Anda di halaman 1dari 4

PENALARAN LOGIS (SILOGISME)

Tes penalaran logis (Silogisme) adalah tes penalaran yang menguji kemampuan
sobat dalam menarik kesimpulan dari beberapa pernyataan (premis) menggunakan
prinsip logika. Tes penalaran logis dipakai bukan untuk menguji kemampuan sobat
dalam bahasa Indonesia. Tes ini disusun untuk menguji kemampuan sobat untuk
mendapatkan fakta-fakta pada suatu teks (kalimat) dan memahaminya serta
memanipulasi informasi tersebut untuk menyelesaikan suatu masalah tertentu.
Pertanyaan-pertanyaan dalam tes penalaran logis mengharapkan sobat untuk
mengambil keputusan secara logis dan mengetahui bahwa dari data yang tidak
cukup tersedia dapat memperoleh jawaban yang pasti. Sebelum Pak HaBe
membahas mengenai penalaran logis (silogisme) lebih lanjut, maka sobat perlu
memahami terlebih dahulu pengertian mengenai proposisi dan oposisi.
Silogisme
Silogisme merupakan bentuk penyimpulan tidak langsung. Silogisme disebut juga
cara berpikir atau menarik kesimpulan dari premis-premis umum dan khusus.
Silogisme digolongkan sebagai penyimpulan tak langsung, karena penyimpulan
pengetahuan yang baru diambil secara sistematis dari dua permasalahan yang
dihubungkan dengan cara tertentu.
a. Silogisme kategorik
Silogisme kategorik adalah silogisme yang semua proposisinya mempunyai
proposisi kategorik.
Silogisme Kategorik Bentuk Standar
Silogisme kategorik bentuk standar adalah silogisme yang terdiri tiga proposisi, tiga
term (subjek, predikat, dan term penengah), dan konklusi disebut setelah premispremisnya.
Contoh :
Semua mamalia menyusui anaknya. Premis Mayor
M

Semua kerbau mamalia Premis Minor


S

Semua kerbau menyusui anaknya Konklusi


S

Keterangan:
S = Subjek
P = Predikat
M = Middle Term (Term Penengah)
PERLU DIPERHATIKAN !!!
Tentukan terlebih dahulu term yang sama dari kedua premis
M premis mayor adalah predikat dan M premis minor adalah subjek
M tidak boleh disebut pada konklusi (kesimpulan)
Dua permasalahan dapat ditarik kesimpulannya apabila ada term penengah yang
menghubungkan keduanya. Tanpa term penengah, konklusi dari dua permasalahan
tersebut tidak dapat diambil.

Bagaimana cara menentukan mana yang merupakan premis mayor atau premis
minor? Untuk memperolehnya perhatikan hal-hal berikut:
Agar diperoleh konklusi yang sah dan benar, maka pangkalan utama berpijak harus
merupakan proposisi universal.
Pangkalan khusus tidak harus partikular atau singular, bisa juga proposisi universal.
Pangkalan khusus bisa menyatakan suatu permasalahan yang berbeda dari
pangkalan utama dan dapat merupakan kenyataan yang lebih khusus dari
permasalahan umumnya.
Hukum-hukum Silogisme Kategorik
1. Jika dalam satu premis partikular, untuk kesimpulan juga harus partikular.
Contoh:
Semua perilaku menyimpang tidak baik untuk mendidik.
Sebagian perilaku orang tua adalah menyimpang.
Jadi, sebagian perilaku orang tua tidak baik untuk mendidik.
2. Jika salah satu premis negatif, untuk kesimpulan juga harus negatif.

Contoh:
Semua pencuri tidak disenangi.
Sebagian anak jalanan adalah pencuri.
Jadi, sebagian anak jalanan tidak disenangi.
3. Dari dua premis yang sama-sama partikular tidak sah diambil kesimpulan.
Kesimpulan yang diambil dari premis-premis partikular tidak menghasilkan
kebenaran yang pasti.
Contoh:
Sebagian ikan tidak bersisik.
Beberapa hewan air adalah ikan.
Jadi, beberapa hewan air tidak bersisik. (Tidak sah)
4. Dua premis negatif, tidak menghasilkan kesimpulan apapun.
Contoh:
Harimau bukan kerbau.
Serangga bukan kerbau.
(Tidak ada kesimpulan)
5. Paling tidak salah satu dari term penengah harus mencakup. Jika dua premis
yang term penengah tidak mencakup akan menghasilkan kesimpulan yang salah.
Contoh:
Semua mamalia bernafas dengan paru-paru.
Hewan ini bernafas dengan paru-paru.
Jadi, hewan ini adalah mamalia (kesimpulan jadi salah karena bisa jadi hewan
tersebut bukan mamalia, contohnya ikan).
6. Term predikat dalam kesimpulan harus konsisten dengan term predikat yang ada
pada premis, bila tidak, kesimpulannya menjadi salah.
Contoh:
Mawar adalah bunga.
Melati bukan mawar.

Jadi, melati bukan bunga.


(Bunga pada kesimpulan merupakan term negatif padahal pada prernis adalah
positif).
7. Term penengah harus mempunyai makna yang sama, baik itu untuk premis
mayor ataupun premis minor. Jika term penengah mempunyai makna ganda,
kesimpulan akan berbeda.
Contoh:
Bulan itu merupakan benda langit.
Mei adalah bulan.
Jadi, Mei adalah benda langit.
(Pengertian bulan pada kedua term tidak sama).
8. Silogisme harus terdiri dari tiga term, yaitu Subjek, Predikat, dan Term Penengah
(middle term).

Konklusi silogisme hanya akan bernilai apabila diturunkan dari premis yang benar
dan prosedur yang valid. Meskipun konklusi benar tetapi diturunkan dari premis
yang salah dan prosedur yang tidak valid, maka tidak akan bernilai konklusi
tersebut.

Dalam silogisme sobat tidak menghasilkan kebenaran baru, tetapi kebenaran yang
sudah terkandung pada premis-premisnya.
Absah dan Benar
Dalam membahas silogisme, sobat harus mengenal dan memahami apa yang
dimaksud dengan absah dan benar. Absah atau valid berhubungan dengan prosedur
pengambilan konklusi. Jika sesuai dengan hukum (ketentuan) disebut absah,
demikian sebaliknya. Benar berhubungan dengan proposisi dalam silogisme, apakah
sesuai dengan fakta atau tidak. Jika sesuai dengan fakta, maka proposisinya benar,
demikian sebaliknya. Keabsahan dan kebenaran dalam silogisme merupakan satu
kesatuan yang tak terpisahkan untuk memperoleh konklusi (kesimpulan) yang sah
dan benar.

Anda mungkin juga menyukai