DASAR TEORI
2.1 Harmonisa
2.1.1 Pengertian Harmonisa
Sistem tenaga listrik dirancang untuk beroperasi pada frekuensi 50 Hz
atau 60 Hz. Di Indonesia frekuensi yang digunakan adalah 50 Hz, akan tetapi
pada aplikasinya beberapa beban menyebabkan munculnya arus/tegangan
yang frekuensinya merupakan kelipatan 50 Hz. Frekuensi 50 Hz disebut
dengan frekuensi fundamental dan kelipatannya disebut frekuensi harmonisa,
seperti ditunjukkan dalam tabel 2.1.
Tabel 2.1 Frekuensi Fundamental dan Kelipatannya
Frekuensi (Hz)
Istilah
50
Frekuensi Fundamental
100
Harmonisa Kedua
150
Harmonisa Ketiga
200
Harmonisa Keempat
250
Harmonisa Kelima
Dan seterusnya
Dan seterusnya
banyak terdapat
kerjanya berlaku sebagai saklar yang bekerja pada setiap siklus gelombang
dari sumber tegangan. Proses kerja ini akan menghasilkan gangguan atau
distorsi gelombang arus yang tidak sinusoidal.
Beban
tidak linear
gelombang-gelombang arus
adalah
yang
peralatan
berbentuk
yang
menghasilkan
sinusoidal
berfrekuensi
menarik
arus
sinusoidal
(sebentuk
dengan
tegangan
yang
(2.1)
Dengan :
n = Orde harmonisa
fn = Frekuensi harmonisa ke-n
F = Frekuensi dasar atau fundamental
Sesuai dengan definisi diatas maka orde harmonisa frekuensi dasar
(F) adalah 1. Artinya orde ke-1 bukan merupakan harmonisa, sehingga yang
dianggap sebagai harmonisa dimulai dari orde ke-2 hingga orde ke-n.
2. Spektrum
Spektrum adalah distribusi dari semua amplitudo harmonik sebagai
fungsi dari orde harmoniknya, dan diilustrasikan menggunakan histogram.
10
(2.2)
= 0,333 = 33,3 %
.(2.3)
= 0,166 = 16,66 %
(2.4)
nilai
Metode
perhitungan harmonisa ini dikenal sebagai distorsi harmonisa yang berdasarkan pada
nilai fundamentalnya. Perhitungan ini digunakan oleh Institute of Electrical
and Electronic Engineers (IEEE).
THD adalah perbandingan antara nilai rms dari seluruh komponen
harmonisa terhadap nilai rms nilai fundamentalnya. Sebagai contoh, jika arus
non linear mempunyai komponen fundamental I 1 dan komponen harmonisanya
I2, I3, I4, I5, I6, I7, ....., maka nilai rms harmonisanya adalah:
(2.5)
11
THD =
X 100%
(2.6)
THD =
x 100%
(2.7)
Dimana :
THD
Xn
X1
x 100%
(2.8)
12
x 100%
(2.9)
Dimana :
Vn ; In
= komponen harmonisa
V1 ; I1
= komponen fundamental
THD
= orde harmonisa
(2.10)
(2.11)
(2.12)
(2.13)
13
(2.14)
(2.15)
(2.16)
Ada
dua
kriteria
yang
digunakan
untuk
adalah arus
hubung singkat yang ada pada Point of Common Coupling (PCC ) atau
titik sambung bersama, sedangkan IL adalah arus beban fundamental.
Batas distorsi arus yang diakibatkan harmonisa yang diijinkan oleh
IEEE 519-1992 ditunjukkan pada Tabel 2.2 berikut ini
Tabel 2.2 Batas distorsi arus yang diakibatkan harmonisa menurut IEEE 519-1992
14
Tabel 2.3 Batas distorsi tegangan yang diakibatkan harmonisa menurut IEEE
519-1992
Distorsi
Tegangan Individu
THD
69 kV dan dibawah
3.0%
5.0%
69.001 kV-161 kV
1.5%
2.5%
Diatas 161 kV
1.0%
1.5%
15
16
Tabel 2.4 Dampak harmonisa pada berbagai peralatan sistem tenaga listrik.
Peralatan
Konduktor
Dampak Harmonisa
Akibat
Rugi-rugi dielektrik
meningkat
Menambah thermal stress
Transformator
Harmonisa tegangan
menyebabkan tegangan
transformator meningkat dan
penekanan pada isolasi
Pemanasan pada
transformator
Mengurangi umur operasi
Daya mampu menurun
Arus netral meningkat
Kesalahan pembacaan
Mesin berputar
Harmonisa tegangan
menghasilkan medan magnet
berputar pada kecepatan sesuai
frekuensi harmonisa
Mengurangi effisiensi
Getaran mekanik bising
Peningkatan rugi-rugi inti dan
tembaga pada kumparan stator
dan rotor
Alat ukur
elektromekanik
Harmonisa menghasilkan
penambahan torsi pada
piringan yang dapat
menyebabkan operasi tidak
sesuai karena peralatan
dikalibrasi pada frekuensi
dasarnya
Kesalahan pembacaan
17
Jaringan
telekomunikasi
Menimbulkan interferensi
pasa saluran komunikasi
radio, telepon
18
cukup menekan harmonisa pada biaya yang paling rendah dan mensuplai
beberapa daya reaktif, tapi tidak semua yang diperlukan.
Prosedur umum dalam menganalisis harmonisa adalah sebagai berikut :
1. Mengidentifikasi kondisi harmonisa
2. Mendesain skema filter untuk menekan harmonisa
3. Menganalisis unjuk kerja filter
Beberapa metode yang digunakan untuk mengatasi masalah
harmonisa adalah kompensasi fluks magnektik ( Magnetic flux compensation),
injeksi harmonik (harmonic injection), shunt filter, injeksi riak DC ( D.C.
ripple injection).
Ada dua jenis filter, yaitu filter aktif dan filter pasif. Filter pasif
banyak digunakan di industri. Namun, filter ini memiliki beberapa kelemahan,
terutama filter pasif tergantung pada impedansi sumber sistem tenaga,
frekuensi sistem dan toleransi komponen. Lebih jauh, filter ini menarik
harmonik dari beban lain dalam sistem. Maka dirancanglah filter aktif untuk
mengurangi harmonisa selain menggunakan filter pasif yang masih memiliki
beberapa kekurangan.
2.2.1 Filter Aktif
Filter aktif adalah suatu perangkat elektronik yang dapat memperbaiki
kualitas daya yang dikirimkan dari sumber ke beban. Filter sistem tenaga listrik
biasanya terdiri dari filter aktif dan filter pasif. Menurut Izhar et al, pemakaian
filter aktif pada sistem tenaga listrik lebih fleksibel daripada filter pasif karena
dari segi penggunaan dan unjuk kerja (performance) filter aktif lebih
ekonomis.
Untuk mengurangi permasalahan yang ditimbulkan oleh kualitas daya
pada sistem tenaga tergantung pada koneksi filter aktif yang diperlihatkan pada
tabel 2.4.
19
Tabel 2.5 Aplikasi filter aktif tergantung pada permasalahan kualitas daya
Koneksi
Filter Aktif
Sumber Permasalahan
Efek Beban terhadap Suplai
Arus Bolak Balik
~ Flicker Tegangan
Seri
Seri Shunt
~ Tegangan Sag/Swell
~ Distorsi Tegangan
~ Flicker Tegangan
~ Tegangan Notching
~ Flicker Tegangan
~ Tegangan Sag/Swell
~ Distorsi Tegangan
~ Flicker Tegangan
~ Tegangan Notching
~ Flicker Tegangan
pengatur modulasi lebar pulsa tegangan atau arus yang disebut Pulse Witdh
Modulation Voltage Source Inverter (PWM VSI) atau Current Source Inverter
(CSI) yang dihubungkan ke level sistem tegangan rendah dan juga tegangan
tinggi tergantung pada permasalahan kualitas daya. Menurut Akagi pada
dasarnya filter aktif dalam sistem tenaga dibagi dalam 2 topologi yaitu topologi
20
secara paralel disebut Shunt Active Filter dan secara seri disebut Series Active
Filter.
2.2.2 Filter Aktif Paralel (Shunt Active Filter)
Prinsip dasar filter aktif paralel adalah menyaring arus harmonisa
dengan menghasilkan arus filter kompensasi (ifilter) yang berbanding secara
terbalik arus harmonisa beban (ibeban). Saat fasa arus filter aktif shunt dan fasa
arus beban mempunyai fasa yang sama ataupun fasanya berlawanan pada
frekuensi harmonisa maka kedua fasa akan saling meniadakan sehingga jumlah
vektor arus menjadi nol pada suplai arus (i suplai) di Point of Common Coupling
(PCC) sehingga arus suplai mendekati sinusoidal, seperti diperlihatkan pada
gambar 2.4 dan gambar 2.5 merupakan topologi filter aktif paralel (Shunt) dan
bentuk gelombangnya.
21
Gambar 2.5 Bentuk gelombang setelah dipasang filter aktif paralel, arus
sumber, arus beban non liniear dan arus kompensasi.
Sumber : chapter II, Universitas Sumatera Utara
22
23
Saklar
Waktu
S1
S6
0-60o
S2
S1
o
60 -120o
S3
S2
120o-180o
S4
S3
180o-240o
S5
S4
240o-300o
S6
S5
300o-360o
Gambar 2.8 Bentuk Gelombang Arus Fasa dengan Tegangan Garis pada Inverter 3
Fasa Persegi
Sumber : Rusadi, Anugrah Rahman. 2013. Inverter.
2.
3.
4.
menggunakan
logika
fuzzy,
biasanya
komputansi
satu (1), yang berarti bahwa suatu item menjadi anggota dalam suatu
himpunan, atau
25
nol (0), yang berarti bahwa suatu item tidak menjadi anggota
dalam suatu himpunan.
Tetapi penggunaan himpunan crisp untuk menyatakan suatu
keanggotaan terkadang sangat tidak adil, adanya perubahan kecil saja pada
suatu nilai mengakibatkan perbedaan kategori yang cukup signifikan. Contoh
jika variabel umur dibagi menjadi 2 kategori yaitu umur < 40 tahun disebut
muda dan umur 40 disebut tua, maka bagaimana jika seseorang berusia 40
tahun kurang 1 hari.
Himpunan fuzzy digunakan untuk mengantisipasi hal tersebut.
Seberapa besar eksistensi dalam suatu himpunan dapat dilihat pada nilai
keanggotaannya.
1.
Fuzzifikasi
Proses ini berfungsi untuk merubah suatu besaran analog menjadi fuzzy
input. Prosesnya adalah :
1.
2.
3.
4.
1. Kurva Linier
b
a
xb
ab
(2.17)
2. Kurva segitiga
27
(2.18)
3. Kurva Trapesium
(2.19)
2.
Evaluasi Rule
Proses ini berfungsi untuk untuk mencari suatu nilai fuzzy output
dari fuzzy input. Prosesnya adalah suatu nilai fuzzy input yang berasal dari
proses fuzzifikasi kemudian dimasukkan kedalam sebuah rule yang telah
dibuat untuk dijadikan sebuah fuzzy output.
Ini merupakan bagian utama dari fuzzy, karena disinilah sistem akan
menjadi pintar atau tidak. Jika tidak pintar dalam mengatur rule (basis
aturannya) maka sistem yang akan dikontrol menjadi kacau.
28
Defuzzifikasi
Defuzzifikasi merupakan cara untuk mendapatkan nilai tegas dari
nilai fuzzy secara representatif. Secara mendasar defuzzifikasi adalah
pemetaan dari ruang aksi kendali fuzzy yang didefinisikan dalam semesta
pembicaraan keluaran ke dalam ruang aksi kendali nyata (non-fuzzy).
Proses ini berfungsi untuk menentukan suatu nilai crisp output.
Prosesnya adalah sebagai berikut: suatu nilai fuzzy output yang berasal dari
evaluasi rule diambil kemudian dimasukkan ke dalam suatu fungsi
keanggotaan keluaran (membership function output). Besar nilai fuzzy
output dinyatakan sebagai degree of membership function output. Nilainilai tersebut dimasukkan ke dalam suatu rumus untuk mendapatkan hasil
akhir yang disebut crisp output. Crisp output adalah suatu nilai analog
yang akan kita butuhkan untuk mengolah data pada sistem yang telah
dirancang.
29