Anda di halaman 1dari 4

Definisi Pariwisata

Menurutdefinisiyangluaspariwisataadalahperjalanandarisatutempatke
tempatlain,bersifatsementara,dilakukanperoranganmaupunkelompok,
sebagaiusahamencarikeseimbanganataukeserasiandankebahagiaandengan
lingkunganhidupdalamdimensisosial,budaya,alamdanilmu.Suatuperjalanan
dianggapsebagaiperjalananwisatabilamemenuhitigapersyaratan
yangdiperlukan,yaitu:(dikutipdariEkonomiPariwisata,hal21)a.Harus
bersifatsementarab.Harusbersifatsukarela(voluntary)dalamartitidakterjadi
karenadipaksa.c.Tidakbekerjayangsifatnyamenghasilkanupahataupun
bayaran.Dalamkesimpulannyapariwisataadalahkeseluruhanfenomena(gejala)
danhubunganhubunganyangditimbulkanolehperjalanandanpersinggahan
manusiadiluartempattinggalnya.Denganmaksudbukanuntuktinggalmenetap
dantidakberkaitandenganpekerjaanpekerjaanyangmenghasilkanupah.
(SejarahPariwisatadanPerkembangannyadiIndonesia,hal.3)
Berikutinidefinisipariwisatamenurutparaahli:
MenurutA.J.BurkartdanS.Medik(1987),Pariwisataadalahperpindahan
oranguntuksementaradandalamjangkawaktupendekketujuantujuan
diluartempatdimanamerekabiasanyahlidupdanbekerjadankegiatan
kegiatanmerekaselamatinggalditempattempattujuanitu.
MenurutH.Kodhyat(1983:4),Pariwisataadalahperjalanandarisatutempatke
tempatyanglain,bersifatsementara,dilakukanperoranganmaupunkelompok,
sebagaiusahamencarikeseimbanganataukeserasiandankebahagiaandengan
lingkunganhidupdalamdimensisosial,budaya,alamdanilmu.
MenurutProf.SalahWahabdalamOkaAYoeti(1994,116.).Pariwisatadalah
suatuaktivitasmanusiayangdilakukansecarasadaryangmendapatpelayanan
secarabergantiandiantaraorangorangdalamsuatuNegaraitusendiri/diluar
negeri,meliputipendiamanorangorangdaridaerahlainuntuksementarawaktu
mencarikepuasanyangberanekaragamdanberbedadenganapayang
dialaminya,dimanaiamemperolehpekerjaantetap.
Jadimenurutsayapariwisataadalahsuatukegiatanperjalananseorangatau
sekelompokorangdidalamnegriatauluarnegri,yangsetidaknyadilakukan
selama24jamdalamrangkamengisiwaktusenggang/luanguntukbersenang
bersenangdanmenghilangkankepenatanyangmemberidampakbaikterhadap
setiapindividusecarafisikataupsikis.

Oleh Yani Adriani*


Definisi tentang pariwisata yang berkembang di dunia sangat beragam, multidimensi, dan sangat terkait dengan
latar belakang keilmuan pencetusnya. Pada dasarnya, definisi-definisi tersebut dapat dikelompokkan ke dalam
tiga kategori, yaitu yang melihat pariwisata dari sisi demand saja, sisi supply saja, dan yang sudah
menggabungkan sisi demanddan supply.
Kategori pertama merupakan definisi pariwisata yang didekati dari sisi wisatawan, sangat kental dengan dimensi
spasial (tempat dan jarak). Kategori kedua merupakan definisi pariwisata yang dipandang dari dimensi
industri/bisnis. Sedangkan kategori ketiga, memandang pariwisata dari dimensi akademis dan sosial budaya.
Dimensi Spasial
Definisi pariwisata yang dipandang dari dimensi spasial merupakan definisi yang berkembang lebih awal
dibandingkan definisi-definisi lainnya (Gartner, 1996: 4). Dimensi ini menekankan definisi pariwisata pada
pergerakan wisatawan ke suatu tempat yang jauh dari lingkungan tempat tinggal dan atau tempat kerjanya untuk
waktu yang sementara, seperti yang dikemukakan oleh Airey pada tahun 1981 (Smith and French, 1994:
3):Tourism is the temporary short-term movement of people to destinations outside the places where they
normally live and work, and their activities during their stay at these destinations.
Selain pergerakan ke tempat yang jauh dari lingkungan tempat tinggal dan tempat kerja, Airey menambahkan
kegiatan wisatawan selama berada di destinasi pariwisata sebagai bagian dari pariwisata.
Definisi pariwisata yang dikemukan oleh World Tourism Organization (WTO) pun memfokuskan pada
sisi demand dan dimensi spasial, dengan menetapkan dimensi waktu untuk perjalanan yang dilakukan
wisatawan, yaitu tidak lebih dari satu tahun berturut-turut:
Tourism comprises the activities of persons travelling to and staying in places outside their usual environment
for not more than one consecutive year for leisure, business and other purposes not related to the exercise of an
activity remunerated from within the place visited.(www.world-tourism.org diunduh tanggal 17 Agustus 2010)
Definisi WTO di atas juga menekankan pada tujuan perjalanan yang dilakukan, yaitu untuk leisure, bisnis, dan
tujuan lain yang tidak terkait dengan kegiatan mencari uang di tempat yang dikunjunginya.
Beberapa definisi lain juga menetapkan nilai-nilai tertentu untuk jarak tempuh dan lama perjalanan, yang
biasanya dikembangkan untuk memudahkan perhitungan statistik pariwisata:

Committee of Statistical Experts of the League Nations (1937) menetapkan waktu paling sedikit 24 jam
bagi perjalanan yang dikategorikan perjalanan wisata. (Gartner, 1996: 5).

The United States National Tourism Resources Review Commission (1973) menetapkan jarak paling
sedikit 50 mil untuk perjalanan wisata. (ibid.)

United States Census Bureau (1989) menetapkan angka 100 mil untuk perjalanan yang dikategorikan
sebagai perjalanan wisata. (ibid.)

Canada mensyaratkan jarak 25 mil untuk mengategorikan perjalanan wisata. (ibid.)

Biro Pusat Statistik Indonesia menetapkan angka lama perjalanan tidak lebih dari 6 bulan dan jarak
tempuh paling sedikit 100 km untuk perjalanan wisata. (Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata, 2003: I-6)
Definisi pariwisata dari dimensi spasial ini di Indonesia didefinisikan sebagai kegiatan wisata, seperti yang
tercantum dalam Undang-Undang Kepariwisataan No. 10 Tahun 2009 Pasal 1, yaitu kegiatan perjalanan yang
dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi,
pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan daya tarik wisata yang dikunjungi dalam jangka waktu
sementara.

Dimensi Industri/Bisnis
Dari sisi supply, pariwisata lebih banyak dilihat sebagai industri/bisnis. Buku-buku yang membahas tentang
definisi pariwisata dari dimensi ini merupakan buku dengan topik bahasan manajemen atau pemasaran.
Definisi pariwisata yang dipandang dari dimensi industri/bisnis memfokuskan pada keterkaitan antara barang dan
jasa untuk memfasilitasi perjalanan wisata. Smith, 1988 (Seaton and Bennett 1996: 4) mendefinisikan pariwisata
sebagai kumpulan usaha yang menyediakan barang dan jasa untuk memfasilitasi kegiatan bisnis, bersenangsenang, dan memanfaatkan waktu luang yang dilakukan jauh dari lingkungan tempat tinggalnya: ... the
aggregate of all businesses that directly provide goods or services to facilitate business, pleasure, and leisure
activities away from the home environment.
Sementara itu, Craig-Smith and French (1994: 2) mendefinisikan pariwisata sebagai keterkaitan antara barang
dan jasa yang dikombinasikan untuk menghasilkan pengalaman berwisata: ... a series of interrelated goods and
services which combined make up the travel experience.
Definisi pariwisata sebagai industri/bisnis inilah yang di dalam UU No. 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataa
didefinisikan sebagai pariwisata, yaitu berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta
layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, pemerintah, dan pemerintah daerah.
Dimensi Akademis
Dimensi akademis, mendefinisikan pariwisata secara lebih luas, tidak hanya melihat salah satu sisi
(supply atau demand), tetapi melihat keduanya sebagai dua aspek yang saling terkait dan mempengaruhi satu
sama lain. Pariwisata dari dimensi ini didefinisikan sebagai studi yang mempelajari perjalanan manusia keluar
dari lingkungannya, juga termasuk industri yang merespon kebutuhan manusia yang melakukan perjalanan, lebih
jauh lagi dampak yang ditimbulkan oleh pelaku perjalanan maupun industri terhadap lingkungan sosial budaya,
ekonomi, maupun lingkungan fisik setempat. Definisi tersebut dikemukakan oleh Jafar Jafari, 1977 (Gartner,
1996: 7):Tourism is a study of man away from his usual habitat, of the industry which responds to his needs and
of the impacts that both he and the industry have on the host sosiocultural, economic and physical environment.
Definisi Jafar Jafari ini mengeliminasi dimensi spasial sebagai faktor pembatas perjalanan wisata. Definisi
tersebut menyatakan bahwa begitu seseorang melakukan perjalanan meninggalkan lingkungannya (tempat
tinggal, tempat kerja), dia sudah dinyatakan melakukan perjalanan wisata.
Dimensi Sosial-Budaya
Definisi pariwisata dari dimensi sosial budaya menitikberatkan perhatian pada: 1) Upaya memenuhi kebutuhan
wisatawan dengan berbagai karakteristiknya, seperti definisi yang dikemukakan oleh Mathieson and Wall, 1982
(Gunn, 2002: 9) berikut ini: Tourism is the temporary movement of people to destinations outside their normal
places of work and residence, the activities undertaken during their stay in those destinations, and the facilities
created to cater to their needs.
Definisi lainnya juga dikemukakan oleh Chadwick, 1994 (ibid), sebagai berikut: identified three main
concepts: the movement of people; a sector of the economy or industry; and a broad system of interacting
relationship of people, their needs, and services that respond to these needs. 2) Interaksi antara elemen
lingkungan fisik, ekonomi, dan sosial budaya, seperti yang dikemukakan oleh Leiper, 1981 (Gartner, 1996: 6)
yang mendefinisikan pariwisata sebagai an open system of five elements interacting with broader environments;
the human element; tourists; three geographical elements: generating region, transit route, and destination
region; and an economic element, the tourist industry. The five are arranged in functional and spatial connection,
interacting with physical, technological, social, cultural, economic, and political factors. The dynamic element
comprises persons undertaking travel which is to some extent, leisure-based and which involves a temporary
stay away from home of at least one night.
Definisi lain yang lebih sederhana dikemukakan oleh Hunziker, 1951 (French, Craig-Smith, Collier, 1995: 3), yang
mendefinisikan pariwisata, sebagai berikut: ... the sum of the phenomena and relationship arising from the travel
and stay of non-residents, in so far as the do not lead to permanent residence and are not connected with any
earning activity. 3) Kerangka sejarah dan budaya, seperti yang dikemukakan oleh MacCannell, 1992 (Herbert,
1995: 1), berikut ini: Tourism is not just an aggregate of merely commercial activities; it is also an ideological

framing of history, nature and tradition; a framing that has the power to reshape culture and nature to its own
needs.
Definisi pariwisata dari dimensi akademis dan dimensi sosial budaya yang memandang pariwisata secara lebih
luas, di Indonesia dikenal dengan istilah kepariwisataan (UU No. 10 tahun 2009 tentang Kepariwisataan), yaitu
keseluruhan kegiatan yang terkait dengan pariwisata dan bersifat multidimensi serta multidisiplin yang muncul
sebagai wujud kebutuhan setiap orang dan negara serta interaksi antara wisatawan dan masyarakat setempat,
sesama wisatawan, pemerintah, pemerintah daerah, dan pengusaha.
Berdasarkan definisi-definisi yang dijelaskan di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa elemen-elemen penting
yang menjadi fokus perhatian pada istilah pariwisata untuk masing-masing dimensi, adalah dimensi spasial,
perjalanan manusia ke luar lingkungan tempat tinggal dan tempat kerjanya dalam waktu; sementara dimensi
industri/bisnis, keterkaitan antara barang dan jasa untuk membentuk pengalaman berwisata; dimensi akademis,
studi terhadap perjalanan manusia ke luar lingkungan yang biasa ditinggalinya. Studi terhadap industri untuk
melayani kebutuhan wisatawan dan dampak yang ditimbulkan. Dimensi sosial budaya, terkait pemenuhan
kebutuhan wisatawan. Interaksi antara lingkungan fisik, ekonomi, sosial budaya dan kerangka pembentuk
sejarah, alam, dan budaya.
Dari definisi-definisi tersebut, saya mencoba mengambil satu kesimpulan tentang definisi pariwisata saya, yaitu
Sistem yang mengaitkan antara lingkungan fisik, ekonomi, dan sosial budaya, dan industri dalam upaya untuk
memenuhi kebutuhan perjalanan seseorang yang dilakukan ke luar lingkungan tempat tinggal atau tempat
kerjanya dengan motivasi selain mencari nafkah di tempat tujuannya, dan sekaligus mempertimbangkan dampak
yang ditimbulkan terhadap alam dan budaya.

Anda mungkin juga menyukai