Anda di halaman 1dari 14

SATUAN ACARA PENYULUHAN

Pokok Bahasan

: Hipertensi

Sub Pokok Bahasan

: Pengertian dan diet hipertensi

Sasaran

: Keluarga Tn. T

Hari/Tanggal

: Sabtu, 6 Agustus 2016

Waktu

: 1 x 30 menit

Tempat

: Rumah Tn. T

A. TUJUAN
1. Tujuan Umum :
Pada akhir proses penyuluhan, peserta dapat mengetahui tentang penyakit
hipertensi dan hal-hal apa saja yang dapat mengakibatkan memperburuk keadaan
penyakit.
2. Tujuan Khusus :
Setelah mengikuti penyuluhan tentang hipertensi selama 1 X 30 menit
diharapkan peserta dapat :
1) Menyebutkan pengertian dari penyakit hipertensi
2) Mengerti diit yang tepat untuk hipertensi
3) Mengerti hal-hal yang harus dilakukan dalam mencegah timbulnya
hipertensi
B. GARIS BESAR MATERI
1.

Pengertian hipertensi

2.

Diit yang tepat untuk hipertensi

3.

Hal-hal yang harus dilakukan dalam mencegah timbulnya hipertensi

C. METODE
1.

Ceramah

2.

Tanya Jawab

D. MEDIA
-

Lembar balik

Leaflet

E. SETTING TEMPAT
-

Peserta duduk di kursi

Penyaji didepannya

F. KRITERIA EVALUASI
1.

Evaluasi Struktur

Peserta hadir

Penyelenggaraan penyuluhan dilaksanakan di rumah Tn. T

Jadwal, alat bantu atau media, pengorganisasian, proses penyuluhan


dilakukan sebelumnya.

2.

Evaluasi Proses

Peserta antusias terhadap materi penyuluhan

Peserta tidak meninggalkan tempat penyuluhan

Peserta mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan secara benar.

3.

Evaluasi Hasil

Peserta mengetahui tentang jenis penyakit hipertensi dan hal-hal apa saja
yang dapat dilakukan dalam mencegah dan menanggulangi penyakit
hipertensi

Peserta hadir saat pertemuan

PELAKSANAAN KEGIATAN
No.

Kegiatan

1.

Pembukaan

Kegiatan Penyuluhan
a. Membuka kegiatan

Kegiatan Peserta

Waktu

- Menjawab salam

3 menit

dengan mengucapkan
salam
b. Memperkenalkan diri

- Menjabat tangan

c. Menjelaskan tujuan dari

- Mendengarkan

penyuluhan
d. Menyebutkan materi
2.

Pelaksanaan

- Memberi respon

yang akan diberikan.


Menyampaikan materi :
a. Menjelaskan
pengertian

tentang

15 menit
- Mendengarkan

penyakit

dan

hipertensi

memperhatikan

b. Memberi

kesempatan

kepada

peserta

untuk

bertanya
c. Menjelaskan

hal-hal

yang dapat

mencegah

hipertensi

termaksuk

diitnya.
d. Memberi
kepada
3.

Evaluasi

kesempatan
peserta

untuk

bertanya
a. Tanya jawab

Menjawab

10 menit

Pertannyaan
b. Menyimpulkan hasil

Mendengarkan

materi
Mengucapkan terima

- Mendengarkan

kasih atas peran serta


Mengucapkan salam
penutup
Lampiran Materi
HIPERTENSI

- Menjawab salam

2 Menit

A. DEFINISI
Hipertensi adalah tekanan yang lebih tinggi 140/90 mmhg
dan diklasifikasikan sesuai derajat keparahannya,mempunyai
rentang dari tekanan darah normal tinggi sampai hipertensi
maligna (Menurut JNC).
Hipertensi adalah batas tekanan darah yang masih
dianggap normal adalah 140/90 mmHg dan tekanan darah sama
dengan atau diatas 160/95 mmHg dinyatakan sebagai hipertensi
(WHO 1978).
B. ETIOLOGI
Berdasarkan penyebab hipertensi dibagi menjadi 2 golongan yaitu:
a.

Hipertensi primer atau hipertensi esensial


Penyebabnya tidak di ketahui, disebut juga hipertensi idiopatik.
Terdapat sekitar 95% kasus banyak faktor yang
mempengaruhinya seperti : genetic, usia, lingkungan,
hiperaktivitas, susunan saraf simpatis, system rennin
angiotensin, defek dalam ekskresi natrium. Peningkatan Na+,
ca intra selular dan faktor faktor yang meningkatkan resiko
seperti obesitas, alcohol, merokok, serta polisitemia.

b.

Hipertensi sekunder atau hipertensi renal


Penyebab spesifiknya, seperti penggunaan hormon estrogen
(KB), penyakit ginjal, hipertensi vaskuler renal,
hiperaldosteronisme primer dan sindrom cushing.

C. FAKTOR RESIKO
Yang dapat mempengaruhi peningkatan tekanan darah
a. Faktor genetik : adanya bukti bahwa kejadian hipertensi lebih
banyak dijumpai pada penderita kembar monozoit daripada
heterozigot
b. Jenis kelamin : pada umumnyua insiden pada pria lebih tinggi
dari pada wanita, namun pada usia pertengahan dan lebih tua,

insiden pada wanita mulai meningkat, sehingga pada usia


diatas 65 tahun isiden pada wanita lebih tinggi.
c. Usia:
insiden
hipertensi
makin
meningkat

dengan

bertambahnya usia. Hipertensi pada yang berusia < 35 th


dengan jelas menaikkan insiden penyakit arteri koroner dan
kematian dini.
d. Ras: hipertensi pada yang berkulit hitam paling sedikit dua
kalinya pada yang berkulit putih. Akibat penyakit ini umumnya
lebih berat pada ras kulit hitam. Misalnya mortalitaspasien pria
hitam dengan diastole 115 atau lebih 3,3 kali lebih tinggi
daripada pria berkulit putih dan 5,6 kali bagi wanita putih.
e. Pola hidup : faktor seperti pendidikan, penghasilan dan faktor
p0ola hidup lain telah di teliti, tanpa hasil yang jelas.
Penghasilan rendah, tingkat pendidikan rendah dan kehidupan
atau pekerjaan yang penuh stres agaknya berhubungan dengan
insidens hipertensi yang lebih tinggi. Obesitas di pandang
sebagai faktor resiko utama, bila berat badan turun, tekanan
darahnya sering turun menjadi normal. Merokok dipandang
sebagai faktor resiko tinggi bagi hipertensi dan penyakit arteri
koroner. Hiperkolosterolemia dan hiperglikemia adalah faktorfaktor

utama

untuk

perkemabangan

aterosklerosis,

yang

berhubungan erat dengan hipertensi.


f. Diabetes melitus : hubungan antara diabetes militus kurang
jelas, namun secara statistik nyata pada hubungan anatara
hipertensi

dan

penyakit

arteri

koroner.

Penyebab

utama

kematian pasien DM adalah penyakit kardiovaskuler, terutama


yang mulainya dini dan kurang kontrol. Hipertensi dengan DM
meninbgkatkan mortalitas.
g. Peranan ginjal : penyebab hipertensi sekunder
h. Penumpukan garam
i. Ketidak seimbangan kimiawi : disebabkan oleh pembesaran dan
kegiatan yang berlebihan pada salah satu kelenjar adrenalin
j. Alkohol : meninggi bila minum lebih dari 3X per hari
k. Pil kontrasepsi kombinasi
D. KLASIFIKASI

Klasifikasi hipertensi menurut JNC (2003)


Klasifikasi
Normal
Prehipertensi
Hipertensi

Sistolik (mmHg)
< 120
121-139
140 159

Diastolic (mmHg)
<80
80-89
90 99

ringan/tingkat 1
Hipertensi

>160

>100

sedang/tingkat 2
Hipertensi sistolik

140

<90

terisolasi

Hipertensi menurut kelompok umur berbeda


Kelompok usia

Normal (mmHg)

Hipertensi

(mmHg)
Bayi
80/40
90/60
Anak (7 11 th)
100/60
120/80
Remaja (12 17 th)
115/70
130/80
Dewasa (20 45 th)
120-125/75-80
135/90
Dewasa (45 65 th)
135-140/85
140/90 160/95
Dewasa (> 65 th)
150/85
160/95
Menurut dr. Jan tambayong, 1999. (patofisiologi untuk
keperawatan)
E. TANDA DAN GEJALA
Biasanya tanpa gejala atau tanda-tanda peringatan

1.

untuk hipertensi sering disebut Silent Killer.


Pada

2.
kelelahan,

hipertensi

confusion,

berat

nausea,

gejala

vomiting,

yang

dialami:

anxiety,

keringat

berlebihan, musclu kemor, chestpain, epistaksis, pandangan


kabur/ganda, tinnitus(telinga berdenging).
Tanda fisik yang penting:

3.

Pengenalan

a.
femoralis.

tidak

adanya

pulpasi

arteri

Tekhnik

b.
adalah

pemeriksaan

pemeriksaan

cermat

fisik

yang

perubahan

periodic

vaskuler

dan

eksudatif progresif dalam fundus okuli.


Adanya progresivitas derajat konstriksi fokal

c.

dan generalisasi arferoiola retinalis.


Papiliderma

d.

merupakan

tanda

hipertensi

maligna
F. PATOFISIOLOGI
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh
darah terletak dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat
vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke
bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis
ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat
vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke
bawah melalui system saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada
titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan
merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah,
dimana

dengan

dilepaskannya

noreepineprin

mengakibatkan

konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan


ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap
rangsang

vasokonstriksi.

Individu

dengan

hipertensi

sangat

sensitiv terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan


jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi.
Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang
pembuluh darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal
juga

terangsang,

vasokonstriksi.

mengakibatkan

Medulla

adrenal

tambahan

mensekresi

aktivitas

epinefrin,

yang

menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol


dan

steroid

lainnya,

vasokonstriktor
mengakibatkan

yang

pembuluh
penurunan

dapat

memperkuat

darah.
aliran

respons

Vasokonstriksi

ke

ginjal,

yang

menyebabkan

pelepasan rennin. Renin merangsang pembentukan angiotensin I


yang

kemudian

diubah

menjadi

angiotensin

II,

suatu

vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi


aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi
natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan
volume intra vaskuler. Semua faktor ini cenderung mencetuskan
keadaan hipertensi.
Sebagai pertimbangan gerontologis dimana terjadi perubahan
structural

dan

fungsional

pada

system

pembuluh

perifer

bertanggungjawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi


pada usia lanjut. Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis,
hilangnya elastisitas jaringan ikat dan penurunan dalam relaksasi
otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya menurunkan
kemampuan

distensi

dan

daya

regang

pembuluh

darah.

Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya


dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung
(volume sekuncup) mengakibatkan penurunan curang jantung dan
peningkatan tahanan perifer (Smeltzer, 2001).
Pada usia lanjut perlu diperhatikan kemungkinan adanya
hipertensi palsu disebabkan kekakuan arteri brachialis sehingga
tidak dikompresi oleh cuff sphygmomanometer (Darmojo, 1999).
Menurunnya tonus vaskuler merangsang saraf simpatis yang
diteruskan

ke

sel

jugularis.

Dari

sel

jugularis

ini

bisa

meningkatkan tekanan darah. Dan apabila diteruskan pada ginjal,


maka akan mempengaruhi eksresi pada rennin yang berkaitan
dengan

Angiotensinogen.

Dengan

adanya

perubahan

pada

angiotensinogen II berakibat pada terjadinya vasokontriksi pada


pembuluh darah, sehingga terjadi kenaikan tekanan darah.Selain
itu

juga

dapat

meningkatkan

hormone

aldosteron

yang

menyebabkan retensi natrium. Hal tersebut akan berakibat pada


peningkatan tekanan darah. Dengan peningkatan tekanan darah
maka akan menimbulkan kerusakan pada organ-organ seperti
jantung. ( Suyono, Slamet. 1996 ).

G. PENCEGAHAN HIPERTENSI

1.

Mengurangi

konsumsi

garam

berlebihan
2.

Menghindari kegemukan

3.

Membatasi konsumsi lemak

4.

Olahraga teratur

5.

Makan banyak buah dan syur segar

6.

Tidak

merokok

dan

tidak

minum

alkohol
7.
8.

Latihan relaksasi dan meditasi


Berusaha dan membina hidup sehat
yang positif

H. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. CBC

Pemeriksaan

hempoglobin/hemotokrit
viskositas

dan

indicator

untuk
factor

menilai
resiko

seperti hipercoangulabity anemia


2. Kimia darah :
a.

BUN/creatinin:

menilai

perfusi/faal

renal
b.

Glukose serum: Hiperglikemia

c.

Kadar

kolesterol/trigliserida

pertambahan

kadar

predisposisi

pembentukan

mengidentifikasi

attheromatus
d.

Kadar serum aldosterone

e.

Uric Acid

3. Elektrolit :
a.

Serum potassium

b.

Urine VMA

c.

Steroid urine

4. Urine :
a.

Analisa urine

plaque

b.

Urine VMA

c.

Steroid urine

5. Radiologi :
a.

Intra vena pyelografi (IVP)

b.

Roentgen thorax

6. ECCT : menilai adanya hypertrofi myocard,


pola strain,g kondoksi.
I. PENATALAKSANAAN
Farmakologis
1. Hipertensi Primer
Walaupun program terapi standart
telah diperlihatkan berhasil, namun telah
diakui bahwa pasien hipertensi primer bisa
juga diterapi spesifik dengan zat lain
sebagai monoterapi.
2. Hipertensi Sekunder
Walaupun terapi obat yang
menggunakan arteri bermanfaat dalam
mengobati penyakit hipertensi, namun
pemikiran logis bahwa spesifik terapi, lebih
bisa mengharapkan pengendalian tekanan
terjadi.
Secara umum obat-obatan yang
digunakan untuk hipertensi :
a.

Diuretika

b.

Alfa-bloker

c.

Beta-bloker

d.

Obat yang bekerja sentral

e.

Vasodilator

f.

Antagonis

g.

Penghambat ACE

Penatalaksanaan dengan obat


antihipertensi bagi sebagian besar pasien
dimulai dengan dosis rendah kemudian
ditingkatkan secara titrasi sesuai umur,
kebutuhan dan usia.
Non farmakologi
a. Menghindari

faktor

resiko,

seperti

merokok, minum alkohol, hiperlipidemia


dan stres
b. Penurunan berat badan
c. Diit rendah garam
d. Perubahan diet yang kompleks : penurunan
konsumsi lemak, peningkatan konsumsi
e.
f.
g.
h.

ssayur dan buah (>> K, Mg)


Peningkatan aktivitas fisik
Penanganan psikologis
Olahraga yang teratur.
Pendidikan kesehatan, meliputi :
- Mengontrol tekanan darah
- Meningkatkan
kepatuhan
-

program

pengobatan
Meningkatkan support sosial

J. KONSUMSI GARAM
Petunjuk Penggunaan Garam untuk
Penderita hipertensi. Untuk penderita
hipertensi terdapat 3 diet:
a. Diet rendah garam 1 : untuk penderita
hipertensi berat dianjurkan untuk tidak
menambahkan

garam

dapur

dalam

makanan.
b. Diet rendah garam II: Ditujukan untuk
penderita hipertensi sedang (100-114
mmHg). Garam dianjurkan sendok the
garam dapur.
c. Diet rendah garam III: Ditujukan untuk
penderita

hipertensi

ringan

(diastole

kurang dari 100 mmHg), garam dapur


dianjurkan sendok teh.
K. KOMPLIKASI DARI HIPERTENSI
1. Penyakit jantung hipertensi, antara lain:
a.

Kelainan atrium kiri

b.

Hiipertrofi ventrikel

c.

Payah ventrikel kiri

d.

Tidak
sangat

jarang
tinggi

karena
antara

hubungan

arteros

dan

hipertensi maka komplikasi insufisiensi


koronaria,

infark

aneunsma

ventrikel

perjalanan

miokardium,
tampak

penyakit

dan

selama

hipertensi

menahun
2. Penyakit koronaria
3. Angina pektoris
4. Gagal ginjal
5. Hipertensi dipercepat dan maligna

DAFTAR PUSTAKA
Agus Purwadianto (2000), Kedaruratan
Medik: Pedoman Penatalaksanaan
Praktis, Binarupa Aksara, Jakarta.
Baughman, Diane C; Hackley, JoAnn C. 2000.
Keperawatan Medical-Bedah edisi 1

Budi Soesutyo Joewono. 2003. Ilmu Penyakit


Jantung. Surabaya : Airlangga
University Press.
Carpenito Lynda Juall (2000), Diagnosa
Keperawatan: Aplikasi Pada Praktek
Klinik, Penerbit Buku Kedokteran
EGC, Jakarta.
Doenges Marilynn (2000), Rencana Asuhan
Keperawatan: Pedoman Untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian
Perawatan Pasien, Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta.
Guyton and Hall (1997), Buku Ajar: Fisiologi
Kedokteran, Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta.
Hudak and Gallo (1996), Keperawatan Kritis:
Pendekatan Holistik, Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta.
Mansjoer, Arief, Dkk. 2005, Kapita Selekta
Kedokteran. Jakarta : Media
Aesculapius.
Noer, H.M. 1996. Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam. Jakarta : Balai Penerbit FKUI
Terjemahan. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai