Anda di halaman 1dari 22

PINUS MERKUSII

(Manfaat
Getah Pohon
Pinus (19815132)
(resin)
RIZA LAZUARDI
MUTTAQIN
SILVIA FERDAYANTI LAOLI
(19815130)
Dalam
industri
)
AGUSTINA KRISTIN HANDAYANI (19815131)
DINA DAHLIANA
(19815139)
NURUL RAHMAWATI
(19815152)
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengantar Sains dan Teknologi Hayati

SEKOLAH ILMU DAN TEKNOLOGI HAYATI


INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
2016

DAFTAR ISI

1. BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Tujuan Pembahasan dan Manfaat

2. BAB II

PINUS MERKUSII
2.1 Komoditas Biologi
2.2 Potensi Industri
2.3 Teknologi
2.4 Industri yang ada
2.5 Manajemen
2.6 Pasar
2.7 Kebijakan
2.8 Aspek Sosial Komoditas
2.9 Industri Prospektif

3. BAB III

KESIMPULAN

BAB I
PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang

Hutan adalah suatu kawasan yang didalamnya terdapat berbagai jenis pepohonan dan
tumbuhan. Hutan merupakan salah satu sumber daya alam yang dapat dimanfaatkan oleh
manusia. Produk hutan yang dapat dimanfaatkan oleh manusia yaitu produk kayu dan produk
non kayu. Produk kayu contohnya meubel dan bahan bangunan. Sedangkan produk non kayu
yaitu berupa getah, akar, kulit, daun, dan buah. Produk-produk non kayu tersebut apabila diolah
dengan baik akan menghasilkan nilai jual yang tinggi. Salah satu produk non kayu adalah getah
dari pohon Pinus merkusii Jungh et de Vriese.
Sebelum ditebang habis, pohon pinus dapat disadap untuk diambil getahnya. Getahgetah tersebut dibawa ke pabrik untuk di olah menjadi gondorukem dan terpentin. Gondorukem
selama ini dikenal awam digunakan sebagai bahan proses pembuatan batik dan bahan untuk
melekatkan patri atau solder. Namun, kenyataannya gondorukem mempunyai kegunaan lain
yang bernilai ekonomis tinggi, yaitu untuk pelapis kertas, bahan additive, tinta printing, industri
ban, isolasi alat elektronik, cat, vernis, plastik, sabun, semir sepatu, keramik, lem dan lain lain.
Sedangkan terpentin biasanya digunakan sebagai pelarut untuk mengencerkan cat minyak untuk
bahan campuran vernis yang biasa digunakan untuk mengkilapkan permukaan kayu dan bisa
untuk bahan baku kimia lainnya.
1.2

Tujuan
1. Menjelaskan prospektif industri Getah pohon pinus di Indonesia
2. Menjelaskan aspek-aspek ekonomis dan sosial yang ditimbulkan dari getah pinus di
Indonesia
3. Menjelaskan teknologi terkait yang dibutuhkan dalam pengolahan getah pinus
4. Menjelaskan manajemen dan pasar dari tanaman getah pinus

BAB II
PINUS MERKUSII

2.1

Komoditas Biologi

Tanaman Pinus berasal dari bahasa latin yang bernama Pinus merkusii. Tanaman ini
termasuk famili Pinaceae, tumbuh secara alami di Aceh, Sumatera Utara, dan Gunung
Kerinci. P. merkusii mempunyai sifat pioner yaitu dapat tumbuh baik pada tanah yang kurang
subur seperti padang alang-alang. Di Indonesia, P. merkusii dapat tumbuh pada ketinggian
antara 200-2.000 mdpl. Pertumbuhan optimal dicapai pada ketinggian antara 400-1.500 mdpl.
Penyebaran
P. merkusii tersebar di Asia Tenggara antara lain Burma, Thailand, Vietnam, Laos,
Kamboja, dan Filipina.
P. merkusii atau tusam merupakan satu-satunya jenis pinus asli Indonesia. Di daerah Sumatera,
tegakan pinus alam dapat dibagi ke dalam tiga strain , yaitu :
1. Strain Aceh, penyebarannya dari pegunungan Selawah Agam sampai sekitar Taman
Nasional Gunung Leuser. Dari sini menyebar ke selatan mengikuti pegunungan Bukit Barisan
lebih kurang 300 km melalui Danau Laut Tawar, Uwak, Blangkejeren sampai ke Kotacane.
Di daerah ini tegakan pinus pada umumnya terdapat pada ketinggian 800 2000 mdpl.
2. Strain Tapanuli, menyebar di daerah Tapanuli ke selatan Danau Toba. Tegakan pinus alami
yang umum terdapat di pegunungan Dolok Tusam dan Dolok Pardomuan. Di pegunungan
Dolok Saut, pinus bercampur dengan jenis daun lebar. Di daerah ini tegakan pinus terdapat
pada ketinggian 1000 1500 mdpl
3. Strain Kerinci, menyebar di sekitar pegunungan Kerinci. Tegakan pinus alami yang luas
terdapat antar Bukit Tapan dan Sungai Penuh. Di daerah ini tegakan pinus tumbuh secara
alami umumnya pada ketinggian 1500 2000 mdpl
Menurut catatan, P. merkusii yang ditanam di Indonesia benihnya berasal dari Aceh atau asal
mulanya dari Blangkejeren, sedangkan asal Tapanuli dan Kerinci belum dikembangkan.
Pernah dicoba menanam P. merkusii asal Tapanuli di Aek Nauli, tetapi karena serangan
Milionia basalis akhirnya tidak dilanjutkan pengembangannya. Padahal menurut pengamatan
dengan mata telanjang banyak kelebihan atau perbedaan baik sifat maupun pertumbuhan

pohon dari ketiga populasi tersebut. Tampaknya bentuk pohon yang ada di Aceh lebih
bengkok-bengkok bila dibandingkan dengan yang ada di Tapanuli dan Kerinci.

Kadar terpentin berbeda seperti dalam hal kandungan monoterpenenya. Kadar delta-3carene lebih tinggi dari alpha pinene yang berlawanan dengan keterangan dalam pustaka
selama ini, kecuali untuk Tapanuli. Seandainya diperoleh kadar delta-3-carene yang tinggi di
Tapanuli maka akan tampak adanya variasi klinal menurut garis lintang dari utara ke selatan.
Kadar limonene terdapat lebih tinggi di Tapanuli, demikian pula untuk alpha pinene. Dengan
demikian variasi ekotipik lebih jelas terdapat pada P. merkusii

bahwa komposisi asam

gondorukem pada ketiga populasi yang ditelitinya (Aceh, Tapanuli dan Kerinci) tidak
menunjukkan perbedaan yang nyata dan lain halnya dengan komposisi terpentinnya.
Kandungan alpha pinene dan delta-3-carene sangat tinggi pada ketiga populasi.
Pengetahuan variasi geografis sangat penting dalam rangka pemuliaan suatu jenispohon. Zobel
dan Talbert (1984) mengemukakan bahwa program pemuliaan pohon hampir sebanyak 30
persen gagal karena tidak memperhatikan adanya variasi geografis
Lebih lengkapnya, struktur botani tanaman pinus ialah tersusun sebagai berikut :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Klasifikasi
Divisio
Subdivisio
Classis
Ordo
Familia`
Genus
Spesies

Deskripsi
Habitus
: Tanaman pinus (Pinus merkusii) berperawakan pohon dengan ketinggian
1-40 meter.
Akar
: Sistem perekaran dari Pinus merkusii berupa akar tunggang (radix
primaria).
Batang
: Batang pada Pinus merkusii berupa batang berkayu berbentuk bulat (teres)
dengan permukaan batang beralur (sulcatus). Arah tumbuh tegak lurus (erectus) dengan
percabangan monopodial.
Daun
: Daun
berbentuk jarum dalam berkas terdiri dari 2 daun, pada pangkal berkas dikelilingi oleh
sarung sisik berupa selaput tipis. Duduk daun tersebar (folia sparsa)

: Spermatophyta
: Gymnospermae
: Coniferae
: Pinales
: Pinaceae
: Pinus
: Pinus merkusii

Bunga
: Bunga pada Pinus merkusii berkelamin satu (uniseksualis) berumah satu
(monoecus). Bunga jantan dan betina dalam satu tunas. Bunga jantan berbentuk
strobilus (silindris). Strobilus betina berbentuk kerucut, tumbuh di ujung dahan.
Ujungnya runcing, bersisik dan biasanya berwarna coklat. Pada tiap bakal bijinya
terdapat dua sayap.
Biji : Biji pada Pinus merkusii terletak pada dasar setiap sisik buah, setiap sisik
menghasilkan dua biji, bulat telur dan pipih serta bersayap. Sayap melekat pada biji.

2.2

Potensi Industri

Terpentin adalah getah dari pohon Pinus (Pinus merkusii) yang kemudian diolah menjadi
terpentin. Kegunaan terpentin adalah untuk bahan baku industri kosmetik, minyak cat,
campuran bahan pelarut, antiseptik, kamfer dan farmasi

Gondorukem

dan

terpentin

merupakan senyawa utama yang terkandung dalam getah pinus yang terdiri dari berbagai jenis
asam resin. Asam resin yang banyak terdapat dalam Pinus Merkusi adalah asam abietat, asam
levopimarat, asam palustrat, asam neoabietat, asam tetrahidroabietat, asam pimarat, asam
isopimarat, asam agatat. Selain itu, batang pinus sendiri mengandung beberapa senyawa tanin

dengan meningkatnya standar hidup manusia. Kebutuhan getah sintetik relatif lebih mudah
dipenuhi karena sumber bahan baku relatif tersedia walaupun harganya mahal, akan tetapi
getah alam dikonsumsi sebagai bahan baku industri tetapi diproduksi sebagai komoditi
perkebunan.
Pertumbuhan ekonomi dunia yang pesat pada sepuluh tahun terakhir, terutama China
dan beberapa negara kawasan Asia-Pasifik dan Amerika Latin seperti India, Korea Selatan
dan Brazil, memberi dampak pertumbuhan permintaan getah alam yang cukup tinggi,
walaupun pertumbuhan permintaan getah di negara-negara industri maju seperti Amerika
Serikat, Eropa Barat dan Jepang relatif stagnan.
1. Wilayah Potensi (Industri Pengolahan Getah Pinus)
Sulawesi Selatan memiliki potensi lahan tanaman pinus seluas 69.902 hektare, tetapi
sebagian besar belum digarap karena minimnya minat investor serta kurangnya tenaga
penyadap getah. Kepala Dinas Kehutanan Sulsel Syukri Mattinetta mengatakan lahan
tersebut dihitung berdasarkan potensi penyadapan getah yang berpeluang memasuki pasar
ekspor. Dibanding provinsi lain, ketersediaan lahan di Sulawesi Selatan cukup besar, tetapi
realisasi ekspornya relatif kecil.
Hutan pinus Sulawesi Selatan antara lain terdapat di Kabupaten Tana Toraja seluas 24.064
ha, Gowa 15.126 ha, Bone 10.490 ha, Enrekang 5.400 ha, Maros 4.870 ha, Sinjai seluas
3.792 ha, Soppeng 2.745 ha, dan Pangkep 1.115 ha. Ada juga hutan pinus di beberapa
kabupaten di Sulawesi Selatan yang luasannya kurang dari 1.000 Ha yang juga berpotensi
untuk penyadapan getah pinus.
Dari banyaknya manfaat dari getah pinus, dan besarnya potensi pinus yang terdapat di
Sulawesi Selatan sebagai salah satu daerah yang memiliki hutan tanaman pinus yang sangat
luas, Sulawesi Selatan memiliki potensi menjadi produsen getah pinus terbesar di Indonesia.
Berbekal pengalaman dan jaringan yang kami miliki [sejak tahun 2006], kami
memberanikan diri mendirikan perusahaan yang bergerak di bidang penyadapan pinus di
Sulawesi Selatan.
Pertimbangan mendirikan bendera baru di Sulawesi Selatan karena pertimbangan strategis
dan ekonomis. Selain memberikan tambahan penghasilan bagi masyarakat sekitar hutan,
adanya penyadapan pinus ini, maka keamanan dan kelestarian hutan pinus bisa terjaga.
Berdiri sebagai perusahaan lokal Selawesi Selatan akan memberi ruang gerak yang luwes di
daerah serta dapat mengangkat nama Sulawesi Selatan sebagai daerah penghasil getah pinus
terbesar di Indonesia. Jumlah Pelaku Usaha

Dengan adanya penyebaran lahanlahan penanaman pohon getah hampir di seluruh


provinsi yang ada di Indonesia saat ini akan membantu dalam pemenuhan kebutuhan getah
alami dan pemenuhan industri pengolahan hasil dari pengolahan pohon getah dan ini
membuka peluang kepada investor untuk menanamkan modalnya di perkebunan getah.

2.3

Teknologi

Dalam proses pengolahan Getah Pinus di Pabrik Gondorukem & Terpentin (PGT) Perum
Perhutani, bahan baku industri berupa Getah Pinus (Pinus Merkusii) diproses melalui
beberapa tahapan :
1) Penerimaan & Pengujian Bahan Baku
2) Pengenceran
3) Pencucian & Penyaringan
4) Pemanasan/pemasakan
5) Pengujian& Pengemasan
Gondorukem dan Terpentin merupakan hasil distilasi/penyulingan dari getah Pinus.
Gondorukem berupa padatan berwarna kuning jernih sampai kuning tua. Sedangkan Terpentin
berbentuk cair berwarna jernih serta merupakan pelarut yang kuat.
Proses pengolahan getah menjadi gondorukem pada umumnya meliputi 2 tahapan :
- Pemurnian getah dari kotoran-kotaran
- Pemisahan terpentin dari gondorukem dengan cara distilasi/penguapan.
Proses pemurnian getah.
- pengenceran getah dengan terpentin
- pengambilan/penyaringan kotoran kasar
- pencucian & pemisahan kotoran halus dengan penyaringan maupun pengendapan.
Proses pemisahan gondorukem dari terpentinnya.
- dilakukan dengan pemanasan langsung
- dilakukan dengan pemanasan tidak langsung. (menggunakan uap)
Minyak terpentin termasuk minyak atsiri yang disebut dengan spirits of turpentine berupa
cairan yang mudah menguap, berasal dari hasil penyulingan getah jenis pohon yang tergolong
dalam jenis pinus. Di Indonesia jenis pohon pinus penghasil minyak terpentin hampir
seluruhnya berasal dari pinus merkusi Jungh et de Vr. Minyak terpentin secara garis besar
dibagi menjadi dua jenis yaitu yang dihasilkan dari getah pinus dan yang dihasilkan dari kayu
pohon pinus. Secara umum minyak terpentin dapat diperoleh dengan empat cara, yaitu:

Distilasi getah pinus yang diperoleh dengan menyadap pohon pinus yang masih hidup
(terpentin dari getah).
Ekstraksi potongan-potongan/irisan batang pohon pinus yang tua, dilanjutkan dengan destilasi
(terpentin kayu hasil destilasi uap dan ekstraksi).
Destilasi destruktif, yaitu destilasi terhadap potongan kayu pinus yang berumur tua (terpentin
kayu destilasi destruktif).
Proses sulfat, yaitu pemasakan bubur kayu pinus yang berumur muda (terpentin kayu hasil
proses sulfat).(Sastrohamidjojo, 2004)
Kegunaan Minyak Terpentin Serta Turunannya
Minyak terpentin dapat digunakan dalam berbagai macam bidang industri. Kegunaan minyak
terpentin dapat diuraikan (Wise et al, 1952) sebagai berikut:
Kegunaan minyak terpentin yang paling penting yaitu, minyak terpentin digunakan dalam
industri kimia dan farmasi seperti dalam sintesis kamfer, terpineol dan terpinil asetat.
Minyak terpentin digunakan sebagai tiner/pengencer dalam industri cat dan pengkilap atau
permis.
Kegunaan lain yaitu dalam industri perekat dan pelarut lilin.
Selain kegunaan-kegunaan yang telah disebutkan diatas, ternyata dari terpentin ini bila
diolah lebih lanjut bisa menghasilkan senyawa -pinena dan -pinena yang bernilai tinggi dan
menjadi bahan baku industri parfum, kamfer, dan desinfektan. Selain itu, untuk senyawasenyawa parfum, -pinena dapat pula diolah menjadi senyawa-senyawa lain yaitu: pertama,
dengan oksidasi -pinena menjadi asam pinonat dan bila oksidasinya dilanjutkan menjadi asam
pinat. Asam pinonat dan asam pinat adalah senyawaan yang mengandung asam-2,4-difenilmetil
asetat, yaitu suatu bahan untuk pembuatan hormon tanaman. Kedua, dengan hidrogenasi
katalitik (katalis Ni) pinena menjadi pinana yang kemudian dioksidasi dengan udara menjadi
pinana-hidroperoksida.Pinana-hidroperoksida adalah katalis untuk polimerisasi butadienastirena
pada 500C. Terpentin mengandung pinena sampai 90%, dipergunakan sebagai pelarut dalam
pembuatan cat (Abdulgani, 2002).
Industri Yang Ada
Umumnya minyak atsiri dan resin diekstrak dari bahan mentah dengan cara penyulingan.
Penyulingan adalah proses pemisahan komponen yang berupa cairan atau padatan dari dua
macam atau lebih berdasarkan perbedaan titik uapnya dan proses ini biasanya dilakukan
terhadap bahan yang tidak larut dalam air.
Gondorukem dan terpentin merupakan suatu bahan yang dihasilkan dari penyulingan
getah pinus. Gondorukem merupakan sisa penyulingan sedangkan terpentin merupakan
kondensatnya.
Proses produksi gondorukem dan terpena pada PGT Paninggaran adalah sebagai
berikut:
1.

Penampung Getah

Getah pinus yang dikumpulkan masih banyak mengandung kotoran yang berupa ranting, daun
tanah dan kotoran lainnya. Untuk memudahkan pengolahannya, getah pinus harus dibersihkan
dahulu sebelum dikumpulkan dalam bak penampung getah.
2.

Mixer

Dalam mixer terjadi proses pengenceran getah. Getah dicampur dengan terpentin sebanyak 35%
dari berat getah, air sebanyak 35% dari berat getah dan asam oksalat sebanyak 0,2% dari berat
getah. Proses dalam mixer ini bertujuan agar semua getah, baik cair maupun yang berbentuk
kristal bisa terlarut dengan baik sehingga tidak ada sisa getah yang ikut bersama kotoran.
Pemasakan dalam mixer ini berlangsung sekitar 15 menit pada suhu yang digunakan sekitar
1100C.
3.

Tangki Pengendap

Getah dari mixer dialirkan ke tangki pengendap melalui filter 200 mikron. Proses pengendapan
ini dilakukan selama 2 jam. Dalam tangki pengendap ini kotoran-kotoran yang masih terdapat
dalam getah akan terendapkan sehingga kotoran tersebut akan terpisah dari getah.
4.

Tangki Penampung

Setelah melalui tangki pengendap, getah dialirkan ke dalam tangki penampungan melalui filter
10 dan 5 mikron. Tangki penampung berfungsi sebagai penampung getah bersih sebelum getah
ini dimasak dalam tangki pemasak.
5.

Tangki Pemasak

Tangki pemasak ini dirancang bekerja dalam tekanan vakum. Tangki ini dilengkapi dengan coil
pemanas steam, kaca pengamat dan kran untuk mengeluarkan gondorukem. Coil pemanas
steam akan menghasilkan uap yang digunakan untuk pemasakan getah.
Larutan getah dari tangki penampung dialirkan kedalam tangki pemasak sampai batas kaca
pengamat dan dimasak selama 1 jam dengan temperatur 172-1760C. Saat tinggi larutan dalam
tangki pemasak ini menyusut, maka ditambahkan lagi getah dari tangki pengendap sampai
ketinggian semula. Pada proses ini akan dihasilkan uap terpentin, uap ini akan diembunkan
kembali dalam kondensor. Kondensor yang dipakai adalah jenis shell and tube condensor.
Kondensor ini dirancang untuk dapat mengembunkan uap air dan uap terpentin pada kondisi
vakum dan mendinginkan cairan kondensat. Gondorukem yang terbentuk dikeluarkan lewat

kran dan ditampung dalam tangki penampung gondorukem, sedangkan uap terpentin yang telah
terkondensasi akan dialirkan ke separator.
6.

Separator

Separator merupakan tangki berbentuk horizontal yang berfungsi untuk memisahkan terpentin
dari air kondensat yang keluar dari kondensor. Terpentin yang telah terpisah dari air ini
kemudian ditampung dalam tangki terpentin (Abdulgani, 2002).
7.

Tangki Terpentin Proses

Setelah proses pemasakan terpentin selesai, maka semua terpentin dari separator dialirkan ke
tangki terpentin proses, untuk menampung sementara terpentin yang dipergunakan untuk
terpentin produk maupun terpentin proses (pengenceran).
8.

Dehydrator

Tangki ini berfungsi untuk mengurangi kadar air dalam terpentin dengan cara melewatkan
cairan terpentin secara gravitasi dari tangki terpentin proses melalui garam industri yang berada
dalam tangki dehidrator. Garam industri ini berfungsi untuk menambah berat jenis air garam,
sehingga dapat mempercepat proses pemisahan antara air dengan terpentin. Pada tangki
dehidrator ini, garam industri harus selalu dicek dan air harus selalu dibuang.
9.

Tangki Terpentin Produksi

Tangki ini berfungsi menampung sementara terpentin hasil pemisahan dengan air di tangki
dehidrator, untuk kemudian di alirkan ke tangki penampung terpentin 25000 L dan 6000 L
untuk siap dipasarkan.
Hasil olahan getah pinus yang umum kita kenal adalah gondorukem dan minyak terpentin.
Minyak terpentin biasanya digunakan sebagai pelarut untuk mengencerkan cat minyak, bahan
campuran vernis yang biasa kita gunakan untuk mengkilapkan permukaan kayu dan bisa untuk
bahan baku kimia lainnya. Gondorukem sebagai hasil dari olahan getah pinus dapat
dimanfaatkan antara lain:
Industri Batik : Bahan penyampur lilin batik sehingga diperoleh malam. Kebutuhan kira-kira
2.500 ton/tahun.
Industri kertas : Bahan pengisi dalam pembuatan kertas. Kebutuhan kira-kira 0,5 % dari
produksi kertas atau 2.000 ton/tahun.

Industri sabun : Sebagai campuran kira-kira 5-10% dari berat sabun.


Pembuatan Vernish, tinta, bahan isolasi listrik, korek api, lem, industri kulit dan lain-lain.
Di luar negeri manfaat lain gondorukem dan derivatnya digunakan untuk membuat resin
sintetis, plastik, lem, aspal, bahan politur, lak sintetis, industri sepatu, galangan kapal dan lain
sebagainya.
Gondorukem merupakan hasil pembersihan terhadap residu proses destilasi (penyulingan) uap
terhadap getah tusam. Hasil destilasinya sendiri menjadi terpentin..
Gondorukem diperdagangkan dalam bentuk keping-keping padat berwarna kuning keemasan.
Kandungannya sebagian besar adalah asam-asam diterpena, terutama asam abietat, asam
isopimarat, asam laevoabietat, dan asam pimarat.
Penggunaannya antara lain sebagai bahan pelunak plester serta campuran perban gigi, sebagai
campuran perona mata (eyeshadow) dan penguat bulu mata, sebagai bahan perekat warna pada
industri percetakan (tinta) dan cat (lak)
Di Indonesia, komoditi ekspor ini dihasilkan oleh Perum Perhutani, terutama dari penanaman
tusam di hutan pegunungan Jawa.
Getah pinus merupakan primadona di banyak bidang industri dunia. Getah pinus merupakan
salah satu HHBK yang dapat diolah menjadi gondorukem dan terpentin. Berdasarkan FAO
(2010), Indonesia berada di urutan terbesar ke dua setelah Cina dalam perdagangan getah pinus
internasional. Produksi getah dari Cina sebesar 430.000 ton(60% dari total produksi di dunia)
sedangkan Indonesia menghasilkan 69.000 ton (10% dari total produksi di dunia). Menurut
Perhutani

(2006), getah pinus merupakan salah satu komoditi yang

memiliki jumlah

permintaan tinggi baik di pasar lokal maupun internasional, dimana 80% produksinya
dialokasikan untuk kebutuhan ekspor ke Eropa, India, Korea Selatan, Jepang dan Amerika.
Berdasarkan data Perhutani (2011), pada
Indonesia sebesar 55.000 ton dan

tahun 2010, produksi gondorukem Perhutani

terpentin sebesar 11.700 ton. Sedangkan permintaan

gondorukem di dunia naik sampai 1 juta ton per tahun. Oleh karena itu, produksi gondorukem
Indonesia untuk tahun 2011 ditargetkan sebesar 65.000 ton dan terpentin 15.000 ton.

2.4

Manajemen
Pola Penanaman dan Pengelolaan Hutan Pinus

Pembenihan
Untuk tahap pembibitan, gunakan benih dari bunga pinus kering di pohon. Setiap bunga kering
berisi sekitar 45.000-60.000 butir/kg. Pilih bunga yang baik dengan ciri-ciri : (1) warna kulit
buah sudah menguning hampir kecoklatan dan berbintik hitam; (2) bentuk bunga bulat, padat,
dan tidak mengkerut. Keluarkan biji dari dalam bunga, kemudian rendam dalam air selama 3-4
jam sebelum disemai. Benih yang baik dan dapat disemai adalah benih yang tenggelam.
Semaikan benih pada media persemaian dari campuran tanah dan pasir dengan perbandingan 1 :
2 yang telah di jemur selama 4-6 jam dibawah terik matahari. Masukkan media pada bak semai
setinggi 5 cm. Taburkan benih diatasnya dan pindahkan bak di tempat yang teduh dan terhindar
dari hujan juga panas matahari. Setelah 10 15 hari maka benih akan berkecambah. Setelah
usia menginjak 5-8 minggu atau sudah daun jarum pertama maka lakukan perawatan dan
pemeliharaan.
2.5.1
Pemeliharaan Bibit
Bibit yang sudah disemai harus disiram dengan hati-hati secara teratur setiap hari saat pagi hari
dan sore hari. Letakkan persemaian pada naungan agar terhindar dari air hujan dan panas
matahari secara langsung. Lakukan pemupukan dengan NPK setiap 2 minggu sekali. Segera
lakukan penyulaman jika ada bibit yang mati. Terapkan penyiangan pada bibit yang terserang
gulma dan rumput liar. Pastikan bibit tumbuh dengan baik, rapikan apabila ada akar-akar yang
keluar dari media tanam.
2.5.2
Persiapan Lahan
Persiapan lahan yang harus dilakukan adalah dengan menaburkan kompos/pupuk kandang pada
lahan tanam dengan komposisi 2 ton/hektar. Pemberian nutrisi dasar tersebut dilakukan saat 3-4
minggu sebelum masa penggarapan tanah dengan pembajakan dan pencangkulan. Hal ini
dimaksudkan agar tanah menjadi gembur dan mengandung nutrisi dasar. Jika kondisi tanah berpH rendah maka tambahkan kapur/dolomit agar pH tanah menjadi netral. Setelah itu diamkan
tanah selama 2-3 minggu sebelum ditanami.
Menurut Rifnanda Fitria, dalam karyanya yang berjudul Kelayakan Usaha Pengelolaan Hutan
Tanaman Pinus (Pinus merkusii Jungh et de Vriese) di KPH Kedu Utara Perum Perhutani Unit I
Jawa Tengah., dalam pembuatan persemaian, ada beberapa kriteria yang harus diperhatikan,
antara lain :
1) Sebaiknya areal persemaian dekat dengan sumber air untuk memudahkan kegiatan
penyiraman bibit.
2) Areal persemaian diusahakan memiliki topografi yang datar untuk memudahkan
dalam pemeliharaan dan bibit dapat memperoleh cahaya matahari secara merata.
3) Areal persemaian lebih baik berdekatan atau tidak terlalu jauh dengan pemukiman.
Hal ini berkaitan dengan pengadaan tenaga kerja di lapangan dan kegiatan keamanan
lokasi persemaian.
4) Lokasi diusahakan menghadap ke timur dan bersih dari segala jenis tumbuhan agar
bibit dapat menyerap sinar matahari dengan maksimal dan tidak terganggu dengan
tumbuhan lain yang ada di sekitar bibit.
2.5.3
Penanaman
13

Lepaskan kantong plastik persemaian lalu letakkan pada lubang yang telah dibuat. Pastikan
posisi tanam tegak dan letakkan dengan hati-hati agar akar tidak rusak. Tutup lubang dengan
tanah lalu padatkan dengan lembut tanah disekitarnya. Kemudian siram agar kelembaban tanah
tetap terjaga.
2.5.4
Pemeliharaan
Pemeliharaan yang dilakukan adalah (1) penyulaman, dilakukan pada tumbuhan yang mati saat
tanam. (2) penyiangan, dilakukan saat gulma dan rumput liar merimbun disekitar tanaman
muda. (3) pendangiran, dilakukan saat tanah terlalu keras dan drainase buruk. (4)
Pemberantasan hama dan penyakit, dilakukan pada tanaman yang terserang hama dan penyakit
dengan cara memberikan pestisida yang cocok dan sesuai dosis. (5) Penjarangan, dilakukan
agar pinus dapat tumbuh optimal dengan melakukan pemilihan dan penebangan tanaman yang
kurang produktif. (6) Pengendalian bencana kebakaran, dilakukan saat terjadi kebakaran yang
melanda areal tanam dengan memutus jalur api searah radius rambatan api.
2.5.5
Panen
Panen (penyadapan Pinus) adalah pengambilan getah pinus selanjutnya dikumpul disuatu
tempat (TPH) dan kemudian di bawah ke pabrik untuk di olah.
1. Kriteria pohon pinus siap panen (penyadapan)
a. Umur minimal 10 tahun
b. Diameter minimal 30 cm
c. Pohon pinus dalam kondisi sehat
2. Kerapatan pohon pinus
Kerapatan tegakan pohon pinus adalah banyaknya pohon dalam satu ha
3. Tujuan mengetahui kerapatan pinus
a. Untuk mengetahui jumlah pohon siap panen pada suatu lokasi hutan
b. Untuk mengetahui jumlah tenaga penyadap yang dibutuhkan
c. Untuk mengetahui jumlah angkutan yang digunakan
d. Untuk mengetahui jumlah hasil panen
e. Dipakai sebagai data perencanaan,organisasi,dan kontrol Perusahaan
4. Teknik penyadapan pinus
a. Bentuk Koakan
Mengerok kulit batang lebih dahulu

Kayu dilukai sedalam 1 2 cm, lebar 5 cm

Jarak dari permukaan tanah sekitar 15 20 cm

Bentuknya lurus berbentuk U terbalik

Jarak antar koakan minimal 30 cm

Panjang maksimal koakan 1,5 meter


b. Bentuk V (Riil)
Tekniknya sama dengan koakan
Bentuknya V
c. Bentuk Goresan atau Guratama

14

Cara ini jarang dilakukan karena kulit pinus sangat tebal, umumnya dilakukan pada pada
tanaman agathis (kopal).
d. Dengan Bor
Diameter bor 1 -2 cm
Kedalaman bor 4 cm kedalam kayu gubal
Dari keempat teknik diatas, yang dianjurkan adalah metode koakan karena teknik tersebut
paling efektif dan banyak menghasilkan getah pinus.
5. Tahap Proses Produksi
Tahap proses produksi gondorukem dan terpentin secara sederhana dapat diuraikan sebagai
berikut :
a. Proses Pengenceran
Pengenceran larutan getah dilakukan dengan cara menambahkan 1.000 liter dalam tangki
melter, kemudian dipanaskan pada suhu 68-80 C (derajad Celcius) selama 10-15 menit.
b. Proses Pencucian
Pencucian larutan getah pada tangki settler dilakukan denga cara mencampurkan Asam Oksalat
3-5 kg/batch untuk mengendapkan ion besi yang berasal dari kotoran getah.
c. Proses Penyaringan
Larutan getah disaring secara bertahap pada aliran sebagai berikut :
Aliran dari tangki melter - settler dengan filter RGT4 aliran dari tangki
settler tangki penampung dengan filter Gaf Stainer.
Aliran dari tangki penampung Ketel pemasak dengan filter GafStaner.
d. Proses Pemasakan
Getah bersih dari tangki penampung dipompakan ke ketel pemasak melalui filter Gaf PO.1
mikron dan dipanaskan pada suhu 160-165 C dan vacuum menunjukkan 40-60 cmHg selama
3 jam, sehingga larutan tersebut matang menjadi gondorukem dan dialirkan pada instalasi
pengemasan (canning).
e. Proses Pengemasan (canning)
Proses canning merupakan proses akhir dari pemasakan getah pinus yang mana gondorukem
tersebut dicurahkan ke dalam wadah drum kerucut. Pada saat pengisian gondorukem tersebut
(canning) dilakukan penimbangan dengan berat netto 240 kg/drum.
f. Pengujian Produk Akhir
Pengujian Kualitas dengan metode Lovibond : X, WW, WG bagi
Gondorukem
Pengujian titik softening point untuk gondorukem

Pengujian kadar kotoran untuk gondorukem

Pengujian kejenuhan warna untuk terpentin

Pengujian Berat Jenis untuk terpentin

Jika dipasarkan ke luar negeri (export), masih diperlukan juga pengujian,


antara lain : Optical Rotation, Flash Alpha, Beta Pinen Content, Refrective
Index, dan sebagainya.
6. Kualitas Getah Pinus
15

Kualitas getah pinus sadapan dibedakan atas dua kelas, yaitu :


a. Mutu A
Berwarna putih bening

Tidak ada campuran tanah/lumpur dan kotoran lain (kandungan kotoran kurang dari 2%)

Kadar air kurang dari 3 %


b. Mutu B
Berwarna keruhcoklat

Dalam getahnya ada campuran tanah dan lumpur (kandungan kotoran 25%)
Kadar air lebih dari 3%
Produk getah yang tidak memenuhi ketentuan kelas kualitas tersebut diatas ditolak untuk
diterima.
2.5 Faktor yang Mempengaruhi Jumlah Produksi Getah pada Pohon Pinus
1. Faktor dalam (internal)
Jenis pohon, diameter dan kesehatan pohon.
2. Faktor luar (lingkungan)
Jarak tanam, cuaca dan kesuburan tanah.
3. Faktor perlakuan (manusia)
Bentuk luka sadapan, arah (letak) luka sadapan dan upaya stimulasi.
4. Kondisi yang mempengaruhi aliran getah pinus
a. Mekanisme pertahan fisiololigis yaitu terjadi peningkatan tekanan turgor yang
sangat cepat sehingga jaringan epitel mengembang dan akan menyumbat saluran.
Ini terjadi pada bagian yang jauh dari luka, dimana jaringan masih hidup dan
diikuti oleh pengeluaran getah yang sangat aktif.
b. Pengemulsiaan getah didalam ari yang terdapat pada cytoplasma sel, pergerakan
serta pengelurannya melalui membran sel epitel ke dalam saluran damar.
c. Total dehidrasi sel serta pembalseman membran oleh getah. Pada tahap ini aliran
getah akan terhenti.
2.5

Pasar
Indonesia menjadi negara terbesar ketiga setelah China dan Brasil untuk kontribusi produksi gondorukem di

dunia. Volume produk gondorukem Indonesia yang diperdagangkan setiap tahun sekitar 90.000 ton. Sebelumnya
Industri Kecil dan Menengah (IKM), khususnya produsen batik mulai kesulitan mendapatkan bahan baku. Selama
ini, pasokan gondorukem atau getah pohon pinus yang merupakan salah satu bahan penguat warna dalam
pembuatan batik, banyak yang diekspor.
Faktor modal merupakan faktor yang penting dan tidak bisa diabaikan begitu saja. Kelancaran kegiatan
penyadapan ini, mulai proses pembelian getah dari penyadap secara kontan untuk tiap satu kali penimbangan per
bulan hingga proses pengolahan dan penjualan dalam bentuk produk jadi, sangat bergantung pada ketersediaan

16

modal yang cukup besar, minimal harus memiliki modal dua kali lipat karena dua pekerjaan ditangani sendiri, yaitu
kegiatan produksi dan penjualan.

17

Tahun 2002 harga getah US$ 1.00/kg, dan US$ 1.90kg untuk harga SIR 20 di SICOM
Singapura. Diperkirakan mencapai US$ 2.00 pada tahun 2007 dan pada 2020 akan tetap
stabil, dikarenakan permintaan yang terus meningkat terutama dari China, India, Brazil dan
negara-negara di Asia-Pasifik.

2.6

Kebijakan

Di Indonesia sendiri telah dibuat standarisasi mengenai mutu gondorukum yang di kelompokkan : Grade
: 1. X ( Rex) 2. WW ( White Water ) 3. WG( Window Glass) 4. N ( Nancy ) - Warna putih bening Kandungan kotoran + / - 2% - Kadar air + / - 3% Kegunaan Gondorukem yang selama ini dikenal awam
adalah sebagai bahan proses pembuatan batik dan bahan untuk melekatkan patri atau solder.

2.7

PERATURAN LOKAL
- Di Bali Timur
Potensi getah pinus di KPH Bali Timur seluas 971 ha saat ini belum
diusahakan/dilakukan penyadapan secara optimal. Dengan melihat potensi
arealnya yang cukup luas, maka ke depan penyadapan perlu dilakukan
dengan menjalin kemitraan dengan pihak ke tiga serta melibatkan
masyarakat sekitar hutan. Apabila dilihat potensi produksi getah pinus di
wilayah ini sebesar 114 ton/tahun dengan harga minimum Rp. 4.500; per kg,
maka dapat memberikan kontribusi sebesar Rp 513.000.000; per tahun.
Dalam kurun waktu 20 tahun ke depan diharapkan mampu meningkatkan
produksi dan luasan, sehingga dapat memberikan kontribusi yang lebih besar.
- Trenggalek, Jawa Timur
Berdasarkan Peraturan daerah Kabupaten Trenggalek No. 6 Tahun 2001, Persero Perhutani
yang melakukan kegiatan pengambilan dan atau produksi Getah Pinus di Kabupaten
Trenggalek wajib membayar Bagian Hasil dari Getah Pinus sebesar Rp 75,- per Kilogram
setiap tahunnya.
PERATURAN NASIONAL
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2014 Tentang Jenis dan
Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak Yang Berlaku pada Kementerian Kehutanan,
tiap ton getah pinus dikenai tarif 6% x harga patokan.
KEBIJAKAN KEUNGGULAN
Salah satu kebijakan yang dinilai ungguladalah adanya penetapan harga patokan hasil hutan oleh
Pemerintah. Menurut Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia No 22/MDAG/PER/4/2012 Tentang Penetapan Harga Patokan Hasil Hutan untuk Penghitungan Provisi
Sumber Daya Hutan, harga patokan untuk getah pinus adalah Rp 3.247.000 per tonnya.

Industri Prospektif

1. Limbah Lateks
Limbah lateks pekat merupakan polutan yang potensial jika tidak ditangani dengan
baik. Pengolahan limbah lateks untuk memenuhi persyaratan lingkungan semata, akan
membutuhkan biaya yang cukup besar. Kini limbah lateks dapat dikonversi secara
mikrobiologis untuk menghasilkan berbagai produk yang bernilai tambah ekonomis tinggi
seperti: IAA (hormon tumbuhan), pupuk bio organik, dan biomassa mikroalga.
Proses biokonversi dapat dibuat berlangsung simultan dengan pengolahan limbah,
sehingga bisa mengurangi volume limbah dan sekaligus menghilangkan bau busuk. Pupuk
bio organik yang dihasilkan terbukti dapat menghemat sampai 50% pupuk kimia pada
tanaman pangan, tanaman perkebunan, serta tanaman penutup tanah. Inovasi menawarkan
kemungkinan untuk mengubah masalah yang dilematik menjadi berkah besar. Sejak lama
pabrik lateks sinonim dengan bau busuk dan pencemaran. Dengan teknologi bio konversi,
bau dan pencemaran ditukar dengan produk-produk sampingan yang bernilai tinggi.
Keuntungan Inovasi

Mengubah masalah pencemaran kronis di industri lateks menjadi berkah ekonomi

Membantu memperbaiki citra industri lateks menjadi industri yang bersih dan
ramah lingkungan

Pupuk yang dihasilkan bisa mengurangi sampai 50% kebutuhan pupuk kimia
untuk kebun getah

2.1

Aspek Sosial Komoditas Sosial Ekonomi

1.

SumbanganDevisa

Pada tahun 2005, getah mampu menghasilkan devisa hingga US $ 2,58 milyar, naik menjadi
US $ 3,77 milyar pad tahun 2006, menempatkan getah sebagai komoditas penghasil devisa
terbesar diantara komoditas perkebunan. Ekspor getah Indonesia selama 20 tahun terakhir
terus menunjukkan adanya peningkatan dari 1.0 juta ton pada tahun 1985 menjadi 1,3 juta ton
pada tahun 1995 dan 2,29 juta ton pada tahun 2006. Pendapatan devisa dari komoditi ini pada
tahun 2005 mencapai US$ 2,58 milyar, dan meningkat tajam menjadi US $ 4,36 milyar pada
tahun 2006 seiring dengan melonjaknya harga getah dari 1,2 USD/kg hingga sekitar 2 USD/kg
pada tahun 2006 (Depperind, 2007).
1.

Penyediaan lapangan pekerjaan


Penemuan Vulkanisasi dari Goodyear menandakan kelahiran industri getah modern,

dan meskipun kemudian ditemukan beberapa modifikasi atas prosedur asli Goodyear, sampai

sekarang proses nya pada intinya sama dengan yang ditemukan pada tahun

1839.

Vulkanisasi merupakan reaksi belerang dan getah yang belum dipahami secara sempurna.
Proses ini menyebabkan rantai linear molekul getah saling bersilangan sehingga material ini
tetap elastis .dari penemuan ini muncul lah industri industri yang bergerak dalam bidang
getah sehingga dalam industri tersebut membutuhkan sumber daya manusia untuk mengolah
getah, hal ini membuka penyediaan lapangan kerja.
2.

Dampak ekonomi lainnya


Berdasarkan catatan, komoditas ekspor getah dan barang dari getah tumbuh sebesar

57% pada 2011. Sedangkan di 2012 mulai mengalami perlambatan di kisaran 40%-50%.
Kondisi ini diyakini akan terus melambat pada 2013 akibat dampak fiscal cliff. Dalam jangka
pendek, Destry meyakini, fiscal cliff akan menyebabkan kontraksi dalam tubuh
perekonomian Amerika Serikat (AS). Dampaknya konsumsi masyarakat dan investasi akan
berkurang.
Perlambatan ekonomi domestik Negeri Paman Sam secara langsung akan mengurangi
permintaan terhadap komoditi ekspor Indonesia, salah satunya getah yang mempunyai
kontribusi terbesar. Sebagai gambaran lima besar ekspor komoditas Indonesia ke AS pada
2011 di antaranya getah dan barang dari getah (20,8%), barang-barang rajutan (13%), pakaian
jadi bukan rajutan (13%), mesin/peralatan lkaretistrik (7,8%), dan bahan bakar mineral (5%).
Untuk mengatasi perlambatan, Indonesia harus bisa mencari alternatif baru negara tujuan
ekspor getah.

BAB III
KESIMPULAN

Getah pinus berasal dari pohon pinus (Pinus merkusii) yang tergolong aleoresin yakni
resin yang bersifat asam.
Getah pinus banyak dimanfaatkan sebagai bahan baku industri dan umumnya diolah
menjadi gondorukem atau terpentin.
Cara pemanenan getah pinus dilakukan dengan menyadap pohon dengan metode koakan
yang umum sudah umum dipakai.
Getah pinus memiliki peluang bisnis yang baik karena telah banyak dipergunakan pada
industri,
Pemasokan getah pinus di pasar masih terbatas dan diperlukan modal yang cukup besar
untuk memproduksi dan memasarkannya.

20

21

Anda mungkin juga menyukai