5 Teori-Konsolidasi PDF
5 Teori-Konsolidasi PDF
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Vertikal Drain
Laju konsolidasi yang rendah pada lempung jenuh dengan permeabilitas
rendah dapat dinaikkan dengan menggunakan drainase vertikal (vertical drain) yang
memperpendek lintasan pengaliran dalam lempung. Kemudian konsolidasi yang
diperhitungkan akibat pengaliran horizontal radial yang menyebabkan disipasi
kelebihan tekanan air pori yang lebih cepat, sedangkan pengaliran vertikal sangat
kecil pengaruhnya. Dalam teori, besar penurunan konsolidasi akhir adalah sama,
hanya laju penurunannya yang berbeda-beda.
18
sedalam lebih dari 5 meter. Pasir harus dapat dialiri air secara efisien tanpa
membawa partikelpartikel tanah yang halus. Drainase cetakan juga banyak
digunakan dan biasanya lebih murah daripada drainase urugan untuk suatu daerah
tertentu. Salah satu jenis drainase cetakan adalah drainase prapaket (prepackage
drain) yang terdiri dari sebuah selubung filter, biasanya dibuat dari polypropylene,
yang diisi pasir dengan diameter 65 mm. Jenis ini sangat fleksibel dan biasanya tidak
terpengaruh oleh adanya gerakangerakan tanah lateral. Jenis lain drainase cetakan
adalah drainase pita (band drain), yang terdiri dari inti plastik datar dengan saluran
drainase yang dikelilingi oleh lapisan filter, yang mana lapisan tersebut harus
memiliki kekuatan untuk mencegah jangan sampai terselip ke dalam saluran. Fungsi
utama dari lapisan itu adalah untuk mencegah penyumbatan partikelpartikel tanah
halus pada saluran di dalam inti. Ukuran band drain ini adalah 100 mm kali 5 mm
dan diameter ekivalennya biasanya diasumsikan sebagai keliling dibagi . Drainase
cetakan dipasang dengan cara menyelipkan drainase cetakan ke dalam lubang bor
atau dengan menempatkannya di dalam sebuah paksi (mandrel) atau selubung
(casing) yang kemudian dipancang ke dalam tanah atau digetarkan di tanah.
Karena tujuannya adalah untuk mengurangi panjang lintasan pengaliran,
maka jarak antara drainase merupakan hal yang terpenting. Drainase tersebut
biasanya diberi jarak dengan pola bujur sangkar atau segitiga. Jarak antara drainase
tersebut harus lebih kecil daripada tebal lapisan lempung dan tidak ada gunanya
menggunakan vertikal drain dalam lapisan lempung yang relatif tipis. Untuk
mendapatkan desain yang baik, koefisien konsolidasi horizontal dan vertikal (Ch dan
Cv) yang akurat sangat penting untuk diketahui. Biasanya rasio Ch/Cv terletak antara
1 dan 2. Semakin tinggi rasio ini, pemasangan drainase semakin bermanfaat. Nilai
19
Pola segitiga
Gambar 2.2 Blok-blok silindris
20
2 u 1u
2u
u
+ Cv 2
= Ch 2 +
rr
t
y
r
(2.1)
Blokblok prismatis vertikal dari tanah yang mengelilingi drainase diganti oleh
blokblok silinder dengan jarijari R dengan luas penampang melintang yang sama.
Penyelesaian persamaan 2.1 di atas dapat ditulis dalam dua bagian :
Uv = f(Tv)
dan
(2.2)
Ur = f(Tr)
(2.3)
Tv =
Cvt
H2
Tr =
C ht
4R 2
dan
(2.4)
(2.5)
21
Carillo (1942)
(2.6)
22
2.2.
d = 2( p + l )
d=
2( p + l )
Konsolidasi
Konsolidasi adalah suatu proses pengecilan volume secara perlahanlahan
pada tanah jenuh sempurna dengan permeabilitas rendah akibat pengaliran sebagian
air pori. Proses tersebut berlangsung terusmenerus sampai kelebihan tekanan air
pori yang disebabkan oleh kenaikan tegangan total benarbenar hilang. Jangka waktu
23
terjadinya konsolidasi tergantung pada bagaimana cepatnya tekanan air pori yang
berlebih akibat beban yang bekerja dapat dihilangkan. Karena itu koefisien
permeabilitas merupakan faktor penting di samping penentuan berapa jauh jarak air
pori yang harus dikeluarkan dari pori-pori yang ukurannya bertambah kecil untuk
dapat meniadakan tekanan yang berlebihan. Kasus yang paling sederhana adalah
konsolidasi satu dimensi, di mana kondisi regangan lateral nol mutlak ada.
2.3.1. Konsolidasi 1-D Terzaghi
Prosedur untuk melakukan uji konsolidasi satu dimensi pertama-tama
diperkenalkan oleh Terzaghi. Uji tersebut dilakukan di dalam konsolidometer
(kadang-kadang disebut sebagai oedometer). Skema konsolidometer ditunjukkan
dalam gambar 2.4. Contoh tanah diletakkan di dalam cincin logam dengan dua buah
batu berpori diletakkan di atas dan di bawah contoh tanah tersebut, ukuran contoh
tanah yang digunakan biasanya adalah diameter 2,5 inci (63,5 mm) dan tebal 1 inci
(25,4 mm). Pembebanan pada contoh tanah dilakukan dengan cara meletakkan beban
pada ujung sebuah balok datar, dan pemampatan (compression) contoh tanah diukur
dengan menggunakan skala ukur dengan skala mikrometer. Contoh tanah selalu
direndam air selama percobaan. Tiap-tiap beban biasanya diberikan selama 24 jam.
Setelah itu, beban dinaikkan sampai dengan dua kali lipat dari sebelumnya, dan
pengukuran pemampatan diteruskan.
24
e 1 + e0
=
H
H0
(2.7)
dimana :
e1 = angka pori pada akhir pengujian = w1Gs (diasumsikan Sr = 100%)
e0 = angka pori pada awal pengujian
25
e1 =
H1 H s H1
=
1
Hs
Hs
(2.8)
dimana :
Hs =
Ms
= tebal ekivalen partikel pada tanah
AG s w
26
27
28
(2.9)
dimana :
u
= waktu peninjauan
= kedalaman peninjauan
u
t
2u
y 2
WY ,T =
(2m + 1)
m =0
Exp [
( 2 m +1) 2 / 4 Tv
29
U = 1
(2m + 1)
m =0
Exp [
( 2 m +1) 2 / 4 Tv
cvt
(faktor waktu)
H2
Sp =
Cc H
' + '
log( 0
)
1 + e0
'o
dimana : 0
(2.10)
= tebal lapisan
e0
30
timbunan untuk mempercepat drainase air pori dengan mengurangi jarak drainase
dan karena itu juga mempercepat konsolidasi.
Persamaan konsolidasi untuk drainase arah radial sebagai berikut :
u
= Cr
t
2 u 1u
2 +
r
r
dimana : Cr
r
(2.11)
Dengan menganggap adanya efek smear zone dan diselesaikan dengan cara
equal-strain consolidation (Baron, 1948) maka penyelesaian persamaan konsolidasi
radial sebagai berikut :
u av = u1e
Ur = 1
8Tr
u av
= 1 e ( 8Tr / m )
u1
(2.12)
dimana :
2
k
n2
n 3 S
+
+ r
ln
2
2
n S
S 4 4n k s
r
S= s
rw
m=
n=
n2 S 2
2
n
ln S
de
dw
31
(2.12a)
Cr t
d e2
(2.12b)
Tr =
Efek smear zone adalah berkurangnya nilai koefisien untuk tanah lempung di
dekat vertikal drain atau diameter vertikal drain yang digunakan diperkecil, hal ini
disebabkan proses peremasan (remoulding) selama pemasangan vertikal drain
dengan menggunakan paksi.
2.3.3. Waktu Konsolidasi
Penurunan total akibat konsolidasi primer yang disebabkan oleh adanya
penambahan tegangan di atas permukaan tanah dapat dihitung dengan menggunakan
persamaan 2.10.
Tetapi persamaan 2.10 tersebut tidak memberikan penjelasan mengenai kecepatan
(rate) dari konsolidasi primer. Terzaghi (1925) memperkenalkan teori yang pertama
kali mengenai kecepatan konsolidasi satu dimensi untuk tanah lempung yang jenuh
air. Penurunan matematis dari persamaan tersebut didasarkan pada anggapananggapan berikut ini :
1. Tanah (sistem lempung-air) adalah homogen.
2. Tanah benar-benar jenuh.
32
Jadi : (v z +
v z
V
z )dx.dy v z .dx.dy =
z
t
(2.13)
atau :
v z
V
dx.dy.dz =
z
t
(2.14)
v z = k .i = k
h
k u
=
w z
z
(2.15)
33
(2.16)
dan
Vs =
V
dx.dy.dz
=
1 + e0
1 + e0
(2.17)
V dx.dy.dz e
=
t
1 + e0 t
(2.18)
34
2.4.
Uav, %
Tv
10
0,008
20
0,031
30
0,071
35
0,096
40
0,126
45
0,159
50
0,197
55
0,238
60
0,278
65
0,342
70
0,403
75
0,478
80
0,567
85
0,684
90
0,848
95
1,127
100
Penurunan (Settlement)
Semua tanah yang mengalami tegangan akan mengalami regangan di dalam
35
Metode penurunan seperti ini sebagian besar tidak dapat mengembalikan tanah pada
keadaan semula apabila tegangan ditiadakan karena terjadi pengurangan angka pori
yang permanen. Regangan pada tanah berbutir kasar dan tanah berbutir halus yang
kering atau jenuh sebagian akan terjadi sesudah bekerjanya tegangan. Bekerjanya
tegangan terhadap tanah yang berbutir halus yang jenuh akan menghasilkan tegangan
yang bergantung pada waktu. Penurunan yang dihasilkan akan bergantung juga pada
waktu dan disebut penurunan konsolidasi.
Secara umum, penurunan (settlement) pada tanah yang disebabkan oleh
pembebanan dapat dibagi dalam dua kelompok besar, yaitu :
1. Penurunan konsolidasi, yang merupakan hasil dari perubahan volume tanah
jenuh air sebagai akibat proses konsolidasi. Penurunan konsolidasi dibagi
menjadi dua, yaitu penurunan konsolidasi primer dan penurunan konsolidasi
sekunder.
2. Penurunan segera, yang merupakan akibat dari deformasi elastis tanah kering,
basah, dan jenuh air tanpa adanya perubahan kadar air.
Bilamana suatu lapisan tanah jenuh air diberi penambahan beban, angka
tekanan air pori akan naik secara mendadak. Pada tanah berpasir yang tembus air
(permeable), air dapat mengalir dengan cepat sehingga pengaliran air pori ke luar
sabagai akibat dari kenaikan tekanan air pori dapat selesai dengan cepat. Keluarnya
air dari dalam pori selalu disertai dengan berkurangnya volume tanah; berkurangnya
volume tanah tersebut dapat menyebabkan penurunan lapisan tanah itu. Karena air
pori di dalam tanah berpasir dapat mengalir ke luar dengan cepat, maka penurunan
segera dan penurunan konsolidasi terjadi bersamaan.
36
c =
e
e
=
log t 2 log t1 log(t 2 / t1 )
(2.19)
37
(2.20)
di mana : c = c/(1+ep)
ep = angka pori pada akhir konsolidasi primer
H = tebal lapisan lempung.
Penurunan yang diakibatkan oleh konsolidasi sekunder sangat penting untuk
semua jenis tanah organik dan tanah anorganik yang sangat mampu mampat
(compressible). Untuk lempung anorganik yang terlalu terkonsolidasi, indeks
pemampatan sekunder adalah sangat kecil sehingga dapat diabaikan.
Perbandingan pemampatan sekunder terhadap pemampatan primer untuk
suatu lapisan tanah dengan ketebalan tertentu adalah tergantung pada perbandingan
antara penambahan tegangan () dengan tegangan efektif awal (). Apabila
/ kecil, perbandingan pemampatan sekunder dan primer adalah besar.
2.5.
38
n
hi
C v = n i =1
hi
i =1 C vi
(2.21)
permeabilitas tanah (k) yang bisa diperoleh dari pengujian laboratorium seperti :
falling-heat test, constan-heat test, dan pengujian lapangan. Umumnya tanah
lempung mempunyai koefisien permeabilitas yang relaitif kecil dibanding dengan
tanah pasir, sehingga proses konsolidasi pada tanah lempung relatif lebih lama
dibanding pada tanah pasir.
Untuk mempercepat proses konsolidasi, dibuat suatu konstruksi vertikal
drain, yang ditanamkan ke dalam lapisan tanah secara vertikal. Pola penanaman
vertikal drain yang terpasang dilapangan setempat-setempat, dengan jarak tertentu,
sementara di dalam program plaxis fasilitas pengimlementasikan vertikal drain
bersifat menerus (plane strain). Untuk dapat mengimplementasikan vertikal drain
yang terpasang di lapangan ke dalam program, maka haruslah terlebih dahulu
diverifikasi kedalam bentuk plane strain yang akan menghasilkan koefisien
permeabilitas tanah (k) yang baru, selanjutnya dengan koefisien permeabilitas tanah
(k) yang baru tersebut proses pensimulasian pada program plaxis dapat dilakukan.
39
Menurut D. Russell, C.C Hird, dan I.C Pyrah, 1999 proses pengekivalenan
tersebut dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu:
-
Jarak antara vertikal drain pada kondisi plane strain dapat diubah (perubahan
geometri), dengan permeabilitas yang dibuat tetap pada kondisi axisymetris dan
plane strain (kax = kpl).
Permeabilitas
pada
kondisi
plane
strain
dapat
diubah
(perubahan
kondisi axisymetris menjadi plane strain dengan cara menyamakan debit air yang
masuk ke kondisi axisymetris sama dengan ke kondisi plane strain. Pengekivalenan
koefisien permeabilitas (k) dilakukan dengan rumusan sebagai berikut:
n k
2B 2
k ax = R 2 k pl ln + ax
3
S ks
dimana :
3
ln(S )
4
(2.22)
40
n=
2.7.
re
r
,S = s
rw
rw
Timbunan Bertahap
Timbunan
pada
lapisan
tanah
berfungsi
sebagai
preloading
yang
mempercepat proses konsolidasi. Dengan terdisipasinya air pori pada lapisan tanah
tersebut maka akan meningkatkan kuat geser tanahnya sehingga lapisan tanah
tersebut dapat memikul beban yang besar. Jika timbunan pada lapisan tanah dengan
ketinggian tertentu memiliki beban yang tidak dapat dipikul oleh lapisan tanah
tersebut maka penimbunan dilakukan dengan cara bertahap sehingga tidak terjadi
keruntuhan pada lapisan tanah. Umumnya timbunan yang dilakukan bertahap adalah
timbunan di atas tanah lunak.
2.8.
41
Step 2 :
Step 3 :
Step 4 :
Step 5 :
Step 6 :
Step 7 :
Step 8 :
42