Kapal Selam Jerman jenis U-Boat sedang docking di daratan (dry docking)
U-Boat adalah kapal selam andalan angkatan laut Hitler. Kapal selam ini menebar teror di Samudera Atlantik.
Dia mengkaramkan puluhan kapal dagang dan kapal perang milik Sekutu.
Shinatria menduga kapal itu merupakan U-168 dengan tipe IXc/40. Merupakan kapal selam jarak jauh untuk
menjelajah Samudera. Kapal selam itu karam karena ditorpedo.
Penemuan ini pertama kali dan sangat menarik. Baru sekali kita menemukan kapal selam U-Boat, katanya.
Ditemukan Bangkai U-Boat 168 Nazi di Laut Jawa
Bangkai kapal selam Nazi Jerman tipe Unterseeboot atau U-Boat ditemukan di dasar Laut Jawa. Penemuan ini
besar artinya karena memperkuat bukti sejarah Perang Dunia II dan kehadiran sejumlah tentara Jerman di
Indonesia.
Baru pertama ini kita menemukan reruntuhan kapal selam Jerman. Kalau kapal perang sisa perang dunia II
sudah sering, tapi kapal selam apalagi jenis U-Boat baru kali ini, kata Ketua Tim Peneliti Pusat Arkeologi
Nasional Bambang Budi Utomo, Selasa (19/11/13).
Dari data yang kita peroleh, kapal selam U-Boat itu berjenis U-168. Panjangnya 76 meter dengan garis tengah
4,9 meter, kata Bambang.
Arkeolog dan penyelam yang menemukan bangkai U-Boat, Shinatria Adhityatama (25), meyakini saat perang
dunia II, cukup banyak kapal selam Jerman yang lalu lalang di perairan Indonesia.
Dari data kami jumlahnya cukup besar, bahkan mencapai satu armada. Dari Prancis saja dikirim 11 kapal, tapi
yang sampai di Indonesia diperkirakan cuma 5 atau 6. Belum dari pangkalan U-Boat lain karena kita tahu,
pangkalan U-Boat di Eropa ada di beberapa tempat, seperti Norwegia dan lainnya, kata Shinatria, Selasa
(19/11/13) malam.
Penemuan Barang-Barang dan Tengkorak di U-Boat 168
Shinatria Adhityatama (25) tak bisa melukiskan perasaannya saat menyelam memasuki reruntuhan bangkai
kapal selam yang sudah terkubur 70 tahun lamanya di dasar Laut Jawa. Riset arkeolog asal Universitas Gajah
Mada (UGM) selama dua tahun terbayar sudah.
Kapal selam U-Boat kebanggaan Angkatan Laut Nazi Jerman itu ditemukan di dasar laut. Lokasinya 10 jam
pelayaran ke arah timur dari Pulau Karimun Jawa.
Sejumlah bukti yang menguatkan kapal selam merupakan milik Nazi
diperoleh dari reruntuhan itu.
Kini barang-barang dibawa untuk diteliti di Kantor Pusat Arkeologi
Nasional. Sementara bangkai kapal tetap dibiarkan di tempat semula.
Ada 2 buah piring bagian belakang identitas rajawali dan swastika, seperti
dipakai tentara Jerman.
Penampakan bangkai kapal selam yang karam
Selain itu ditemukan baterai, penutup panel listrik dan sakelarnya, juga
suplai sekutu dari Asia Tengara serta membantu Jepang menjaga Samudera Hindia.
Beberapa awak Kapal Selam (Submarine) U-Boat 168 Nazi Jerman sedang digeladak kapal tersebut.
Selain Jerman dan Jepang juga berbagi teknologi militer. Mereka juga diduga berbagi pangkalan kapal selam.
Saat Perang Dunia, diketahui ada pangkalan U-Boat di Pulau Penang, Batavia dan Surabaya.
Jadi mereka melakukan operasi gabungan di Indonesia. Di perairan inilah satu-satunya ada operasi gabungan
angkatan laut Jerman dan Jepang, tutur Shinatria.
U-Boat 168 karam di terpedo Belanda, 6 Oktober 1944
Jika benar itu adalah bangkai U-Boat seri U-168 sesuai pernyataan Ketua Tim Peneliti dari Pusat Purbakala
Nasional Bambang Budi Utomo, maka itu adalah kapal selam yang kandas ditorpedo saat patroli keempatnya.
Dari data situs U Boat Nazi Jerman, seri U-168 keluar dari galangan pada 15 Maret 1941 di Bremen. Setelah itu,
U-Boat tersebut berpatroli di perairan Eropa sebelum dikirim ke Samudera Hindia. Nahas, U-Boat tersebut
karam ditorpedo kapal selam Belanda HrMs Zwaardvisch.
Selama berpatroli, U-Boat U-168 total mengandaskan tiga kapal musuh dengan bobot gabungan 8.008 ton dan
merusak satu kapal musuh berbobot 9.804 ton.
Patroli pertama, U-168 adalah keluar dari Kiel pada 3 Maret 1943 lantas menuju Kattegat dan Skaggerak
sepanjang garis pantai Norwegia. Lewat celah antara Islandia dan Kepulauan Faroe, U-168 masuk ke Samudera
Atlantik dan barat daya Greenland. Dia mencapai Lorient, Prancis pada 18 Mei tahun yang sama.
Sebuah U-Boat Nazi Jerman sedang dihujani peluru dari pesawat sekutu.
Patroli kedua, menuju wilayah Samudera Hindia dengan mampu mengandaskan kapal Inggris SS Haiching
sekitar 130 km barat daya Mumbai (India) pada 2 Oktober 1943. Patroli kedua berakhir di Penang, Malaysia pada
11 November.
Patroli ketiga, U-168 mulai berangkat dari Penang pada 7 Februari 1944. Inilah patroli tersukses U-168. Mereka
mengandaskan kapal antara lain HMS Salviking berbendera Inggris di selatan Srilanka pada 14 November.
Lantas kapal berbendera Yunani Epaminondas Embiricos 210 km utara Maladewa dan terakhir mereka merusak
kapal berbendera Norwegia Fenris tetapi kehabisan torpedo sehingga kapal Norwegia itu selamat sampai
Mumbai.
Patroli keempat, U-168 dilakukan di Laut Jawa hingga kapal selam itu menemui ajal. Berawal dari patroli 5
Oktober 1944 kapal meninggalkan Batavia (sekarang Jakarta).
Dini hari tanggal 6 Oktober 1944, kapal selam itu akhirnya di torpedo
musuhnya dari Belanda yaitu kapal selam Hn.Ms. Zwaardvisch (P-322)
sebuah kapal selam atau Submarine dari kelas-T (T class).
Kapal selam U-168 milik Nazi Jerman itupun akhirnya karam dan
bangkainya baru ditemukan 69 tahun kemudian, pada tahun 2013.
Saat ini sejumlah barang dari kapal selam U-168 milik Nazi Jerman
sudah diangkut untuk diteliti. Namun bangkai kapal bersejarah itu
U-Boat 183 (Type IX-C40) milik Nazi Jerman yang juga tenggelam di Laut Jawa.
Jika benar U-Boat U-183 bersemayam di laut tersebut, maka akan menjadi cerita tersendiri bagi Kapten Fritz
Schneewind, komandan di kapal selam itu. Fritz Schneewind merupakan bangsa Jerman kelahiran Padang,
Sumatera Barat, Indonesia, 10 Apr 1917.
Fritz Schneewind muda kemudian bergabung Kriegsmarine atau Angkatan Laut
Jerman pada tahun 1936.
Dia adalah seorang calon prajurit di Akademi Angkatan Laut di Flensburg dari
Oktober 1939 sampai Agustus 1940.
Selama waktu ini dia juga bertugas di kapal berlayar Leo Schlageter dari Maret
sampai Juni 1940. Dari Agustus to Oktober 1940, Schneewind bertugas di logistik
Kriegsmarine di Boulogne.
Karier makin moncer, hingga dia naik pangkat Kapten dan pada 20 November 1943. Kemudian Schneewind
mengambil komando U-183 di Singapura.
Kapal itu beroperasi di Samudera Hindia sebagai bagian dari kelompok Monsun. Schneewind berhasil
menyelesaikan 4 patroli dengan perahu. Selama patroli ini dia tenggelam atau hancur 3 kapal selama hampir
18.000 ton.
Selama kariernya, Schneewind sudah menenggelamkan lima kapal yang
memiliki total berat 30,052 ton dan satu kapal seberat 6,993 ton.
Pada patroli ke lima, U-183 yang dikomandani Schneewind akhirnya karam
di torpedo kapal selam Amerika USS Besugo (SS-321) dari Kelas Balao
(Balao-class) di Laut Jawa dan akhirnya membuat U-183 tenggelam.
Sisaat tenggelam, U-183 hanya menyisakan satu orang awak yang selamat
dari keseluruhan 55 orang awak buah kapal, pada 23 April 1945 pukul 13.00
WIB.
Dari 55 awak yang tewas itu, termasuk Kapten Schneewind yang tewas pada
usia 28 tahun di negara kelahirannya Netherlands Indies yang akhirnya
bernama Indonesia, tepatnya di Laut Jawa.
U-Boat Nazi Jerman di Indonesia
Tak banyak orang yang mengetahui bahwa selama penjajahan militer Jepang di bumi Indonesia (1942-1945),
beberapa satuan kapal selam Jerman ikut andil disini untuk membantu Jepang dalam peperangannya melawan
Sekutu di Asia (seperti diketahui, Jerman dan Jepang bersekutu melawan Amerika dan kawan-kawan selama
berlangsungnya Perang Dunia II).
Meskipun peranan mereka nyaris dilupakan dan bahkan tak banyak orang yang mengetahuinya, tapi satuan
kapal selam Jerman ini, tak bisa dipungkiri, telah mewarnai salah satu babakan dalam sejarah Indonesia yang
paling kelam.
Pada masa itu, kapal-kapal selam Jerman (U-boat) bersiaga di Samudera Hindia. Itu terjadi dalam Perang Dunia
II. Bagi Jerman, itu merupakan sebuah keputusan politik strategis. Memang, kawasan ini jauh dari Jerman dan
pintu masuk di Selat Malaka, yang memakai Sabang dan Penang sebagai
pelabuhan sandar.
Sebuah Kapal Selam jenis U-Boat sedang merapat di dermaga untuk mengangkut hasil alam.
Untuk mengamankan dan membangun transportasi tertutup, Jerman memodifikasi kapal-kapal selamnya
menjadi kapal kargo. Kapal U-219 yang tadinya berada di Prancis ditarik kembali untuk mengambil lempengan
logam di Timur Jauh. Begitu pula U-180, U-195, dan U-234, yang tadinya dipakai sebagai kapal selam tempur,
dikonversi menjadi kapal selam transportasi barang!
Betapa pentingnya misi transportasi ini dibuktikan dari fakta ketika pada pertengahan musim gugur tahun
1945 dalam saat-saat terakhir kekuasaan Hitler, kapal-kapal selam ini masih berlayar ke Timur Jauh! Namun
kapal-kapal selam U-234, U-874, dan U-875, yang memuat 170 ton merkuri, lempengan logam, dan gelas optik,
tidak pernah kembali ke Eropa dan entah dimana hilang dan karamnya!
Serdadu Jerman Akhirnya Tinggal dan Memiliki Usaha di Indonesia
Bersama dengan kedatangan tentara Jepang ke Indonesia, kembali pula pengaruh Jerman di wilayah ini. Pada
Mei 1943, Angkatan Laut Jerman mendapat persetujuan militer Jepang untuk melakukan usaha dagang di
Indonesia.
Tanah tempat dibangunnya makam tentara Jerman ini mulanya adalah milik dua orang Jerman bersaudara,
yaitu Emil dan Theodor Hellferich.
Mereka membeli tanah seluas 900 hektar di situ dan kemudian dan
membangun pabrik dengan keuntungan dari perkebunan teh. Pabrik
teh yang dibangun di sini dilengkapi dengan kabel pengangkut untuk
membawa daun teh dari perkebunan ke pabrik.
Kakak tertua dari dua bersaudara ini adalah Karl Helfferich, yaitu
mantan wakil perdana menteri di bawah Kekaisaran Jerman-Austria.
Pasukan Jerman merapat dengan U-boat Nazi Jerman.
Jerman.
Invasi Jepang ke Indonesia
Pada 1928, Helfferich bersaudara kembali ke Jerman. Mereka menyerahkan kepercayaan pengelolaan
perkebunan teh itu kepada Albert Vehring dari Bielefeld. Vehring telah banyak berpengalaman dalam mengelola
perkebunan teh di Niugini.
Ketika Jerman menginvasi Belanda pada 1939, pemerintah Belanda menangkapi orang-orang Jerman yang ada
di Indonesia, termasuk Albert Vehring. Perkebunan Helfferich pun diambil alih oleh Belanda.
Di kemudian hari, setelah invasi Jepang ke Indonesia, Vehring berhasil bebas dan pemerintah Jerman
memproklamasikan berdirinya Republik Nias. Fischer, Komisaris perusahaan Bosch, diangkat menjadi perdana
menteri, sedangkan Albert Vehring menjadi menteri luar negeri.
Atas persetujuan Jepang pula, tanah dan vila Helfferischs di perkebunan teh Cikopo dekat Arca Domas
dikembalikan kepada pihak Jerman. Albert Vehring pun kembali ke tempat itu. Daerah perkebunan ini
dijadikan tempat istirahat bagi awak kapal setelah melakukan pelayaran panjang mengelilingi Afrika.
Sisa Serdadu Nazi Jerman Pasca Kemerdekaan di Indonesia
Pada akhir perang, terdapat 250 orang serdadu Jerman di Indonesia yang diangkut dengan kapal selam.
Sementara itu, Perang Kemerdekaan masih berkecamuk antara Indonesia dan Belanda.
Pada waktu itu sejumlah orang di antara mereka (serdadu-serdadu Jerman) yang tewas adalah: tiga perwira
dibunuh oleh orang Indonesia, lima lainnya ada yang meninggal karena sakit dan ada pula yang tertembak
dalam perjalanan kereta api dari Bandung ke Jakarta.
Jadi, delapan orang Jerman tewas selama periode tersebut. Sisanya menyelamatkan diri di pulau Onrust,
sebelum dipulangkan kembali ke Jerman tahun 1946.
Pengamat sejarah militer Jerman di Indonesia, Herwig Zahorka, mengatakan bahwa Letnan Friederich Steinfeld
meninggal di Surabaya akibat disentri dan kurang gizi saat ditawan Sekutu. Keterangan ini diperoleh dari
mantan awak U-195 yang bermukim di Austria, Peter Marl (82 tahun) dan mantan awak U-195 lainnya, Martin
Mller yang datang ke makam tahun 1999.
Sedangkan Letnan Satu Laut Willi Schlummer dan Letnan Insinyur Wilhelm Jens, tewas dibunuh pejuang
kemerdekaan Indonesia dalam Gedung Jerman di Bogor, 12 Oktober 1945. Kemungkinan, mereka disangka
orang Belanda apalagi aksen bahasanya mirip.
Letnan Laut W. Martens terbunuh dalam perjalanan kereta api dari Jakarta ke Bogor. Kopral Satu Willi
Petschow meninggal 29 September, karena sakit saat di Perkebunan Cikopo, serta Letnan Kapten Herman
Tangermann meninggal karena kecelakaan pada 23 Agustus tahun yang sama.
Kendati saat itu terjadi salah sasaran karena disangka orang Belanda, namun kemudian banyak orang Indonesia
mengenali ternyata mereka orang Jerman. Ini kemudian menjadikan hubungan tersebut menjadi
persaudaraan, kata Zahorka, pensiunan direktur kehutanan Jerman, yang bermukim di Bogor dan menikahi
wanita Indonesia.
Indonesia Dipasok Peralatan Perang Oleh Jerman
Salah satu yang tak diketahui orang banyak juga tak tercatat dalam tulisan sejarah adalah pada saat berakhirnya
perang antara Nazi yang bersekutu dengan Jerman melawan Belanda yang bersekutu dengan Amerika dan
Inggris, terjadi suatu pemberian senjata oleh pihak Jerman.
Saat Jerman kalah, masih banyak kapal-kapal Jerman yang masih berada atau akan melintas perairan Indonesia
untuk pulang ke Jerman akibat telah berakhirnya perang tersebut.
Tantara Jerman sedang melaksanakan upacara bendera dengan mengibarkan bendera Nazi di atas kapal selam U-boat.
Akibat Jerman telah kalah perang, maka kapal-kapal Jerman tersebut tidak boleh bersenjata lagi. Namun di
kapal-kapal Jerman yang sedang berlabuh atau sedang melintas perairan Indonesia masih banyak terdapat
amunisi, terpedo, bom dan bahan peledak lainnya. Maka muatan-muatan bahan peledak dan peralatan perang
tersebut diberikan kepada pihak indonesia, secara gratis.
Sedangkan tak berapa lama lagi, pihak Belanda dengan membonceng pasukan sekutu yaitu Inggris dan Amerika,
ingin kembali menguasai Indonesia. Maka terjadilah pertempuran untuk mempertahankan kedaulatan
Indonesia dari rakyat Indonesia setelah tahun 1945.
Untungnya, senjata dan bahan peledak Jerman yang telah diberikan secara gratis dari kapal-kapal itu dapat
menjadi modal untuk membantu membela tanah air Indonesia. Akibatnya pihak Inggris dan sekutunya kalah
saat akan menguasai Indonesia kembali.
Sejarah harusnya mencatat, bahwa satu-satunya negara sejagat yang tak bisa diinvasi oleh Inggris adalah
Indonesia, the one and only. Namun sejarah selalu ditulis oleh sang pemenang perang secara global, dalam hal
ini negara sekutu.
Itulah salah satu keberuntungan Indonesia akibat diberikannya peralatan perang dan alat peperangan lainnya
dari pihak Jerman. Jika tidak, mungkin sejarah tak mencatat bahwa Indonesia berhasil mempertahankan
kedaulatannya.
Semua akibat baiknya pasukan Jerman yang secara tak sengaja mensuplai Indonesia dengan peralatan
perang hasil dari isi kapal-kapal perang Jerman tersebut, termasuk kapal selam-kapal selam U-boat.
Saksi Bisu Kompleks Pemakaman Arca Domas, Cikopo, Bogor
Serdadu-serdadu Jerman yang meninggal di Indonesia dimakamkan di Arca Domas, Cikopo, yang berada di kaki
Gunung Pangrango, Bogor. Di pemakaman tersebut terdapat tugu yang didirikan pada tahun 1926 sebagai
peringatan atas Skuadron Asiatik (Ostasiatischen Beschwader), satuan angkatan laut Jerman pada Perang
Dunia I yang melakukan tugas perang di Samudera Hindia dan Samudera Pasifik.
Pemakaman Cikopo
Padahal, di tempat terpencil itu terbaring jasad sepuluh tentara Angkatan Laut Nazi Jerman (Kriegsmarine)
yang meninggal di Indonesia, sesaat setelah Jepang menyerah pada Sekutu, Agustus 1945.
Luas areal pemakaman yang diteduhi pohon kamboja itu, kira-kira 300 meter persegi. Sekeliling makam
ditumbuhi tanaman pagar setinggi satu meter. Pintu masuknya dihalangi pagar bambu.
Dekat pintu masuk, berdiri tugu peringatan Deutscher Soldatenfriedhof yang dibangun Kedubes Republik
Federal Jerman di Jakarta untuk menghormati prajurit Jerman yang gugur.
Mereka adalah Komandan U-195 Friederich Steinfeld dan awak U-195, Dr Heinz Haake. Lainnya adalah pelaut
Jerman, Willi Petschow, W. Martens, Wilhelm Jens, Hermann Tangermann, Willi Schlummer,
Schiffszimmermann (tukang kayu kapal laut) Eduard Onnen.
Dua nisan terpisah adalah makam tentara tidak dikenal (Unbekannt).
Sebagai penghargaan pada agama tua yang telah ada di Jawa, mereka juga
membangun patung Buddha dan Ganesha di kedua sisi monumen itu.
Mengenai keberadaan dua arca di makam tersebut, Zahorka mengatakan,
arca-arca itu sengaja disimpan sebagai penghormatan kepada budaya warga
setempat.
Warga Kampung Arca Domas, Abah Saad (76 th), seorang saksi hidup
peristiwa penguburan tentara Jerman di kampungnya, Oktober 1945.
Saat itu, usianya 15 tahun. Ia ingat, prosesi pemakaman dilakukan puluhan
tentara Nazi Jerman secara kemiliteran. Peristiwa itu mengundang
perhatian warga.
empat peti mati diusung tentara Jerman, serta sebuah kendi yang katanya
berisi abu jenazah. Tentara Jerman itu berpakaian putih, dengan dipimpin
seorang yang tampaknya komandan mereka karena menggunakan topi pet,
tuturnya.
dari peran penunggu makam, Mak Emma (65) yang dibiayai Kedubes
Jerman dua kali setahun.
Biasanya, setiap tahun ada warga Jerman yang menjenguk makam pahlawan negaranya itu, ujarnya.
Namun, dia kurang tahu sejarah makam itu karena baru diboyong suaminya (pensiunan karyawan Perkebunan
Gunung Mas) 10 tahun lalu. Ia meneruskan pekerjaan suaminya (alm.) menjadi kuncen.
Kini, setiap tahun minggu kedua bulan November, yang merupakan Hari Peringatan (Commemoration Day) di
Jerman, banyak orang Jerman disini yang mempunyai kebiasaan untuk berziarah ke Cikopo dan mengadakan
upacara untuk mengenang korban perang.
Makam itu terletak di lahan Afdeling Cikopo Selatan II Perkebunan Gunung Mas. Dahulu, makam itu dirawat PT
Perkebunan XII (kini PT Perkebunan Nusantara VIII) selaku pengelola Perkebunan Gunung Mas.
Namun sejak beberapa tahun terakhir perawatan makam dibiayai pemerintah Jerman. Lahan yang bersebelahan
dengan makam tadinya areal tanaman teh dan kina. Akan tetapi, tanaman tersebut habis dijarah, beberapa
tahun lalu.
Diangkat Ke Layar Lebar
Hilir mudiknya kapal selam jenis U-boat milik Nazi Jerman di perairan Indonesia bukanlah hisapan jempol. Dari
bukti yang telah ditemukannya bangkai kapal karam Nazi Jerman pada pembahasan diatas, telah membuktikan
bahwa U-boat memang banyak terdapat di perairan Indonesia untuk berpatroli. Hal ini pun diperkuat dengan
diangkatnya kisah tentang U-boat Nazi jerman tersebut ke sebuah film layar lebar.
Walau film tersebut bukanlah kisah menganai U-boat 168 atau U-boat 183 milik Nazi Jerman, tapi film tersebut
berdasarkan dari sejarah dan kisah nyata tentang keberadaan U-boat Nazi Jerman di perairan Indonesia.
Film ini berkisah tentang kapal selam Amrika berhadapan dengan U-boat
https://i0.wp.com
/phimhc.com/images
Film berjudul USS Seaviper (2012), adalah kisah perburuan kapal selam
/film/chienhamngam.jpg
Jerman U-boat 234, oleh USS Seaviper milik Amerika dilepas pantai pulau
Sumatera.
Film tersebut berkisah tentang kapal selam Jerman U-Boat, U-234, dari
Pelabuhan Kiel sedang berusaha membawa bahan-bahan berharga hasil
pertukaran
dengan
Jepang.
USS
Seaviper
harus
menemukan
dan
dengan memborbardir kapal selam U-boat milik Nazi tersebut dari permukaan.
Kerusakan pada kapal selam juga meninggalkan pertanyaan tentang keberlangsungan kapal selam tersebut.
Mereka harus melawan kapal perusak Jepang dan mendapatkan informasi kembali tentang keberadaan kapal
selam U-235 milik Nazi Jerman yang diperoleh dari hasil komunikasi dengan Pearl Harbor.
(alifrafikkhan.blogspot.com/story edited, added: IndoCropCircles)
Sumber lain:
1. Alifrafikkhan.blogspot.com: Nazi Jerman di Indonesia
2. Merdeka.com: Ditemukan Bangkai U-Boat di Laut Jawa
3. Onghokham Runtuhnya Hindia Belanda
4. Tabloid Detak no.83 terbitan 29 Februari-6 Maret 2000
5. Time-Life Books World War II, The Battle of Atlantic
6. Time-Life Books World War II, Rising Sun
7. Vincent J. Esposito The Concise History of World War I
8. id.wikipedia.org
9. mail-archive.com
10. uboataces.com
11. uboat.net
Beri peringkat:
4 Votes
Bagikan ini:
Terkait
Tulisan ini dipublikasikan di Arkeologi Indonesia, Konspirasi Perang, Misteri Indonesia. Tandai permalink.
waw,, cadassss
3
Rate This
Balas