TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Umum
Air baku atau raw water merupakan awal dari suatu proses dalam penyediaan dan
pengolahan air bersih. Berdasarkan SNI 6774:2008 yang dimaksud dengan air
baku adalah air yang berasal dari sumber air permukaan, cekungan air tanah dan
atau air hujan yang memenuhi ketentuan baku mutu tertentu sebagai air baku
untuk air minum.
Sumber air baku yang dapat langsung dikonsumsi oleh manusia adalah air hujan
dan air tanah dengan kriteria tertentu. Sedangkan untuk air permukaan, yaitu air
hujan yang telah terendap di permukaan bumi selama beberapa lama, tidak dapat
dikonsumsi langsung karena (Martin, 2004):
1. Rentan terhadap penyakit yang dapat disebarkan melalui air (water borne
desease);
2. Dapat menyebabkan gangguan kesehatan, seperti penyakit perut.
Secara umum ada beberapa aspek yang harus dipertimbangkan dalam perencanaan
sistem penyediaan air minum, yaitu (Al-Layla, 1978):
1. Aspek kuantitas dan kontinuitas
Sistem penyediaan air minum yang direncanakan tersedia dalam jumlah yang
cukup untuk periode waktu perencanaan dan dapat digunakan setiap saat.
2. Aspek kualitas
Air yang diolah harus memenuhi syarat kualitas yang telah ditetapkan, agar
masyarakat yang menggunakan air dapat mengkonsumsinya dengan aman
tanpa kekhawatiran akan terinfeksi suatu penyakit. Air yang bersih harus
memenuhi syarat berikut:
a.
b.
Bebas dari warna, kekeruhan, suhu, tidak berasa dan tidak berbau;
c.
3. Aspek teknis
Sistem penyediaan air minum harus dapat melayani dan manjangkau seluruh
daerah pelayanan dengan tekanan yang cukup.
4. Aspek biaya
Sistem penyediaan air minum yang dibangun haruslah ekonomis baik dalam
pembangunan, pengoperasian maupun dalam pemeliharaan, sehingga harga air
hasil olahan relatif murah dan terjangkau oleh masyarakat.
Dalam perencanaan sistem penyediaan air minum juga harus memperhatikan
beberapa konsep berikut (Al-Layla, 1978):
1.
Tingkat pelayanan
Harus disesuaikan dengan kemampuan badan pengelola yang bersifat sosial
tanpa merugikan badan pengelola itu sendiri, tingkat kemampuan penduduk
untuk berlangganan dan juga banyaknya alternatif sumber air yang nantinya
berpengaruh pada biaya pengolahan.
2.
Wilayah
Wilayah ini dibedakan atas dua bagian, yaitu wilayah administrasi dan
wilayah pelayanan.
3.
4.
5.
Proyeksi penduduk
Data proyeksi penduduk merupakan faktor yang relevan untuk mengestimasi
kebutuhan air di masa yang akan datang dan juga dari proyeksi penduduk ini
dapat dilakukan analisa terhadap potensi ekonomi, potensi industri dan potensi
lainnya yang akan berkembang.
6.
II-2
Air permukaan
Air permukaan merupakan sumber air yang banyak dimanfaatkan untuk
memenuhi kebutuhan manusia akan air minum. Air permukaan ini terdiri dari
air sungai, danau, laut, rawa dan mata air. Air permukaan kualitasnya
tergantung pada sumber air dan aktivitas pencemar yang ada di sekitarnya dan
apabila dijadikan sebagai sumber air minum maka perlu dilakukan pengolahan
kualitas air sebelum didistribusikan ke konsumen.
2.
Air tanah
Air tanah berasal dari air hujan yang meresap ke dalam tanah dan membentuk
lapisan air tanah. Air tanah terdiri dari air tanah dangkal dan air tanah
dalam.Air tanah dangkal kuantitasnya terbatas dan dipengaruhi oleh musim,
sedangkan air tanah dalam kuantitasnya bervariasi dari kecil sampai besar
tergantung pada jumlah kandungan air dalam lapisan tanah. Secara kualitas,
air tanah bagus dijadikan sumber air baku untuk air minumkarena relatif jernih
dan sedikit mengandung zat padat.
3.
4. Mata Air
Merupakan air tanah yang alirannya terhalang oleh lapisan kedap air (tanah
liat, tanah padat, batu atau cadas) sehingga mengalir ke permukaan tanah.
II-3
: broundcaptering;
4. Air tanah
Filt
Pengolahan yang terdiri dari satu atau dua unit pengolahan misalnya
pengolahan fisika saja, pengolahan kimia saja atau pengolahan fisika biologi.
Salah satu contoh skema dari pengolahan tidak lengkap:
PS
SPL
= Prasedimentasi
= Koagulasi
= Flokulasi
= Filtrasi
= Saringan Pasir Lambat
= Desinfeksi
Intake
Intake adalah bangunan penangkap air dari sumber air baku yang berasal dari air
permukaan (sungai atau danau). Fungsinya adalah untuk mengambil air baku dari
air permukaan dan dialirkan ke unit-unit pengolahan.
Ada beberapa variasi dalam tipe konstruksi intake, diantaranya (Kawamura,
1991):
a. Tower intake
Tower intake digunakan untuk air baku yang diambil dari danau, baik yang
alamiah maupun buatan (beton). Tower intake terletak pada bagian
pelimpahan atau dekat sisi bendungan. Pondasi menara (tower) terpisah dari
bendungan dan dibangun pada bagian hulu. Menara terdiri atas beberapa inlet
yang terletak pada ketinggian yang bervariasi untuk mengantisipasi fluktuasi
tinggi muka air. Dapat juga dibuat menara intake yang terpisah dengan dan
pada bagian upstream. Jika air di reservoar dapat mengalir secara gravitasi ke
pengolahan, maka tidak diperlukan pemompaan dari menara.
b. Shore intake
Shore intake memiliki variasi bentuk yang tergantung kepada situasi lapangan,
dan biasanya terletak di pinggiran sungai.
II-5
Shore Intake terbagi atas 3 jenis, yakni siphon well intake, suspended intake
dan floating intake. Berikut uraian masing-masing jenis shore intake.
1) Siphon well intake
Ciri khas dari intake ini adalah memiliki saluran air masuk ke bangunan
intake berupa pipa, sehingga tekanan air yang berfluktuasi tidak memberi
pengaruh pada interior intake.
2) Suspended intake
Memiliki karakteristik tersendiri yakni pipa hisap dibenamkan ke dalam
sumber air tanpa menggunakan bangunan pelindung dan langsung
tercampur dengan aliran sumber air.
II-6
3) Floating intake
Struktur intake yang ringkas diletakkan di atas sebuah pelampung yang
terapung dan bergerak naik turun mengikuti fluktuasi muka air.
c. Crib intake
Struktur intake dibuat terbenam di dasar sungai dengan kedalaman besar dari 3
m dari permukaan air. Lokasi dipilih dengan resiko terkecil terhadap
kemungkinan hanyut oleh arus sungai.
II-7
d.
Direct intake
Direct intake (langsung) adalah intake yang sumber airnya berasal dari
sumber air yang dalam seperti sungai dan danau. Intake jenis ini memerlukan
tanggul untuk mencegah agar tanah tidak mengalami erosi dan sedimentasi.
Keuntungan dari intake jenis ini yaitu biaya konstruksi lebih murah dari jenis
intake yang lain.
c.
Pada kanal navigasi (lalu lintas) ada tiang pancang sebagai pengaman;
d.
Pondasi harus cukup kuat sehingga tidak tergali oleh aliran air;
e.
f.
g.
Posisi inlet sedemikian rupa sehingga selalu dapat menerima air dengan
kondisi musim apapun.
II-8
Brouncapturing
pembangunan
: Arah aliran artesis terpusat, dimana mata air terjadi karena adanya
b. Tipe IB
: Arah aliran artesis tersebar, dimana mata air terjadi karena adanya
II-10
c. Tipe IC
tekanan hidrolis dan pemunculan air ke permukaan tanah melalui celah tegak
lurus lapisan kedap air;
II-11
d. Tipe ID
II-12
c. Tipe IIC
b.
3.
Sumur
Air tanah berasal dari air hujan yang meresap ke dalam tanah dan membentuk
lapisan air tanah. Air tanah terdiri dari air tanah dangkal dan air tanah dalam.Air
tanah dangkal kuantitasnya terbatas dan dipengaruhi oleh musim, sedangkan air
tanah dalam kuantitasnya bervariasi dari kecil sampai besar tergantung pada
jumlah kandungan air dalam lapisan tanah. Secara kualitas, air tanah bagus
dijadikan sumber air baku untuk air minumkarena relative jernih dan sedikit
mengandung zat padat.
Bangunan penangkap untuk air tanah adalah sumur. Untuk membangun sumur,
ada beberapa faktor yang diperhatikan (Schulz-Okun, 1984):
a. Kondisi permukaan tanah;
b. Jenis tanah;
c. Vegetasi pada permukaan;
d. Topografi wilayah;
e. Kondisi air permukaan;
f. Sumber-sumber pencemaran;
g. Regulasi.
Secara umum sumur dapat diklasifikasikan atas (Schulz-Okun, 1984):
a. Sumur dangkal
Sarana air bersih menggunakan sumber air tanah dangkal dengan membuat
sumur bor. Biasanya kedalaman dasar sumur mencapai 12-15 meter.Untuk
mengangkat air dari sumur dangkal dapat digunakan pompa listrik jenis jetpump.Pompa tangan adalah alat untuk menaikkan air dari dalam tanah.
II-13
II-14
b. Drived well
Merupakan metode yang paling sederhana untuk mengambil air tanah
dangkal. Dalam konstruksinya driven well menggunakan alat putar yang
dilengkapi dengan kerekan dan tripod. Dari titik pemutaran dimasukan pipa
baja dengan diameter lebih 50 mm. Untuk mengangkat air dari tanah dipasang
pompa tangan atau pompa mekanik. Sebaiknya dilengkapi dengan drainase
yang baik disekitar sumur (Karen J. Dawson, 1991).
c. Bored well
Menggunakan gurdi tangan maupun gurdi mesin dalam konstruksinya.
Lapisan tanah yang yang akan dibor harus padat agar tidak terjadi pengikisan
saat konstruksi. Dinding sumur atau casing dipasang setelah gurdi mencapai
air tanah. Umumnya diameter boredwell berkisar antara 250 sampai 600 mm
(Karen J. Dawson, 1991).
II-15
d. Drilled well
Biasanya dibangun untuk sumur dengan kedalaman dan kapasitas yang tinggi.
Menggunakan alat drill dengan dimeter sumur berkisar antara 150 mm hingga
1000mm. Umumnya konstruksi dipengaruhi oleh kondisi daerah tempat akan
dibangunnya sumur.
II-16
2.2.4
Pompa
2.
3.
Jenis pompa yang paling banyak digunakan adalah pompa jenis putar, karena (AlLayla, 1978):
1. Ukurannya kecil dan ringan;
2. Dapat memompa terus menerus;
3. Bekerja tanpa gejolak;
4. Konstruksi sederhana dan mudah dioperasikan.
II-17
a.
Pompa
turbin
Pompa
submersibel
Motor listrik pompa jenis ini terpasang langsung pada rumah pompa dan
merupakan konstruksi yang terpadu. Penyambungan ke atas hanya dengan
pipa keluar dan kabel penghantar daya listrik.
Kelebihan dan ciri pompa submersibel:
1) Tidak memerlukan bangunan pelindung untuk pompa;
2) Tidak menimbulkan kebisingan;
3) Konstruksi sederhana, karena tidak ada poros penyambung dan bantalan
perantara;
4) Pompa dapat bekerja pada putaran tinggi;
5) Mudah dipasang;
6) Harga relatif murah.
(m)
(m)
(m)
(m)
(m)
(m)
(m)
Hd,
Hfd,
Hmd
Ht
II-18
Daya Pompa
Persamaan:
..................................................................................................2.2
2......................................................................................................2.3
...............................................................................................2.4
....................................................................................................2.5
Keterangan:
P
Q
Ht
= daya pompa
= kapasitas pompa
= tinggi angkat total
= berat spesifik air
Pm = daya motor
A = faktor jenis motor
p = efisiensi pompa
k = efisiensi poros
m = efisiensi motor
(KN/m/det = Kwatt)
(m3/menit)
(m)
(kg/l)
(Kwatt)
(0,1-0,25)
3.
II-19
2.3.1 Prasedimentasi
Unit ini berfungsi sebagai tempat terjadinya proses pengendapan secara gravitasi
tanpa penambahan zat kimia karena partikel yang ada dalam suspensi tersebut
bersifat diskrit (non flokulan). Tujuan pengendapannya adalah untuk menurunkan
kekeruhan agar lebih mudah diolah dan mengurangi pemakaian zat kimia pada
proses selanjutnya. Kecepatan mengendap partikel dipengaruhi oleh berat jenis
dan diameter partikel dalam air baku. Proses ini menghasilkan lumpur. Waktu
pengendapan (detention time) biasanya antara 4-8 jam dengan kecepatan 20-70
m/hari (2,31510-3 - 8,10210-4 m/dtk) (Kawamura, 1991).
2.3.2 Koagulasi
Koagulasi adalah proses stabilisasi partikel-partikel koloid. Partikel-partikel
tersebut harus dilapisi dengan suatu lapisan pengikat kimia yang menjadikannya
berflokulasi (aglomerasi) dan diam dalam waktu tertentu. Pengadukan cepat
merupakan bagian dari koagulasi, yang bertujuan untuk mempercepat dan
meratakan zat-zat kimia yang digunakan untuk pengolahan air. Proses koagulasi
dapat terjadi dengan dua cara yaitu (Kawamura,1991):
a Destabilisasi/eliminasi stabilitas partikel dalam suspensi dengan menetralisir
muatan dengan suatu elektrolit dengan garam atau kedua cara diatas;
b Penambahan absorban, serentak pada permukaan sebagai usaha untuk
meningkatkan daya atraksi inter-molekuler guna mendapatkan aglomerasi yang
kuat.
Koagulan yang biasa digunakan adalah alum (aluminium sulfat) dan garam-garam
besi, dengan alum sebagai agen yang paling banyak digunakan. Selain itu juga
digunakan polimer-polimer kation, anion dan non ionik sintetis yang merupakan
koagulan-koagulan yang efektif tetapi biasanya lebih mahal dari senyawasenyawa alami (Kawamura,1991).
Tabel 2.1 Jenis-jenis Koagulan
Nama
Aluminium Sulfate
Sodium Aluminate
Ferrous Sulfate
Ferric Sulfate
Ferric Chloride
Komposisi
Al2(SO4)3.18 H2O
Na3AlO3
FeSO4.7H2O
Fe2(SO4)3
FeCl3
II-20
Nama
Chlorinated Coppears
Komposisi
FeCl2Fe(SO4)3
2. Pengadukan
3. Nilai G/detik
Kriteria
Hidrolis :
a. terjunan
b. saluran bersekat
c. dala instalasi pengolahan air bersekat
Mekanis :
a. Bilah (blade) pedal (paddle)
b. flotasi
1 sampai 5
besar dari 750
Dalam merancang unit koagulasi ini didasarkan pada nilai Gradien hidrolis (G)
dan waktu detensinya (td).
Persamaan umum yang digunakan untuk mencari gradien kecepatan (G) adalah:
...................................................................................................(2.15)
Keterangan:
G
P
Untuk pengadukan pada proses koagulasi ini dapat dilakukan dengan cara
hidrolis, mekanis dan pneumatis.
a
Hidrolis
II-21
..............................................................(2.17)
Keterangan:
G
P
h
C
Q
v
td
Perhitungan headloss
Pada terjunan air digunakan persamaan:
........................................................................................................(2.18)
Keterangan:
H = headloss (m)
v = kecepatan aliran air (m/det)
g = kecepatan gravitasi (m/det2)
................................................................................................(2.19)
Keterangan:
hf
L
D
f
v
g
.......................................................................................................(2.20)
II-22
Keterangan:
N
k
v
g
= jumlah baffle
= konstanta
= kecepatan aliran air (m/det)
= kecepatan gravitasi (m/det2)
b Mekanis
Pengadukan secara mekanis ini dapat dilakukan dengan menggunakan paddle,
turbin atau propeller. Persamaan yang digunakan untuk menghtiung daya padle:
.........................................................................(2.21)
..............................................................................(2.22)
....................................................................................................(2.23)
.......................................................................................................(2.24)
Keterangan:
P
FD
CD
A
v
vi
va
n
k
cPneumatis
Pengadukan dengan cara memasukkan udara ke dalam air sehingga terjadi
pengadukan. Udara yang dimasukkan diatur sesuai dengan nilai G untuk proses
koagulasi. Persamaan yang digunakan
untuk menghitung
pneumatis adalah:
II-23
...................................................................................(2.25)
Keterangan:
P
K
Qa
h
2.3.3 Flokulasi
Didefinisikan sebagai proses penggabungan flok-flok hasil koagulasi dengan
pengadukan lambat sehingga dapat menghasilkan flok-flok besar untuk
diendapkan. Proses ini akan menghasilkan endapan lumpur, untuk itu harus
disediakan ruang lumpur pada tiap-tiap kompartemennya. Pada unit ini, seperti
halnya dengan unit pengadukan cepat intensitas pengadukan juga ditentukan oleh
nilai G yang nilainya jauh lebih kecil dan waktu detensi.
Persamaan yang digunakan untuk menghitung nilai gradien (G) adalah (Reynold,
1982):
...(2.17)
Keterangan:
G
P
= gradien kecepatan
= power input/ daya
= viskositas dinamik
= volume air yang akan diolah
(det-1)
(kg m2/det3)
(kg/m det)
(m3)
II-24
2.3.4 Sedimentasi
Sedimentasi
merupakan
tempat
terjadinya
proses
pengendapan
setelah
penambahan zat kimia pada proses koagulasi dan flokulasi. Partikelnya bersifat
flokulen pada suspensi encer (Kawamura, 1991).
Tujuan sedimentasi:
1.
2.
Memisahkan pasir;
3.
4.
5.
6.
Dalam unit sedimentasi terdapat 4 (empat) zona, yaitu: zona inlet, zona
pengendapan atau settling zone, ruang lumpur, zona outlet. Sedangkan jenis-jenis
bak sedimentasi yang bisa digunakan antara lain adalah: rectangular/ persegi
panjang dan circular /lingkaran. Jenis aliran air ada yang berupa aliran horizontal,
vertikal, dan radial (Reynold, 1982).
Keuntungan dan kerugian tipe clarifier rectangular basin (horizontal flow):
1. Tidak berpengaruh terhadap debit yang berfluktuasi;
2. Dapat prediksi untuk semua kondisi;
3. Lebih mudah dioperasikan dan biaya perawatan lebih murah;
4. Mudah digunakan pada high rate settler modules.
II-25
2.3.5 Filtrasi
Filtrasi didefinisikan sebagai proses pemisahan antara solid-liquid dengan
melewatkan cairan melalui suatu media berpori atau material porus lainnya untuk
menghilangkan sebanyak mungkin zat padat terlarut. Terdapat beberapa jenis
filtrasi, yaitu (Kawamura, 1991):
1. Saringan pasir cepat (rapid sand filter)
Filtrasi jenis ini umumnya digunakan untuk mengolah air minum dan industri,
mudah terjadi clogging, sehingga diperlukan pencucian dengan menggunakan
aliran yang berlawanan dengan arah penyaringan.
2. Saringan pasir lambat (slow sand filter)
Filtrasi jenis ini umumnya digunakan untuk mengolah air dengan tingkat
kekeruhan kecil atau sama dengan 50 ppm, pencucian dapat dilakukan setelah
beberapa minggu atau bulan, zat tersuspensi dan koloidal akan tertahan pada
lapisan atas filter, clogging dapat diatasi dengan melakukan pengikisan pada
bagian atas.
3. Filter bertekanan
Klasifikasi filter berdasarkan media yang digunakan:
a. Media tunggal, mempunyai satu tipe media, biasanya pasir atau antrasit;
b. Media ganda, terdiri dari dua media yaitu pasir dan antrasit;
II-26
c. Multi media, terdiri atas beberapa media yaitu pasir, kerikil dan antrasit.
P10
P60
UC
..................................................................(2.9)
...(2.10)
II-27
Keterangan:
hl
f
L
rh
v
gc
d
= headloss
(m)
= faktor friksi
= kedalaman bed
(m)
= jari-jari hidrolis
(m)
= kecepatan rata-rata
(m/det)
= faktor konversi hukum Newton
= diameter saluran
(m)
.(2.11)
Keterangan :
hl= headloss
= faktor bentuk
D = tebal media
g = gaya gravitasi
v = kecepatan filtrasi
= porositas
CD= koefisien drag
x = berat fraksi
d = diameter geometri
(m)
(m)
(m/det2)
(m/det)
(m)
................................................................................................(2.12)
Persamaan CD untuk 1 < NRe< 104 adalah:
........................................................................(2.13)
Keterangan:
CD
NRe
= koefisien drag
= bilangan Reynolds
....................................................................................(2.14)
II-28
Keterangan:
H
g
Q
C
A
= headloss
(m)
= gaya gavitasi
(m/det2)
= debit pengolahan
(m3/det)
= koefisien orifice 0,65
= luas orifice
(m2)
......................................................................................(2.19)
Keterangan:
Hf
Hg
Hu
L
Lg
vb
vt
g
(m)
(m)
(m)
(m)
(m)
(m/menit)
(m/menit)
(m/det2)
2.3.6 Desinfeksi
Desinfeksi merupakan suatu proses yang menggunakan zat kimia yang berfungsi
untuk membunuh mikroorganisme patogen. Pada unit ini digunakan klorin karena
selain efektif untuk membunuh mikroorganisme patogen juga murah dan banyak
tersedia di pasaran. Selain itu juga menghasilkan residu yang penting agar selama
di perjalanan ke konsumen air tersebut terbebas dari mikroorganisme yang tidak
II-29
diinginkan, sehingga air hasil pengolahan tetap aman sebagai sumber air minum.
Reaksi desinfeksi ini dipengaruhi oleh temperatur, aliran air, kualitas air dan
waktu kontak.
2.
3.
2.3.7
Aerasi
Aerasi adalah suatu unit operasi untuk memindahkan gas ke dalam air. Air diberi
waktu untuk berkontak dengan udara seluas-luasnya dengan tujuan untuk
menaikkan kadar oksigen terlarut dan menurunkan kandungan CO 2 (agresif),
menghilangkan H2S dan CH4 dan berbagai zat/ senyawa organik yang mudah
mengendap. Untuk pengadukan pada proses aerasi ini dapat dilakukan dengan
cara hidrolis, mekanis dan pneumatis (Yudha, 2011).
4Fe(HCO3)2 + O2 + 2H2O
4Fe(OH)3 + 8CO2
2MnSO4 + 2Ca(OH)2 + O2
Aerasi alami
II-30
Aerasi alami merupakan kontak antara air dan udara yang terjadi karena
pergerakan air secara alami. Beberapa metode yang cukup populer digunakan
untuk meningkatkan aerasi alami antara lain menggunakan cascade aerator,
waterfalls, maupun cone tray aerator.
2. Aerasi difusi
Pada aerasi secara difusi, sejumlah udara dialirkan ke dalam air limbah
melalui diffuser. Udara yang masuk ke dalam air limbah nantinya akan
berbentuk gelembung-gelembung (bubbles). Gelembung yang terbentuk dapat
berupa gelembung halus (fine bubbles) atau kasar (coarse bubbles). Hal ini
tergantung dari jenis diffuser yang digunakan.
II-31
2.
Penyimpanan
Menutupi kebutuhan saat terjadi gangguan, kebutuhan puncak dan kehilangan
air. Penyimpanan harus sebanding dengan pemakaian.
3.
Pengatur tekanan
Muka air yang bebas di permukaan reservoar berfungsi untuk menghentikan
gradien tekanan. Adanya reservoar ini akan dapat digunakan untuk membatasi
tekanan di perpipaan.
Ground reservoir
Jika tinggi muka air lebih rendah dari daerah pelayanan dan diperlukan pompa
untuk menaikkan tekanan.Posisi diatur berdasarkan posisi instalasi.
2.
Elevated reservoir
Jika muka air daerah pelayanan lebih tinggi dan tekanan cukup. Elevated
reservoir diletakkan pada posisi tanah yang tinggi atau sebagai menara air.
Q =
Keterangan:
Q
P
Q=
II-32
..........................................................(2.21)
Keterangan:
Q
P
..............................................................................(2.24)
Keterangan:
(m3)
(dalam ribuan)
(l/menit)
VR
= volume reservoar
P
= jumlah penduduk
Vkebakaran = volume hidran kebakaran
Intake
Kriteria perencanaan untuk unit intake adalah:
Parameter
Kecepatan air melalui lubang saringan (vLs)
Diameter bukaan lubang (dbL)
Gross area/luas total saringan (Ag)
Saringan
Kriteria Desain
(0,15-0,3) m/det
(6-12) mm
2 x luas efektif saringan
diletakkan 0,6-1 m dibawah muka air
terendah
II-33
b. Bar screen
Tabel 2.4 Kriteria Desain Bar Screen
No
.
1.
Parameter
Jarak bukaan antar batang (b)
2.
3.
Kriteria Desain
(5,08-7,62) cm
(0,0508-0,0762) m
(0,5-0,75) inchi
(1,270-1,905) cm
(0,0127-0,01905) m
< 0,6 m/det
Parameter
Kriteria Desain
.
1.
(0,6-1,5) m/det
air
Sumber: Kawamura, 1991
Paremeter
Kriteria Desain
e. Sumur pengumpul
Tabel 2.7 Kriteria Desain Sumur Pengumpul
No
Paremeter
Kriteria Desain
.
1. Waktu detensi
(1-5) menit
2. Tinggi
(1-1,5) m
3. Tinggi foot valve dari dasar sumur
> 0,6 m
4. Kontruksi kedap air dan tebal dinding
20 cm atau lebih tebal
5. Kemiringan dasar sumur
(1-2) %;
6. Punya berat yang cukup dan kuat terhadap tekanan dan gaya yang ada
Sumber : PERMEN PU, 2007
Sumur
2.
Sumur bor
Kriteria desain untuk sumur bor adalah sebagai berikut:
II-34
Parameter
Kriteria Desain
Membuat diameter sumur digunakan jenis casing PVC atau low carbon yang disesuaikan
dengan kualitas air tanah
Kedalaman sumur tergantung kedalaman akifer dan jenis akifer yang ditentukan dari data
log bor
Dilengkapi dengan screen yang merupakan tempat masuknya air pada lubang bor dan
juga berfungsi sebagai filter agar material dari formasi tidak ikut terbawa oleh pompa;
4.
Dilengkapi dengan gravel pack, yaitu material kasar buatan yang ditempatkan disekitar
screen yang berguna untuk mempermudah air dipompa dan juga untuk menjaga agar
lubang bor stabil. Gravel pack juga berfungsi sebagai filter alami;
5.
6.
Dilengkapi juga dengan piezometer, yaitu sebuah alat pengukur air tanah yang
ditempatkan didalam sumur pantau;
7.
Grouting, yaitu lapisan buatan yang berfungsi untuk menahan konstruksi lubang bor
b.
250-600 mm
Sumur pengumpul
Kriteria desain untuk unit sumur pengumpul adalah sebagai berikut :
Tabel 2.9 Kriteria Desain Sumur Pengumpul
No
Parameter
Kriteria Desain
.
1. Sumur pengumpul dilengkapi dengan flow meter
2. Jarak dasar sumur dari muka air minimum
1,52 m
3. Detention time, td
1200 dtk
4. Tinggi foot valve dari dasar sumur
0,6 m
5. Tebal dinding dan sumur dan lantai
20 cm
6. Freeboard
0,5 m
7. Kemiringan dasar sumur
10%
8. Debit maksimum
0,108 m3/det
Sumber: Kawamura, 1991
2.4.2 Prasedimentasi
Kriteria desain untuk unit prasedimentasi adalah:
Tabel 2.8 Kriteria Desain Prasedimentasi
No
.
1.
2.
Parameter
Efisiensi pemisahan
Performance bak
Kriteria Desain
80 %;
very good, n = 1/8
II-35
No
.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
Parameter
Kriteria Desain
(20-80) m3/day/m2
20 m3/m2.hr = 2,0.10-4 m/dtk
Surface loading ( )
Pengurasan Lumpur
Waktu pengendapan
Kandungan lumpur
Suhu (T)
Viskositas kinematis ()
Bilangan Froude
Bilangan Reynold
P:L
Ruang lumpur:
a. Pengurasan dilakukan 1 kali 30 hari
b. Kandungan lumpur
c. Ruang lumpur direncanakan untuk debit
d. Waktu pengurasan
e. Kecepatan pipa penguras
f. Qunderdrain
Inlet
a. Perbandingan Qorifice terdekat dengan
terjauh
b. Diameter orifice
c. Perbandingan tinggi muka air terdekat
dengan terjauh
d. Kecepatan inlet cabang
Outlet
a. Menggunakan V-notch
b. Jarak antar V-notch
c. Lebar pelimpah
d. Lebar saluran pengumpul
e. Weir loading
2.4.3 Koagulasi
Kriteria desain untuk unit koagulasi adalah:
Tabel 2.9 Kriteria Desain Koagulasi
No
Parameter
Kriteria Desain
.
1. Menggunakan sistem hidrolis (terjunan) dengan persamaan Thomson sudut 90
2. Rentang gradien (G)
(200 1200)/dtk
3. Detention time, td
(30 120) dtk
4. Viskositas kinematis (v)
0,8975 x 10-6 m2/dtk
5. Konsentrasi koagulan
5 50 mg/L
Sumber: Darmasetiawan, 2004
2.4.4 Flokulasi
II-36
Kriteria Desain
10-70 /dtk
20-30 menit
1m
0,25 m/dtk
min 0,75 m
0,3048-0,6096 m ( 1-2 ft)
2.4.5 Sedimentasi
Kriteria desain untuk unit sedimentasi adalah:
Tabel 2.11 Kriteria Desain Sedimentasi
No
.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
Parameter
Surface loading (Q/A)
Kedalaman air di tangki
Panjang : Lebar
Waktu dekensi
Weir loading
Nre
Fr
Tinggi tube
Lebar tube
Tebal tube
Jenis tube yang dipakai adalah jenis plat.
Ruang lumpur:
Kandungan solid dalam lumpur
Lama pengurasan
Waktu pengurasan
Kecepatan pengurasan
Q tiap bak
Qunderdrain
Kriteria Desain
3,8-7,5 m/jam =
2,083x10-3 m/dtk
3,6 4,5 m
(4 : 3)-(6 : 1)
minimum 4 menit
3,8 - 15 m3/m.jam
< 2000
> 10-5
45o 60o
0,55 m
0,05 m
0,0025 m
1,056x10-3
= 1,5
= 5 menit = 300 dtk
= 1 x sehari
= 0,5 m/dtk
= 0,15 m3/dtk
= 2% x Qbak = 0,02 x 0,15 m3/dtk
= 3 x 10-3 m3/dtk
II-37
2.4.6 Filtrasi
Kriteria perencanaan saringan pasir lambat adalah:
Tabel 2.12 Kriteria Desain Filtrasi
No
.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
Parameter
Perhitungan Jumlah filter
Kecepatan filtrasi
Luas setiap filter
Lebar : panjang
Ketinggian air diatas filter
Ketebalan filter
Lapisan penyangga (kerikil)
Ketinggian freeboard
Ketinggian bak filter
Pasir filter:
a. Effective Size
b. Uniform Coeficient
Kerikil filter (optional bila tidak pakai noozle):
a. Paling atas ( lapis 1)
Kriteria Desain
N = 0,25 Q0,5
0,1-0,4 m /jam
100-200 m2< 3000 m2
1:21:4
1-1,5 m
0,6-1 m
0,3-0,45 m (4 lapis)
> 0,2 m
2,5-4 m rata-rata 3,2 m
0,2-0,4 mm
2-3
= 0,4-0,6 mm dengan kedalaman10 cm
b.
Lapis 2
c.
Lapis 3
d.
11.
Kriteria Desain
(2080) mg/L
68
(0,613) cm
Parameter
pipa plastic
Cl sisa
Kriteria Desain
(0,61,3) cm
(0,20,4) mg/L
II-38
No
.
3. Waktu kontak
4. Diameter tube
5. Kecepatan
Sumber: Kawamura, 1991
Parameter
Kriteria Desain
(1015) menit
(0,6-1,3) cm
(0,36) m/dtk
2.4.8 Reservoar
Kriteria desain untuk reservoir adalah:
Tabel 2.15 Kriteria Desain Reservoar
No.
1.
2.
Parameter
Kriteria Desain
Pipa inlet dan outlet:
a. Posisi dan jumlah inlet ditentukan berdasarkan bentuk dan struktur tangki, sehingga
tidak ada daerah yang tidak teraliri;
b. Pipa outlet diletakkan minimal 10 cm di atas lantai bak atau pada permukaan air
minimum;
c. Pipa outlet dilengkapi dengan strainer yang berfungsi sebagai penyaring;
d. Pipa inlet dan outlet dilengkapi dengan gate valve.
Ambang bebas dan dasar bak:
a. Ambang bebas
= minimal 30 cm dari permukaan air
b.
Dasar bak
c.
Kapasitas standar:
a. Untuk tipe ground reservoar
3.
b.
c.
4.
II-39