakan-tindakan
khusus
misalnya
mencabut gigi dan operasi. Jika seorang anak dengan gagal jantung atau
kelainan jantung akan dilakukan operasi, maka tiga hari sebelumnya
diberikan antibiotika profilaksis dan boleh dihentikan tiga hari setelah
operasi.
8.
(pengurangan beban pasca). Jika pendekatan ini tidak efektif, upaya lebih
lanjut
simpatomimetik atau agen inotropik positif lain. Jika tidak ada dari caracara tersebut yang efektif, mungkin diperlukan transplantasi jantung.3 Untuk
menilai hasilnya harus ada pencatatan yang teliti dan berulangkali terhadap
denyut jantung, napas, nadi, tekanan darah, berat badan, hepar, desakan vena
sentralis, kelainan paru, derajat edema, sianosis, dan kesadaran.2
Tabel 8. Dosis Obat-Obat Yang Biasa Digunakan Untuk
1,10,15
Pengobatan Gagal jantung
Dosis
Sediaan
Obat
Digoksin
Digitalisasi (PO) (dosis dibagi 3)
Prematur/Neonatus
0,03- Tablet 0,25 mg
0,04 mg/kg
Umur 2 minggu-2 tahun
22
0,04-0,08 mg/kg
Lebih dari 2 tahun 0,040,06 mg/kg
Digitalisasi (IV) (waktu dosis Prematur/Neonatus
0,02- Ampul (2
bervariasi,
tergantung
pada 0,03 mg/kg
0,25 mg/ml
indikasi klinis)
Umur 2 minggu-2 tahun
0,04-0,06 mg/kg
Lebih dari 2 tahun 0,020,04 mg/kg
Rumatan
Furosemid
IV
PO
Klorotiazid (PO)
Spironolakton (PO)
ml)
Ampul (2 ml) 10
mg/ml
Tablet 40 mg
Tablet 25 mg dan
100 mg
0,5-8 g/kg/menit
0,1-0,5 mg/kg
0,5-7,5 mg/kg/24 jam tid
0,5-6 mg/kg/24 jam qid
0,01-0,5 g/kg/menit
2-20 g/kg/menit
2-20 g/kg/menit
0,75 mg/kg/bolus selama
2-3 menit
5-10 /kg/menit
bid= 2 x sehari; tid= 3 x sehari; qid= 4 x sehari; prn= kalau perlu
23
Gambar 2. Efek obat anti gagal jantung dalam hubungannya dengan hukum frank
4
starling dan fungsi ventrikel.
sirkulasi
terjadi
diuresis
(pra
beban
85%. Juga dapat digunakan pada keadaan gawat darurat maupun dalam
keadaan
kronis.
jam sesudah
pemberian per oral, efek awal dapat dilihat sesudah 30 menit pemberian. Bila
obat diberikan secara intravena, efek awal terlihat pada sekitar 15-30 menit,
dan efek puncak terjadi pada sekitar 1-4 jam. Sebagian terbanyak dari dosis
inisial dieksresikan melalui ginjal dalam waktu 24 jam dan menghilang dari
tubuh dalam waktu 48-72 jam.1,2,10
Pemakaian digitalis harus hati-hati karena respons dan toksisitas
bersifat individu dan juga sempitnya batas antara dosis terapi dan dosis
toksis.
Pada inflamasi
2.
Lakukan
EKG
sebelum
pemberian
digoksin
untuk
membedakan
apakah perubahan EKG yang mungkin terjadi akibat digitalis atau akibat
penyakitnya.
3.
4.
5.
6.
12
jam agar
kadar
darah
kurang
lebih
tetap
dan
Mual muntah
diulangi tiap 5 menit sampai ada perbaikan atau telah mencapai 10 dosis.
5. Periksa kadar elektrolit dan beri kalium seperlunya sampai kadar
kalium mencapai harga normal, kalium diberikan per os 12 gr/hari. Pada
keracunan berat dapat diberikan infus yang mengandung kalium, jangan
melebihi 80 mEq/kg/jam.
6. Pikirkan untuk melakukan transfusi tukar
Sampai kapan digitalis harus diberikan, belum ada persesuaian
pendapat. Pada bayi setelah gagal jantung teratasi, digitalis dilanjutkan kadangkadang sampai 2 tahun.
Keadaan
klinik
dan
penyakit
primer
sangat
dosis
baku
digoksin
tidak
mempunyai
pengaruh
terapeutik
yang bermanfaat
2. Bila jumlah digoksin yang diberikan tidak diketahui atau tertelan secara
tidak sengaja
3. Bla fungsi ginjal terganggu atau jika ada kemungkinan interaksi obat
(misal quinidin)
4. Bila ada masalah berkenaan dengan kepatuhan
5. Bila dicurigai ada keracunan
Mengurangi Beban Kerja Jantung
27
Istirahat
setengah
duduk
(450)
bertujuan
untuk
menurunkan
prabeban
(golongan
venodilator)
karena
dapat
1. Nitroprusid
Nitroprusid
hanya
diberikan
pada
pelayanan
di
ruangan
pasca
merupakan
pengaruh
utamany,
tetapi
dilatasi
vena
yang
didetoksifikasi
dalam
hati
menjadi
sianida dalam
tiosianat
yang
tidak
berpengaruh
obat
pada
prabeban.
venodilatasi,
seperti
Kadang-kadang
salah
satunya
adalah derivate nitrat. Dosis hidralazin oral yang biasa adalah 0,5-7,5
mg/Kg/24 jam dalam tiga dosis terbagi. Banyak penderita yang semakin
lama memerlukan dosis yang semakin lama semakin besar agar pengaruh
dilatasi perifernya bertahan (takifilaksis). Reaksi yang
merugikan
pada
eritematous
sistemik
selama
yang
lama,
manifestasi
ini
atau
untuk
d.
e.
f.
Tekanan darah, fungsi ginjal dan kadar K harus diperiksa 1-2 minggu
setelah pengobatan dimulai dan tiap peningkatan dosis. Pada 3 bulan
dan selanjutnya tiap 6 bulan.
Efek samping yang penting adalah batuk, hipotensi, gangguan
29
angiotensin
II,
berakibat
pengurangan
beban
pasca
yang
(misalnya
karena
ruam
seringkali
menghilang
obat
secara
dapat
spontan
dipergunakan
mengganggu penyerapan
untuk
kembali
air
mengurangi
dan
natrium
prabeban.
oleh
Obat
ginjal,
ini
yang
30
natrium dan klorida pada tubulus distal dan lengkung henle. Penderita yang
memerlukan dieresis akut harus diberikan furosemid intravena atau
intramuskuler pada dosis awal 1-2 mg/kg. Hal ini biasanya menyebabkan
dieresis cepat dan perbaikan segera status klinis, terutama jika ada gejala
kongestif paru. Terapi furosemid lama diresepkan pada dosis 1-4 mg/kg/ 24
jam diberikan antara 1 dan 4 kali sehari. Pemantauan elektrolit yang teliti
perlu pada terapi furosemid jangka lama karena mungkin ada kehilangan
kalium yang berarti. Penambahan kalium klorida biasanya diperlukan,
kecuali kalau diuretik penghemat kalium spironolakton diberikan bersamasama. Bila furosemid diberikan setiap selang sehari, penambahan kalium
dalam diet mungkin cukup untuk mempertahankan kadar kalium serum
normal.
Pemberian furosemid
lama
dapat
menyebabkan
kontraksi
3
31
1. Agonis Adrenergik-
Isoproterenol, suatu preparat intravena yang digunakan untuk
mengobati curah jantung rendah, mempunyai pengaruh adrenergik- sentral
maupun perifer, juga mengurangi beban pasca jantung, memperbesar
kontraktilitas,
menaikkan
frekuensi
jantung,
dan
menyebabkan
takikardia bermakna.
3
kliniknya. Anak-anak yang mendapat isoproterenol
harus
dipantau
terganggu yang sering dijumpai dengan curah jantung rendah. Pada dosis
2-10 g/kg/menit, dopamin menyebabkan kenaikan kontraktilitas dengan
sedikit vasokonstriksi perifer. Namun jika dosis ditambah diatas 15
g/kg/menit, pengaruh adrenergik- perifernya
dapat
menyebabkan
curah jantung
langsung
rendah.
Obat
ini
dengan pengurangan
menimbulkan
pengaruh
inotropik
tinggi.
Dobutamin
juga
agaknya kurang menyebabkan gangguan irama jantung. Dosis biasanya 220 g/kg/menit.1
Epinefrin mempunyai aktivitas alfa
jantung. Kadang-kadang
obat
ini
digunakan
perifer maupun
pasca
bedah
beta-1
jantung,
menyertai
dengan
vasokonstriksi
pembedahan. Kekurangan
utama
yang
berupa
dapat bersifat paliatif atau koreksi (penutupan defek). Terapi paliatif berupa
penjeratan (banding) arteri pulmonalis ditujukan pada bayi kecil dengan
keadaan kritis yang tidak memungkinkan menggunakan mesin pintas jantung
paru. Kerugian banding arteri pulmonalis ini meliputi mortalitas dini post
operasi, gagal jantung kongestif persisten, tehnik debanding yang sulit pada saat
operasi koreksi, dan kemungkinan terjadi stenosis subaortik. Terapi koreksi pada
bayi dilakukan dengan tujuan untuk menanggulangi gagal jantung yang tidak
dapat
16
2.8 Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada penderita gagal jantung antara
lain:1,13
1.
2.
3.
Gagal
5.
6.
pasien
35
BAB III
LAPORAN KASUS
3.1 Anamnesis
Alloanamnesis dari ayah dan ibu pasien
Identitas pasien
36
Nama
Jenis Kelamin
Umur
MR
Alamat
Tanggal masuk
: An. EK
: laki-laki
: 11 tahun 5 bulan
: 442293
:
: 9 mei 2016
Ayah
Ibu
Nama
: Tn. H
Nama
: Ny. A
Umur
: 51 tahun
Umur
: 48 tahun
Pekerjaan
: petani
Pekerjaan
: IRT
Pendidikan
: SD
Pendidikan
: SMP
Telah dirawat seorang anak laki-laki berumur 11 tahun masuk tangga 19 Mei 2016
di bangsal anak RSUD Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi dengan :
Keluhan Utama
: Sesak nafas sejak 1 minggu sebelum masuk rumah sakit.
Riwayat Penyakit Sekarang :
- Anak laki-laki umur 10 tahun masuk di RS pada tanggal 9 mei 2016 dengan
keluhan sesak napas sejak 1 minggu yang lalu. Sesak napas dirasakan terusmenerus dan dirasakan bertambah berat saat beraktifitas seperti berbicara,
berbaring serta berjalan cepat . Sesak berkurang untuk tiduran posisi setengah
duduk. Pasien juga mengeluhkan tidurnya terganggu karena sesak. Dan
pasien mersa nyaman bila tidur menggunakan bantal sedikit lebih tinggi dari
-
biasanya.
Pasien mengeluhkan jatungnya berdebar-debar tanpa di sertai nyeri dada.
Batuk sejak 1 minggu SMRS, batuk berdahak dengan dahak berwarna putih.
Demam sejak 2 minggu SMRS, tidak menggigil dan demam dirasakan
sebelumnya.
Riwayat Penyakit Keluarga :
- Tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit dengan gejala yang
sama.
Riwayat Pekerjaan, Sosial, Ekonomi, Kejiwaan dan Kebiasaan :
Riwayat Kehamilan dan Kelahiran
Masa kehamilan
: Cukup Bulan
Partus
: Spontan (G6P5A0H5)
Ditolong oleh
: bidan
Tanggal
: 22 desember 2004
Berat badan lahir
: 3500 gram
Panjang saat lahir
: 50 cm
Keadaan Saat Lahir : Langsung menangis
Riwayat Higiene dan Sanitasi Lingkungan
Rumah
: Permanen
Jamban
: di dalam rumah
Perkarangan
: Luas
Sumber air
: PDAM
Sampah
: di buang di tempat pembuangan sampah
Kesan : higiene dan sanitasi lingkungan baik
Riwayat Imunisasi
Pasien sudah mendapatkan imunisasi BCG 1 kali, DPT 3
kali, polio 3 kali, hepatitis B 4 kali, dan imunisasi campak 1
kali.
Vaksin
Lahir
BCG
Hepatitis
38
Polio
Campak
DPwT
39
Pemeriksaan khusus :
Kulit : terba hangat, turgor baik di keempat ekstremitas, ikerik idak
Genitalia
Punggung
Anus
Ekstermitas
detik
Refleks
: dubia
: dubia
: dubia
41
FOLLOW UP
S
Keluhan
Status
Assesment
Penatalaksanaan
KU
: Tampak Sakit Sedang
KS
: Compos Mentis
TD
:110/40
HR
: 118 x/menit
RR
: 48 x/menit
T
: 37,8C
BB
: 28 kg
TB
: 141 cm
Kepala
Mata : Konjungtiva pucat -/-, sclera
ikterus -/-, edema palpebra(+/
+),
Hidung : nafas cuping hidung (-)
Gagal jantung
e.c susp.
Demam
rematik
Sesak nafas
(+);
Bedebar-debar
(+);
Demam (-);
Batuk (+)
berdahak;
Muntah (+) 3
kali berisi apa
yang dimakan;
BAB (+);
BAK (+)
Nafsu makan
Tirah baring
O2 1L/jam
Diet rendah garam
Furosemid tab 1x20 mg
Erytromicin 3x500mg
42
menurun.
meningkat)
CRP, echocardiography
Thorax
Simetris,
Jantung
Ictus cordis terlihat dan dan teraba di
SIC VI linea midklavikula, Batas
jantung melebar kesan kardiomegali.
BJ I/II Reguler, Murmur (+)
Abdomen :
Ekstremitas
Edema inferior +/+ pitting
Balance cairan:
Intake: 2450 cc
Output : 900 cc
Diuresis 1,3cc/kgBB/jam
EKG
Rontgen Thoraks
43
Hb
11,7 g/dl
N=13,5-18,0
g/dl
Ht
36
N=40-54 %
LED
20
mm/jam
N=0-10
mm/jam
Leukosit
10450/ul
N=450010700/ul
Hitung
jenis:
Basofil
Eosinofil
Batang
Segmen
Limfosit
Monosit
0,5
0,5
1
56,5
35,8
6,7
N=0-1 %
N=1-3 %
N=2-6 %
N=50-70 %
N=20-40 %
N= 2-8 %
Trombosi
t
455000/ul
N=150000400000/ul
albumin
3,2 g/dl
N=3,8-5,4
g/dl
Tprot
6,8 g/dl
N=6,3,-8,4
g/dl
44
Rabu,
11/5/2016
Pkl 07.00
Sesak nafas
(+);
Bedebar-debar
(+);
Demam (-);
Batuk (+)
berdahak;
Muntah (+) 2
kali berisi apa
yang dimakan;
BAB (+);
BAK (+)
Nafsu makan
menurun.
KU
KS
TD
HR
RR
T
BB
TB
Gagal jantung
e.c susp.
Demam
rematik
Tirah baring
IVFD D10% : RL
O2 1L/jam
Diet rendah garam
Furosemid tab 1x20 mg
Kepala
Mata : Konjungtiva pucat -/-, sclera
ikterus -/-, edema palpebra(+/
+),
Hidung : nafas cuping hidung (-)
Erytromicin 3x500mg
Rabu,
11/5/2016
Pkl. 16.00
- (negatif)
N=negatif
Factor
Rh
-(negatif)
N=negatif
ASTO (anti
streptolisin O)
yang tidak
mendukung
adanya infeksi
streptokokus,
dijumpai pada
70-80 %
demam
45
rematik akut
Kamis,
12/5/2016
Pkl 07.00
Sesak nafas
(+) berkurang;
Bedebar-debar
(+);
Demam (-);
Batuk (+)
berdahak;
BAB (+);
BAK (+)
Nafsu makan
menurun.
KU
KS
TD
HR
RR
T
BB
TB
Kepala
Mata : Konjungtiva pucat -/-, sclera
ikterus -/-, edema palpebra(+/
+),
Hidung : nafas cuping hidung (-)
Gagal jantung
e.c susp.
Demam
rematik
Tirah baring
IVFD D10% : RL
O2 1L/jam
Diet rendah garam
Furosemid tab 1x20 mg
Erytromicin 3x500mg
46
Jumat,
13/5/2016
Pkl 07.00
Sesak nafas
(+) bila
berbaring
tanpa bantal;
Bedebar-debar
(+) berkurang;
Demam (-);
Batuk sesekali;
BAB (+);
BAK (+)
Nafsu makan
biasa
KU
: Tampak Sakit Sedang
KS
: Compos Mentis
TD
: 110/ 40
HR
: 108 x/menit
RR
: 46 x/menit
T
: 35,9C
BB
: 28,5 kg
TB
: 141 cm
Kepala
Mata : Konjungtiva pucat -/-, sclera
ikterus -/-, edema palpebra(+/
+),
Hidung : nafas cuping hidung (-)
Gagal jantung
e.c susp.
Demam
rematik
Tirah baring
IVFD D10% : RL
O2 1L/jam
Diet rendah garam
Furosemid tab 1x20 mg
Erytromicin 3x500mg
47
Sabtu,
14/5/2016
Pkl 07.00
Sesak nafas
berkurang;
Bedebar-debar
(+) berkurang;
Batuk sesekali;
BAB (+);
BAK (+)
Nafsu makan
normal,
KU
KS
TD
HR
RR
T
BB
TB
Kepala
Mata : Konjungtiva pucat -/-, sclera
ikterus -/-, edema palpebra(+/
+),
Hidung : nafas cuping hidung (-)
Gagal jantung
e.c demam
rematik
Tirah baring
O2 1L/jam
Diet rendah garam
Furosemid tab 1x20 mg
Erytromicin 3x500mg
Aff infus
BAB IV
DISKUSI
Telah dirawat seorang pasien laki-laki berusia 11 tahun di bangsal anak
RSUD DR. Achmad masuk di RS pada tanggal 9 Mei 2016 Anak laki-laki umur
10 tahun masuk di RS pada tanggal 9 mei 2016 dengan keluhan sesak napas sejak
1 minggu yang lalu. Sesak napas dirasakan terus-menerus dan dirasakan
48
bertambah berat saat beraktifitas seperti berbicara, berbaring serta berjalan cepat .
Sesak berkurang untuk tiduran posisi setengah duduk. Pasien juga mengeluhkan
tidurnya terganggu karena sesak. Dan pasien mersa nyaman bila tidur
menggunakan bantal sedikit lebih tinggi dari biasanya.
Pasien mengeluhkan jatungnya berdebar-debar tanpa di sertai nyeri dada.
Batuk sejak 1 minggu SMRS, batuk berdahak dengan dahak berwarna putih.
Demam sejak 2 minggu SMRS, tidak menggigil dan demam dirasakan terutama
pada malam hari. Pasien mengeluhkan nafsu makan menurun dan berat badan
dirasakan juga menurun 2 kg semenjak pasien sakit.
Pasien mengeluhkan badannya mudah lelah apabila belakukan aktivitas
seperti biasanya. Dan pasien mengaku lebih sering beraktivitas di dalam rumah
sejak 3 bulan terakhir. Buang air kecil dan buang air besar biasa. Pasien
mengeluhkan kelopak mata mulai bengkak sejak 1 minggu SMRS dan bengkak
pada kaki sejak 2 hari SMRS.
Menurut ibu pasien, 3 bulan yang lalu pasien pernah menderita demam
disertai batuk, pilek, nyeri menelan dan badan terasa letih selama 1 minggu.
Setelah itu pasien mulai mengurangi aktivitasnya diluar rumah karena badan
mudah tersa letih.
Pada pemeriksaan tanda vital dan pemeriksaan fisik ditemukan status gizi
kurang, takikardi, takipneu, edema palpebra, konjungtiva pucat, JVP meningkat,
batas jantung melebar kesan cardiomegali, ascites (-), nyeri tekan(-) region
hipokondrium kanan dan umbilikus, hepar teraba kesan hepatomegali (9 cm
dibawah arcus costa).
Diagnosis pada pasien ini adalah gagal jantung ec demam rematik.
Penegakan diagnosis gagal jantung kongestif harus berdasarkan anamnesis,
pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang.
Pada anamnesis ditemukan adanya sesak dan bengkak dimata, dan tungkai.
Pada pemeriksaan fisik ditemukan takikardi, takipneu, edema palpebra,
konjungtiva pucat, JVP meningkat, rhonki, retraksi, penggunaan otot bantu
pernapasan, batas jantung melebar kesan kardiomegali, Hepatomegali (+)
ascites(-), nyeri tekan(-) region hipokondrium kanan dan umbilikus, massa(-),
hepar teraba berukuran , dengan tepi tumpul
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada pasien ini adalah pemeriksaan
darah lengkap, kimia darah, EKG, Foto thoraks,. Pada darah lengkap tidak
ditemukan adanya kelainan. Pada pemeriksaan EKG ditemukan gambaran
kardiomegali.
49
tanda gagal jantung kiri yang diakibatkan karena peningkatan tekanan di vena
pulmonal, atrium kiri, dan ventrikel kiri. Dispneu, batuk, dan ronki adalah tanda
dekompensasi ventrikel kiri akibat kongesti paru. ortopneu disebabkan
meningkatnya tekanan atrium kiri. Takikardi, keringat dingin (peningkatan saraf
simpatis), dan kardiomegali merupakan tanda kompensasi tubuh karena fungsi
jantung menurun.
Tujuan terapi pada penderita gagal jantung adalah menghilangkan gejala
kongesti pada paru maupun sistemik, memperbaiki penampilan miokard,
menghilangkan faktor pencetus, dan yang paling ideal adalah memperbaiki
kelainan anatomi jantung. Penatalaksana yang diberikan pada pasien ini adalah
tirah baring (posisi setengah duduk), oksigen, dan medikamentosa. Terapi
medikamentosa yang diberikan pada pasien ini adalah foresemida.
Furosemid adalah diuretik yang paling sering digunakan pada penderita
gagal jantung. Obat ini menghambat penyerapan kembali natrium dan klorida
pada tubulus distal dan lengkung henle. Furosemid diberikan untuk mengurangi
edema. Dosis furosemid yakni 1- 4 mg/kgBB/hari dapat diberikan 2-4 kali.
Kaptopril merupakan penghambat enzim pengubah angiotensin yang aktif
secara oral (angiotensin-converting-enzyme= ACE) yang menyebabkan dilatasi
arteria yang mencolok. Dengan memblokade angiotensin II, berakibat
pengurangan beban pasca yang bermakna. Venodilatasi dan akibatnya
pengurangan prabeban telah dilaporkan juga. Obat ini juga mengganggu produksi
aldosteron dan karenanya juga membantu mengendalikan retensi garam dan air.
Dosis oral kaptopril adalah 0,5-6 mg/kg/ 24 jam diberikan pada dosis terbagi 2-3
kali.
Prognosis pada pasien ini adalah dubia at malam. hal ini karena kondisi
klinis pasien yang memburuk dan derajat dari penyakit pasien.
50
DAFTAR PUSTAKA
1.
2.
3.
4.
From
Early
Detection
to
Intervention.
Jakarta:
6.
SMF Ilmu Anak. 2008. Pedoman Diagnosis dan Terapi SMF Ilmu
51
8.
Arnold, J. M. O.
http://www.merckmanuals.com.
9.
Beerman,
L,
B.
2010.
Congenital
Cardiovascular
Anomalies.
http://www.merckmanuals.com.
10.
11.
12.
Arthur
C.
Guyton.
2006.
Textbook
of
Medical
Physiology.
Mayo
klinik.
Complications
List
for
Heart
Failure.
http://www.wrongdiagnosis.com/h/heart_failure/complic.htm.
14.
15.
16.
Bhimji,
Shabir.
2010.
Pulmonary
Artery
Banding:
Treatment.
http://emedicine.medscape.com/article/905353-treatment.
52