impedensi akustik yang berbeda beda. Impedensi akustik yaitu kemampuan suatu bahan
untuk memantulkan atau meneruskan gelombang yang mengenai medium tersebut, Nilai
impedansi akustik dinyatakan dengan persamaan :
(2.1)
dengan :
Z = Accoustic Impedance ( Impedansi Akustik)
= densitas medium
Vp = kecepatan gelombang P
Perbedaan impedansi akustik antar medium akan mempengaruhi koefisien
refleksi, yaitu nilai perbandingan antara amplitudo gelombang datang dan amplitudo
gelombang pantul atau disebut juga reflektifitas. Nilai koefisien refleksi dinyatakan
sebagai berikut :
(2.2)
dengan :
RC
1 dan 2
= koefisien refleksi
= densitas medium 1 dan 2
nVpn
Hukum snellius yaitu gelomban yang melewati suatu medium akan dipantulkan dan
dibiaskan seperti pada gambar 2.1. P merupakan gelombang datang yang melewati
suatu medium yang dipantul dan di biaskan, dari peristiwa tersebut dapat dibuat
persamaan
(2.3)
Prinsip Fermat yaitu penjalaran suatu gelombang dari suatu titik ke titik lain akan
mencari waktu minimumnya
c.
Prinsip Huygens setiap titik yang dilalui gelombang maka akan menjadi sumber
gelombang baru.
Biasanya metode seismik refleksi ini dipadukan dengan metode geofisika lainnya,
misalnya metode grafitasi, magnetik, dan lain-lain. Namun metode seismik refleksi adalah
yang paling mudah memberikan informasi paling akurat terhadap gambaran atau model
geologi bawah permukaan dikarenakan data-data yang diperoleh lebih akurat.
Pada umumnya metode seismik refleksi terbagi atas tiga tahapan utama, yaitu:
1.
Pengumpulan data seismik (akuisisi data seismik): semua kegiatan yang berkaitan
dengan pengumpulan data sejak survey pendahuluan dengan survey detail.
2.
Pengolahan data seismik (processing data seismik): kegiatan untuk mengolah data
rekaman di lapangan (raw data) dan diubah ke bentuk penampang seismik migrasi.
3.
Metode seismik refleksi mengukur waktu yang diperlukan suatu impuls suara untuk
melaju dari sumber suara, terpantul oleh batas-batas formasi geologi, dan kembali ke
permukaan tanah pada suatu geophone. Refleksi dari suatu horison geologi mirip dengan
gema pada suatu muka tebing atau jurang.Metode seismik refleksi banyak dimanfaatkan
Topografi / navigasi
2.
Seismic drilling
3.
Recording
Seismik 2D, survey ini hanya dilakukan dengan tujuan mencitrakan point-point tertentu
Seismik 3D
Explorasi seismic 3D merupakan teknologi pencitraan (imaging) bawah permukaan
secara tiga dimensi. Berbeda dengan seismic 2D yang mencitrakan point tertentu atau
titik maka seismic 3D adalah teknologi untuk mencitrakan bidang. Seismic 3D memiliki
kelebihan untuk meng-eliminasi mis-tie dalam migrasi reflector miring, meningkatkan
resolusi horizontal, dan memberikan citra yang lebih detail.
Berikut adalah terminologi yang sering digunakan dalam Explorasi Seismic 3D:
Inline: garis-garis semu yang parallel dengan bentangan receiver.
CMP bin: kotak semu di bawah permukaan dengan ukuran RI*SI dimana RI
adalah Interval receiver dan SI interval Source. CMP bin mengandung semua trace yang
dimiliki oleh CMP yang sama.
Salvo: sejumlah sumber tembakan yang direkam oleh patch yang sama.
Fold: banyaknya mid-point yang di-stack dalam CMP bin yang sama. Besaran
Fold berbeda dari bin ke bin sejalan dengan perubahan offset dan azimuth serta berubah
terhadap kedalaman sejalan dengan bertambahnya offset. Fold=NS*NR*b2, dimana NS
dan NR adalah banyaknya Source dan Receiver dalam wilayah tertentu dan b
merupakan dimensi bin. Contoh jika per kilometer persegi terdapat 80 source dan 600
receiver dan dimensi bin 25m maka Fold=80*600*25*25 m2/km2=30.
Crossline Fold: setengah dari jumlah inline dalam satu patch. Jika dalam satu
patch terdapat 8 inline maka Crossline Fold=8/2=4.
Inline Fold: Fold/Crossline Fold. Untuk contoh kita 30/4=7.5. Dengan demikian
Fold=Crossline Fold*Inline Fold=7.5*4=30.
Berikut adalah contoh untuk mendesign sebuah survey land 3D dengan kedalaman
target=3000m, bin=25m dan Fold=30 dengan sistem split-spread (sumber di tengah).
Dengan Interval lintasan receiver 400m:
Receiver Interval dapat ditentukan dengan 2xbin=2x25=50m.
Jumlah receiver yang harus diaktifkan jika hanya tersedia 900 receiver, 108*
8=864 receiver (untuk 1 patch). Maka kita dapat memiliki 8 lintasan receiver.
Inline Fold=30/4=7.5
Shot line Interval (SI) dapat ditentukan dengan NI=(Total perekam per
line/2)*Receiver interval/SI. 7.5 =(108/2)*(50/SI). Jadi SI=360m.
Terdapat beberapa teknik shooting seismic 3D, diantaranya adalah Metoda Swath
Shooting:
1.
Lintasan-lintasan receiver dibentangkan secara parallel.
2.
3.
4.
Sumber kedua-ketiga dst sampai ke-terakhir (dalam satu patch) diledakkan
dengan perekaman dilakukan untuk masing-masing ledakan.
5.
6.
Pindah ke source line berikutnya, lakukan hal yang sama sehingga diperoleh
salvo-2, dst.
7.
Beberapa salvo dilakukan sampai akhirnya sampai di ujung lintasan receiver
sehingga diperoleh satu swath.
8.
Roll-over sebesar setengah patch kearah crossline untuk memperoleh swath 2,
dst sampai seluruh areal 3D.
seismik suatu daerah dengan parameter waktu. Bagaimana perubahan susunan geologi
suatu daerah seiring dengan waktu.
Desain Line Seismik Meliputi:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Data penunjang (keberadaan akses, demografi, kondisi sosial dan morfologi
daerah survey
8.
9.
10.
Parameter Drilling dan Recording (spesifikasinya berbeda untuk seismik 3D, 2D
maupun Sparse 3D)
b.
Gambar 2. 12. Peta desain jaringan dan titik GPS menggunakan software Mesa
c.
f.