Anda di halaman 1dari 4

Bagaimana Prosedur Membuat Pengaduan ?

Berdasarkan ketentuan Prosedur Penanganan Pengaduan yang diberlakukan di Komnas HAM,


pengaduan harus disampaikan dalam bentuk tertulis yang memuat dan dilengkapi dengan :

Nama lengkap pengadu;

Alamat rumah;

Alamat surat apabila berbeda dengan alamat rumah;

Nomor telepon tempat kerja atau rumah;

Nomor faximili apabila ada;

Rincian pengaduan, yaitu apa yang terjadi, di mana, kapan, siapa yang terlibat, namanama saksi;

Fotocopy berbagai dokumen pendukung yang berhubungan dengan peristiwa yang


diadukan;

Fotocopy identitas pengadu yang masih berlaku (KTP, SIM, Paspor);

Bukti-bukti lain yang menguatkan pengaduan;

Jika ada, institusi lain yang kepadanya telah disampaikan pengaduan serupa;Apakah
sudah ada upaya hukum yang dilakukan;

Dalam hal pengaduan disampaikan oleh pihak lain, maka pengaduan harus disertai dengan
persetujuan dari pihak yang merasa menjadi korban pelanggaran suatu HAM (misalnya surat kuasa
atau surat pernyataan);

Jangan lupa membubuhkan tanda tangan dan nama jelas pengadu atau
yang diberi kuasa.
Setelah lengkapnya keterangan dan bahan tersebut pengaduan dapat dikirimkan melalui berbagai
cara, yakni :

Diantar langsung ke Komnas HAM;

Dikirim melalui jasa pos atau kurir; atau

Dikirim melalui faximili ke nomor : 021-3925227;

Dikirim melalui e-mail ke pengaduan@komnasham.go.id

Pada dasarnya, setiap pengadu di Komnas HAM mempunyai hak-hak sebagai berikut:

Melakukan konsultasi, baik melalui telepon ke nomor (021) 3925230 ext 126 atau datang
langsung langsung ke kantor Komnas HAM yang beralamat di Jl. Latuharhary No. 4B
Menteng, Jakarta Pusat

Pengadu yang menyerahkan berkas pengaduan secara langsung dan kasusnya belum
pernah diadukan ke Komnas HAM berhak mendapatkan tanda terima, nomor agenda,
dan Surat Tanda Penerimaan Laporan

Pengadu berhak menanyakan perkembangan penanganan pengaduan, baik melalui


telepon atau datang langsung

Mendapat jaminan akan kerahasiaan identitas pengadu dan bukti lainnya serta pihak
yang terkait dengan materi pengaduan

Mendapat pelayanan penerimaan pengaduan tanpa dimintai biaya atau pungutan dalam
bentuk apapun baik berupa barang dan/atau jasa

Disakiti Pasangan (Mental & Fisik)? Lapor ke


Komnas Perempuan!
Arina Yulistara - wolipop

Jakarta - Wanita mana yang ingin terus jadi korban kekerasan pasangannya baik secara mental
ataupun fisik. Kalau Anda mengalaminya, jangan ragu untuk melapor ke Komnas Perempuan.
Bagaimana mekanismenya?
Berdasar catatan tahunan Komisi Nasional (Komnas) Perempuan, kasus kekerasan terhadap wanita
tahun 2011 yang dilaporkan berjumlah 119.107 kasus. Angka ini meningkat dibanding tahun 2010
lalu yang tercatat 105.103 kasus. Namun naiknya kasus HAM ini dinilai belum merepresentasikan
jumlah kasus-kasus yang ada.
Melihat data di atas, kasus kekerasan pada wanita semakin bertambah setiap tahunnya. Kekerasan
yang dimaksud di sini bukan hanya fisik semata. Komnas Perempuan siap membantu siapapun yang
menjadi korban KDRT, perdagangan anak dan perempuan, pelecehan seksual, kekereasan psikis
dan kekerasan fisik.
Ketika berbagai hal di atas Anda alami, jangan takut untuk melaporkannya ke Komnas Perempuan.
Tidak hanya korban yang bisa melapor, tapi siapa pun yang mengetahui hal tersebut wajib
mengadukannya ke lembaga ini. Komnas Perempuan dibentuk untuk melindungi semua hak wanita.
Komnas juga punya banyak solusi yang dapat menyelesaikan masalah kekerasan terhadap wanita.
Semua kalangan juga berhak mendapat perlindungan dari Komnas Perempuan walaupun dia
seorang wanita asing. Tidak ada syarat atau kriteria jika ingin mencari keadilan bagi perempuan
teraniaya.
Komnas Perempuan sendiri lahir juga karena untuk melindungi dan mencari keadilan untuk
perempuan yang disakiti. "Kekerasan terhadap perempuan terus terjadi dan perlindungan menjadi
tidak maksimal sesuai dengan kebutuhan korban. Dari situ lahirlah Komisi Perempuan yang secara
spesifik menangani kasus kekerasan terhadap perempuan," tutur Sri Nurherwati, selaku Ketua Sub
Komisi Pemulihan, yang diwawancarai wolipop, pada Rabu, 4 April 2012.
Kasus yang melatarbelakangi berdirinya badan perlindungan wanita ini adalah tragedi pemerkosaan
massal tahun 1998. Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF) memverifikasi adanya 85 perempuan
yang menjadi korban kekerasan seksual. Dari jumlah tersebut 52 diantaranya berupa perkosaan, 14
kasus perkosaan dengan penganiayaan, 10 kasus penyerangan/penganiayaan seksual dan 9 kasus
pelecehan seksual. Sejak kejadian tersebut, Komnas Perempuan menjadi jembatan para
perempuan korban kekerasan yang berasal dari seluruh wilayah Indonesia.

Pada saat ini, Komnas Perempuan mempunyai 15 komisioner yang berasal dari latar belakang yang
beragam, baik dari segi agama dan suku, umur dan jenis kelamin, maupun dari segi disiplin ilmu dan
profesi. Mereka dipilih melalui proses nominasi oleh para komisioner periode terdahulu yang
kemudian diseleksi berdasarkan kriteria yang telah disepakati bersama atas fasilitas dari sebuah tim
independen.
Bagi Anda yang ingin melakukan pengaduan, dapat melalui telepon, e-mail, atau datang langsung
ke kantor Komnas Perempuan yang terletak di Jalan Latuharhari No. 4B, Menteng, Jakarta Pusat.
Kalau Anda memilih datang langsung, biasanya akan diminta identitas.
Namun ada juga beberapa kasus di mana wanitanya tidak bisa menunjukkan identitas. Misalnya
karena KTP nya disembunyikan oleh pasangan. Kalau hal itu terjadi, pelapor akan dibawa ke ruang
rujukan. Di ruangan itulah Anda bisa mengisi formulir dan berkonsultasi. Setelah mendengar cerita
dari pelapor, Komnas akan mempelajari kasusnya terlebih dahulu. Berapa lama waktu yang
dibutuhkan, tergantung seberapa rumit kasusnya.
Ketika ingin laporan Anda diproses hingga ke pengadilan, jangan kaget kalau Anda harus
mengeluarkan biaya. Hal tersebut untuk kepentingan pembuktian dan berbagai hal. Misalnya biaya
visum, pengobatan, atau biaya lainnya yang membutuhkan banyak pengeluaran.
"Satu kasus yang komprehensif dari awal pengaduan sampai ke pengadilan paling sedikit sekitar Rp
18 juta, dan itu hanya untuk biaya operasional yang menyangkut transportasi korban, pendamping,
dan biaya atk, kayak fotokopi dan pengumpulan alat bukti," jelas Ibu NurHerwati.
Komnas Perempuan tidak menarik biaya apapun atas pengaduan yang dilakukan di Komnas
Perempuan. Komnas Perempuan melakukan rujukan ke lembaga layanan yang dibutuhkan oleh
pengadu/korban. Mengenai biaya, pada umumnya lembaga pengada layanan memberikan layanan
secara cuma-cuma kepada perempuan korban miskin. Lembaga layanan akan merujuk korban ke
layanan profit dalam hal korban mampu, kecuali kasus yang dianggap politis. Sementara itu
Kementrian Dalam Negeri mengeluarkan Surat Keputusan Dalam Negeri No. 100/676/Sj tahun 2011
tanggal 7 Maret 2011, tentang Percepatan Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Daerah.
Kebijakan ini dibuat untuk mendorong daerah menyediakan anggaran bagi perempuan korban
melalui APBD.
Lagipula Anda juga tak perlu khawatir soal biaya, bagi Anda yang memang kurang mampu, tapi ingin
melapor, biaya tersebut tidak akan dibebankan kepada Anda.

Anda mungkin juga menyukai