BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 31 Mei sampai dengan 7 Juni 2011, di
Panti Sosial Tresna Werdha Gau Mabaji kabupaten Gowa. Jumlah populasi dalam
penelitian ini adalah 21 orang tapi yang memenuhi kriteria inklusi hanya 20 orang,
pengambilan sampel menggunakan purposive sampling yang mana jumlah sampel
yang menjadi subjek penelitian ini adalah 20 sampel masing-masing 10 untuk
kelompok kontrol dan 10 untuk kelompok kasus.
Dalam penelitian ini peneliti membagi sampel dalam dua kelompok yaitu
kelompok lansia sebagai kontrol dan kelompok lansia sebagai kasus. Pada kelompok
kasus diberikan intervensi tekhnik relaksasi Benson sedangkan kelompok kontrol
tidak diberikan intervensi tekhnik relaksasi Benson.
Pada kedua kelompok diawali dengan observasi pemenuhan kebutuhan tidur
sebelum intervensi Tekhnik Relaksasi Benson. Setelah dilakukan intervensi Tekhnik
Relaksasi Benson pada lansia sebagai kelompok kasus, kedua kelompok di observasi
kembali Pemenuhan kebutuhan tidurnya.
Setelah data terkumpul peneliti melakukan pengolahan data meliputi editing,
koding dan tabulasi. Dari hasil uji stastistik tersebut dapat diketahui ada tidaknya
signifikansi terhadap variabel sebelum dan sesudah diberikan teknik relaksasi benson
pada kelompok perlakuan maupun pada kelompok kontrol yang didukung dengan
data kuantitatif.
A; Hasil Penelitian
1; Analisis Univariat
Distribusi frekuensi responden berdasarkan Jenis Kelamin, Pendidikan,
Umur, Status Perkawinan, Lama Menghuni Panti, Pekerjaan sebelum masuk
panti, Agama, dan Lama Tidur dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 5.1
Distribusi frekuensi responden berdasarkan Jenis Kelamin di Panti Unit
Pelayanan Sosial Werdha Gau Mabaji Gowa bulan juni 2011.
Jenis Kelamin
Laki-Laki
Perempuan
n
7
13
Total
%
35%
65%
Dari tabel 5.1 dapat dilihat bahwa frekuensi responden berdasarkan jenis
kelamin menunjukkan sebagian besar responden dengan jenis kelamin
perempuan sebanyak 13 orang (65%), dan sisanya adalah laki-laki dengan
jumlah 7 orang (35%).
Tabel 5.2
Distribusi frekuensi responden berdasarkan Pendidikan di Panti Unit
Pelayanan Sosial Tresna Werdha Gau Mabaji Gowa bulan juni 2011.
Pendidikan
Tidak Sekolah
SD
SMP
SMA
Total
n
13
3
1
3
%
65%
15%
5%
15%
Tabel 5.3
Distribusi frekuensi responden berdasarkan umur di Panti Unit Pelayanan
Sosial Tresna Werdha Gau Mabaji Gowa bulan juni 2011
Umur
60-74 Thn
75-90 Thn
> 90 Thn
Total
n
8
12
0
%
40%
60%
0%
Dari tabel 5.3 dapat dilihat bahwa frekuensi responden berdasarkan umur
menunjukkan bahwa yang berumur 60-74 tahun sebanyak 8 orang (40%), 7590 tahun 12 orang (60%).
Tabel 5.4
Distribusi frekuensi responden berdasarkan status perkawinan di Panti Unit
Pelayanan Sosial Tresna Werdha Gau Mabaji Gowa pada bulan juni 2011
Status Perkawinan
Tidak Kawin
Janda/duda
Kawin
Total
n
3
15
2
%
15%
75%
10%
Dari tabel 5.4 dapat dilihat bahwa frekuensi responden berdasarkan status
perkawinan menunjukkan 3 orang tidak kawin, 15 orang janda atau duda, 2
orang kawin.
Tabel 5.5
Distribusi frekuensi responden berdasarkan lama menghuni panti di Panti
Unit Pelayanan Sosial Tresna Werdha Gau Mabaji Gowa bulan juni 2011
Lama menghuni panti
0-5 Thn
6-10 Thn
> 10 Thn
Total
n
10
4
6
%
50%
20%
30%
Dari tabel 5.5 dapat dilihat bahwa frekuensi responden berdasarkan lama
menghuni panti 0 5 tahun sebanyak 10 orang (15%), 6 10 tahun sebanyak
4 orang (20%), lebih dari 10 tahun 6 orang (30%).
Tabel 5.6
Distribusi frekuensi responden berdasarkan pekerjaan sebelum masuk Panti
Unit Pelayanan Sosial Tresna Werdha Gau Mabaji Gowa bulan juni 2011
Pekerjaan Sebelum Masuk Panti
Tidak bekerja
Petani
Wiraswasta
Lain-Lain
Total
n
6
9
2
3
%
30%
45%
10%
15%
Total
n
18
%
90%
Kristen
10%
Dari tabel 5.7 diatas menunjukkan bahwa responden yang agama islam
sebanyak 18 orang (90%), dan kristen 2 orang (10%).
Tabel 5.8
Distribusi frekuensi responden berdasarkan lama tidur pada kelompok
perlakuan dan Kontrol di Panti Unit Pelayanan Sosial Tresna Werdha Gau
Mabaji Gowa bulan juni 2011.
Lama Tidur
3-4 Jam
4-5 Jam
Total
n
13
7
%
65%
35%
Dari tabel 5.8 diatas dapat dilihat bahwa lama tidur 3 4 jam pada
kelompok perlakuan sebanyak 8 orang (40%), 4 5 jam 2 orang (10%),
sedangkan pada kelompok kontrol lama tidur 3 4 jam sebanyak 5 orang
(25%), 4 5 jam sebanyak 5 orang (25%).
2;
Analisis Bivariat
=0,05
Dari tabel 5.9 dapat diperoleh informasi bahwa pada responden untuk
kelompok kontrol antara pretest dan postest tetap sama yaitu 1 responden
(10%) yang terpenuhi kebutuhan tidurnya dan 9 responden (90%) yang tidak
terpenuhi, sementara pada kelompok kasus sebelum intervensi Tekhnik
Relaksasi Benson didapatkan 2 responden (20%) yang terpenuhi kebutuhan
tidurnya dan 8 responden (80%yang tidak terpenuhi, sedangkan setelah
pemberian intervensi Tekhnik Relaksasi Benson seluruh responden telah
terpenuhi kebutuhan tidurnya.
B; Pembahasan
dan
peningkatan
pengetahuan
dari
lansia
yang
dapat
Dari tabel 5.9 menunjukkan adanya pengaruh yang kuat dari teknik
relaksasi benson terhadap pemenuhan kebutuhan tidur pada lansia yang
ditunjukkan oleh hasil statistik T-Test Sample Paired dengan nilai
signifikansi (p=0,000) pada kelompok kasus. Sedangkan pada kelompok
kontrol diperoleh nilai signifikansi = 0.168 (>0,05) sehingga dapat
disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan rata-rata antara postest dan pretest
pada kelas kontrol. Dari kesimpulan ini, maka dapat dikatakan bahwa
terdapat pengaruh yang positif dan signifikan teknik relaksasi benson
terhadap pemenuhan kebutuhan tidur pada lansia di Panti Sosial Tresna
Werdha Gau Mabaji Kabupaten Gowa. Pada kelompok perlakuan setelah
lansia diberikan teknik relaksasi terjadi peningkatan menjadi lebih baik
dibandingkan dengan kelompok yang tidak diberikan teknik relaksasi.
Berdasarkan dari konsep dasar relaksasi merupakan suatu keadaan rileks
dimana seseorang dalam keadaan sadar namun rileks, tenang, istirahat
pikiran, otot otot rileks dan pernafasan dalam yang teratur. Keadaan ini
menurunkan rangsangan dari luar terhadap formatio reticuler. Perangsangan
pada nuklei reticuler non spesifik yang mengelilingi thalamus dan nuklei
dalam yang difus sering mampu mencetuskan gelombang dalam sistem
thalamokortikal. Dengan relaksasi maka proses pernafasan, ventilasi, difusi
dan perfusi menjadi terkontrol. Adanya pemusatan fikiran maka impuls dari
stresor negatif bisa dialihkan sehingga secara tidak langsung akan membantu
dalam menjaga keseimbangan homeostasis tubuh melalui jalan HPA Axis,
10
yang dapat merangsang produksi kortisol dalam batas normal. Kortisol yang
normal akan menciptakan keseimbangan neurotransmitter tubuh yang
bermuara pada keseimbangan homeostasisnya. (Guyton,1997).
Selain itu untuk dapat menenangkan hati dan memusatkan pikiran
ditinjau dari pandangan islam yaitu dapat dilakukan dengan banyak
membaca
Al-Quran
dan
memperbanyak
dzikir.
Karena
dengan
Terjemahannya:
...Ingatlah, hanya dengan mengingat Allahlah hati menjadi
tenang.
Orang-orang yang mendapat petunjuk Ilahi dan kembali menerima
tuntunan-Nya, sebagaimana disebut pada ayat yang lalu itu adalah orangorang yang beriman dan hati mereka menjadi tentram setelah sebelumnya
bimbang dan ragu. Ketentraman itu yang bersemi didada mereka disebabkan
karena dzikrullah, yakni mengingat Allah, atau karena ayat-ayat Allah yakni
Al-Quran yang sangat memesona kandungan dan redaksinya. Sungguh!
Camkanlah bahwa hanya dengan mengingat Allah, hati menjadi tentram.
Orang-orang yang beriman dan beramal saleh, seperti yang keadaannya
seperti itu, yang tidak akan meminta bukti-bukti tambahan dan bagi mereka
11
itulah kehidupan yang penuh dengan kebahagiaan didunia dan diakhirat dan
bagi mereka juga tempat kembali yang baik yaitu surga.
Kata dzikr/zikir pada mulanya berarti mengucapkan dengan lidah.
Walaupun makna ini kemudian berkembang menjadi mengingat. Namun
demikian, mengingat sesuatu sering kali mengantar lidah menyebutnya.
Demikina juga menyebut dengan lidah dapat menghantar hati untuk
mengingat lebih banyak lagi apa yang disebut-sebut itu. Kalua kata
menyebut dikaitkan dengan sesuatu, apa yang disebut itulah namanya.
Karena itu ayat diatas dipahami dalam arti menyebut nama Allah.
Selanjutnya, nama sesuatu terucapkan apabila ia teringat disebut sifat,
perbuatan maupun peristiwa yang berkaitan dengannya. Dari sini Dzikirillah
dapat mencakup makna menyebut keagungan Allah, surga atau nerakanya,
rahmat dan siksa Nya, atau perintah dan larangan Nya, dan juga wahyuwahyu Nya.
Dengan mengingat Allah, maka timbullah tawakkal dan penyerahan
diri kita kepada Allah. Allah SWT telah berpesan yaitu jangan menyembah
selain dari padaNya. Ini berarti kita disuruh berdoa hanya kepada Allah yang
Maha Esa dan dilakukan secara berkelanjutan. Kita sebagai manusia
biasanya tidak terlepas untuk berhadapan dengan ujian dalam hidup.
Semuanya itu adalah ujian dari pada Allah yang Berkuasa untuk menguji
keimanan kita sebagai hambaNya. Oleh karena itu, sudah seharusnya kita
berprasangka baik terhadap Allah dan janganlah menyalahkanNya jika
12
terjadi sesuatu pada diri kita. Kita juga harus percaya bahwa tentu ada
hikmah dibalik permasalahan yang menimpa kita. Dengan bertawakal
kepadaNya apapun penyakit yang diderita akan dapat dihadapi. Begitupun
pada lansia yang kebutuhan tidurnya tidak terpenuhi dapat memperbanyak
berdzikir guna menenangkan hati dan pikirannya. .
Pernafasan yang panjang dapat memberikan energi yang cukup,
karena pada waktu menghembuskan nafas mengeluarkan karbondioksida
(C02) dan saat menghirup nafas panjang mendapatkan oksigen (O2) yang
sangat diperlukan tubuh untuk membersihkan darah dan mencegah
kerusakan jaringan otak akibat kekurangan oksigen (hipoksia). (Martha
Davis, 1995; Achir Yani S. Hamid, dkk,1995).
Pada waktu tarik nafas panjang otototot dinding perut (rektus
abdominalis, transversus abdominalis, internal dan eksternal oblique)
menekan iga bagian bawah ke arah belakang serta mendorong sekat
diafragma ke atas dapat berakibat meninggikan tekanan intra abdominal,
sehingga dapat merangsang aliran darah baik pada vena cava inferior
maupun aorta abdominalis, mengakibatkan aliran darah (vaskularisasi)
menjadi meningkat ke seluruh jaringan tubuh terutama organ organ vital
seperti otak. (Sudarsono, 1995).
Pemberian latihan teknik relaksasi benson sangat membantu dalam
memenuhi kebutuhan tidur lansia dimana lansia tersebut mengalami
kesulitan dalam memulai tidurnya apalagi bila lansia tersebut mengalami
13