Anda di halaman 1dari 14

Anjak Piutang (Factoring)

Hadi Saputra - 201103253

Bab

Anjak Piutang (Factoring)


Tujuan Belajar dalam Bab ini adalah:
Pengertian Anjak Piutang (Factoring)

Sekilas Bisnis Anjak Piutang Dunia


Manfaat Anjak Piutang

Beda Anjak Piutang dengan Fasilitas Kredit Perbankan

Pelaku Anjak Piutang dan Beberapa Istilah Umum


Produk dan Jasa Anjak Piutang

Jenis-Jenis Anjak Piutang

Anjak Piutang dari Sisi Client

Anjak Piutang dari Sisi Factor

Risiko-Risiko dalam Bisnis Anjak Piutang

68

Anjak Piutang (Factoring)


Hadi Saputra - 201103253

Perusahaan haruslah dibangun berdasarkan kekuatannya.


Pertumbuhan dan kelangsungan hidup,
sangat bergantung pada kemampuan untuk meraih market
share yang cukup besar.

Anjak Piutang atau Factoring adalah salah satu cara yang sering digunakan
oleh perusahaan untuk memperoleh uang kas (cash), ketika uang kas yang ada tidak
lagi cukup atau kurang dalam membiayai keperluan operasi dan kebutuhan-kebutuhan
kas yang mendesak lainnya, seperti memenuhi pesanan baru, atau kontrak bisnis yang
baru, dll.

1. Pengertian Anjak Piutang (Factoring)


Factoring dalam bahasa Indonesia diterjemahkan menjadi Anjak Piutang,
maksudnya piutang yang dialihkan. Factoring adalah transaksi keuangan dimana
pebisnis menjual piutangnya (contohnya: invoice-invoice) dengan cara mendiskontokannya.
Anjak piutang menurut John Downes dan Elliot Goodman dalam Dictionary of
Finance and Investment Terms adalah Type financial service whereby a firm sells or
transfer title to its account receivable to a factoring company, which then acts as
principal, not as agent. The receivables are sold without recourse, meaning that the
Factor can not turn to the seller in the event accounts prove un collectible.
Sedangkan pengertian anjak piutang berdasarkan Surat Keputusan Menteri
Keuangan no.448/KMK.017/2000 adalah kegiatan pembiayaan dalam bentuk
pembelian dan atau pengalihan serta pengurusan piutang atau tagihan jangka pendek
suatu perusahaan dari transaksi perdagangan dalam atau luar negeri. Selanjutnya
pengertian anjak piutang tersebut di atas dipertegas dengan ketentuan Surat Keputusan
Menteri Keuangan Nomor 172/KMK.06/2002 yang menyatakan bahwa kegiatan anjak
piutang dilakukan dalam bentuk:
a. Pembelian dan atau pengalihan; serta
b. Pengurusan
piutang atau tagihan jangka pendek dari transaksi perdagangan dalam atau luar
negeri.

2. Sekilas Bisnis Anjak Piutang Dunia


Factoring sudah dikenal sejak 2000 tahun lalu, dan pada akhir abad ke-19 para
factor mulai meninggalkan profesinya sebagai agen dan lebih mengkonsentrasikan diri
pada pengelolaan kredit bagi clent-nya, yaitu menjamin kredit, melakukan penagihan,
dan penyediaan dana. Bentuk-bentuk usaha inilah yang kemudian menjadi embrio dari
bisnis anjak piutang modern seperti yang dikenal saat ini.

69

Anjak Piutang (Factoring)


Hadi Saputra - 201103253
Anjak piutang modern ini kemudian terus berkembang tidak hanya di bidang
usaha tekstil tetapi juga merambah ke berbagai sector industri, baik untuk transaksi
ekspor-impor maupun transaksi local. Bisnis anjak piutang modern ini akhirnya
berkembang ke eropa, terutama setelah berdirinya 3 (tiga) grup anjak piutang
internasional, yaitu:
1. Heller Overseas Corporation (Heller Group)
Dalam grup factoring ini, Heller berperan sebagai induk perusahaan dari
mayoritas anggotanya dan bermarkas di Chicago. Heller Group ini merupakan
institusi factoring terbesar di dunia dengan nilai factoring sebesar USD 30 milyar,
dan tersebar di 23 negara di seluruh dunia.
2. International Factors Group (IFG)
Dalam grup ini tidak dikenal adanya grup perusahaan, setiap anggota bebas satu
sama lain tanpa adanya kaitan permodalan. Grup ini hanya menerima satu
anggota dari setiap Negara, bermarkas di Brussel. Perusahaan ini didirikan tahun
1963, dan sampai saat ini sudah berada di 50 negara dengan lebih dari 100
anggota. Di Indonesia berafiliasi dengan PT. IFS Capital Indonesia.
3. Factors Chain International
Grup ini hampir sama dengan sistem IFG, yakni tanpa kaitan permodalan antar
sesama anggotanya. Namun grup ini dapat menerima lebih dari satu anggota
dari setiap negara, bermarkas di Amsterdam. Institusi di Indonseia belum ada
yang menjadi anggota dari grup ini.
Ketiga grup factoring ini telah memiliki anggota yang tersebar di seluruh dunia, yaitu di
negara-negara seperti Eropa Barat, Amerika Utara, Jepang, Korea Selatan, Australia,
Selandia Baru, Afrika Selatan, Asean termasuk Indonesia, Hongkong, dan berbagai
negara lainnya.

3. Manfaat Anjak Piutang


Pembayaran secara berjangka yang diberikan penjual kepada pembeli sudah
pasti akan mengganggu cashflow perusahaan sebab penjual penjual yang akan
menanggung risiko. Di lain sisi, hal seperti ini menguntungkan pembeli. Bagi penjual, ini
merupakan dilema karena apabila penjual tidak menerima pembayaran berjangka,
kesempatan bisnis tersebut akan diambil oleh penjual lain.
Untuk menjembatani pembayaran berjangka yang dilakukan oleh penjual, jasa
anjak piutang dapat menjadi alternatif bagi penjual untuk secepatnya mendapatkan uang
tunai atau mendapatkan sumber pembiayaan baru dalam bentuk instant cash (80% dari
nilai invoice) yang dikaitkan dengan jumlah penjualan kredit.
Dalam transaksi anjak piutang, tagihan penjual kepada pembeli dialihkan kepada
perusahaan anjak piutang, sehingga penjual tidak perlu menagihnya. Pembiayaan
dengan anjak piutang dapat dijadikan alternatif pembiayaan baru selain kredit bank
ataupun kredit dari supplier. Dengan cara ini, cash flow yang diterima penjual dapat
digunakan untuk membiayai modal kerja demi kesinambungan produksi walaupun
penjual harus membayar biaya dana/komisi bagi factor. Namun biaya dana yang
dikenakan oleh perusahaan anjak piutang dapat dikompensasikan dengan sales

70

Anjak Piutang (Factoring)


Hadi Saputra - 201103253
discount yang didapatkan dari pemasok apabila penjual membeli bahan baku secara
tunai dari hasil pengalihan piutang kepada perusahaan anjak piutang.
Hubungan yang saling menguntungkan antara kedua belah pihak ini yang
menjadi kunci suksesnya bisnis anjak piutang, karena permasalahan cash flow. Bagi
pengusaha kecil menengah akan diuntungkan dengan adanya pembiayaan jangka
pendek ini, sehingga akan membantu menyelesaikan masalah cash flow.
Hal lain yang tidak kalah pentingnya adalah mengenai manfaat pembiayaan
anjak piutang bagi industri kecil dan menengah yang mempunyai produk untuk diekspor,
adalah bahwa fasilitas anjak piutang yang diterima dapat dijadikan pengganti Letter of
Credit. Hal ini dimungkinkan karena perusahaan anjak piutang dapat melakukan
kegiatan International Factoring bekerja sama dengan perusahaan anjak piutang yang
ada diluar negeri. Kegiatan ini sangat memudahkan perusahaan kecil dan menengah

Gambar 7.1 : Siklus Anjak Piutang

mengekspor barang karena perusahaan anjak piutang dapat membantu menyelesaikan


dokumen ekspor yang dibutuhkan, dan pembayaran sudah pasti terjamin baik dalam
jumlah maupun waktunya.
Manfaat Anjak Piutang (factoring) adalah:
Meningkatkan penjualan baik dalam maupun luar negeri, dengan menawarkan harga
yang kompetitif.
Terhindar dari kerugian, akibat tidak kenalnya klien luar negeri.
Memperbaiki posisi cash flow, melalui proses penagihan yang cepat.
Likuiditas perusahaan semakin baik, dan akan memperkuat modal verja.
Meminimalkan biaya seperti efektif dan efisien dalam mempergunakan fasilitas modal
kerja yang diberikan oleh bank, juga tidak perlu menggunakan Letter of Credit (L/C).

4. Beda Anjak Piutang dengan Fasilitas Kredit Perbankan


Transaksi anjak piutang berbeda dengan transaksi kredit bank, karena:
71

Anjak Piutang (Factoring)


Hadi Saputra - 201103253
1. Kredit bank hampir selalu dikaitkan dengan jaminan/agunan, sedangkan dalam
transaksi anjak piutang jaminan/agunan bukan merupakan hal yang mutlak,
kadangkala hanya sebagai jaminan tambahan.
2. Fasilitas kredit perbankan memberikan tambahan aktiva dalam bentuk kas,
sedangkan anjak piutang tidak memberikan tambahan pada kas, akan tetapi
hanya memperlancar arus kas dengan menggunakan piutang yang belum jatuh
tempo.
3. Fasilitas kredit perbankan biasanya dalam jumlah dan syarat pelunasan yang
tetap, sedangkan anjak piutang mengubah penjualan kredit menjadi uang tunai.
4. Fasilitas kredit perbankan melibatkan praktek-praktek umum perkreditan
termasuk mengenai jaminan/agunan, sedangkan anjak piutang pada prinsipnya
merupakan transaksi jual beli piutang.
5. Fasilitas kredit perbankan dimulai dari timbulnya utang melalui mobilisasi dana
masyarakat yang kemudian dialihkan menjadi aktiva produktif, sedangkan anjak
piutang berkaitan dengan pengalihan aktiva produktif, yaitu dari tagihan menjadi
kas.
6. Bank menjadikan Debitur sebagai nasabah, sedangkan anjak piutang
menjadikan client sebagai rekanan/mitra (partner), terutama dalam memelihara
atau mengurus pembukuan penjualan client.

5. Pelaku Anjak Piutang dan beberapa istilah umum


Pelaku anjak piutang dan beberapa istilah umum yang ada dan sering digunakan
dalam transaksi anjak piutang di Indonesia, yaitu:

1. Factor (perusahaan anjak piutang)


Adalah badan usaha yang melakukan kegiatan pembiayaan dalam bentuk
pembelian dan atau pengalihan serta pengurusan piutang atau tagihan jangka
pendek suatu perusahaan dari transaksi perdagangan dalam atau luar negeri.

2. Client (penjual piutang)


Adalah perusahaan yang menjual dan atau mengalihkan piutang atau tagihannya
yang timbul dari transaksi perdagangan dalam atau luar negeri.

3. Piutang
Adalah kewajiban pembayaran customer kepada client atas barang yang telah
dibeli dan/atau jasa yang telah diberikan oleh client kepada customer.

4. Customer (pelanggan)
Adalah perusahaan ataupun pihak ketiga yang membeli barang dan/atau jasa
dari client yang pembayarannya secara kredit.

5. Kontrak
Adalah perjanjian anjak piutang/factoring agreement yang dilakukan oleh dan
antara factor dan client.

72

Anjak Piutang (Factoring)


Hadi Saputra - 201103253

6. Nilai Pembiayaan
Adalah besarnya nilai pembiayaan yang diberikan oleh factor atas faktur/tagihan
yang ditawarkan oleh client kepada factor (biasanya dalam persentase, misalnya
80%).

7. Retention / Contigencies Reserve


Adalah bagian dari faktur/tagihan yang ditawarkan oleh client kepada factor yang
tidak dibiayai oleh factor, sebagai contoh maksimum pembiayaan yang diberikan
adalah 80% dari nilai faktur, maka retention-nya adalah 20%. Retention akan
dikembalikan kepada client setelah tagihan kepada customer diterima efektif oleh
factor.

6. Produk dan Jasa Anjak Piutang


Produk dan jasa anjak piutang yang dapat diberikan kepada client minimal dapat
dibedakan menjadi 2 (dua) bagian pokok yang mendasar. Hal ini sesuai dengan
ketentuan Surat Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor
172/KMK.06/2002 tanggal 23 April 2002, tentang perubahan atas Keputusan Menteri
Keuangan Nomor 448/KMK.017/2000 tentang Perusahaan Pembiayaan, yaitu:

A. Anjak Piutang Non-Financing


Pengertian jasa anjak piutang non-financing berdasarkan peraturan pemerintah
yang berlaku adalah kegiatan penatausahaan penjualan kredit serta penagihan piutang
perusahaan client. Jasa anjak piutang ini meliputi jasa credit management, sehingga
client tidak perlu menyelenggarakan pembukuan/pencatatan atas tagihannya, karena
peran tersebut sudah diambil alih oleh factor, dimana factor akan memberikan laporan
secara berkala mengenai hal-hal berikut:
a). Bonafiditas para customer.
b). Laporan posisi piutang dagang client termasuk tanggal jatuh temponya (aging report)
yang sangat berguna bagi client dalam merencanakan penjualan kredit untuk periode
berikutnya.
c). Account statement kepada customer, bagi customer statement of account yang
diterima dari factor membantu yang bersangkutan untuk mengadakan rekonsiliasi
atas pembayaran-pembayaran yang telah dilaksanakan dan untuk mengetahui posisi
piutang dagang per tanggal laporan berikut jatuh temponya.
d). Apabila customer gagal membayar pada waktunya, factor secara aktif akan
melakukan penagihan sesuai dengan prosedur yang berlaku dengan sebaik-baiknya,
tanpa merusak hubungan baik antara customer dan client.
Dalam non-recourse factoring, factor menjamin pembayaran yang bertalian, Namur
hanya terbatas pada insolvency saja (non-disputes). Dalam hal terjadi perselisihan
dagang antara customer dan client, factor tidak menjamin pembayarannya, risiko bad
debt tetap ditanggung oleh client.
Adapun jasa yang dapat diberikan dalam anjak piutang non-financing ini meliputi
jasa-jasa sebagai berikut:

73

Anjak Piutang (Factoring)


Hadi Saputra - 201103253

1. Credit Investigation
Factor sebelum memutuskan untuk memberikan pembiayaan atas suatu tagihan,
harus terlebih dahulu mengetahui secara akurat tentang bonafiditas buyer, reputasi
buyer dan mainline of business dari buyer, dan lain-lain yang berkaitan dengan
kemungkinan-kemungkinan dibayarnya piutang.

2. Sales Ledger Administration


Jasa yang diberikan oleh factor kepada client dalam bentuk administrasi pembukuan
atas penjualan yang dilakukan secara periodik, dapat mingguan, dua mingguan,
bulanan ataupun yang lainnya disesuaikan dengan kebutuhan client.

3. Credit Control termasuk Collection


Factor dalam melakukan aktivitas pembiayaan juga memantau transaksi-transaksi
penjualan yang dilakukan oleh client dengan baik, termasuk menetapkan prosedur
penagihan agar piutang yang dijaminkan dapat diterima pada waktunya, ini sangat
diperlukan bagi transaksi dagang yang berkesinambungan.

4. Protection against Credit Risk


Dalam jasa ini factor juga mengusahakan cara-cara untuk mengamankan risiko tidak
tertagihnya suatu piutang yang telah dibiayai oleh factor.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa dalam memberikan jasa
anjak piutang non-financing ini, factor berperan dan berfungsi sebagai Credit
Department dari perusahaan client-nya. Jadi client tidak perlu mempunyai Credit
Department tersendiri dalam organisasi perusahaannya, karena fungsi Credit
Department telah diambil oleh factor.
Perkembangan usaha jasa anjak piutang non-financing di Indonesia saat ini
belum berkembang dengan baik dibandingkan dengan kegiatan anjak piutang financing.
Berdasarkan pengamatan, terdapat beberapa sebab yang mengakibatkan kurang
berkembangnya usaha anjak piutang non-financing, yaitu:
1. Masih terdapat mis-informasi tentang keberadaan usaha anjak piutang dalam
Masyarakat bahwa anjak piutang hanya bersifat financing saja.
2. Takut rahasia penjualan perusahaan terbongkar.
3. Kekhawatiran client akan dibocorkannya data-data penjualan perusahaan kepada
pesaingnya.
4. gkat keterbukaan client/perusahaan masih rendah.
5. Memelihara hubungan baik dengan customer.

B. Anjak Piutang Financing


Anjak piutang Financing berdasarkan peraturan pemerintah yang berlaku
disebutkan sebagai kegiatan pembelian atau pengalihan piutang/tagihan jangka pendek
dari transaksi perdagangan dalam atau luar negeri.
Pengertian ini memberikan latar belakang bahwa aktivitas pembiayaan terjadi
dalam transaksi anjak piutang. Seperti kita ketahui bersama, piutang dagang selalu
diklasifikasikan sebagai liquid atau quick assets dalam laporan keuangan suatu
perusahaan. Sistem klasifikasi ini baru dapat dinyatakan benar apabila piutang/tagihan

74

Anjak Piutang (Factoring)


Hadi Saputra - 201103253
berlaku sampai dengan jatuh temponya, setelah lewat jatuh waktu tersebut, piutang
dagang tidak dapat lagi dikategorikan sebagai liquid assets, karena telah berubah
menjadi bad debt.
Melalui transaksi/kontrak pembiayaan anjak piutang dengan factor, dimana
factor dapat memberikan pre-financing sampai dengan 80% atau bahkan sampai
dengan 90% dari jumlah piutang dagang segera setelah penyerahan bukti transaksi
dapat dilakukan atas dasar Recourse Factoring, dimana risiko bad debts tetap pada
clients, atau Factoring Without Recourse, dimana perusahaan factor mengambil alih
risiko bad debts. Jadi clients dapat memutar kembali Instant Cash yang diperoleh
dengan meningkatkan omzet penjualan dan memanfaatkan potongan harga tertentu
yang diberikan oleh Suppliers dengan membeli bahan baku dan lain-lain secara tunai.

Yang Harus dihindari dari anjak piutang Financing


Biasanya factor akan menghindari ataupun tidak bersedia melakukan
pembiayaan anjak piutang jika transaksi dagang antara client dan customer mempunyai
bentuk-bentuk transaksi dagang dalam negeri (lokal), sebagai berikut:

1. Transaction with Down Payment (Penjualan dengan Uang Muka)


Apabila transaksi ini dibiayai oleh factor, maka posisi factor sangat lemah atau
kurang menguntungkan. Hal ini dimungkinkan apabila terjadi pembelian yang tidak
dilanjutkan kembali oleh pembeli atau terjadi keterlambatan penyerahan barang yang
pada akhirnya akan terjadi keterlambatan pembayaran serta cacatnya perjanjian jual
beli.

2. Consigment Sales (Penjualan Sistem Konsinyasi)


Transaksi dagang seperti ini sangat tidak menguntungkan bagi factor jika
dibiayai, karena factor akan menghadapi ketidakpastian apakah barang sudah laku
terjual, sedangkan factor pada saat menerima pengalihan piutang dari client
menerima secara keseluruhan.

3. Progress Payment Transaction (Pembayaran Bertahap)


Jenis transaksi dagang seperti ini sangat menyulitkan factor untuk melakukan
pembiayaan karena factor tidak mengetahui seberapa jauh pekerjaan proyek dll
sudah dapat diselesaikan oleh kontraktor.

4. Returnable Sales (Barang Dapat Dikembalikan)


Apabila model seperti ini dilakukan oleh factor, maka nilai dari tagihansudah tidak
utuh lagi akibat pengembalian barang.

5. Pre-Invoicing Unfinished Delivery (Penagihan sebelum Pekerjaan Selesai)


Transaksi dagang seperti ini akan menyulitkan factor untuk menagih kepada
customer apabila barang/jasa yang dibuat mengalami kerusakan atau kegagalan
ataupun keterlambatan penyerahan barang/jasa, sehingga client mengajukan klaim
kepada customer yang pada akhirnya nilai tagihan/faktur yang dibiayai menjadi
berkurang sedangkan pada saat awal factor menilai secara penuh sebagai dasar
pembiayaan yang dilakukan.

75

Anjak Piutang (Factoring)


Hadi Saputra - 201103253

6. Counter Sales/Back to Back Sales (Sistem Barter)


Transaksi dagang dengan sistem back to back sales yang dilakukan oleh client
dengan customer biasanya lebih banyak bersifat transaksi fiktif ataupun bersifat
transfer pricing, sehingga factor berada dalam posisi sangat sulit untuk melakukan
tagihan terutama apabila antara client dan customer mengalami ketidakcocokan
dalam melakukan transaksi.

7. Credit Term More Than 180 Days (Pembayaran Lebih dari 180 hari)
Transaksi dagang yang mempunyai tenggang waktu yang terlalu lama harus
diantisipasi oleh factor. Hal ini penting untuk dianalisis guna mengetahui kenapa
client dan customer melakukan transaksi seperti ini. Sebab secara umum transaksi
perdagangan dengan tenggang pembayaran begitu lama jarang terjadi, kecuali
transaksi fiktif ataupun transaksi antar perusahaan dalam satu grup perusahaan.

8. Transaction with Parties in the Same Group of Companies (Penjualan


kepada Perusahaan dalam Grup Sendiri)
Transaksi antara client dan customer dalam satu grup perusahaan dagang perlu
diperhatikan oleh factor karena transaksi ini sering dijadikan transaksi fiktif untuk
kepentingan grup perusahaan tersebut dan juga untuk transfer pricing antar satu
grup perusahaan.

9. Sales to Individual End User/General Public (Penjualan kepada


Individual/Perorangan sebagai End User)
Transaksi jenis ini, apabila dibiayai oleh factor, dimana antara client dan
customer tidak mempunyai hubungan timbal balik yang berkesinambungan, akan
membahayakan factor apabila customer mengalami kelalaian pembayaran.

10. Hit and Run, One Time, Incidental Transaction (Penjualan yang Bersifat
Insidental/Sekali-Sekali)
Transaksi yang dilakukan oleh client dan customer yang bersifat hit and run atau
sekali-sekali dilakukan atau transaksi yang bersifat incidental perlu diwaspadai factor,
karena transaksi jenis ini biasanya mengandung bahaya dan kemungkinan tidak
tertagihnya besar.
Selain kesepuluh bentuk transaksi dagang yang selalu dihindari oleh factor seperti
diatas, masih terdapat bentuk transaksi dagang yang kurang cocok dengan jiwa
transaksi anjak piutang, yaitu penjualan yang tidak mengizinkan adanya pengalihan
piutang (non-assignable clause), dan penjualan lainnya di mana kepastian pembayaran
oleh customer/pembeli masih tergantung pada syarat-syarat lainnya.
Sedangkan khusus untuk transaksi ekspor/anjak piutang internasional, terdapat
beberapa transaksi ekspor yang tidak dapat di-factor-kan ataupun selalu dihindari oleh
factor untuk dibiayai, yaitu:

1. Bila transaksi memuat persyaratan progress payment, part payment,


retention atau deposit oleh Importir.
2. Bila ada persyaratan contra sale, consignment sale dengan return
arrangement.
76

Anjak Piutang (Factoring)


Hadi Saputra - 201103253

3. Bila credit term melampaui 180 hari.


4. Bila mayoritas ekspor ditujukan kepada pemerintah dari negara tujuan.
5. Bila mayoritas ekspor ditujukan kepada importir yang ada kaitannya
dengan eksportir (Importir adalah associated atau related companies dari
Eksportir).
Mengingat kondisi tersebut diatas, factor harus sangat berhati-hati dalam transaksi
perdagangan yang baik untuk dibiayai. Jika terjadi kesalahan dalam menganalisis,
sudah barang tentu factor akan mengalami kerugian dan masalah.

7. Jenis-Jenis Anjak Piutang


Kegiatan Anjak Piutang pada dasarnya dapat dilihat dari 3 (tiga) sudut pandang,
yaitu:

A. Diilihat dari Segi Skala Kegiatan


Kegiatan anjak piutang apabila ditinjau dari jangkauan pekerjaan atau skala
kegiatan dapat dibedakan menjadi 2 (dua) jenis, yaitu Anjak Piutang Domestik dan Anjak
Piutang Internasional.
1. Anjak Piutang Domestik
Anjak piutang ini dilaksanakan secara domestik/dalam negeri, contoh pasar
swalayan cukup berhubungan dengan factor dan secara teratur setiap bulan pasar
swalayan akan menerima laporan perkembangan utang dagangnya, sehingga yang
bersangkutan dapat mengadakan rekonsiliasi atas pembayaran-pembayaran yang telah
dilaksanakannya dan mengetahui posisi utang dagang dan tanggal jatuh temponya
secara teratur pula.
2. Anjak Piutang Internasional
Pelaksanaan suatu transaksi anjak piutang internasional bila ditinjau dari segi
lokasi eksportir dan importir akan memperlihatkan dua jenis anjak piutang, yaitu export
factor dan import factor, sehingga terdapat 4 (empat) pihak yang terlibat yaitu Eksportir,
Importir, Ekport Factor, dan Import Factor.

B. Diilihat dari Segi Penanggungan Risiko


1. Recourse Factoring
Anjak piutang dimana factor tidak menanggung risiko atas gagalnya pembayaran
dari customer, maksudnya adalah apabila customer gagal membayar, pailit atau
bangkrut, maka factor tidak menanggung risiko tersebut, melainkan client yang
menanggungnya. Sebagai contoh apabila pada saat jatuh tempo tagihan terjadi gagal
bayar oleh customer, maka tagihan tersebut wajib dibayar oleh client kepada factor.
Transaksi anjak piutang dengan recourse bagi factor, merupakan transaksi
pemberian pinjaman dengan jaminan piutang, dimana factor akan memperoleh jaminan
dari client atas piutang yang tidak terbayar oleh customer. Namun demikian, factor
77

Anjak Piutang (Factoring)


Hadi Saputra - 201103253
masih tetap mempunyai risiko kolektibilitas atas pembiayaan piutang yang diberikan
kepada client.
2. Non-Recourse Factoring
Anjak piutang dimana factor menanggung sepenuhnya risiko pembayaran oleh
customer baik karena gagal bayar, pailit atau bangkrut, kecuali dalam hal pengurangan
oleh karena rusak/cacatnya dalam dasar penagihan yang dikarenakan barang dan jasa
dikembalikan atau adanya dispute, factor tidak menanggung risiko tersebut.
Dalam transaksi anjak piutang tanpa recourse, factor memberlakukan piutang
yang telah dialihkan dari client sebagai pembelian piutang. Factor otomatis memperoleh
hak sekaligus menanggung risiko kolektibilitas piutang yang diterimanya.

C. Diilihat dari Sudut Pemberitahuan kepada Customer tentang


Pengalihan Piutang
1. Notification Factoring
Anjak piutang dengan system ini dilakukan dengan cara memberitahukan kepada
customer bahwa piutang dagang yang terjadi antara client dan customer dari transaksi
perdagangan barang dan jasa diberitahukan kepada customer, sehingga kewajiban
pembayaran customer kepada client, tidak dibayarkan lagi kepada client melainkan
kepada factor.
2. Non-Notification Factoring
Anjak piutang jenis ini dilakukan dengan cara tidak memberitahukan adanya
pengalihan piutang kepada customer, sehingga pihak customer tidak mengetahui bahwa
tagihan-tagihan atas faktur-fakturnya telah dialihkan kepada pihak factor.

8. Anjak Piutang dari Sisi CLIENT


Manfaat yang didapat CLIENT dari anjak piutang
Client yang telah mendapatkan dan/atau telah menerima fasilitas anjak piutang
financing dari transaksi domestik dari factor akan memperoleh manfaat dan keuntungan
dari transaksi yang telah dilakukannya, seperti:
1. Client mempunyai akses langsung atas penjualan/pendapatan yang dilakukan
dalam bulan berjalan, karena client tidak perlu menunggu waktu sampai
pembayaran dari customer jatuh tempo yang biasanya memakan waktu sesuai
dengan perjanjian kredit, seperti 30, 60, 120 hari. Sehingga likuiditas keuangan
perusahaan selalu terjamin karena instant cash yang diperoleh dapat
dipergunakan untuk memperoleh peluang demi menekan biaya produksi dalam
bentuk price discount, quantity discount, dan biaya-biaya lain yang berkaitan
dengan persediaan.

78

Anjak Piutang (Factoring)


Hadi Saputra - 201103253
2. Pembelian barang secara kas, akan mengurangi biaya produksi barang atau jasa
yang dihasilkan oleh client, yang pada akhirnya client dapat menjual barang dan
jasa dengan harga yang sangat kompetitif.
3. Dengan diperolehnya instant cash, maka client dapat memanfaatkan beberapa
peluang menurunkan biaya produksi, yakni melalui:
Diskonto dari para supplier dengan dilakukannya pembelian tunai oleh client.
Quantity discounts melalui pembelian-pembelian partai besar (bulk purchase)
4. Client tidak perlu melakukan penagihan kepada customer, karena factor yang
akan melakukan penagihan sekaligus memberikan laporan atas posisi piutang
setiap bulannya.
5. Laporan posisi piutang yang dilakukan oleh factor akan menjadi masukan bagi
client mengenai kondisi, karakter masing-masing customer. Laporan ini tentunya
akan sangat berguna bagi client untuk mengambil keputusan terhadap customer
yang nakal.
6. Client dapat menikmati hasil penjualan/pendapatan secara fleksibel dan selalu
proporsional peningkatannya sesuai dengan tingkat penjualan yang dibukukan.
Kondisi ini akan sangat membantu penyediaan sumber modal kerja, karena tidak
perlu repot mengurus tambahan kredit apabila terjadi peningkatan kebutuhan
modal kerja seiring dengan peningkatan penjualan.
7. Client dapat menikmati perlindungan kredit seiring dengan meningkatnya
penjualan kredit, sebab perkembangan usaha selalu diiringi dengan
bertambahnya risiko kredit. Dengan adanya fasilitas anjak piutang, risiko
penjualan kredit akan berpindah ke factor sampai batas waktu yang telah
disetujui bersama.
8. Perusahaan dapat terhindar dari risiko tidak dibayarnya tagihan karena hal itu
bisa menjadi beban factor. Hal ini dimungkinkan apabila transaksi anjak piutang
yang dilakukan bersifat Non-Recourse. Konsekuensi adanya transaksi ini
biasanya biaya yang dikenakan oleh factor menjadi mahal dibanding dengan
transaksi Recourse Factoring.
9. Fungsi bagian administrasi penjualan dapat dialihkan apabila anjak piutang
dilakukan oleh client. Pengalihan fungsi akan mengurangi beban biaya
personalia dan investasi sistem komputer.
10. Administrasi penjualan dapat dilakukan oleh factor melalui sistem komputer yang
sudah ada, sehingga client hanya menerima hasil bersih. Informasi yang bisa
diperoleh antara lain: laporan berkala tentang tagihan, posisi piutang, jurnal
penjualan, laporan posisi utang kepada customer, dan lain-lain.

79

Anjak Piutang (Factoring)


Hadi Saputra - 201103253

9. Anjak Piutang dari Sisi FACTOR


Manfaat yang didapat FACTOR dari anjak piutang
Investor yang menanamkan modalnya pada usa anjak piutang di Indonesia,
terutama yang menjalankan transaksi anjak piutang financing berskala domestik,
memiliki beberapa keuntungan dalam posisinya sebagai factor, yaitu antara lain:

Dana yang dipasarkan oleh factor dapat disalurkan dengan tingkat suku bunga yang
relatif lebih tinggi dan dengan jangka waktu yang relatif singkat. Hal ini sangat
menguntungkan factor karena perputaran dana menjadi sangat cepat dan bisa
mengurangi risiko fluktuasi tingkat suku bunga (floating rate).

10. Risiko-Risiko dalam Bisnis Anjak Piutang


Bisnis anjak piutang merupakan kegiatan usaha yang mengandung risiko cukup
besar. Ini karena factor membiayai sesuatu hal yang tidak tampak/tidak berwujud secara
nyata dalam bentuk aset seperti halnya sewa guna usaha, melainkan dalam bentuk
tagihan. Beberapa risiko yang berkaitan dengan bisnis anjak piutang financing adalah
risiko client dan risiko yang berhubungan dengan unsur non-recourse, yaitu risiko kredit
atas customer atau disebut juga debtor risk. Risiko-risiko yang dimaksud adalah:

1. Risiko Client
Terdapat dua hal yang perlu diperhatikan factor terhadap calon client, yaitu:
a. Kemampuan Keuangan Client
b. Kualitas Piutang yang diajukan oleh Client.

2. Risiko Customer
3. Risiko Lainnya
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.

Risiko Perekonomian
Risiko Pembiayaan
Risiko Likuiditas
Risiko Persaingan
Risiko Operasional
Risiko Perubahan Nilai Mata Uang
Risiko Kebijakan Moneter
Risiko Teknologi

Memperhatikan aspek-aspek risiko yang diberikan diatas, serta manfaat yang


dapat diperoleh, maka secara teori kelihatannya bisnis anjak piutang sangat potensial
untuk berkembang, namun pada kenyataannya masih perlu pembenahan disana-sini,
seperti:

Segi hukum. Peradilan dan keputusan pengadilan masih sering mengandung


ketidakpastian. Contohnya perbankan dalam menangani kredit macet.

80

Anjak Piutang (Factoring)


Hadi Saputra - 201103253

Etika Bisnis. Belum terpeliharanya sistem public record di negara kita. Etika
bisnis masih lemah, sehingga memegang rahasia bisnis pun terasa masih
membutuhkan upaya pembelajaran. Hal ini dibutuhkan karena beberapa
kalangan masih memandang penting dan perlu menjaga nama baik.

Akhirnya, dengan memperhatikan keterbatasan keamanan dari segi hukum,


anjak piutang akan lebih banyak tergantung pada azas kepercayaan daripada jaminan
yuridis yang kuat dan pasti. Oleh karena itu, bila kepercayaan ini disalahgunakan oleh
pembeli/customer, pihak factor akan benar-benar berada dalam posisi sulit. Apalagi
public record di Indonesia belum terpelihara dengan baik (kondusif) yang tentunya akan
sangat menyulitkan pihak factor dalam menganalisis jadi atau tidaknya membeli suatu
piutang.

81

Anda mungkin juga menyukai