Anda di halaman 1dari 4

1

Definisi
Kalazion adalah peradangan granulomatosa kelenjar meibom yang
tersumbat, sehingga mengakibatkan pembengkakan yang tidak sakit pada
mata. Pada kalazion terjadi penyumbatan kelenjar meibom dengan infeksi
ringan yang mengakibatkan peradangan kronis. Awalnya dapat berupa
radang ringan disertai nyeri tekan yang mirip hordeolum, dibedakan dengan
hordeolum karena tidaka adanya tanda- tanda radang akut (Sullivan et all,
2002).
Epidemiologi
Kalazion bisa terjadi pada semua umur, kasus pada anak- anak mungkin
juga bisa terjadi. Pengaruh hormonal terhadap sekresi sabaseous dan
viskositas mungkin menjelaskan terjadinya penumpukan pada masa
pubertas dan selama kehamilan.
Etiologi
Beberapa literatur menyebutkan bahwa penyebab kalazion adalah
idiopatik (Sullivan et al, 2002), tetapi ada yang menyebutkan bahwa
penyebabnya adalah berhubungan dengan blefaritis kronik. Blefaritis
adalah peradangan palpebra dengan gejala utama tepi kelopak meradang
yang disebabkan oleh infeksi dan alergi yang berjalan kronis atau menahun.
(Ilyas, 2009)
Kalazion mungkin timbul spontan disebabkan oleh sumbatan pada
saluran kelenjar atau sekunder dari hordeolum internum. Kalazion
dihubungkan dengan seborrhea, chronic blepharitis, dan acne rosacea.
(Lang, 2000)
Patofisiologi
Kalazion memiliki gejala adanya benjolan pada kelopak mata, tidak
hiperemi, tidak ada nyeri tekan, dan adanya pseudoptosis. Kelenjar
preaurikuler tidak membesar. Kadang-kadang mengakibatkan perubahan

bentuk bola mata akibat tekanan dari kalazion tersebut sehingga terjadi
kelainan refraksi pada mata.(Ilyas, 2009)
Kerusakan lipid yang mengakibatkan tertahannya sekresi kelenjar,
kemungkinan karena enzim dari bakteri, membentuk jaringan granulasi dan
mengakibatkan inflamasi. Proses granulomatous ini yang membedakan
antara kalazion dengan hordeolum internal atau eksternal (terutama proses
piogenik

yang

menimbulkan

pustul),

walaupun

kalazion

dapat

menyebabkan hordeolum, begitupun sebaliknya. Secara klinik, nodul


tunggal (jarang multipel) yang agak keras berlokasi jauh di dalam palpebra
atau pada tarsal.
Gejala Klinis
Pasien biasanya datang dengan riwayat singkat adanya keluhan pada
palpebra baru-baru ini, diikuti dengan peradangan akut (misalnya merah,
pembengkakan, perlunakan). Seringkali terdapat riwayat keluhan yang
sama pada waktu yang lampau, karena kalazion memiliki kecenderungan
kambuh pada individu-individu tertentu.
Kalazion lebih sering timbul pada palpebra superior, di mana jumlah
kelenjar Meibom terdapat lebih banyak daripada palpebra inferior.
Penebalan dari saluran kelenjar Meibom juga dapat menimbulkan disfungsi
dari kelenjar Meibom. Kondisi ini tampak dengan penekanan pada kelopak
mata yang akan menyebabkan keluarnya cairan putih seperti pasta gigi,
yang seharusnya hanya sejumlah kecil cairan jernih berminyak.
Gejala klinis dari kalazion menurut Prof. Sidharta Ilyas (2009) adalah:
-

benjolan pada kelopak mata

tidak hiperemi

tidak ada nyeri tekan

pseudoptosis

tidak ada pembesaran kelenjar preaurikuler

kadang- kadang terjadi kelainan refraksi pada mata, karena


penekanan yang mengakibatkan perubahan bentuk bola mata

pada anak muda diabsorbsi spontan

Diagnosa
Diagnose kalazion yaitu dengan melakukan anamnesa identitas, keluhan
dari kalazion yang disebutkan sebelumnya, riwayat penyakit sekarang,
riwayat penyakit sebelumnya, riwayat penyakit keluarga, riwayat
pengobatan, dan riwayat kebiasaan. Setelah dilakukan anamnesa dilakukan
pemeriksaan mata seperti visus, tekanan intra ocular, kedudukan bola mata,
pergerakan, palpebra, konjungtiva, sclera, kornea, camera okuli anterior,
iris, pupil, serta lensa.
Pemeriksaan

laboratorium

jarang

diminta,

tetapi

pemeriksaan

histologist menunjukkan proliferasi endotel asinus, dan respon radang


granulomatosa yang melibatkan sel- sel kelenjar jenis Langerhans. Biopsi
diindikasikan pada kalazion berulang karena tampilan karsinoma kelenjar
meibom dapat mirip tampilan kalazion.(Sullivan et all, 2002)

DAFTAR PUSTAKA

Ilyas, Sidarta. 2009. Ilmu Penyakit Mata, Edisi ketiga. Jakarta : FKUI press
Ilyas, Sidarta. 2009. Ikhtisar Ilmu Penyakit Mata. Jakarta : FKUI press
Kanski JJ. 2009. Clinical Ophthalmology A Synopsis. ButterworthHeinemann, Boston.
Lang G. 2000. Ophthalmology A Short Textbook. Thieme. Stuttgart
New York.
Vaughan D. 2009. Opthalmologi Umum. Edisi 17. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai