Anda di halaman 1dari 14

INTERNALISASI

NILAI-NILAI

PERJUANGAN

PASARIBU DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI


Makalah

Disusun Oleh :

Forum Pengurus Karang Taruna


(FPKT)
Kelurahan...............

KAPTEN

BONGSU

BAB I
PENDAHULUAN
1.

Sejarah Permasalahan

Kapten Bongsu Pasaribu adalah putra pasangan suami istri Raja


Pandapotan Pasaribu dan Barita Mopul br. L. Lahir pada tanggal 15 Juni
1923, di Desa Hutagodang.Pasangan ini memiliki dua anak laki laki yakni
Raja Johannes Pasaribu (Yang Saat Sebelum Dibunuh Masih Menjabat
Kepala Kampung) dan Bongsu Pasaribu (Yang Saat Sebelum Dibunuh
Masih Komandan Harimau Mengganas Tapanuli Berpangkat Kapten).
Kedua kakak adik kandung itu gugur di medan perang untuk
mempertahankan Kemerdekaan Indonesia. Setelah Kapten Bongsu
Pasaribu tewas di penggal, besoknya giliran abangnya, Raja Johannes
Pasaribu tewas ditembak persis di kepalanya, setelah ditangkap dan
diintrogasi oleh tentara belanda. Mayatnya di makamkan di halaman
rumahnya, di Desa Hutagodang hingga sekarang.
1.1

Masa Remaja Kapten Bongsu Pasaribu


Pada zaman penjajahan Kolonial Belanda, sangat jarang ada

penduduk pribumi yang dapat duduk dibangku sekolah. Bisa dikatakan


hanya orang-orang tertentu saja atau anak Kapala Nagari dan para
pedagang rempah-rempah. Apalagi untuk bisa mengenyam kejenjang
sekolah H.I.S (Hindia Indhise School) kota Sibolga. Rasanya tidak
mungkin.
Tetapi beruntunglah Kapten Bongsu pada zaman itu karena
memiliki kakak yang bernama Raja Johannes Pasaribu yang baik hati dan
tidak mengenal menyerah dalam memperjuangkan adiknya kandungnya
itu agar menjadi manusia yang terpandang di masyarakat karena masuk
sekolah H.I.S.

Jika hanya berharap dari pekerjaan orangtua yang sebagai petani


rasanya tidak tercapai. Selain fisik. Beliau didukung pula dari materiil yang
mana kedudukan Raja Johannes Pasaribu pada zaman itu (tanggal 3
Maret

Tahun

1932),

telah

dipilih

rakyat

Hutagodang

sampai

kepengangkatan diangkat menjadi pejabat Kepala Kampung Hutagodang.


Sehingga Kapten Bongsu yang dikenal sangat pintar, berkepribadian
pemimpin dan memiliki bakat, membuat di sekolahnya selalu terdepan.
Kepintarannya Kapten Bongsu juga telah dibuktikan dengan tamat
sekolah dari H.I.S Sibolga untuk melanjutkan.
Dari H.I.S. Kapten Bongsu masuk sekolah jenjang lebih tinggi pada
Quick Shcool di Tarutung (Tapanuli Utara) dan dari Quick Shcool beliau
juga tamat sekolah. Setelah mendapat persetujuan kakaknya Raja
Johannes, beliau merantau ke kota kembang Bandung (Jawa Barat) untuk
sekolah tentara disana. Di Bandung beliau ternyata juga mampu masuk ke
Kadester Shcool, hingga bisa tamat.
1.2

Masa Perjuangan Kapten Bongsu Pasaribu


Setelah penjajah tentara Jepang masuk ke tanah air Indonesia.

Oleh sang kakak, Kapten Bongsu disuruh untuk pulang kekampung


halaman di Hutagodang (Sibolga). Di Sibolga, tentara Jepang sangat
memerlukan

tenaga

prajurit

yang

berpengalaman

tentara

untuk

membantu. Maka saat itu Kapten Bongsu terpilih dan oleh tentara Jepang
dia dilatih menjadi tentara Gygun dan hingga mulai menyandang pangkat
sebagai Gyiusoi (Opsir). Singkat cerita berakhir penjajahan Jepang di
negara Indonesia. Pemerintah Republik Indonesia di Jakarta melalui
Presiden Soekarno Hatta menyatakan kemerdekanya yang jatuh pada
Tanggal 17 Agustus Tahun 1945.
Kapten Bongsu kembali aktif lagi berjuang yaitu pada bulan
Nopember Tahun 1945, beliau membentuk Angkatan Pemuda se-kota

Sibolga dan dibawah kepemimpinanya. Saat itu Kapten Bongsu terpilih


menjadi pejabat Komandan Kompani 1 (satu) atau Komandan Kesatuan
Harimau Mengganas Tapanuli yang namanya saat itu adalah T.K.R
(Tentara Keamanan Rakyat). Sekitar waktu satu tahun berjalan yaitu pada
Tahun 1946, T.K.R berubah nama (dilebur) menjadi namanya adalah T.R.I
(Tentara Republik Indonesia) dan Kapten Bongsu dipercaya menjadi
menjabat sebagai Komandan Batalyon II (dua). Hingga akhirnya jabatan
Komandan Batalyon II itu diserahterima kepada bernama Marhasam
Hutagalung. Sementara itu Kapten Bongsu dipercayakan menjabat
sebagai pejabat Staf Resimen III dengan Komandan Pandapotan
Sitompul.
Pada zaman itu. Di daerah seluruh Tapanuli telah dijadikan menjadi
satu Gubernur yang dipimpin oleh Gubernur Militer bernama Dr. Ferdinan
Lumban Tobing, sementara untuk pengamanan daerah daerah
keseluruhan Tapanuli, itu dibagi atas berbagai Sektor pertahanan. Puncuk
pimpinan atau Komandan Sektor I itu dipegang oleh bernama Bejo,
meliputi kekuasaan didaerah Padang Sidempuan (Tapanuli Selatan)
wilayah di Muara Sipongi.
Untuk Komandan Sektor II dipegang bernama Belprit Malau
meliputi kekuasaan didaerah Tarutung (Tapanuli Utara), Komandan Sektor
III dipegang bernama Slamat Ginting meliputi kekuasaan didaerah
Sidingkalang (Tanah Karo), Komanda Sektor IV dipegang bernama
Maraden Panggabean meliputi kekuasaan di daerah Sibolga /Aek Raisan,
( Purn. Jenderal masa orde baru), Komandan Sektor S dipegang bernama
Simanjuntak dan MA Aritonang meliputi kekuasaan didaerah Sibolga, dan
Mobil Brigade bernama Sabar Gultom meliputi daerah Poriaha. Angresi
Ke II Belanda Pada tahun 1947, Negara Belanda kembali melancarkan
Agresi yang ke II di tanah air diseluruh pelosok Indonesia. Untuk masuk
ke daerah daerah termasuk menjajah Kota Sibolga.

Pejabat tertinggi di Tapanuli waktu itu adalah Gubernur Militer


Tapanuli bernama Dr.Ferdinan Lumban Tobing. Dr. Ferdinan Lumban
Tobing bersama Komandan Sektor IV bernama Maraden Panggabean
(yang sekarang Purn. Jenderal di orde baru) langsung mengistruksikan
kepada

semua

Komandan

Raund

untuk

mengatur

pengamanan

didaerahnya masing masing. Komandan Sektor IV Maraden Panggabean


telah membagi Sektor IV Tapanuli yang dipimpinnya. Maka Kapten
Bongsu Pasaribu yang menjadi satu satunya seorang kepercayaan
terpanggil

dan

menjadi

Komandan

Raund

(kesatuan

Harimau

Mengganas) untuk daerah kekuasaan di Sorkam dan Barus (Sibolga).


Sementara Sinta Pohan ditunjuk sebagai Komandan Raund II untuk
wilayah kekuasaan diderah Bonandolok, Komandan Raund III bernama
Bangun Siregar untuk kekuasaan diwilayah daerah Sibolga beserta S.M
Simarangkir.
Komandan Raund IV bernama Parlindungan Hutagalung ditunjuk
didaerah Jalan Tarutung, Komandan Raund V bernama Agus Marpaung
untuk kekuasaan diwilayah daerah Poriaha, Komandan Raund VI
bernama Henneri Siregar untuk wilayah

daerah Jalan Tarutung,

Komandan Raund VII bernama Paul Lumban Tobing untuk wilayah daerah
Sibolga, Komandan Raund A sebagai pengawal Sektor IV oleh P.
Hasibuan , dan Komandan Sektor S, Majit Simanjuntak dan M.A Aritonang
untuk wilayah daerah Sibolga dan Barus Keberadaan tentara Belanda
pada zaman angresi ke II di kota Sibolga, itu bermula ketika mereka
terlebih dahulu melakukan penembakan penembakan dari jarak jauh
melalui pantai lautan Sibolga dengan Kapal Y.T.I Belanda.
Perlawanan sengit pun pecah dengan pasukan tentara pejuang
Indonesia hingga berminggu-minggu lamanya. Namun karena alat
persenjataan pasukan yang pimpinan Maraden Panggabean terbatas.
Pasukan itu terpaksa bersembunyi di hutan untuk menyelamatkan nyawa
masing-masing. Akhirnya tentara Kolonial Belanda dapat memenangkan

peperangan di Kota Sibolga dan memasuki sudut-sudut kota melalui laut


yaitu pada tanggal 24 Desember 1948, itu setelah mereka memukul
mundur para pasukan pejuang kemerdekaan Indonesia. Kapten Bongsu
Pasaribu dengan pasukannya langsung ditugaskan oleh Komandan
Maraden Panggabean zaman itu untuk bergerak menjaga wilayah Barus
dan Sorkam sekitarnya. Beliau beserta pasukan berangkatlah menuju
daerah Sorkam melalui bukit-bukit hutan hingga meneruskan perjalannya
sampai ke Kampung Hutagodang di Kecamatan Sorkam. Kedatangan
Komandan Kapten Bongsu dan pasukanya disambut gembira oleh rakyat
Hutagodang. Beliau juga menyempatkan diri mengunjungi rumah
orangtuanya untuk meminta doa restu dari ibunya.
Disana pasukan beliau membuat satu markas pertahanan yang
bernama Hubangan. Dari tempat pertahanan Hubangan, oleh Komandan
Kapten Bongsu kembali mengatur semua pasukannya yang mana nama
pasukannya itu adalah Kesatuan Harimau Mengganas atau disebut Raund
I, Sektor IV. Selanjutnya mereka menuju daerah Sorkam (kecamatan).
Karena disana beliau sudah mengetahui bahwa ada keberadaan tentara
Belanda.
Adapun diantara anggota-anggota kesatuan Hariamau Mengganas
adalah bernama, Majit Simanjuntak sebagai wakil, Humehe Rambe
(Pengatur Pertahanan). Bernama Gontar Lubis sebagai ajudan dan Staff,
Kanor Samosir, Hombar Tambunan, Padet, Jaimi, Tanjung, Mian
Tambunan, Mauli Panggabean, Bili Matondang, Ayat Tarihoran, Panemet
Pasaribu, Masin Panggabean, Fliang, Kadi HT, Uruk, Mancur, Mancit,
Krisman Marbun, Mahasan Aritonang, Usia Pane, Salmon Nainggolan dan
Kartolo Pasaribu, Pasukan ini dibagi menjadi beberapa seksi dengan
memiliki fungsi dan tanggung jawab yang berbeda beda.
Seksi Perbekalan diantaranya bernama, Dior Nainggolan, Raja
Johanis Pasaribu, Freodolin Purba dan Amit Simatupang yang ada di

pasar Sorkam.dipihak belanda, pasukannya dipimpin Komandan Van Hali


datang dengan membawa tentara Nepis termasuk Simurai dari Kota
Sibolga dengan konvoi besar menuju Sorkam untuk bermarkas. Itu
dilakukan setelah mereka berhasil menguasai Sibolga.
Saat tentara Belanda di daerah Gontingmahe, terjadi perang sengit
antara pasukan Kapten Bongsu dengan pihak lawan, perang ini meluas
hingga ke perkampungan Parlimatohan.
Tapi perang ini mengakibatkan banyaknya korban dipihak indonesia
karena tidak berimbangnya persenjataan antara kedua Pasukan
3. Akhir Perjuanan Sang Kapten
Nasionalisme dan Sikap siap mati menjadi pembeda yang
mengangkat moral Pasukan sang Kapten, hanya ada 2 pilihan merdeka
atau mati, di kampung Harakka

pasukan belanda terus diburu,

Pertempuran yang dimulai sejak pagi hari menimbulkan korban yang tidak
sedikit di pihak musuh, sebagian lari menyelematkan diri. Kapten Bongsu
menduga perang telah usai,

untuk memastikan, Komandan Kapten

Bongsu beserta dua orang prajuritnya memutuskan untuk melihat para


mayat

yang

bergelimpangan.

Beliau

turun

mengadakan

operasi

pembersihan yaitu memeriksa satu persatu mayat tentara musuh akibat


dari pertempuran yang hebat itu. Setibanya mereka disana, masih ada
dua orang lagi dari tentara Belanda yang masih hidup yang segaja
bersembunyi disatu kubangan bekas Kerbau. Dari kubangan kedua
tentara Belanda itu ditemani Tajim Sitanggang (mata mata) Belanda.
Melihat posisi Komandan Kapten Bongsu yang sedang berjalan
kaki saat itulah tentara belanda yang sembunyi di kubangan langsung
melepaskan tembakan kearah Komandan Kapten Bongsu.

Tajim (mata mata) kembali memberitahukan kepada kedua tentara


Belanda itu, bahwa yang mereka tertembak adalah Komandan Kesatuan
Harimau Mengganas, Kapten Bongsu Pasaribu. Tentara itu mengakhiri
hidup Komandan Kapten Bongsu dengan cara yang sadis dan tidak
manusiawi yaitu dengan memenggal lehernya sampai putus dimana waktu
itu pada tanggal 3 Maret 1947.
Kepala

Kapten

Bongsu

Pasaribu

terpisah

dengan

badan,

dipertontonkan kepada rakyat Indonesia. Badannya yang masih tergeletak


ditanah sengaja ditinggal tergeletak begitu saja tempat asal dibunuh.
Setelah Belanda pergi ke Barus, potongan badannys dijemput oleh
pasukan beliau dan dimakamkan dikampung Sijungkang,
Sementara tentara Belanda yang bermarkas di Barus masih terus
mempertontonkan potongan kepala Komandan Kapten Bongsu kapada
para rakyat dan kepada para tahanan. Yang maksud untuk melemahkan
perjuangan pasukan Indonesia di Pasar Barus agar girilyanya melemah.
Potongan kepala ditenteng dalam karung itu dimulai markas di Harakka
sampai ke Kota Barus. Pada hari yang ketiga, potongan beliau
dikuburkanlah di Komplek penjara Barus. Setelah Bongsu Pasaribu gugur
pada tanggal 3 Maret 1949. Maka puncuk pimpinan sebagai Komandan
Round akhirnya dipegang sementara oleh Humahe Rambe dan kemudian
diganti kepada Muliater Simatupang

BAB II
PERMASALAHAN

Bagaimana nilai-nilai perjuangan Kapten Bongsu Pasaribudapat


diinternalisasikan pada saat ini dan akan datang ?
Bangsa ini
Pasaribudengan

memerlukan seseorang seperti Kapten


keberanian,

kesabaran,

dan

Bongsu

pengorbanannya

menghadapi penjajah yang menyengsarakan rakyat. Maka di era saat ini


kita juga memerlukan sosok-sosok yang memberikan harapan di tengah
krisis. Mengubah hambatan menjadi peluang untuk meningkatkan
kapasitas

diri

maupun

memberikan

pengaruh

yang

positif

pada

masyarakat.
Hanya orang-orang yang bermental climbers yang akan mampu
menghadapi setiap rintangan yang dia hadapi. Karena sekali lagi pilihan
itu membutuhkan keberanian, kesabaran, dan pengorbanan di samping
tujuan yang ingin kita capai dengan keyakinan dan aksi yang benar.
Kita perlu sosok-sosok seperti Kapten Bongsu Pasaribuyang memberikan
kita inspirasi untuk berjuang. Sayangnya saat ini kita justru dikenalkan
dengan sosok-sosok yang tidak jelas kepribadiannya.
Lanjutan puisi Chairil Anwar yang berjudul Kapten Bongsu Pasaribu
:
MAJU
Ini barisan tak bergenderang-berpalu
Kepercayaan tanda menyerbu
Sekali berarti
Sudah itu mati
MAJU
Bagimu Negeri
Menyediakan api

Punah di atas menghamba


Binasa di atas ditindas
Sesungguhnya jalan ajal baru tercapai
Jika hidup harus merasai
Maju
Serbu
Serang
Terjang
Semoga kita dapat belajar dari sosok Kapten Bongsu Pasaribuagar
kita

mampu

menghadapi

krisis

yang

terjadi

dengan

nilai-nilai

kepahlawanan beliau yang kita internalisasi.


BAB III
PEMBAHASAN
Kapten

Bongsu

Pasaribumemang

bukanlah

seorang

yang

dikaruniai oleh Tuhan sebuah kelebihan tertentu. Namun, proses belajar


yang kemudian membentuk pribadinya menjadi sosok pemimpin yang
mencintai rakyat dan dicintai oleh rakyat. Dengan itu sebenarnya Tuhan
ingin mengajarkan kepada kita bahwa tidak ada keajaiban tanpa tindakan.
Semuanya butuh keberanian, pengorbanan, dan kesabaran untuk
mencapai kemenangan.
1.

Keberanian
Keberanian, itulah sifat seorang Pahlawan seperti Kapten Bongsu
Pasaribu . Tanpa keberanian inilah tidak mungkin Kapten Bongsu
Pasaribumampu

menghadapi

musuh-musuhnya.

Keberanian

untuk

mengatakan dan bertindak yang salah ada salah dan yang benar adalah

benar. Keberanian merupakan potensi yang dimiliki seseorang yang


tertanam namun juga dapat diasah melalui pembelajaran yang terproses.
Dengan keberanian itulah kemudian memberikan inspirasi bagi
orang-orang lain. Memunculkan naluri kepahlawanan mereka untuk
melanjutkan perjuangan. Naluri inilah yang dimiliki oleh para pahlawanpahlawan untuk menghadapi tantangan-tantangan besar zaman.
Bangsa ini memang membutuhkan figur-figur kepahlawanan yang
dapat membangkitkan naluri kepahlawanan dan keberanian bangsa untuk
menghadapi krisis serta penjajahan yang memang tidak semua orang
menyadarinya secara mendalam. Bukan menunggu monster-monster
datang mengacaukan kota atau menunggu perang dari bangsa lain.
Namun, sebuah tindakan dengan segenap potensi untuk menyelamatkan
bangsa dari krisis multidimensi.
2.

Kesabaran
Tidak ada keberanian yang sempurna tanpa kesabaran. Sebab kesabaran
adalah nafas yang menentukan lama tidaknya sebuah keberanian
bertahan

dalam

diri

seorang

pahlawan. Maka, ulama

kita

dulu

mengatakan, Keberanian itu sesungguhnya hanyalah kesabaran sesaat.


Resiko adalah pajak keberanian. Dan hanya kesabaran yang dapat
menyuplai seorang pemberani dengan kemampuan untuk membayar
pajak itu terus-menerus (Anis matta, 2004).
Kesabaran untuk berjuang bersama rakyat dan tidak tunduk kepada
penjajah Belanda itulah yang mampu membuat kewalahan tentara-tentara
Belanda saat itu selama 5 tahun. Kesabarannya itulah yang tetap mampu
dipertahankan meski di saat-saat banyak ancaman yang diberikan oleh
pihak

pemerintah

Belanda

pada

saat

itu.

Kesabaran

untuk

mempertahankan idealisme kebangsaan untuk melawan penjajah.


Banyak yang kemudian dari pengikutnya yang satu per satu
meletakkan senjata ketika Belanda menawarkan perundingan yang

ternyata

berakhir

dengan

pengasingan

mereka.

Kapten

Bongsu

Pasaributetap pada pendiriannya untuk tidak tunduk kepada Belanda


meski akhirnya tertawan karena taktik licik yang dilakukan oleh pihak
Belanda. Namun, buah dari kesabarannya itu tetap beliau bawa hingga ke
penerusnya dan karya-karyanya.
Hikmahnya adalah dengan kesabaran itulah yang kita butuhkan
untuk mempertahankan prinsip-prinsip hidup yang benar sesuai tuntunan
Illahi bukan sekedar nafsu semata. Tidak sedikit di antara kita yang
kemudian putus asa atau mencari aman saja dari tantangan yang
seharusnya kita hadapi. Kemudian di antara kita pula yang justru mencari
jalan lain yang justru menyesatkannya.
3.

Pengorbanan
Seseorang disebut pahlawan karena timbangan kebaikannya jauh
mengalahkan

timbangan

keburukannya,

karena

kekuatannya

mengalahkan sisi kelemahannya. Jika engkau mencoba menghitung


kesalahan

dan

kelemahannya

itu

tertelan

oleh

kebaikan

dan

kekuatannya.
Akan tetapi, kebaikan dan kekuatan itu bukanlah untuk dirinya sendiri,
melainkan merupakan rangkaian amal yang menjadi jasanya bagi
kehidupan masyarakat manusia (Anis Matta, 2004)
Sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi orang lain.
Keinginan

Kapten

Bongsu

Pasaribuuntuk

menjadi Amirulmukminin

Panotogomo Kalifatullah, pemimpin yang berjuang untuk rakyat sekaligus


agamanya mampu mengalahkan tawaran ayahnya Sultan Hamengku
Buwono III untuk menjadi pejabat di Kraton Yogyakarta Hadiningrat.
Meskipun kesempatan itu terbuka lebar untuk menjadi pejabat
Kraton tetapi Kapten Bongsu Pasaributahu diri bahwa dirinya bukan
putera mahkota. Berbeda dengan orang yang haus kekuasaan yang akan

mungkin tanpa berpikir panjang akan mengambil kesempatan itu. Jika,


orang itu mampu, namun jika tidak maka tunggulah kehancurannya.
Kapten Bongsu Pasaribulebih memilih untuk berjuang untuk
rakyatnya yang telah tertindas dengan mengajarkannya keterampilan
untuk menjaga diri. Karena kondisinya pada saat itu memang rakyat
banyak yang tertindas dianiaya karena kelemahannya. Orang-orang
Belanda menganggap kaum pribumi seperti binatang bodoh yang
memang pantas dianiyaya. Hukum rimba pun berlaku.
Puisi Chairil Anwar tentang Kapten Bongsu Pasaribu :
DIPONEGORO

Di masa pembangunan ini


Tuan hidup kembali
Dan bara kagum menjadi api

Di depan sekali tuan menanti


Tak gentar
Lawan banyaknya seratus kali
Pedang di kanan, keris di kiri
Berselempang semangat yang tak bisa mati

Puisi Chairil Anwar tersebut menggambarkan kerinduan seorang


Chairil Anwar terhadap sosok Kapten Bongsu Pasaribu di masa-masa
pembangunan. Kekaguman seorang Chairil Anwar pada kepahlawanan

Kapten Bongsu Pasaribu yang digambarkannya begitu berani melawan


musuh meski hanya menggunakan keris dan pedang.
Di masa krisis menerpa negara kita begitu banyak permasalahan
yang kemudian muncul, mulai dari masalah individu hingga masalah
dalam masyarakat. Krisis memang akan selalu ada mewarnai kehidupan
suatu bangsa. Karena krisis merupakan bagian dari rencana Tuhan untuk
menyadarkan kita sebagai hamba-Nya, bahwa kita juga sebagai pemimpin
di muka bumi ini.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1.

Keberanian : Kapten Bongsu Pasaribusadar betul akan resikonya


melawan Belanda akan seperti apa. Namun, sekali lagi yang benar
memang harus diperjuangkan dan yang salah perlu disadarkan untuk
kemudian diluruskan.

2.

Kesabaran : kesabaran adalah daya tahan psikologis yang menetukan


sejauh apa kita mampu membawa beban idealisme kepahlawanan, dan
sekuat apa kita mampu survive dalam menghadapi tekanan hidup.

3.

Pengorbanan : kita membutuhkan sosok seperti Kapten Bongsu


Pasaribuuntuk kita tauladani baik dalam semangat maupun kehidupannya.
Sosok yang dapat kita contoh dan mampu menggerakan harapan bangsa

Anda mungkin juga menyukai