Anda di halaman 1dari 82

koloid, suspensi, larutan (kimia)

https://nuranimahabbah.wordpress.com/2009/05/16/koloid-suspensi-larutankimia/

BAB I
PENDAHULUAN
Sistem koloid berhubungan dengan proses prose di alam yang mencakup berbagai bidang.
Hal itu dapat kita perhatikan di dalam tubuh makhluk hidup, yaitu makanan yang kita makan
(dalam ukuran besar) sebelum digunakan oleh tubuh. Namun lebih dahulu diproses sehingga
berbentuk koloid. Juga protoplasma dalam sel sel makhluk hidup merupakan suatu koloid
sehingga proses proses dalam sel melibatkan sitem koloid.
Dalam kehidupan sehari-hari ini, sering kita temui beberapa produk yang merupakan
campuran dari beberapa zat, tetapi zat tersebut dapat bercampur secara merata/ homogen.
Misalnya saja saat ibu membuatkan susu untuk adik, serbuk/ tepung susu bercampur secara
merata dengan air panas. Kemudian, es krim yang biasa dikonsumsi oleh orang mempunyai
rasa yang beragam, es krim tersebut haruslah disimpan dalam lemari es agar tidak meleleh.
Kesemuanya merupakan contoh koloid.
Udara mengandung juga sistem koloid, misalnya polutan padat yang terdispersi (tercampur)
dalam udara, yaitu asap dan debu. Juga air yang terdispersi dalam udara yang disebut kabut
merupakan sistem koloid. Mineral mineral yang terdispersi dalam tanah, yang dibutuhkan
oleh tumbuh tumbuhan juga merupakan koloid. Penggunaan sabun untuk mandi dan
mencuci berfungsi untuk membentuk koloid antara air dengan kotoran yang melekat
(minyak). Campuran logam selenium dengan kaca lampu belakang mobil yang menghasilkan
cahaya warna merah merupakan sistem koloid.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian koloid, larutan, suspensi
Koloid adalah suatu campuran zat heterogen (dua fase) antara dua zat atau lebih di mana
partikel-partikel zat yang berukuran koloid (fase terdispersi/yang dipecah) tersebar secara
merata di dalam zat lain (medium pendispersi/ pemecah). Dimana di antara campuran
homogen dan heterogen terdapat sistem pencampuran yaitu koloid, atau bisa juga disebut
bentuk (fase) peralihan homogen menjadi heterogen. Campuran homogen adalah campuran
yang memiliki sifat sama pada setiap bagian campuran tersebut, contohnya larutan gula dan
hujan. Sedangkan campuran heterogen sendiri adalah campuran yeng memiliki sifat tidak
sama pada setiap bagian campuran, contohnya air dan minyak, kemudian pasir dan semen.
Ukuran partikel koloid berkisar antara 1-100 nm. Ukuran yang dimaksud dapat berupa
diameter, panjang, lebar, maupun tebal dari suatu partikel. Contoh lain dari sistem koloid
adalah adalah tinta, yang terdiri dari serbuk-serbuk warna (padat) dengan cairan (air). Selain
tinta, masih terdapat banyak sistem koloid yang lain, seperti mayones, hairspray, jelly, dll.
Larutan adalah campuran homogen antara zat terlarut dan pelarut. Zat terlarut dinamakan

juga dengan fasa terdispersi atau solut, sedangkan zat pelarut disebut dengan fasa pendispersi
atau solvent. Contohnya larutan gula atau larutan garam.
Suspensi adalah campuran heterogen yang terdiri dari partikel partikel kecil padat atau cair
yang terdispersi dalam zat cair atau gas. Misalnya, tepung beras dilarutkan dalam air dan
dikocok dengan kuat; Apabila campuran tersebut dibiarkan beberapa saat, campuran tersebut
akan mengendap ke bawah.
Ciri cirinya:
1. Larutan (Dispersi Molekuler)
@1 fase
@jernih
@homogen
@diameter partikel: <1 nm
@tidak dapat disaring
@tidak memisah jika didiamkan
2.Koloid (Dispersi Koloid)
@2 fase
@keruh
@antara homogen dengan heterogen
@diameter partikel: 1 nm<d<100 nm
@tidak dapat disaring dengan penyaring biasa, melainkan dengan penyaring ultra
@tidak memisahkan jika didiamkan
3. Suspensi(Dispersi Kasar)
@2 fase
@keruh
@heterogen
@diameter partikel: >100 nm
@dapat disaring dengan kertas saring biasa
@memisah jika didiamkan
Keadaan koloid atau sistem koloid atau suspensi koloid atau larutan koloid atau suatu koloid
adalah suatu campuran berfasa dua yaitu fasa terdispersi dan fasa pendispersi dengan ukuran
partikel terdispersi berkisar antara 10-7 sampai dengan 10-4 cm. Besaran partikel yang
terdispersi, tidak menjelaskan keadaan partikel tersebut. Partikel dapat terdiri atas atom,
molekul kecil atau molekul yang sangat besar. Koloid emas terdiri atas partikel-partikel
dengan bebagai ukuran, yang masing-masing mengandung jutaan atom emas atau lebih.
Koloid belerang terdiri atas partikel-partikel yang mengandung sekitar seribu molekul S8.
Suatu contoh molekul yang sangat besar (disebut juga molekul makro) ialah haemoglobin.
Berat molekul dari molekul ini 66800 s.m.a dan mempunyai diameter sekitar 6 x 10-7.
2.2 Jenis jenis koloid

Koloid merupakan suatu sistem campuran metastabil (seolah-olah stabil, tapi akan
memisah setelah waktu tertentu). Koloid berbeda dengan larutan; larutan bersifat stabil. Di
dalam larutan koloid secara umum, ada 2 zat sebagai berikut :
Zat terdispersi, yakni zat yang terlarut di dalam larutan koloid
Zat pendispersi, yakni zat pelarut di dalam larutan koloid
Berdasarkan fase terdispersinya, sistem koloid dapat dikelompokkan menjadi 3, yaitu:
1. Sol (fase terdispersi padat)
a. Sol padat adalah sol dalam medium pendispersi padat
Contoh: paduan logam, gelas warna, intan hitam
b. Sol cair adalah sol dalam medium pendispersi cair
Contoh: cat, tinta, tepung dalam air, tanah liat
c. Sol gas adalah sol dalam medium pendispersi gas
Contoh: debu di udara, asap pembakaran
2. Emulsi (fase terdispersi cair)
a. Emulsi padat adalah emulsi dalam medium pendispersi padat
Contoh: Jelly, keju, mentega, nasi
b. Emulsi cair adalah emulsi dalam medium pendispersi cair
Contoh: susu, mayones, krim tangan
c. Emulsi gas adalah emulsi dalam medium pendispersi gas
Contoh: hairspray dan obat nyamuk
3. Buih (fase terdispersi gas)
a. Buih padat adalah buih dalam medium pendispersi padat
Contoh: Batu apung, marshmallow, karet busa, Styrofoam
b. Buih cair adalah buih dalam medium pendispersi cair
Contoh: putih telur yang dikocok, busa sabun
Untuk pengelompokan buih, jika fase terdispersi dan medium pendispersi samasama berupa gas, campurannya tergolong larutan.
BAB III
KOLOID SOL
3.1 Sifat sifat koloid sol:
1. Gerak Brown
Gerak Brown ialah gerakan partikel-partikel koloid yang senantiasa bergerak lurus tapi tidak
menentu (gerak acak/tidak beraturan). Jika kita amati koloid dibawah mikroskop ultra, maka
kita akan melihat bahwa partikel-partikel tersebut akan bergerak membentuk zigzag.
Pergerakan zigzag ini dinamakan gerak Brown. Partikel-partikel suatu zat senantiasa
bergerak. Gerakan tersebut dapat bersifat acak seperti pada zat cair dan gas( dinamakan gerak
brown), sedangkan pada zat padat hanya beroszillasi di tempat ( tidak termasuk gerak
brown ). Untuk koloid dengan medium pendispersi zat cair atau gas, pergerakan partikelpartikel akan menghasilkan tumbukan dengan partikel-partikel koloid itu sendiri. Tumbukan

tersebut berlangsung dari segala arah. Oleh karena ukuran partikel cukup kecil, maka
tumbukan yang terjadi cenderung tidak seimbang. Sehingga terdapat suatu resultan tumbukan
yang menyebabkan perubahan arah gerak partikel sehingga terjadi gerak zigzag atau gerak
Brown.
Semakin kecil ukuran partikel koloid, semakin cepat gerak Brown yang terjadi. Demikian
pula, semakin besar ukuran partikel koloid, semakin lambat gerak Brown yang terjadi. Hal ini
menjelaskan mengapa gerak Brown sulit diamati dalam larutan dan tidak ditemukan dalam
campuran heterogen zat cair dengan zat padat (suspensi). Gerak Brown juga dipengaruhi oleh
suhu. Semakin tinggi suhu sistem koloid, maka semakin besar energi kinetik yang dimiliki
partikel-partikel medium pendispersinya. Akibatnya, gerak Brown dari partikel-partikel fase
terdispersinya semakin cepat. Demikian pula sebaliknya, semakin rendah suhu sistem koloid,
maka gerak Brown semakin lambat.
2. Efek Tyndall
Efek Tyndall ialah gejala penghamburan berkas sinar (cahaya) oleh partikel-partikel koloid.
Hal ini disebabkan karena ukuran molekul koloid yang cukup besar. Efek tyndall ini
ditemukan oleh John Tyndall (1820-1893), seorang ahli fisika Inggris. Oleh karena itu sifat
itu disebut efek tyndall.
Efek tyndall adalah efek yang terjadi jika suatu larutan terkena sinar. Pada saat larutan sejati
(gambar kiri) disinari dengan cahaya, maka larutan tersebut tidak akan menghamburkan
cahaya, sedangkan pada sistem koloid (gambar kanan), cahaya akan dihamburkan. hal itu
terjadi karena partikel-partikel koloid mempunyai partikel-partikel yang relatif besar untuk
dapat menghamburkan sinar tersebut. Sebaliknya, pada larutan sejati, partikel-partikelnya
relatif kecil sehingga hamburan yang terjadi hanya sedikit dan sangat sulit diamati.
3. Adsorpsi koloid
Adsorpsi ialah peristiwa penyerapan partikel atau ion atau senyawa lain pada permukaan
partikel koloid yang disebabkan oleh luasnya permukaan partikel. Dimana partikel-partikel
sol padat ditempatkan dalam zat cair atau gas, maka pertikel-partikel zat cair atau gas tersebut
akan terakumulasi pada permukaan zat padat tersebut. Beda halnya dengan absorpsi.
Absorpsi adalah fenomena menyerap semua partikel ke dalam sol padat bukan di atas
permukaannya, melainkan di dalam sol padat tersebut.
Partikel koloid sol memiliki kemampuan untuk mengadsorpsi partikel-partikel pada
permukaannya, baik partikel netral atau bermuatan (kation atau anion) karena mempunyai
permukaan yang sangat luas. Contoh : (i) Koloid Fe(OH)3 bermuatan positif karena
permukaannya menyerap ion H+. (ii) Koloid As2S3 bermuatan negatif karena permukaannya
menyerap ion S2.
4. Muatan koloid sol
Sifat koloid terpenting adalah muatan partikel koloid. Semua partikel koloid memiliki muatan
sejenis (positif dan negatif). Maka terdapat gaya tolak menolak antar partikel koloid. Partikel
koloid tidak dapat bergabung sehingga memberikan kestabilan pada sistem koloid. Sistem
koloid secara keseluruhan bersifat netral. Berikut penjelasan tentang sumber muatan koloid,
kestabilan, lapisan bermuatan ganda, elektroforesis koloid sol, dan proses proses lainnya
pada koloid sol :
A. Sumber muatan koloid sol
Partikel-partikel koloid mendapat mutan listrik melalui dua cara, yaitu :

Proses adsorpsi
Partikel koloid dapat mengadsorpsi partikel bermuatan dari fase pendispersinya. Jenis muatan
tergantung dari jenis partikel yang bermuatan. Partikel sol Fel (OH)3 kemampuan untuk
mengadsorpsi kation dari medium pendisperinya sehingga bermuatan positif, sedangkal
partikel sol As2S3 mengadsorpsi anion dari medium pendispersinya sehingga bermuatan
negatif.
Sol AgCI dalam medium pendispersi dengan kation Ag+ berlebihan akan mengadsorpsi Ag+
sehingga bermuatan positif. Jika anion CI- berlebih, maka sol AgCI akan mengadsorpsi ion
CI- sehingga bermuatan positif.
Proses ionisasi gugus permukaan partikel
Beberapa partikel koloid memperoleh muatan dari proses ionisasi gugus-gugus yang ada pada
permukaan partikel koloid. Contohnya adalah koloid protein dan koloid sabun/ deterjen.
Berikut penjelasannya:
^-^ Koloid protein
Koloid protein adalah jenis koloid sol yang mempunyai gugus yang bersifat asam (-COOH)
dan biasa (-NH2). Kedua gugus ini dapat terionisasi dan memberikan muatan pada molekul
protein.
Pada ph rendah , gugus basa NH2 akan menerima proton dan membentuk gugus NH3. Ph
tinggi, gugus COOH akan mendonorkan proton dan membentuk gugus COO-. Pada ph
intermediet partikel protein bermuatan netral karena muatan NH3+ dan COO- saling
meniadakan.
^-^ Koloid sabun dan deterjen
Pada konsentrasi relatif pekat, molekul ini dapat bergabung membentuk partikel berukuran
koloid yang disebut misel. Zat yang molejulnya bergabung secara spontan dalam suatu fase
pendispersi dan membentuk partikel berukuran koloid disebut koloid terasosiasi.
Sabun adalah garam karboksilat dengan rumus R-COO-Na+. Anion R-COO- terdiri dari
gugus R- yang bersifat non pola. Gugus R- atau ekor non-polar tidak larut dalam air sehingga
akan terorientasi ke pusat.
B. Kestabilan koloid
Terdapat beberapa gaya pada sistem koloid yang menentukan kestabilan koloid, yaitu sebagai
berikut :
Gaya pertama ialah gaya tarik menarik yang dikenaln dengan gaya London Van der
Waals. Gaya ini menyebabkan partikel partikel koloid berkumpul membentuk agregat dan
akhirnya mengendap.
Gaya kedua ialah gaya tolak menolak. Gaya ini terjadi karena pertumpangtindihan lapisan
ganda listrik yang bermuatan sama. Gaya tolak menolak tersebut akan membuat dispersi
koloid menjadi stabil.
Gaya ketiga ialah gaya tarik menarik antara partikel koloid dengan medium pendispersinya.
Terkadang, gaya ini dapat menyebabkan terjadinya agregasi partikel koloid dan gaya ini juga
dapat meningkatkan kestabilan sistem koloid secara keseluruhan.

Salah satu faktor yang mempengaruhi stabilitas koloid ialah muatan permukaan koloid.
Besarnya muatan pada permukaan partikel dipengaruhi oleh konsentrasi elektrolit dalam
medium pendispersi. Penambahan kation pada permukaan partikel koloid yang bermuatan
negatif akan menetralkan muatan tersebut dan menyebabkan koloid menjadi tidak stabil.
Banyak koloid yang harus dipertahankan dalam bentuk koloid untuk penggunaannya.
Contoh: es krim, tinta, cat. Untuk itu digunakan koloid lain yang dapat membentuk lapisan di
sekeliling koloid tersebut. Koloid lain ini disebut koloid pelindung. Contoh: gelatin pada sol
Fe(OH)3.
Untuk koloid yang berupa emulsi dapat digunakan emulgator yaitu zat yang dapat tertarik
pada kedua cairan yang membentuk emulsi. Contoh: sabun deterjen sebagai emulgator dari
emulsi minyak dan air.
C. Lapisan bermuatan ganda
Pada awalnya, partikel-partikel koloid mempunyai muatan yang sejenis yang didapatkannya
dari ion yang diadsorpsi dari medium pendispersinya. Apabila dalam larutan ditambahkan
larutan yang berbeda muatan dengan system koloid, maka sistem koloid itu akan menarik
muatan yang berbeda tersebut sehingga membentuk lapisan ganda.
Lapisan pertama ialah lapisan padat di mana muatan partikel koloid menarik ion-ion dengan
muatan berlawanan dari medium pendispersi. Sedangkan lapisan kedua berupa lapisan difusi
dimana muatan dari medium pendispersi terdifusi ke partikel koloid. Model lapisan berganda
tersebut tijelaskan pada lapisan ganda Stern. Adanya lapisan ini menyebabkan secara
keseluruhan bersifat netral.
D. Elektroforesis
Elektroforesis adalah suatu proses untuk menghitung berpindahnya ion atau partikel koloid
bermuatan dalam medium cair yang dipengaruhi oleh medan listrik. Yaitu, pergerakan
partikel partikel koloid dalam medan listrik ke masing masing elektrode. Prinsip kerja
elektroforesis digunakan untuk membersihkan asap hasil industri dengan alat Cottrell.
E. Koagulasi
Koagulasi adalah penggumpalan partikel koloid dan membentuk endapan. Dengan terjadinya
koagulasi, berarti zat terdispersi tidak lagi membentuk koloid. Koloid akan mengalami
koagulasi dengan cara:
1. Mekanik. Cara mekanik dilakukan dengan pemanasan, pendinginan atau pengadukan
cepat.
2. Kimia. Dengan penambahan elektrolit (asam, basa, atau garam). Contoh: susu + sirup
masam > menggumpal
lumpur + tawas > menggumpal
Dengan mencampurkan 2 macam koloid dengan muatan yang berlawanan. Contoh: Fe(OH)3
yang bermuatan positif akan menggumpal jika dicampur As2S3 yang bermuatan negatif.

F. Koloid liofol dan liofob


Berdasarkan sifat adsorpsi dari partikel koloid terhadap medium pendispersinya, kita
mengenal dua macam koloid :
Koloid liofil yaitu koloid yang senang cairan (bahasa Yunani : liyo = cairan; philia =
senang). Partikel koloid akan mengadsorpsi molekul cairan, sehingga terbentuk selubung di
sekeliling partikel koloid itu. Contoh koloid liofil adalah kanji, protein, dan agar-agar.
Koloid liofob yaitu koloid yang benci cairan (phobia = benci). Partikel koloid tidak
mengadsorpsi molekul cairan. Contoh koloid liofob adalah sol sulfida dan sol logam.
Ciri cirinya:
1. Sol Liofil
@Dapat dibuat langsung dengan mencampurkan fase terdispersi dengan medium
terdispersinya
@Mempunyai muatan yang kecil atau tidak bermuatan
@Partikel-partikel sol liofil mengadsorpsi medium pendispersinya. Terdapat proses solvasi/
hidrasi, yaitu terbentuknya lapisan medium pendispersi yang teradsorpsi di sekeliling partikel
sehingga menyebabkan partikel sol liofil tidak saling bergabung
@Viskositas sol liofil > viskositas medium pendispersi
@Tidak mudah menggumpal dengan penambahan elektrolit
@Reversibel, artinya fase terdispersi sol liofil dapat dipisahkan dengan koagulasi, kemudian
dapat diubah kembali menjadi sol dengan penambahan medium pendispersinya.
@Memberikan efek Tyndall yang lemah
@Dapat bermigrasi ke anode, katode, atau tidak bermigrasi sama sekali
2.Sol Liofob
@Tidak dapat dibuat hanya dengan mencampur fase terdispersi dan medium pendisperinya
@Memiliki muatan positif atau negative
@Partikel-partikel sol liofob tidak mengadsorpsi medium pendispersinya. Muatan partikel
diperoleh dari adsorpsi partikel-partikel ion yang bermuatan listrik
@Viskositas sol hidrofob hampir sama dengan viskositas medium pendispersi
@Mudah menggumpal dengan penambahan elektrolit karena mempunyai muatan
@Irreversibel artinya sol liofob yang telah menggumpal tidak dapat diubah menjadi sol
@Memberikan efek Tyndall yang jelas
@Akan bergerak ke anode atau katode, tergantung jenis muatan partikel
3.2 Pembuatan sistem koloid sol
1. Cara Kondensasi
a. Reaksi dekomposisi rangkap
Misalnya:
Sol As2S3 dibuat dengan gaya mengalirkan H2S dengan perlahan-lahan melalui larutan
As2O3 dingin sampai terbentuk sol As2S3 yang berwarna kuning terang;
As2O3 (aq) + 3H2S(g) As2O3 (koloid) + 3H2O(l)

(Koloid As2S3 bermuatan negatif karena permukaannya menyerap ion S2-)


Sol AgCl dibuat dengan mencampurkan larutan AgNO3 encer dan larutan HCl encer;
AgNO3 (ag) + HCl(aq) AgCl (koloid) + HNO3 (aq)
b. Reaksi redoks
Misalnya:
Sol emas atau sol Au dapat dibuat dengan mereduksi larutan garamnya dengan
melarutkan AuCl3 dalam pereduksi organic formaldehida HCOH;
2AuCl3 (aq) + HCOH(aq) + 3H2O(l) 2Au(s) + HCOOH(aq) + 6HCl(aq)
Sol belerang dapat dibuat dengan mereduksi SO2 yang terlarut dalam air dengan
mengalirinya gas H2S ; 2H2S(g) + SO2 (aq) 3S(s) + 2H2O(l)
c. Reaksi hidrolisis
Hidrolisis adalah reaksi suatu zat dengan air. Misalanya:
Sol Fe(OH3) dapat dibuat dengan hidrolisis larutan FeCl3 dengan memanaskan
larutan FeCl3 atau reaksi hidrolisis garam Fe dalam air mendidih;
FeCl3 (aq) + 3H2O(l) Fe(OH) 3 (koloid) + 3HCl(aq)
(Koloid Fe(OH)3 bermuatan positif karena permukaannya menyerap ion H+)
Sol Al(OH)3 dapat diperoleh dari reaksi hidrolisis garam Al dalam air mendidih;
AlCl3 (aq) + 3H2O(l) Al(OH) 3 (koloid) + 3HCl(aq)
d. Reaksi pergantian pelarut
Cara ini dilakukan dengan mengganti medium pendispersi sehingga fasa terdispersi
yang semulal arut setelah diganti pelarutanya menjadi berukuran koloid. Misalnya;
untuk membuat sol belerang yang sukar larut dalam air tetapi mudah larut dalam alkohol
seperti etanol dengan medium pendispersi air, belarang harus terlenih dahulu dilarutkan
dalam etanol sampai jenuh. Baru kemudian larutan belerang dalam etanol tersebut
ditambahkan sedikit demi sedikit ke dalam air sambil diaduk. Sehingga belerang akan
menggumpal menjadi pertikel koloid dikarenakan penurunan kelarutan belerang dalam air.
Sebaliknya, kalsium asetat yang sukar larut dalam etanol, mula-mula dilarutkan terlebih
dahulu dalam air, kemudianbaru dalam larutan tersebut ditambahkan etanol maka terjadi
kondensasi dan terbentuklah koloid kalsium asetat.
2. Cara Dispersi
a. Cara mekanik
Cara mekanik adalah penghalusan partikel-partikel kasar zat padat dengan proses
penggilingan untuk dapat membentuk partikel-partikel berukuran koloid. Alat yang
digunakan untuk cara ini biasa disebut penggilingan koloid, yang biasa digunakan dalam:
industri makanan untuk membuat jus buah, selai, krim, es krim,dsb.
Industri kimia rumah tangga untuk membuat pasta gigi, semir sepatu, deterjen, dsb.
Industri kimia untuk membuat pelumas padat, cat dan zat pewarna.
Industri-industri lainnya seperti industri plastik, farmasi, tekstil, dan kertas.

b. Cara peptisasi
Cara peptisasi adalah pembuatan koloid / sistem koloid dari butir-butir kasar atau dari suatu
endapan / proses pendispersi endapan dengan bantuan suatu zat pemeptisasi (pemecah). Zat
pemecah tersebut dapat berupa elektrolit khususnya yang mengandung ion sejenis ataupun
pelarut tertentu.
Contoh:
Agar-agar dipeptisasi oleh air ; karet oleh bensin.
Endapan NiS dipeptisasi oleh H2S ; endapan Al(OH) 3 oleh AlCl3.
Sol Fe(OH) 3 diperoleh dengan mengaduk endapan Fe(OH) 33 yang baru terbentuk dengan
sedikit FeCl3. Sol Fe(OH) 3 kemudian dikelilingi Fe+3 sehingga bermuatan positif
Beberapa zat mudah terdispersi dalam pelarut tertentu dan membnetuk sistem kolid.
Contohnya; gelatin dalam air.
c. Cara busur bredig
Cara busur Bredig ini biasanya digunakan untuk membuat sol-sol logam, sperti Ag, Au, dan
Pt. Dalam cara ini, logam yang akan diubah menjadi partikel-partikel kolid akan digunakan
sebagai elektrode. Kemudian kedua logam dicelupkan ke dalam medium pendispersinya (air
suling dingin) sampai kedua ujungnya saling berdekatan. Kemudian, kedua elektrode akan
diberi loncatan listrik. Panas yang timbul akan menyebabkan logam menguap, uapnya
kemudian akan terkondensasi dalam medium pendispersi dingin, sehingga hasil kondensasi
tersebut berupa pertikel-pertikel kolid. Karena logam diubah jadi partikel kolid dengan proses
uap logam, maka metode ini dikategorikan sebagai metode dispersi.
3.3 Pemurnian koloid sol
1. Dialisis
Dialisis ialah pemisahan koloid dari ion-ion pengganggu dengan cara ini disebut proses
dialisis. Yaitu dengan mengalirkan cairan yang tercampur dengan koloid melalui membran
semi permeable yang berfungsi sebagai penyaring. Membran semi permeable ini dapat
dilewati cairan tetapi tidak dapat dilewati koloid, sehingga koloid dan cairan akan berpisah.
Prinsip dialysis ini digunakan dalam proses pencucian darah orang yang ginjalnya tidak
berfungsi lagi. Dalam tubuh, ginjal berfungsi sebagai alat dialisis darah
2. Elektrodialisis
Pada dasarnya proses ini adalah proses dialysis di bawah pengaruh medan listrik. Cara
kerjanya; listrik tegangan tinggi dialirkan melalui dua layer logam yang menyokong selaput
semipermiabel. Sehingga pertikel-partikel zat terlarut dalam sistem koloid berupa ion-ion
akan bergerak menuju elektrode dengan muatan berlawanan. Adanya pengaruh medanlistrik
akanmempercepat proses pemurnian sistem koloid.
Elektrodialisis hanya dapat digunakan untuk memisahkan partikel-partikel zat terlarut
elektrolit karena elektrodialisis melibatkan arus listrik.
3. Penyaring Ultra
Partikel-partikel kolid tidak dapat disaring biasa seperti kertas saring, karena pori-pori kertas
saring terlalu besar dibandingkan ukuran partikel-partikel tersebut. Tetapi, bila kertas saring
tersebut diresapi dengan selulosa seperti selofan, maka ukuran pori-pori kertas akan sering

berkurang. Kertas saring yang dimodifikasi tersebut disebut penyaring ultra.


Proses pemurnian dengan menggunakan penyaring ultra ini termasuklambat, jadi tekanan
harus dinaikkan untuk mempercepat proses ini. Terakhir, partikel-pertikel koloid akan
teringgal di kertas saring. Partikel-partikel kolid akan dapat dipisahkan berdasarkan
ukurannya, dengan menggunakan penyaring ultra bertahap.
BAB IV
KOLOID EMULSI

Seperti yang telah dijelaskan, emulsi merupakan jenis koloid dimana


fase terdispersinya merupakan zat cair. Kemudian, berdasarkan medium pendispersinya,
emulsi dapat dibagi menjadi:
Emulsi Gas
Emulsi gas dapat disebut juga aerosol cair yang adalah emulsi dalam medium pendispersi
gas. Pada aerosol cair, seperti; hairspray dan obat nyamuk dalam kemasan kaleng, untuk
dapat membentuk system koloid atau menghasilkan semprot aerosol yang diperlukan,
dibutuhkan bantuan bahan pendorong/ propelan aerosol, anatar lain; CFC (klorofuorokarbon
atau Freon). Aerosol cair juga memiliki sifat-sifat seperti sol liofob; efek Tyndall, gerak
Brown, dan kestabilan denganmuatan partikel. Contoh: dalam hutan yang lebat, cahaya
matahari akan disebarkan oleh partikel-partikel koloid dari sistem koloid kabut merupakan
contoh efek Tyndall pada aerosol cair.
Emulsi Cair
Emulsi cair melibatkan dua zat cair yang tercampur, tetapi tidak dapat saling melarutkan, dapt
juga disebut zat cair polar &zat cair non-polar. Biasanya salah satu zat cair ini adalah air (zat
cair polar) dan zat lainnya; minyak (zat cair non-polar). Emulsi cair itu sendiri dapat
digolongkan menjadi 2 jenis, yaitu; emulsi minyak dalam air (cth: susu yang terdiri dari
lemak yang terdispersi dalam air,jadi butiran minyak di dalam air), atau emulsi air dalam
minyak (cth: margarine yang terdiri dari air yang terdispersi dalam minyak, jadi butiran air
dalam minyak).
Beberapa sifat emulsi yang penting:
Demulsifikasi
Kestabilan emulsi cair dapat rusak apabila terjadi pemansan, proses sentrifugasi,
pendinginan, penambahan elektrolit, dan perusakan zat pengemulsi. Krim atau creaming atau
sedimentasi dapat terbentuk pada proses ini. Pembentukan krim dapat kita jumpai pada
emulsi minyak dalam air, apabila kestabilan emulsi ini rusak,maka pertikel-partikel minyak
akan naik ke atas membentuk krim. Sedangkan sedimentasi yang terjadi pada emulsi air
dalam minyak; apabila kestabilan emulsi ini rusak, maka partikel-partikel air akan turun ke
bawah. Contoh penggunaan proses ini adalah: penggunaan proses demulsifikasi dengan
penmabahan elektrolit untukmemisahkan karet dalam lateks yang dilakukan dengan
penambahan asam format (CHOOH) atau asam asetat (CH3COOH).

Pengenceran
Dengan menambahkan sejumlah medium pendispersinya, emulsi dapat diencerkan.
Sebaliknya, fase terdispersi yang dicampurkan akan dengan spontan membentuk lapisan
terpisah. Sifat ini dapat dimanfaatkan untuk menentukan jenis emulsi.
Emulsi Padat atau Gel
Gel adalah emulsi dalam medium pendispersi zat padat, dapat juga dianggap sebagai hasil
bentukkan dari penggumpalan sebagian sol cair. Partikel-partikel sol akan bergabung untuk
membentuk suatu rantai panjang pada proses penggumpalan ini. Rantai tersebut akan saling
bertaut sehingga membentuk suatu struktur padatan di mana medium pendispersi cair
terperangkap dalam lubang-lubang struktur tersebut. Sehingga, terbentuklah suatu massa
berpori yang semi-padat dengan struktur gel. Ada dua jenis gel, yaitu:
i. Gel elastis
Karena ikatan partikel pada rantai adalah adalah gaya tarik-menarik yang relatif tidak kuat,
sehingga gel ini bersifat elastis. Maksudnya adalah gel ini dapat berubah bentuk jika diberi
gaya dan dapat kembali ke bentuk awal bila gaya tersebut ditiadakan. Gel elastis dapat dibuat
dengan mendinginkan sol iofil yang cukup pekat. Contoh gel elastis adalah gelatin dan sabun.
ii.Gel non-elastis
Karena ikatan pada rantai berupa ikatan kovalen yang cukup kuat, maka gel ini dapat bersifat
non-elastis. Maksudnya adalah gel ini tidak memiliki sifat elastis, gel ini tidak akan berubah
jika diberi suatu gaya. Salah satu contoh gel ini adalah gel silica yang dapat dibuat dengan
reaksi kia; menambahkan HCl pekat ke dalam larutan natrium silikat, sehingga molekulmolekul asam silikat yang terbentuk akan terpolimerisasi dan membentuk gel silika.
Beberapa sifat gel yang penting adalah:
Hidrasi
Gel non-elastis yang terdehidrasi tidak dapat diubah kembali ke bentuk awalanya, tetapi
sebaliknya, gel elastis yang terdehidrasi dapat diubah kembali menjadi gel elastis dengan
menambahkan zat cair.
Menggembung (swelling)
Gel elastis yang terdehidrasi sebagian akan menyerap air apabila dicelupkan ke dalam zat
cair. Sehingga volum gel akan bertambah dan menggembung.
Sineresis
Gel anorganik akan mengerut bila dibiarkan dan diikuti penetesan pelarut, dan proses ini
disebut sineresis.
Tiksotropi
Beberapa gel dapat diubah kembali menjadi sol cair apabila diberi agitasi atau diaduk. Sifat
ini disebut tiksotropi. Contohnya adalah gel besi oksida, perak oksida, dsb.
BAB V
KOLOID BUIH

Buih adalah koolid dengan fase terdisperasi gas dan medium pendisperasi zat cair atau zat
padat. Baerdasarkan medium pendisperasinya, buih dikelompokkan menjadi dua, yaitu:
1. Buih Cair (Buih)
Buih cair adalah sistem koloid dengan fase terdisperasi gas dan dengan medium pendisperasi
zat cair. Fase terdisperasi gas pada umumnya berupa udara atao karbondioksida yang terbetuk
dari fermentasi. Kestabilan buih dapat diperoleh dari adanya zat pembuih (surfaktan). Zat ini
teradsorbsi ke daerah antar-fase dan mengikat gelembung-gelembung gas sehingga diperoleh
suatu kestabilan.
Ukuran kolid buih bukanlah ukuran gelembung gas seperti pada sistem kolid umumnya,
tetapi adalah ketebalan film (lapisan tipis) pada daerah antar-fase dimana zat pembuih
teradsorbsi, ukuran kolid berkisar 0,0000010 cm. Buih cair memiliki struktur yang tidak
beraturan. Strukturnya ditentukan oleh kandungan zat cairnya, bukan oleh komposisi kimia
atau ukuran buih rata-rata. Jika fraksi zat cair lebih dari 5%, gelembung gas akan mempunyai
bentuk hamper seperti bola. Jika kurang dari 5%, maka bentuk gelembung gas adalah
polihedral.
Beberapa sifat buih cair yang penting:
Struktur buih cair dapat berubah dengan waktu, karena:
pemisahan medium pendispersi (zat cair) atau drainase, karena kerapatan gas dan zat cair
yang jauh berbeda,
terjadinya difusi gelembung gas yang kecil ke gelembung gas yang besar akibat tegangan
permukaan, sehingga ukuran gelembung gas menjadi lebih besar,
rusaknya film antara dua gelembung gas.
Struktur buih cair dapat berubah jika diberi gaya dari luar. Bila gaya yang diberikan kecil,
maka struktur buih akan kembali ke bentuk awal setelah gaya tersebut ditiadakan. Jika gaya
yang diberikan cukup besar, maka akan terjadi deformasi.
Contoh buih cair:
Buih hasil kocokan putih telur
Karen audara di sekitar putih telur akan teraduk dan menggunakan zat pembuih, yaitu protein
dan glikoprotein yang berasal dari putih telur itu sendiri untukmembentuk buih yang relative
stabil. Sehingga putih telur yang dikocok akan mengembang.
Buih hasil akibat pemadam kebakaran
Alat pemadam kebakaran mengandung campuran air, natrium bikarbonat, aluminium sulfat,
serta suatu zat pembuih. Karbondioksida yang dilepas akan membentuk buih dengan
bamtuam zat pembuih tersebut.
Buih Padat
Buih padat adalah sistem kolid dengan fase terdisperasi gas dan denganmedium pendisperasi
zat padat. Kestabilan buih ini dapat diperoleh dari zat pembuih juga (surfaktan). Contohcontoh buih padatyang mungkin kita ketahui:

Roti
Proses peragian yang melepas gas karbondioksida terlibat dalam proses pembuatan roti. Zat
pembuih protein gluten dari tepung kemudian akan membentuk lapisan tipis mengelilimgi
gelembung-gelembung karbondioksida untuk membentuk buih padat.
Batu apung
Dari proses solidifikasi gelas vulkanik, maka terbentuklah batu apung.
Styrofoam
Styrofoam memiliki fase terdisperasi karbondioksida dan udara, serta medium pendisperasi
polistirena.
BAB VI
KEGUNAAN KOLOID
Sistem koloid banyak digunakan pada kehidupan sehari-hari, terutama dalam kehidupan
sehari-hari. Hal ini disebabkan sifat karakteristik koloid yang penting, yaitu dapat digunakan
untuk mencampur zat-zat yang tidak dapat saling melarutkan secara homogen dan bersifat
stabil untuk produksi dalam skala besar.
Beberapa contoh koloid
Industri makanan = Keju, mentega, susu, saus salad
Industri kosmetika dan perawatan tubuh= Krim, pasta gigi, sabun
Industri cat= Cat
Industri kebutuhan rumah tangga= Sabun, deterjen
Industri pertanian= Peptisida dan insektisida
Industri farmasi= Minyak ikan, pensilin untuk suntikan
^-^Pemutihan Gula

Dengan melarutkan gula ke dalam air, kemudian larutan dialirkan melalui sistem
koloid tanah diatomae atau karbon, partikel-partikel koloid kemudian akan mengadsorbsi zat
warna tersebut. Sehingga gula tebu yang masih berwarna dapat diputihkan.
^-^Penggumpalan Darah
Darah mengandung sejumlah kolid protein yangbermuatan negative. Jika terdapat luka kecil,
maka luka tersebut dapat doibati dengan pensil stiptik atau tawas yang mengandung ion-ion
Al+3 dan Fe+3, dimana ion-ion tersebut akan membantu menetralkan muatan-muatan
partikel koloid protein danmembnatu penggumpalan darah.
^-^Pembentukan Delta di Muara Sungai
Air sungai mengandung partikel-partikel koloid pasir dan tanah liat yang bermuatan negatif.
Sedangkan air laut mengandung ion-ion Na+, Mg+2, dan Ca+2 yang bermuatan positif.

Ketika air sungai bertemu di laut, maka ion-ion positif dari air laut akanmenetralkan muatan
pasir dan tanah liat. Sehingga, terjadi koagulasi yang akan membentuk suatu delta.
^-^Pengambilan Endapan Pengotor
Gas atau udara yang dialirkan ke dalam suatu proses industri seringkali mangandung zat-zat
pengotor berupa partikel-partikel koloid. Untukmemisahkan pengotor ini, digunakan alat
pengendap elektrostatik yang pelat logamnya yang bermuatan akan digunakan untuk menarik
partikel-partikel koloid.
^-^Penjernihan Air
Air keran (PDAM) yang ada saat ini mengandung partikel-partikel koloid tanah liat,lumpur,
dan berbagai partikel lainnya yang bermuatan negatif. Oleh karena itu, untuk menjadikannya
layak untuk diminum, harus dilakukan beberapa langkah agar partikel koloid tersebut dapat
dipisahkan. Hal itu dilakukan dengan cara menambahkan tawas (Al2SO4)3.Ion Al3+ yang
terdapat pada tawas tersebut akan terhidroslisis membentuk partikel koloid Al(OH)3 yang
bermuatan positif melalui reaksi:
Al3+ + 3H2O Al(OH)3 + 3H+
Setelah itu, Al(OH)3 menghilangkan muatan-muatan negatif dari partikel koloid tanah
liat/lumpur dan terjadi koagulasi pada lumpur. Lumpur tersebut kemudian mengendap
bersama tawas yang juga mengendap karena pengaruh gravitasi.

BAB VII
PENUTUP
7.1 KESIMPULAN
Koloid dapat ditemukan dalam kehidupan sehari hari untuk proses apapun. Koloid juga
saling berhubungan antara larutan dan suspensi. Partikel koloid dapat menghamburkan
cahaya sehingga berkas cahaya yang melalui sistem koloid. Dapat diamati dari samping sifat
partikel koloid ini disebut efek Tyndall. Koloid dibedakan menjadi 3 macam, yaitu sol,
emulsi, dan buih.

Koloid dapat mengadsorpsi ion atau zat lainpada permukaannya, dan oleh karena luas
permukaannya yang relatif besar, maka koloid mempunyai daya adsorpsi yang besar.
Penggumpalan partikel koloid disebut koagulasi. Koagulasi dapat terjadi karena berbagai hal,
misalnya pada penambahan elektrolit. Penambahan elekrolit akan menetralkan muatan
koloid, sehingga faktor yang menstabilkannya hilang. Koloid yang medium dispersinya
berupa cairan dibedakan atas koloid liofil dan koloid liofob. Koloid liofil mempunyai
interaksi yang kuat dengan mediumnya; sebaliknya, pada koloid liofob interaksinya tersebut
tidak ada atau sangat lemah.
Koloid dapat dibuat dengan cara dispersi atau kondensasi. Pada cara dispersi, bahan kasar
dihaluskan kemudian didispersikan ke dalam medium dispersinya. Pada cara kondensasi,
koloid dibuat dari larutan di mana atom atau molekul mengalami agregasi (pengelompokan),
sehingga menjadi partikel koloid. Sabun dan detergen bekerja sebagai bahan aktif permukaan
yang fungsinya mengelmusikan lemak ke dalam air.
7.2 DAFTAR PUSTAKA DAN REFERENSI
1. http://id.wikipedia.org/wiki/Sistem_koloid
2. http://sistemkoloid.tripod.com/kegunaan.htm
3. http://nabilahfairest.multiply.com/journal/item/38/koloid
4. http://user.cbn.net.id/johanoni/koloid.htm
5. http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/kimia_sma1/kelas_x/koloid/
6. Parning, dkk. 2006. Kimia SMA Kelas XI Semester Kedua. Jakarta : Yudhistira.
7. Suharsini, Maria. 2005. Kimia dan Kecakapan Hidup. Jakarta : Ganesa Exact.

Pengertian
Koloid adalah suatu bentuk campuran yang keadaannya antara larutan dan suspensi. Larutan
memiliki sifat homogen dan stabil. Suspensi memiliki sifat heterogen dan labil. Sedangkan
koloid memiliki sifat heterogen dan stabil.
Perhatikan perbedaan tiga contoh campuran di bawah ini:
Campuran antara air dengan sirup
Campuran antara air dengan susu.
Campuran antara air dengan pasir.
Jika kita campurkan air dengan sirup maka sirup akan terdispersi (bercampur) dengan air
secara homogen (bening) Jika didiamkan, campuran itu tidak memisah dan juga tidak dapat
dipisahkan dengan penyaringan biasa maupun penyaringan yang lembut (penyaringan mikro).
Secara makroskopis maupun mikroskopis mcampuran ini tampak homogen, tidak dapat
dibedakan mana yang air dan mana yang sirup. Campuran seperti inilah yang disebut larutan.
Jika kita campurkan susu (misalnya, susu instan) dengan air, ternyata susu larut tetapi
larutan itu tidak bening melainkan keruh. Jika didiamkan, campuran itu tidak memisah dan
juga tidak dapat dipisahkan dengan penyaringan (hasil penyaringan tetap keruh). Secara
makroskopis campuran ini tampak homogen. Akan tetapi, jika diamati dengan mikroskop
ultra ternyata masih dapat dibedakan partikel-partikel lemak susu yang tersebar di dalam air.
Campuran seperti inilah yang disebut koloid.
Jika kita campurkan air dengan pasir maka pasir akan terdispersi (bercampur) dengan air
secara heterogen dan langsung memisah antara air dengan pasir, yang keadaannya pasir akan
mengendap di dasar air dan dapat dipisahkan dengan penyaringan biasa, bahkan dapat
dipisahkan dengan cara dituang perlahan-lahan. Secara makroskopis campuran ini sudah

tampak hetrogen, dapat dibedakan mana yang air dan mana yang pasir. Campuran seperti
inilah yang disebut suspensi.
Secara ringkas perbandingan sifat larutan, koloid dan suspensi seperti yang pada Tabel
beikut.
Sifat
Larutan
Koloid
Suspensi
Ukuran
1 nm
1-100 nm
> 100 nm
Pengyaringan
Filter/membran
Filter
Tidak dengan filter atau
membran
Jarak penglihatan Tidak nampak
Tampak dengan
Tampak dengan
tampak
mikroskop elektron
mikroskop cahaya
Gerakan
Molekul
Brown
Gya berat
Lintasan cahaya
Transparan
Kadang tembus
Sering kali buram
cahaya/buram
mungkin tembus cahaya
Efek tyndall
Tidak ada
Ada
Jumlah fasa
Satu
dua
dua

Sistem koloid terdiri atas dua fase, yaitu fase terdispersi dengan ukuran tertentu dalam
medium pendispersi. Zat yang didispersikan disebut fase terdispersi sedangkan sedangkan
medium yang digunakan untuk mendispersikan disebut medium pendispersi. Ukuran zat yang
didispersikan berkisar dari satu nanometer (nm) hingga satu mikrometer (m).
Contoh: tepung kanji dimasukkan ke dalam air panas maka akan membentuk sistem dispersi.
Di sini air sebagai medium pendispersi, dan tepung kanji sebagai zat terdispersi.
Jadi, koloid tergolong campuran heterogen (dua fase) dan setabil. Zat yang didipersikan
disebut fase terdispersi, sedangkan medium yang digunakan untuk mendispersikan zat
disebut medium dispersi. Fase terdispersi bersifat diskontinu (terputus-putus), sedangkan
medium dispersi bersifat kontinu. Pada campuran susu dengan air, fase terdispersi adalah
lemak, sedangkan medium dispersinya adalah air.
JENIS-JENIS KOLOID
Jenis-jenis sistem koloid berdasarkan jenis fasa terdispersi dan medium dispersi seperti yang
tertera pada Tabel di bawah ini.

No. Zat
terdispersi
1.
Gas

Medium
dispersi
Cairan

Nama
Tipe
Busa

2.
3.

Gas
Cairan

Padat
Gas

4.
5.

Cairan
Cairan

Cairan
Padat

Busa padat
Aerosol
cair
Emulsi
Emulsi

Contoh
Krim kocok, busa bir, busa
sabun
Batu apung, karet busa
Kabut, awan
Mayones, susu
Keju, mentega

6.
7.

Padat
Padat

Gas
Cair

8.

Padat

Padat

padat
Aerosol
Sol
gel
Sol padat

Asap, debu di udara


Pati dalam air, selai
Agar-agar dingin
Intan hitam, kaca rubi

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa tidak ada koloid yang terbentuk dari campuran
antara gas-gas. Hal ini disebabkan campuran gas-gas tercampur secara merata sehingga
disebut juga sebagai larutan.
Aeresol
Aerosol ada yang berupa aerosol cair dan aerosol padat. Aerosol cair merupakan koloid yang
fase terdispersinya zat cair dan medium pendispersinya gas. Contoh aerosol cair hasil industri
adalah pembasmi serangga dalam bentuk spray, hair spray, dan parfum. Jika disemprotkan di
udara, titik-titik zat cair akan tersebar di udara membentuk koloid aerosol. Aerosol cair yang
terjadi secara alami
Contohnya kabut dan awan.
Kabut merupakan titik-titik yang tersebar di udara secara merata. Aerosol padat merupakan
koloid yang fase terdispersinya zat padat dan medium pendispersinya gas. Aerosol padat
contohnya asap dan debu. Berbagai asap sebenarnya berupa partikelpartikel padat sangat
halus yang tersebar di udara. Asap berbahaya yang terjadi di rumah atau di ruangan adalah
asap obat nyamuk dan asap rokok yang berlebihan. Debu juga merupakan partikel-partikel
padat sangat halus, yang tersebar di udara. Debu dapat berada di rumah karena terbawa angin
dari luar.
Busa
Busa ada yang berupa buih dan busa padat. Buih atau busa cair merupakan koloid yang fase
terdispersinya gas dan medium pendispersinya zat cair. Buih yang paling banyak ditemukan
yaitu busa sabun. Contoh lainnya yaitu putih telur yang dikocok. Udara sebagai fase
terdispersi dan putih telur sebagai medium pendispersi.
Di bidang industri kosmetik ada bahan untuk pengeras rambut yang berupa busa cair atau
foam. Sedangkan di industri makanan contoh bahan berupa busa cair yaitu krem untuk kue
tart. Krem ini dikemas dalam tube seperti pasta gigi.
Busa padat, fase terdispersinya gas, medium pendispersinya zat padat. Produk busa padat
yang banyak digunakan untuk kemasan barang yang mudah pecah atau rusak adalah
styrofoam. Styrofoam salah satu contoh dari polimer sintetis.
Emulsi
Emulsi merupakan koloid yang fase terdispersinya dan medium pendispersinya zat cair,
contohnya campuran minyak dan air. Campuran ini cenderung untuk terpisah sehingga untuk
menstabilkan campuran biasanya ditambahkan emulgator.
Bahan yang merupakan emulsi misalnya cat, pasta gigi, kosmetik (cleansing milk,
foundation), dan salad dressings. Padasalad dressings untuk menyatukan minyak dan air
digunakan emulgator kuning telur. Sabun juga merupakan emulgator untuk menyatukan

lemak/minyak pada tubuh dengan air saat membersihkan badan. Emulsi padat fase
terdispersinya zat cair, medium pendispersinya zat padat. Contoh mentega, keju, dan jelli.
SIFAT-SIFAT KOLOID
Berikut beberapa topik yang akan di bahas mengenai sifat-sifat koloid.
a) Gerak Brown
b) Efek Tyndall
c) Muatan Koloid
d) Koagulasi
e) Koloid Pelindung
f) Koloid Liofil dan Koloid Liofob
a. Gerak brown
Gerka brown adalah gerak tidak beraturan atau gerak acak atau gerak zig-zag partikel koloid.
Hal ini terjadi karena adanya benturan tidak teratur daari partikel koloid denga medium
pendispersi. Dengan adanya gerak Brown ini maka partikel koloid terhindar dari
pengendapan karena terus-menerus bergerak, sehingga koloid menjadi stabil. Gerak zig-zag
partikel koloid disebut gerak Brown, sesuai dengan nama penemunya Robert Brown seorang
ahli biologi berkebangsaan Inggris.
Gambar Robert Brown dan gerak brwon.
Jika kita amati koloid dibawah mikroskop ultra, maka kita akan
melihat bahwa partikel-partikel tersebut akan bergerak membentuk
zigzag. Pergerakan zigzag ini dinamakan gerak Brown. Partikelpartikel suatu zat senantiasa bergerak. Gerakan tersebut dapat bersifat
acak seperti pada zat cair dan gas( dinamakan gerak brown),
sedangkan pada zat padat hanya beroszillasi di tempat ( tidak termasuk
gerak brown ).
Untuk koloid dengan medium pendispersi zat cair atau gas, pergerakan partikel-partikel akan
menghasilkan tumbukan dengan partikel-partikel koloid itu sendiri. Tumbukan tersebut
berlangsung dari segala arah. Oleh karena ukuran partikel cukup kecil, maka tumbukan yang
terjadi cenderung tidak seimbang. Sehingga terdapat suatu resultan tumbukan yang
menyebabkan perubahan arah gerak partikel sehingga terjadi gerak zigzag atau gerak Brown.
Semakin kecil ukuran partikel koloid, semakin cepat gerak Brown yang terjadi. Demikian
pula, semakin besar ukuran partikel koloid, semakin lambat gerak Brown yang terjadi. Hal ini
menjelaskan mengapa gerak Brown sulit diamati dalam larutan dan tidak ditemukan dalam
campuran heterogen zat cair dengan zat padat (suspensi).
Gerak Brown juga dipengaruhi oleh suhu. Semakin tinggi suhu sistem koloid, maka semakin
besar energi kinetik yang dimiliki partikel-partikel medium pendispersinya. Akibatnya, gerak
Brown dari partikel-partikel fase terdispersinya semakin cepat. Demikian pula sebaliknya,
semakin rendah suhu sistem koloid, maka gerak Brown semakin lambat.
b. Efek tyndall
Efek tindal yaitu efek penghamburan cahaya oleh partikel koloid. Efek tyndall ini ditemukan
oleh John Tyndall (1820-1893), seorang ahli fisika Inggris. Oleh karena itu sifat itu disebut
efek tyndall. Efek Tyndall adalah efek yang terjadi jika suatu larutan terkena sinar. Pada saat
larutan sejati (gambar kiri) disinari dengan cahaya, maka larutan tersebut tidak akan
menghamburkan cahaya, sedangkan pada sistem koloid (gambar kanan), cahaya akan
dihamburkan.

Hal itu terjadi karena partikel-partikel koloid mempunyai partikel-partikel yang relatif besar
untuk dapat menghamburkan sinar tersebut. Sebaliknya, pada larutan sejati, partikelpartikelnya relatif kecil sehingga hamburan yang terjadi hanya sedikit dan sangat sulit
diamati.

Gambar hamburan cahaya oleh air santan kelapa (koloid) dan larutan gula yang bukan koloid
Contoh efek tindal dapat dilihat pada kedua contoh berikut

Gambar penghamburan cahaya oleh sistem koloid (gambar kiri)


Contoh efek tindal dalam kehidupan sehari:
Jika sinar matahari masuk melalui celah ke dalam ruangan, pada sinar tsb terlihat debu
beterbangan (daerah ini terlihat leih terang).
Jika koen liat film di bioskop, trus ada org ngrokok. Keplaken ae wong iku pek asap
rokok yg mengepul ke atas mengakibatkan cahaya proyektor terlihat lebih terang dan gambar
pada layar menjadi buram.
Sorot lampu mobil pada malam hari yg berkabut terlihat lebih jelas, tetapip jalan kelihatan
tidak jelas.
c. Adsorpsi
Adsorpsi yaitu penyerapan pada permukaan partikel koloid oleh adanya gaya adhesi zat-zat
asing. Daya adsorpsi koloid sangat besar karena permukaan partikel koloid yang sangat luas
bila dibandingkan permukaan zat padat dengan jumlah yang sama.
Partikel koloid sol tersebut tidak selalu mengadsorpsi ion yang sama. Hal itu tergantung pada
muatan yang berlebih dari medium pendispersinya. Misalnya, jika sol AgCl terdapat pada
medium pendispersi dengan kation Ag+ berlebih, maka AgCl akan bermuatan positif.
Sedangkan jika AgCl terdapat pada medium pendispersi dengan anion Cl- berlebih, maka sol
AgCl akan bermuatan negatif.
Koloid yang berbeda akan mengadsorpsi zat-zat yang berbeda pula. Sifat adsorpsi koloid ini
umumnya digunakan untuk mengadsorpsi/membuang kotoran/warna dan bau, memisahkan
campuran, memekatkan bijih tambang, dan proses pemurnian lainnya.

Gambar penyerapan suatu zat oleh zat pengadsorbsi


Contoh : Koloid Fe(OH)3 bermuatan positif karena permukaannya menyerap ion H+.
Sedangkan koloid As2S3 bermuatan negatit karena permukaannya menyerap ion S2.
Perhatikan gambar.

Gambar Absorbsi pada permukaan koloid


Adsorbsi berbeda dengan absorbsi, absorpsi penyerapan yg terjadi di seluruh bagian. Sifat
adsorpsi partikel koloid dalam kehidupan sehari digunakan pada proses-proses berikut.
Penjernihan air
Penghilangan kotoran pd proses pembuatan sirup
Proses menghilangkan bau badan
Pengguanaan arang aktif
d. Koagulasi
Koagulasi yaitu penggumpalan partikel koloid yang terjadi karena kerusakan stabilitas sistem
koloid atau karena penggabungan partikel yg berbeda muatan sehinggas membentuk partikel
koloid yg lebih besar. Koagulasi dapat dilakukan dengan cara mekanik dan kimiawi:
Cara mekanik : pemanasan, pendinginan dan pengadukan.
Cara kimiawi : penetralan silang atau menghilangkan muatan dan penambahan elektrolit.
Contoh proses-proses yang memanfaatkan sifat koagulasi dari koloid :
a) Pengolahan karet dari bahan mentahnya ( lateks ) dengan koagulan berupa asam format.
b) Proses penjernihan air dengan menambahkan tawas. Tawas aluminium sulfat (mengandung
ion Al3+) dapat digunakan untuk menggumpalkan lumpur koloid atau sol tanah liat dalam air
(yang bermuatan negatif).
c) Jika sol Fe(OH)3 yang bermuatan positif ditambah sol As2S3 yang bermuatan negatif, maka
akan terjadi koagulasi.

d) Proses terbentuknya delta di muara sungai. Terjadi karena koloid tanah liat dalam air
sungai mengalami koagulasi ketika bercampur dengan elektrolit dalam air laut.

e) Asap atau debu pabrik dapat digumpalkan dengan alat koagulasi listrik ( pesawat Cottrel ).
Metode ini dikembangkan oleh Frederick Cottrel ( 1877 1948 ).
f) Proses yang dilakukan oleh ion Al3+ atau Fe3+ pada penetralan partikel albuminoid yang
terdapat dalam darah, mengakibatkan terjadinya koagulasi sehingga dapat menutupi
luka.Pengolahan Air Bersih
Pengolahan air bersih didasarkan pada sifat-sifat koloid, yaitu koagulasi dan adsorpsi. Air
sungai atau air sumur yang keruh mengandung lumpur yang merupakan partikel koloid.
Selain itu terdapat pula zat-zat warna, zat pencemar, seperti limbah detergen, dan pestisida.
Bahan-bahan yang diperlukan untuk pengolahan air adalah tawas biasanya aluminium sulfat,
pasir, klorin atau kaporit, kapur tohor, dan karbon aktif. Tawas berguna untuk
menggumpalkan lumpur agar lebih mudah disaring. Tawas juga membentuk koloid Al(OH)3
yang dapat mengadsorpsi zat-zat warna atau zat-zat pencemar, seperti detergen dan pestisida.
Apabila tingkat kekeruhan air yang diolah terlalu tinggi, maka digunakan karbon aktif di
samping tawas. Pasir berfungsi sebagai penyaring. Klorin atau kaporit berfungsi sebagai
pembasmi hama (desinfektan), sedangkan kapur tohor berguna untuk menaikkan pH, yaitu
untuk menetralkan keasaman yang terjadi karena penggunaan tawas.
Pengolahan air bersih di kota-kota besar pada prinsipnya sama dengan pengolahan air
sederhana yang dijelaskan di atas. Mula-mula air sungai dipompakan ke dalam bak
prasedimentasi. Di sini lumpur dibiarkan mengendap karena pengaruh gravitasi. Lumpur
dibuang dengan pompa, sedangkan air selanjutnya dialirkan ke dalam bak ventury. Pada tahap
ini dicampurkan tawas dan gas klorin (preklorinasi).
Pada air baku yang kekeruhan dan pencemarannya tinggi, perlu dibubuhkan karbon aktif
yang berguna untuk menghilangkan bau, warna, rasa, dan zat organik yang terkandung dalam
air baku. Dari bak ventury, air baku yang telah dicampur dengan bahan-bahan kimia dialirkan
ke dalam accelator. Di dalam bak accelator ini terjadi proses koagulasi, lumpur dan kotoran
lain menggumpal membentuk flok-flok yang akan mengalami sedimentasi secara gravitasi.
Selanjutnya, air yang sudah setengah bersih dialirkan ke dalam bak saringan pasir. Pada
saringan ini, sisa-sisa flok akan tertahan. Dari bak pasir diperoleh air yang sudah hampir
bersih.
Air yang sudah cukup bersih ini ditampung dalam bak lain yang disebut siphon, di mana
ditambahkan kapur untuk menaikkan pH dan gas klorin (postklorinasi) untuk mematikan
hama. Dari bak siphon, air yang sudah memenuhi standar air bersih selanjutnya dialirkan ke
dalam reservoar, kemudian ke konsumen.
Elektroforesis
Peristiwa elektroforesis adalah peristiwa mengalirnya partikel-partikel koloid menuju
elektroda, bergeraknya partikel koloid ke dalam satu elektroda menunjukkan bahwa partikelpartikel koloid bermuatan listrik. Gejala ini dapat diamati dengan menggunakan alat sel
elektroforesis seperti pada gambar.

Gambar sel elektrolisis

Dispersi koloid dimasukkan ke dalam tabung U kemudian dicelupkan elektroda pada mulut
tabung. Apabila kawat dihubungkan dengan sumber arus listrik searah dan arus listrik
mengalir lewat elektroda positif dan negatif maka partikel koloid akan bergerak ke salah satu
elektroda. Partikel dispersi koloid yang bermuatan negatif akan bergerak menuju elektroda
bermuatan negatif.
Dengan menggunakan sel elektroforesis dapat ditentukan muatan dari partikel koloid.
Elektroforesis dapat dipakai untuk memisahkan protein-protein dalam larutan. Muatan pada
protein berbeda-beda, tergantung pH. Dengan membuat pH larutan tertentu (misalnya dalam
larutan penyangga), pemisahan molekul-molekul protein yang berlainan jenis terjadi.
e. Koloid Pelindung
Koloid pelindung adalah koloid yang bersifat melindungi koloid lain agar tidak mengalami
koagulasi sehingga koloid menjadi lebih stabil. Koloid pelindung akan membentuk lapisan di
sekeliling partikel koloid yang lain. Lapisan ini akan melindungi muatan koloid tersebut
sehingga partikel koloid tidak mudah mengendap atau terpisah dari medium pendispersinya.
Contohnya:
Pada pembuatan es krim digunakan gelatin untuk mencegah pembentukan kristal besar es
atau gula.
Zat-zat pengemulsi ( sabun dan deterjen ).
Butiran-butiran halus air dalam margarin distabilkan dengan lesitin.
Partikel-partikel karbon dalam tinta dilindungi dengan larutan gom.
Warna-warna dalam cat distabilkan dengan oksida logam dengan menambahkan minyak
silikon.
Pada industri susu, kasein digunakan untuk melindungi partikel-partikel minyak atau lemak
dalam medium cair.
f. Koloid Liofil dan Koloid Liofob
Berdasarkan sifat adsorpsi dari partikel koloid terhadap medium pendispersinya, dikenal dua
macam koloid yaitu: koloid liofil dan koloid liofob
Koloid liofil yaitu koloid yang senang cairan (bahasa Yunani : liyo = cairan; philia =
senang). Partikel koloid akan mengadsorpsi molekul cairan, sehingga terbentuk selubung di
sekeliling partikel koloid itu. Contoh koloid liofil adalah kanji, protein, dan agar-agar.
Ciri-cirinya Sol Liofil
1) Dapat dibuat langsung dengan mencampurkan fase terdispersi dengan medium
terdispersinya
2) Mempunyai muatan yang kecil atau tidak bermuatan
3) Partikel-partikel sol liofil mengadsorpsi medium pendispersinya. Terdapat proses solvasi/
hidrasi, yaitu terbentuknya lapisan medium pendispersi yang teradsorpsi di sekeliling partikel
sehingga menyebabkan partikel sol liofil tidak saling bergabung
4) Viskositas sol liofil > viskositas medium pendispersi
5) Tidak mudah menggumpal dengan penambahan elektrolit
6) Reversibel, artinya fase terdispersi sol liofil dapat dipisahkan dengan koagulasi, kemudian
dapat diubah kembali menjadi sol dengan penambahan medium pendispersinya.
7) Memberikan efek Tyndall yang lemah
8) Dapat bermigrasi ke anode, katode, atau tidak bermigrasi sama sekali.
Koloid liofob yaitu koloid yang benci cairan (phobia = benci). Partikel koloid tidak
mengadsorpsi molekul cairan. Contoh koloid liofob adalah sol sulfida dan sol logam.
Ciri-ciri Sol Liofob
1) Tidak dapat dibuat hanya dengan mencampur fase terdispersi dan medium pendisperinya
2) Memiliki muatan positif atau negative

3) Partikel-partikel sol liofob tidak mengadsorpsi medium pendispersinya. Muatan partikel


diperoleh dari adsorpsi partikel-partikel ion yang bermuatan listrik
4) Viskositas sol hidrofob hampir sama dengan viskositas medium pendispersi
5) Mudah menggumpal dengan penambahan elektrolit karena mempunyai muatan
6) Irreversibel artinya sol liofob yang telah menggumpal tidak dapat diubah menjadi sol
7) Memberikan efek Tyndall yang jelas
8) Akan bergerak ke anode atau katode, tergantung jenis muatan partikel
PEMBUATAN SISTEM KOLOID
Terdapat dua cara pembuatan koloid yaitu cara kondensasi dan cara dispersi.
1. Cara Kondensasi
Reaksi dekomposisi rangkap.
Misalnya:
1. koloid As2S3 dibuat dengan gaya mengalirkan H2S dengan perlahan-lahan melalui larutan
As2O3 dingin sampai terbentuk sol As2S3 yang berwarna kuning terang.
As2O3(aq) + 3H2S(g) As2O3 (koloid) + 3H2O(l)
Koloid As2S3 bermuatan negatif karena permukaannya menyerap ion S2
2. sol AgCl dibuat dengan mencampurkan larutan AgNO3 encer dan larutan HCl encer.
Reaksinya:
AgNO3(ag) + HCl(aq) AgCl (koloid) + HNO3(aq)
Reaksi redoks.
Misalnya: sol emas atau sol Au dapat dibuat dengan mereduksi larutan garamnya dengan
melarutkan AuCl3 dalam pereduksi organik formaldehida HCOH. Reaksi yang terjadi:
2AuCl (aq) + HCOH(aq) + 3H2O(l) 2Au(s) + HCOOH(aq) + 6HCl(aq)
Sedangkan sol belerang dapat dibuat dengan mereduksi SO2 yang terlarut dalam air dengan
mengalirinya gas H2S. Reaksi kimia yang terjadi:
2H2S(g) + SO2(aq) 3S(s) + 2H2O
Reaksi hidrolisis.
Hidrolisis adalah reaksi suatu zat dengan air. Misalanya: sol Fe(OH)3 dapat dibuat dengan
hidrolisis larutan FeCl3 dengan memanaskan larutan FeCl3 atau reaksi hidrolisis garam Fe
dalam air mendidih.
FeCl3(aq) + 3H2O(l) Fe(OH)3 (koloid) + 3HCl(aq)
(Koloid Fe(OH)3 bermuatan positif karena permukaannya menyerap ion H+).
Sol Al(OH)3 dapat diperoleh dari reaksi hidrolisis garam Al dalam air mendidih.
AlCl3(aq) + 3H2O(l) Al(OH)3 (koloid) + 3HCl(aq)
Reaksi pergantian pelarut
Cara ini dilakukan dengan mengganti medium pendispersi sehingga fasa terdispersi yang
semulal arut setelah diganti pelarutanya menjadi berukuran koloid. Misalnya: untuk membuat
sol belerang yang sukar larut dalam air tetapi mudah larut dalam alkohol seperti etanol
dengan medium pendispersi air, belarang harus terlebih dahulu dilarutkan dalam etanol
sampai jenuh. Baru kemudian larutan belerang dalam etanol tersebut ditambahkan sedikit
demi sedikit ke dalam air sambil diaduk. Sehingga belerang akan menggumpal menjadi
pertikel koloid dikarenakan penurunan kelarutan belerang dalam air.
Sebaliknya, kalsium asetat yang sukar larut dalam etanol, mula-mula dilarutkan terlebih
dahulu dalam air, kemudianbaru dalam larutan tersebut ditambahkan etanol maka terjadi
kondensasi dan terbentuklah koloid kalsium asetat.

2. Cara Dispersi
Cara Mekanik
Cara mekanik adalah penghalusan partikel-partikel kasar zat padat dengan proses
penggilingan untuk dapat membentuk partikel-partikel berukuran koloid. Alat yang
digunakan untuk cara ini biasa disebut penggilingan koloid, yang biasa digunakan dalam:
Industri makanan untuk membuat jus buah, selai, krim, es krim,dsb.
Industri kimia rumah tangga untuk membuat pasta gigi, semir sepatu, deterjen, dsb.
Industri kimia untuk membuat pelumas padat, cat dan zat pewarna.
Industri-industri lainnya seperti industri plastik, farmasi, tekstil, dan kertas.
Cara Peptisasi
Cara peptisasi adalah pembuatan koloid/sistem koloid dari butir-butir kasar atau dari suatu
endapan/proses pendispersi endapan dengan bantuan suatu zat pemeptisasi (pemecah). Zat
pemecah tersebut dapat berupa elektrolit khususnya yang mengandung ion sejenis ataupun
pelarut tertentu. Contoh:
Agar-agar dipeptisasi oleh air, karet oleh bensin
Endapan NiS dipeptisasi oleh H2S, endapan Al(OH)3 oleh AlCl3
Sol Fe(OH)3 diperoleh dengan mengaduk endapan Fe(OH)3 yang baru terbentuk dengan
sedikit FeCl3. Sol Fe(OH)3 kemudian dikelilingi Fe+3 sehingga bermuatan positif
Beberapa zat mudah terdispersi dalam pelarut tertentu dan membnetuk sistem koloid.
Contohnya: gelatin dalam air.

Cara Busur Bredig


Cara busur Bredig ini biasanya digunakan untuk membuat sol-sol logam, sperti Ag, Au, dan
Pt. Dalam cara ini, logam yang akan diubah menjadi partikel-partikel kolid akan digunakan
sebagai elektrode. Kemudian kedua logam dicelupkan ke dalam medium pendispersinya (air
suling dingin) sampai kedua ujungnya saling berdekatan. Kemudian, kedua elektrode akan
diberi loncatan listrik, seperti gambar.

Gambar Cara busur listrik Bredig


Panas yang timbul akan menyebabkan logam menguap, uapnya kemudian akan terkondensasi
dalam medium pendispersi dingin, sehingga hasil kondensasi tersebut berupa pertikel-pertikel
kolid. Karena logam diubah jadi partikel kolid dengan proses uap logam, maka metode ini
dikategorikan sebagai metode dispersi.
Sifat-Sifat Koloid| Koloid memiliki sifat-sifat yang khas dalam sistem koloid.
Ada macam-macam atau jenis-jenis koloid yang ada dikehidupan sehari-hari

dengan sifat-sifat tertentu yang ada pada sifat-sifat koloid. Sebelum membahas
mengenai sifat-sifat koloid mari kita melangkah kebelakang mengenai
pengertian koloid. Koloid adalah sistem dispersi dengan ukuran partikel yang
lebih kecil dari pada larutan tetapi lebih kecil dari pada suspensi. Umumnya
koloid berukuran 1 nm-100 nm. Ada yang tampak jelas secara fisis dan ada juga
yang tampak seperti larutan. Dari kecilnya ukuran partikel-partikel, sistem koloid
harus diamati dengan menggunakan mikroskop yang memiliki pembesaran yang
tinggi (mikroskop ultra).

Sifat-Sifat Koloid - Setelah mengingat kembali mengenai pengertian koloid,


mari kita menuju ke pembahasan utama kita yaitu Sifat-sifat koloid. Sistem
koloid mempunyai sifat khas, yang berbeda dengan sifat pada sistem dispersi
lainnya. Sifat-sifat koloid adalah Efek Tyndall, Gerak Brown, Adsorpsi, dan
Koagulasi. Berikut penjelasan mengenai Sifat-Sifat Koloid...

1. Efek Tyndall
Efek Tyndall adalah terhamburnya cahaya oleh partikel koloid. Bila seberkas
sinar dilewatkan pada supspensi (dispersi pasir dalam air), koloid (air teh), dan
larutan (gula dalam air), dan dilihat tegak lurus dari arah datangnya cahaya
maka lintasan cahaya akan terlihat jejaknya pada suspensi dan koloid,
sedangkan larutan tidak akan tampak sama sekali. Terlihatnya lintasan cahaya
ini disebabkan cahaya yang dihamburkan oleh partikel-partikelnya dimana pada
saat itu melewati suspensi atau koloid, sedangkan pada larutan tidak. Partikel
koloid dan suspensinya cukup besar untuk dapat menghamburkan sinar,
sedangkan partikel-partikel larutan berukuran sangat kecil sehingga tidak dapat
menghamburkan
cahaya.
Penerapan Efek Tyndall kehidupan sehari-hari. Contoh Efek Tyndall adalah
sebagai berikut...

Sorot lampu mobil atau senter di udara berkabut

Pada sore hari munculnya warna biru dan jingga

Sinar matahari melalui celah-celah dari daun pada waktu pagi hari

2. Gerak Brown
Gerak Brown adalah gerakan partikel koloid dengan lintasan lurus dan arah yang
acak. Apabila dispersi koloid diamati dibawah mikroskop dengan menggunakan
pembesaran tinggi, akan terlihat adanya partikel yang bergerak dengan arah
yang acak atau tidak beraturan, gerakan-gerakan tersebut mempunyai lintasan
lurus. Gerak Brown terjadi akibat adanya tumbukan partikel-partikel pendispersi
terhadap partikel terdispersi, sehingga partikel terdispersi akan terlontar.
Lontaran tersebut akan mengakibatkan partikel terdispersi menumbuk partikel

terdispersi yang lain dan akibatnya partikel yang tertumbuk akan terlontar.
Kejadian tersebut berulang secara terus-menerus, dan itu terjadi akibat ukuran
partikel terdispersi yang relatif besar dibanding medium pendispersinya. Adapun
gerak Brown ini mengakibatkan partikel-partikel koloid relatif stabil meskipun
ukuran yang relatif besar, sebab dengan adanya partikel yang bergerak secara
terus menerus, pengaruh dari gaya gravitasi kurang berarti.
Penerapan Gerak Brown dalam kehidupan sehari-hari. Contoh Gerak Brown
adalah sebagai berikut...

Susu

3. Adsorpsi
Adsorpsi adalah peristiwa penyerapan muatan oleh permukaan-permukaan
partikel koloid. Adsorpsi dapat terjadi karena adanya kemampuan pada partikel
koloid untuk menarik (ditempeli) oleh partikel-partikel kecil. Kemampuan menarik
tersebut, dapat terjadi karena disebabkanya adanya tegangan permukaan koloid
yang cukup tinggi, sehingga bila ada partikel yang menempel akan cenderung
dipertahankan pada permukaannya. Bila partikel-partikel koloid mengadsorbsi
ion yang bermuatan positif pada permukaannya maka koloid kana menjadi
bermuatan positif, dan sebaliknya bila yang diadsorbsi ion negatif akan menjadi
bermuatan negatif. Selain dari ion, partikel-partikel koloid dapat menyerap
muatan dari listrik statis, misalnya debu dapat menyerap muatan negatif atau
positif dari adanya elektron yang berak di udara atau dari arus listrik. Dari
adanya peristiwa adsorpsi partikel koloid yang bermuatan listrik, maka jika koloid
tersebut diletakkan dalam medan listrik partikelnya akan bergerak menuju kutub
yang bermuatan listrik yang berlawanan dengan muatan koloid.
Penerapan Adsorpsi dalam kehidupan sehari-hari. Contoh Adsorpsi adalah
sebagai berikut...

Penjernihan air dengan menggunakan tawas

Penjernihan air tebu dalam pembuatan gula

Penyembuhan sakit perut dengan norit akibat dari bakteri patogen

Pencelupan serat wol pada proses pewarnaan

4. Koagulasi
Koagulasi adalah peristiwa penggumpalan partikel koloid. Peristiwa koagulasi
pada koloid dapat terjadi diakibatkan oleh peristiwa mekanis atau peristiwa
kimia. Peristiwa mekanis misalnya pemanasan atau pendinginan. Darah
merupakan sol butir-butir darah merah yang terdispersi dalam plasma darah, bila
dipanaskan akan menggumpal, sedangkan agar-agar akan mengumpal bila
didinginkan. Peristiwa kimia yang dapat menyebabkan terjadinya koagulasi. Halhal yang dapat menyebabkan koagulasi adalah sebagai berikut...

Pencampuran Koloid yang Berbeda Muatan. Bila sistem koloid yang


berbeda muatan dicampurkan akan terjadi koagulasi dan akhirnya
mengendap. Misalnya sol Fe(OH)3 yang bermuatan positif akan mengalami
koagulasi bila dicampur sol As2S3. Dengan adanya peristiwa tersebut maka
bila anda mempunyai tinta dari merek yang berbeda, yang satu
merupakan koloid negatif dan yang lain merupakan koloid positif, jangan
sampai dicampurkan karena akan dapat terkoagulasi.

Adanya Elektrolit. Bila koloid yang bermuatan positif dicampurkan


dengan suatu larutan elektrolit maka ion-ion negatif dari larutan elektrolit
tersebut akan segera ditarik oleh partikel-partikel koloid tersebut, dan
akibatnya ukuran koloid menjadi sangat besar dan akan mengalami
koagulasi. Sebaliknya, koloid negatif akan menyerap ion-ion positif dari
suatu larutan elektrolit.

Penerapan Koagulasi dalam kehidupan sehari-hari. Contoh koagulasi adalah


sebagai beirkut...

Penjernihan air

Proses penggumpalan debu atau asap pabrik

Pengolahan karet dengan lateks

Pembentukan delta di muara

Proses penetralan partikel albuminoid dalam darah oleh ion Fe3 + atau
Al3+

5. Elektroforesis
Elektroforesis adalah Peristiwa bergeraknya partikel koloid dalam medan listrik.
Manfaat Elektroforesis ini ada pada proses pemisahan potongan-potongan gen
pada proses bioteknologi, penyaringan debu pabrik pada cerobong asap yang
disebut dengan pesawat cottrel. Koloid logam atau basa umumnya mengadsorbsi
ion-ion logam pada saat proses pembentuk sehingga akan menjadi bermuatan
positif. As2S3 dan kelompok koloid sulfida lainnya, dimana pada umumnya
mengadsorbsi
ion
negatif,
sehingga
akan
menjadi
koloid
negatif.
Penerapan Elektroforesis dalam kehidupan sehari-hari. Contoh Elektroforesis
adalah sebagai berikut...

Identifikasi DNA

Mendeteksi kelainan genetic

Proses penyaringan debu pabrik

6.
Koloid
Pelindung
Koloid pelindung adalah koloid yang ditambahkan ke dalam sistem koloid agar
menjadi stabil. Misalnya penambahan gelatin pada pembuatan es krim
dimaksudkan agar es krim tidak dapat memisah sehingga tetap terus kenyal,

serta penambahan gum arab dalam pembuatan semir dan lain-lainnya.


Penerapan Koloid Pelindung dalam kehidupan sehari-hari. Contoh Koloid
Pelindung adalah sebagai berikut...

Penambahan minyak silikon pada cat

Penambahan kasein pada susu

Penambahan gelatin pada es krim

Penambahan lestin pada margarin

7.
Dialisis
Dialisis adalah menghilangkan muatan koloid dengan cara memasukkan koloid
ke dalam membran semipermeabel dengan cara memasukkan koloid ke dalam
membran semipermeabel. Membran ini mempunyai pori-pori yang mampu
ditembus oleh ion, tetapi tidak mampu ditembus partikel koloid. Bila kantong
semipermeabel tersebut dimasukkan ke dalam aliran air, maka ion-ion yang
keluar dari membran semipermeabel akan terbawa aliran air, sedangkan
koloidnya
masih
tetap
di
dalam
kantung
semipermeabel.
Penerapan Dialisis dalam kehidupan sehari-hari. Contoh Dialisis adalah sebagai
berikut....

Proses cuci darah

Memisahkan ion-ion sianida dan tepung tapioka

PENGERTIAN KOLOID
Ada kehidupan sehari-hari ini, sering kita temui beberapa produk yang
merupakan campuran daribeberapa zat, tetapi zat tersebut dapat bercampur
secara merata/ homogen. Misalnya saja saat ibumembuatkan susu untuk adik,
serbuk/ tepung susu bercampur secara merata dengan air panas. Produk-produk
seperti itu adalah sistem koloid.Koloid adalah suatu campuran zat heterogen
(dua fase) antara dua zat atau lebih di mana partikel-partikel zat yang berukuran
koloid (fase terdispersi/yang dipecah) tersebar secara merata di dalam zatlain
(medium pendispersi/ pemecah). Ukuran partikel koloid berkisar antara 1-100
nm. Ukuran yangdimaksud dapat berupa diameter, panjang, lebar, maupun tebal
dari suatu partikel. Contoh lain darisistem koloid adalah adalah tinta, yang terdiri
dari serbuk-serbuk warna (padat) dengan cairan (air).Selain tinta, masih terdapat
banyak sistem koloid yang lain, seperti mayones, hairspray, jelly, dll.Keadaan
koloid atau sistem koloid atau suspensi koloid atau larutan koloid atau suatu
koloid adalahsuatu campuran berfasa dua yaitu fasa terdispersi dan fasa
pendispersi dengan ukuran partikelterdispersi berkisar antara 10-7sampai
dengan 10-4cm. Besaran partikel yang terdispersi, tidak menjelaskan keadaan
partikel tersebut. Partikel dapat terdiri atas atom, molekul kecil atau molekulyang

sangat besar. Koloid emas terdiri atas partikel-partikel dengan bebagai ukuran,
yang masing-masing mengandung jutaan atom emas atau lebih. Koloid belerang
terdiri atas partikel-partikel yangmengandung sekitar seribu molekul S8. Suatu
contoh molekul yang sangat besar (disebut juga molekulmakro) ialah
haemoglobin. Berat molekul dari molekul ini 66800 s.m.a dan mempunyai
diametersekitar 6 x 10-7
2. Sifat-sifat koloid
Beberapa sifat-sifat koloid yang khas, yaitu:
a) Efek Tyndall
Efek Tyndall adalah suatu efek penghamburan berkas sinar oleh partikel-partikel
yang terdapat dalam sistem koloid, sehingga jalannya berkas sinar terlihat.
b) Gerak Brown
Gerak Brown adalah gerakan terpatah-terpatah (gerak zig-zag) yang terusmenerus dalam sistem koloid
c) Diffusi dan Filtrasi
Partikel koloid lebih sulit berdifusi bila dibandingkan dengan larutan sejati. Hal ini
disebabkan ukuran partikel koloid lebih besar dibandingkan dengan partikel
larutan sejati. Selain itu ukuran partikel koloid juga menyebabkan partikel koloid
tidak dapat disaring dengan kertas biasa, tetapi harus dengan penyaring ultra.
d) Adsorpsi
Adsorpsi adalah proses penyerapan zat/partikel/molekul pada permukaan diri zat
tersebut sehingga koloid akan memiliki muatan listrik. Antara partikel koloid
dengan ion-ion yang diadsorpsi akan membentuk beberapa lapisan, yaitu:
a) Lapisan pertama ialah lapisan inti yang bersifat netral, terdiri atas partikel
koloid netral.
b) Lapisan ion dalam ialah lapisan ion-ion yang diadsorpsi oleh koloid.
c) Lapisan ion luar
e) Kesetabilan koloid
Kesetabilan kolid ditentukan oleh muatan listrik yang dikandung partikel koloid.
Muatan listrik dapat dilucuti, misalnya dengan penambahan zat yang bersifat
elektrolit, akibatnya akan terjadi penggumpalan koloid atau pengendapan koloid
F) Elektroforesis
Elektroforesis adalah peristiwa pemisahan koloid yang bermuatan. Partikelpartikel koloid yang bermuatan dengan bentuan arus listrik akan mengalir ke
masing-masing elektroda yang bermuatannya berlawanan. Partikel yang
bermuatan positif bergerak menuju ke elektroda positif.
g) Koloid Pelindung
Koloid pelindung adalah koloid yang dapat melindungi koloid dari proses
koagulasi atau penggumpalan. Ada beberapa koloid pelindung yang digunakan
pada emulsi, misalnya casein dalam susu. Jenis koloid ini disebut emuglatol.
h) Dialisis
Dialisis adalah proses penyaringan koloid dengan menggunakan kertas
perkamen atau membran yang diletakan di dalam air yang mengalir
i) Koloid Liofil dan koloid Liofob
Umumnya terjadi pada koloid yang fase terdispersinya padatan dan mediumnya
cairan atau berupa sol, sehingga lebih dikenal sebagai sol liofil atau sol liofob.
Sol liofil adalah sol di mana fase terdispersinya senang akan medium
pendispersinya (senang akan cairan) atau di katakan juga afinitas atau daya
tarik terhadap mediumnya sangat kuat.
Sol liofob adalah kebalikan dari sol liofil, di mana partikel fase terdispersinya
kurang/tidak senang akan cairannya (mediumnya).

3. JENIS-JENIS KOLOID
penggolongan sistem koloid didasarkan pada jenis fase terdispersi dan fase
pendispersinya.
Jenis-jenis Koloid
No. Fase Terdispersi
Fase Pendispersi
Nama Contoh
1. Padat Gas Aerosol Asap (smoke), debu di udara
2.

Padat

Cair

Sol

Sol emas, sol belerang, tinta, cat

3.

Padat

Padat

4.

Cair

Gas

Aerosol

Kabut (fog) dan awan

5.

Cair

Cair

Emulsi

Susu, minyak ikan

6.

Cair

Padat

7.

Gas

Cair

8.

Gas

Padat

Sol padat

Emulsi padat
Buih

Gelas berwarna, intan hitam

Jeli, mutiara

Buih sabun

Buih padat

Karet busa, batu apung, stirofoam

4. Penggunaan Koloid
Dari contoh-contoh koloid yang telah disebutkan, kita dapat melihat
kecenderungan industri membuat produknya dalam bentuk koloid. Misalnya,
industri kosmetik, industri makanan, industri farmasi, dan lain-lain. Mengapa
harus koloid? Hal ini dilakukan karena koloid merupakan satu-satunya cara untuk
menyajikan suatu campuran dari zat-zat yang tidak saling melarutkan secara
"homogen" dan stabil (pada tingkat mikroskopis). Cat, sebagai contoh,
mengandung pigmen yang tidak larut dalam air atau medium cat, tetapi dengan
sistem koloid dapat dibuat suatu campuran yang "homogen" (merata) dan stabil.
dalam kehidupan sehari-hari banyak kegunaan koloid baik langsung maupun
tidak langsung. Beberapa kegunaan koloid adalah sebagai berikut:
1. Industri kosmetika
Bahan kosmetika seperti foundation, finishing cream dan deodorant berbentuk
koloid dan umumnya sebagai emulsi.
2. Industri tekstil
Pada proses pencelupan bahan (untuk pewarnaan) yang kurang baik daya
serapnya terhadap zat warna dapat menggunakan zat warna koloid karena
memiliki daya serap yang tinggi sehingga melekat pada tekstil.
3. Industri sabun dan deterjen
Sabun dan deterjen merupakan emulgator untuk membentuk emulsi antara
kotoran (minyak) dengan air.
4. Kelestarian lingkungan
Untuk mengurangi polusi udara yang disebabkan oleh pabrik-pabrik, digunakan
suatu alat yang disebut cotrell. Alat ini berfungsi untuk menyerap partikelpartikel koloid yang terdapat dalam gas buangan yang keluar dari cerobong asap
pabrik.

2.1. SISTEM KOLOID

Koloid berasal dari bahasa Yunani kolia yang artinya lem. Koloid pertama kali
dikenalkan oleh Thomas Graham (1861) berdasarkan pengamatannya terhadap gelatin yang
merupakan kristal tapi sulit terdisfusi.
Koloid atau dispersi koloid (sistem koloid) adalah sistem dispersi dengan ukuran
partikel yang lebih besar dari laritan tapi lebih kecil dari suspensi, dengan ukuran partikel
antara 1nm-100nm sehingga tidak bisa diamati dengan mata telanjang tetapi dapat diamati
dengan mikroskop dengan tingkat pembesaran yang tinggi.
Secara umum perbedaan suspensi, larutan dan koloid dapat dilihat pada tabel berikut.
Larutan
(Dispersi Molekuler)

Koloid
(Dispersi Koloid)

Homegen, tak dapat Dibedakan


walaupun menggunakan
mikroskop ultra.
Semua partikel berdimensi
(panjang, lebar, atau tebal)
kurang dari 1nm.
Satu fasa.
Stabil.
Tidak dapat disaring.

Contoh:
Larutan gula, larutan garam,
alkohol 70%, larutan cuka,
airlaut, udara yang bersih, dan
bensin.

Secara mikroskopis
bersifat homogen,
tetapi heterogen jika
diamati dengan
mikroskop ultra.
Partikel berdimensi
anatara 1nm sampai
100nm.
Dua fasa.
Pada umunya stabil.
Tidak dapat disaring,
kecuali dengan
penyaringan ultra.
Contoh:
Sabun, susu, santan,
jeli, selai, mentega,
dan mayones.

Suspensi
(Dispersi Kasar)

Heterogen.
Salah satu atau semua
dimensi partikel
besar dari 100nm.
Dua fasa.
Tidak stabil.
Dapat disaring
Contoh:
Air Sungai yang
keruh, campuran air
dengan pasir,
campuran kopi
dengan air, dan
campuran minyak
dengan air

2.2. JENIS-JENIS KOLOID


Sistem koloid terdiri atas 2 fasa, yaitu fasa terdispersi dan fasa pendispersi (medium
dispersi). Berdasarkan jenis fasa terdispersi dan fasa pendispersinya koloid dapat dibedakan
menjadi 8 jenis sebagai berikut:
No.
1.

Fase Terdispersi
Padat

Fase Pendispersi
Padat

Jenis (nama
koloid)
Sol padat

Contoh
Mutiara, kaca warna

2.

Cair

Padat

Emulsi padat

Keju, mentega

3.

Gas

Padat

Busa padat

Batu apung, kerupuk

4.

Padat

Cair

Sol, gel

Pati dalam air, cat,


jeli

5.

Cair

Cair

Emulsi

Susu, santan
Manyonaise

6.

Gas

Cair

Busa

Krim, pasta

7.

Padat

Gas

Aerosol padat

Debu, asap

8.

Cair

Gas

Aerosol cair

Awan kabut

1. Aerosol
Sistem koloid dari partikel padat atau cair yang terdispersi dalam gas disebut aerosol.
Jika zat yang terdispersi berupa zat padat, disebut aerosol padat; jika zat yang terdispersi
berupa zat cair, disebut aerosol cair. Banyak produk dibuat dalam bentuk aerosol, seperti hair
spray, obat nyamuk semprot, parfum, cat semprot, dan lain-lain. Untuk menghasilkan aerosol
diperlukan suatu bahan pendorong (propelan aerosol).
2. Sol
Sistem koloid dari pertikel padat yang terdispersi dalam zat cair disebut sol. Koloid
jenis sol banyak kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam industri.
3. Emulsi
Sistem koloid dari zat cair yang terdispersi dalam zat cair disebut emulsi. Syarat
terjadinya emulsi ini adalah dua jenis zat cair itu tidak saling melarutkan. Emulsi dapat
digolongkan kedalam dua bagian, yaitu emulsi minyak dalam air (M/A) dan emulsi air dalam
minyak (A/M).
4. Buih
Sistem koloid dari gas yang tedispersi dalam zat cair disebut buih. Seperti halnya
dengan emulsi,untuk menstabilkan buih diperlukan zat pembuih.
5. Gel
Koloid yang setengah kaku (antara padat dan cair) disebut gel.

2.3. SIFAT-SIFAT KOLOID


1. Efek Tyndall

Efek Tyndall ialah gejala penghamburan berkas sinar (cahaya) oleh partikel-partikel
koloid. Hal ini disebabkan karena ukuran molekul koloid yang cukup besar. Efek tyndall ini
ditemukan oleh John Tyndall(1820-1893), seorang ahli fisika Inggris. Oleh karena itu sifat itu
disebut efek tyndall. Efek tyndall adalah efek yang terjadi jika suatu larutan terkena sinar.
Pada saat larutan sejati disinari dengan cahaya,maka larutan tersebut tidak akan
menghamburkan cahaya, sedangkan pada sistem koloid, cahaya akan dihamburkan. hal itu
terjadi karena partikel-partikel koloid mempunyai partikel-partikel yang relatif besar untuk
dapat menghamburkan sinar tersebut.Sebaliknya, pada larutan sejati, partikel-partikelnya
relatif kecil sehingga hamburan yang terjadi hanya sedikit dan sangat sulit diamati.
2. Gerak Brown
Gerak Brown ialah gerakan partikel-partikel koloid yang senantiasa bergerak lurus tapi tidak
menentu (gerak acak/tidak beraturan). Jika kita amati koloid dibawah mikroskop ultra, maka
kita akan melihat bahwa partikel-partikel tersebut akan bergerak membentuk zigzag.
Pergerakan zigzag ini dinamakan gerak Brown. Partikel-partikel suatu zat senantiasa
bergerak. Gerakan tersebut dapat bersifat acak seperti pada zat cair dan gas, atau hanya
bervibrasi di tempat seperti pada zat padat. Untuk koloid dengan medium pendispersi zat cair
atau gas, pergerakan partikel- partikel akan menghasilkan tumbukan dengan partikel-partikel
koloid itu sendiri. Tumbukan tersebut berlangsung dari segala arah. Oleh karena ukuran
partikel cukup kecil, maka tumbukan yang terjadi cenderung tidak seimbang. Sehingga
terdapat suatu resultan tumbukan yang menyebabkan perubahan arah gerak partikel sehingga
terjadi gerak zigzag atau gerak Brown. Semakin kecil ukuran partikel koloid, semakin cepat
gerak Brown terjadi. Demikian pula, semakin besar ukuran partikel koloid, semakin lambat
gerak Brown yang terjadi. Hal ini menjelaskan mengapa gerak Brown sulit diamati dalam
larutan dan tidak ditemukan dalam zat padat (suspensi). Gerak Brown juga dipengaruhi oleh
suhu. Semakin tinggi suhu sistem koloid, maka semakin besar energi kinetik yang dimiliki
partikel-partikel medium pendispersinya. Akibatnya, gerak Brown dari partikel-partikel fase
terdispersinya semakin cepat. Demikian pula sebaliknya, semakin rendah suhu sistem koloid,
maka gerak Brown semakin lambat.
3. Adsorpsi
Adsorpsi ialah peristiwa penyerapan partikel atau ion atau senyawa lain pada permukaan
partikel koloid yang disebabkan oleh luasnya permukaan partikel. (Catatan : Adsorpsi harus
dibedakan dengan absorpsi yang artinya penyerapan yang terjadi di dalam suatu partikel).

Sifat adsorbsi digunakan dalam proses:


1. Pemutihan gula tebu.
2. Norit.
3. Penjernihan air.
Contoh:
- koloid antara obat diare dan cairan dalam usus yang akan menyerap kuman penyebab
diare.
- Koloid Fe(OH)3 akan mengadsorbsi ion H+ sehingga menjadi bermuatan +. Adanya muatan
senama maka koloid Fe(OH), akan tolak-menolak sesamanya sehingga partikel-partikel
koloid tidak akan saling menggerombol.
4. Elektroforesis
Elektroforesis adalah suatu proses untuk menghitung berpindahnya ion atau partikel
koloid bermuatan dalam medium cair yang dipengaruhi oleh medan listrik. Yaitu, pergerakan
partikel-partikel koloid dalam medan listrik ke masing-masing elektrode. Prinsip kerja
elektroforesis digunakan untuk membersihkan asap hasil industri dengan alat Cottrell.
5. Koagulasi
Koagulasi adalah penggumpalan partikel koloid dan membentuk endapan. Dengan
terjadinya koagulasi, berarti zat terdispersi tidak lagi membentuk koloid. Koloid akan
mengalami koagulasi dengan cara:
Mekanik
Cara mekanik dilakukan dengan pemanasan, pendinginan atau pengadukan cepat.
Kimia.
Dengan penambahan elektrolit (asam, basa, atau garam). Contoh: susu, sirup masammasam.

2.4. PROSES PEMBUATAN KOLOID


1. Cara Kondensasi
Pembuatan sistem koloid dengan cara kondensasi dilakukan dengan cara penggumpalan
partikel yang sangat kecil. Penggumpalan partikel ini dapat dilakukan dengan cara sebagai
berikut:
a. Reaksi Pengendapan
Pembuatan sistem koloid dengan cara ini dilakukan dengan mencampurkan larutan elektrolit
sehingga menghasilkan endapan.
Contoh: AgNO3 + NaCl > AgCl(s) + NaNO3
b. Reaksi Hidrolisis
Reaksi hidrolisis adalah reaksi suatu zat dengan air. Sistem koloid dapat dibuat dengan
mereaksikan suatu zat dengan air.
Contoh: AlCl3 +H2O > Al(OH)3(s) + HCl
c. Reaksi Redoks
Pembuatan koloid dapat terbentuk dari hasil reaksi redoks.
Contoh: pada larutan emas

Reaksi: AuCl3 + HCOH > Au + HCl + HCOOH


Emas formaldehid
d. Reaksi Pergeseran
Contoh: pembuatan sol As2S3 dengan cara mengalirkan gas H2S ke dalam laruatn
H3AsO3 encer pada suhu tertentu.
Reaksi: 2 H3AsO3 + 3 H2S > 6 H2O + As2S3
e. Reaksi Pergantian Pelarut
Contoh: pembuatan gel kalsium asetat dengan cara menambahkan alkohol 96% ke dalam
larutan kalsium asetat jenuh.
2.Cara Dispersi
Pembuatan sistem koloid dengan cara dispersi dilakukan dengan memperkecil partikel
suspensi yang terlalu besar menjadi partikel koloid, pemecahan partikel-partikel kasar
menjadi koloid.
a. Cara Mekanik
Ukuran partikel suspensi diperkecil dengan cara penggilingan zat padat, dengan
menghaluskan butiran besar kemudian diaduk dalam medium pendispersi.
Contoh: Gumpalan tawas digiling, dicampurkan ke dalam air akan membentuk koloid dengan
kotoran air.
Membuat tinta dengan menghaluskan karbon pada penggiling koloid kemudian didispersikan
dalam air.
Membuat sol belerang dengan menghaluskan belerang bersama gulapada penggiling koloid,
kemudian dilarutkan dalam air, gula akan larut dan belerang menjadi sol.
b. Cara Peptisasi
Pembuatan koloid dengan cara peptisasi adalah pembuatan koloid dengan menambahkan ion
sejenis, sehingga partikel endapan akan dipecah.
Contoh:
1. Sol Fe(OH)3 dengan menambahkan FeCl3.
2. Sol NiS dengan menambahkan H2S.
3. karet dipeptisasi oleh bensin.
4. agar-agar dipeptisasi oleh air.
5. endapan Al(OH)3 dipeptisasi oleh AlCl3.
c.
Cara Busur Bredia/Bredig
Pembuatan koloid dengan cara busur Bredia/Bredig dilakukan dengan mencelupkan 2 kawat
logam (elektroda) yang dialiri listrik ke dalam air, sehingga kawat logam akan membentuk
partikel koloid berupa debu di dalam air.
d.
Cara Ultrasonik
Yaitu penghancuran butiran besar dengan ultrasonik (frekuensi > 20.000 Hz)
Campuran heterogen
Campuran homogen disebut larutan, contoh: larutan gula dalam air. Campuran heterogen
dapat dibedakan menjadi 2 macam, yaitu: Sistem koloid termasuk dalam bentuk campuran.
Campuran terbagi menjadi 2, yaitu:
1. Suspensi, contoh: pasir dalam air.
2. Koloid, contoh: susu dengan air.

2.5. KOMPONEN DALAM SISTEM KOLOID


1. Fase kontinyu : medium pendispersi jumlahnya lebih banyak.
2. Fase diskontinyu : medium terdispersi jumlahnya labih banyak.

Materi/Dasar Teori Koloid


Koloid adalah suatu campuran zat heterogen antara dua zat atau lebih di mana partikelpartikel zat yang berukuran koloid tersebar merata dalam zat lain. Ukuran koloid berkisar
antara 1-100 nm ( 10-7 10-5 cm ).
Contoh: Mayones dan cat, mayones adalah campuran homogen di air dan minyak dan cat
adalah campuran homogen zat padat dan zat cair.
Sistem koloid adalah suatu bentuk campuran yang keadaannya terletak antara larutan dan
suspensi (campuran kasar). Sistem koloid ini mempunyai sifat-sifat khas yang berbeda dari
sifat larutan atau suspensi.
Keadaan koloid bukan ciri dari zat tertentu karena semua zat, baik padat, cair, maupun gas,
dapat dibuat dalam keadaan koloid.
Sistem koloid sangat berkaitan erat dengan hidup dan kehidupan kita sehari-hari. Cairan
tubuh, seperti darah adalah sistem koloid, bahan makanan seperti susu, keju, nasi, dan roti
adalah sistem koloid. Cat, berbagai jenis obat, bahan kosmetik, tanah pertanian juga
merupakan sistem koloid.
Karena sistem koloid sangat berpengaruh bagi kehidupan sehari-hari, kita harus
mempelajarinya lebih mendalam agar kita dapat menggunakannya dengan benar dan dapat
bermanfaat untuk diri kita.
Koloid adalah suatu sistem campuran metastabil (seolah-olah stabil, tapi akan memisah
setelah waktu tertentu). Koloid berbeda dengan larutan; larutan bersifat stabil.
Di dalam larutan koloid secara umum, ada 2 zat sebagai berikut :
Zat terdispersi, yakni zat yang terlarut di dalam larutan koloid
Zat pendispersi, yakni zat pelarut di dalam larutan koloid
Berdasarkan fase terdispersi maupun fase pendispersi suatu koloid dibagi sebagai berikut :
Fase Terdispersi Pendispersi
Gas
Gas
Gas

Cair

Gas

Padat

Cair

Gas

Cair

Cair

Nama koloid
Contoh
Bukan koloid, karena gas
bercampur secara homogen
Busa
Buih, sabun,
ombak, krim
kocok
Busa padat
Batu apung, kasur
busa
Aerosol cair
Obat semprot,
kabut, hair spray
di udara
Emulsi
Air santan, air
susu, mayones

Cair

Padat

Gel

Padat

Gas

Aerosol padat

Padat
Padat

Cair
Padat

Sol
Sol Padat

Mentega, agaragar
Debu, gas
knalpot, asap
Cat, tinta
Tanah, kaca,
lumpur

Sifat Koloid
a. Efek Tyndall
Efek Tyndall adalah penghamburan cahaya oleh larutan koloid, peristiwa di mana jalannya
sinar dalam koloid dapat terlihat karena partikel koloid dapat menghamburkan sinar ke segala
jurusan.
Contoh: sinar matahari yang dihamburkan partikel koloid di angkasa, hingga langit berwarna
biru pada siang hari dan jingga pada sore hari ; debu dalam ruangan akan terlihat jika ada
sinar masuk melalui celah.
b. Gerak Brown
Gerak Brown adalah gerak partikel koloid dalam medium pendispersi secara terus menerus,
karena adanya tumbukan antara partikel zat terdispersi dan zat pendispersi. Karena gerak
aktif yang terus menerus ini, partikel koloid tidak memisah jika didiamkan.
c. Adsorbsi Koloid
Adsorbsi Koloid adalah penyerapan zat atau ion pada permukaan koloid. Sifat adsorbsi
digunakan dalam proses:
1. Pemutihan gula tebu.
2. Norit.
3. Penjernihan air.
Contoh: koloid antara obat diare dan cairan dalam usus yang akan menyerap kuman
penyebab diare.
Koloid Fe(OH)3 akan mengadsorbsi ion H+ sehingga menjadi bermuatan +. Adanya muatan
senama maka koloid Fe(OH), akan tolak-menolak sesamanya sehingga partikel-partikel
koloid tidak akan saling menggerombol.
Koloid As2S3 akan mengadsorbsi ion OH dalam larutan sehingga akan bermuatan dan
tolak-menolak dengan sesamanya, maka koloid As2S3 tidak akan menggerombol.
d. Muatan Koloid dan Elektroforesis

Muatan Koloid ditentukan oleh muatan ion yang terserap permukaan koloid. Elektroforesis
adalah gerakan partikel koloid karena pengaruh medan listrik.
Karena partikel koloid mempunyai muatan maka dapat bergerak dalam medan listrik. Jika ke
dalam koloid dimasukkan arus searah melalui elektroda, maka koloid bermuatan positif akan
bergerak menuju elektroda negatif dan sesampai di elektroda negatif akan terjadi penetralan
muatan dan koloid akan menggumpal (koagulasi).
Contoh: cerobong pabrik yang dipasangi lempeng logam yang bermuatan listrik dengan
tujuan untuk menggumpalkan debunya.
e. Koagulasi Koloid
Koagulasi koloid adalah penggumpalan koloid karena elektrolit yang muatannya berlawanan.
Contoh: kotoran pada air yang digumpalkan oleh tawas sehingga air menjadi jernih.
Faktor-faktor yang menyebabkan koagulasi:

Perubahan suhu.

Pengadukan.

Penambahan ion dengan muatan besar (contoh: tawas).

Pencampuran koloid positif dan koloid negatif.

Koloid akan mengalami koagulasi dengan cara:


1. Mekanik
Cara mekanik dilakukan dengan pemanasan, pendinginan atau pengadukan cepat.
2. Kimia
Dengan penambahan elektrolit (asam, basa, atau garam).
Contoh: susu + sirup masam > menggumpal
Lumpur + tawas > menggumpal
Dengan mencampurkan 2 macam koloid dengan muatan yang berlawanan.
Contoh: Fe(OH)3 yang bermuatan positif akan menggumpal jika dicampur As2S3 yang
bermuatan negatif.
f. Koloid Liofil dan Koloid Liofob
Koloid Liofil

Koloid Liofil adalah koloid yang mengadsorbsi cairan, sehingga terbentuk selubung di
sekeliling koloid. Contoh: agar-agar.
Koloid Liofob
Koloid Liofob adalah kolid yang tidak mengadsorbsi cairan. Agar muatan koloid stabil,
cairan pendispersi harus bebas dari elektrolit dengan cara dialisis, yakni pemurnian medium
pendispersi dari elektrolit.
g. Emulasi
Emulasi adalah kolid cairan dalam medium cair. Agar larutan kolid stabil, ke dalam koloid
biasanya ditambahkan emulsifier, yaitu zat penyetabil agar koloid stabil.
Contoh: susu merupakan emulsi lemak di dalam air dengan kasein sebagai emulsifier.
h. Kestabilan Koloid
a. Banyak koloid yang harus dipertahankan dalam bentuk koloid untuk penggunaannya.
Contoh: es krim, tinta, cat.
Untuk itu digunakan koloid lain yang dapat membentuk lapisan di sekeliling koloid tersebut.
Koloid lain ini disebut koloid pelindung.
Contoh: gelatin pada sol Fe(OH)3.
b. Untuk koloid yang berupa emulsi dapat digunakan emulgator yaitu zat yang dapat tertarik
pada kedua cairan yang membentuk emulsi Contoh: sabun deterjen sebagai emulgator dari
emulsi minyak dan air.
i. Pemurnian Koloid
Untuk memurnikan koloid yaitu menghilangkan ion-ion yang mengganggu kestabilan koloid,
dapat dilakukan cara dialisis. Koloid yang akan dimurnikan dimasukkan ke kantong yang
terbuat dari selaput semipermeabel yaitu selaput yang hanya dapat dilewati partikel ion saja
dan tidak dapat dilewati molekul koloid.
Contoh: kertas perkamen, selopan atau kolodion.
Kantong koloid dimasukkan ke dalam bejana yang berisi air mengalir, maka ion-ion dalam
koloid akan keluar dari kantong dan keluar dari bejana dan koloid tertinggal dalam kantong.
Proses dialisis akan di percepat jika di dalam bejana diberikan arus listrik yang disebut
elektro dialisis.
Proses pemisahan kotoran hasil metabolisme dari darah oleh ginjal termasuk proses dialisis.
Maka apabila seseorang menderita gagal ginjal, orang tersebut harus menjalani cuci darah
dengan mesin dialisator di rumah sakit. Koloid juga dapat dimurnikan dengan penyaring
ultra.

Pembuatan Sistem Koloid


1. Cara Kondensasi
Pembuatan sistem koloid dengan cara kondensasi dilakukan dengan cara penggumpalan
partikel yang sangat kecil. Penggumpalan partikel ini dapat dilakukan dengan cara sebagai
berikut:
1. Reaksi Pengendapan
Pembuatan sistem koloid dengan cara ini dilakukan dengan mencampurkan larutan elektrolit
sehingga menghasilkan endapan. Contoh: AgNO3 + NaCl > AgCl(s) + NaNO3
2. Reaksi Hidrolisis
Reaksi hidrolisis adalah reaksi suatu zat dengan air. Sistem koloid dapat dibuat dengan
mereaksikan suatu zat dengan air. Contoh: AlCl3 +H2O > Al(OH)3(s) + HCl
3. Reaksi Redoks
Pembuatan koloid dapat terbentuk dari hasil reaksi redoks.
Contoh: pada larutan emas
Reaksi: AuCl3 + HCOH > Au + HCl + HCOOH
Emas formaldehid
4. Reaksi Pergeseran
Contoh: pembuatan sol As2S3 dengan cara mengalirkan gas H2S ke dalam laruatn H3AsO3
encer pada suhu tertentu.
Reaksi: 2 H3AsO3 + 3 H2S > 6 H2O + As2S3
5. Reaksi Pergantian Pelarut
Contoh: pembuatan gel kalsium asetat dengan cara menambahkan alkohol 96% ke dalam
larutan kalsium asetat jenuh.
2.Cara Dispersi
Pembuatan sistem koloid dengan cara dispersi dilakukan dengan memperkecil partikel
suspensi yang terlalu besar menjadi partikel koloid, pemecahan partikel-partikel kasar
menjadi koloid.
1. Cara Mekanik

Ukuran partikel suspensi diperkecil dengan cara penggilingan zat padat, dengan
menghaluskan butiran besar kemudian diaduk dalam medium pendispersi.
Contoh: Gumpalan tawas digiling, dicampurkan ke dalam air akan membentuk koloid dengan
kotoran air.
Membuat tinta dengan menghaluskan karbon pada penggiling koloid kemudian didispersikan
dalam air.
Membuat sol belerang dengan menghaluskan belerang bersama gula (1:1) pada penggiling
koloid, kemudian dilarutkan dalam air, gula akan larut dan belerang menjadi sol.
2. Cara Peptisasi
Pembuatan koloid dengan cara peptisasi adalah pembuatan koloid dengan menambahkan ion
sejenis, sehingga partikel endapan akan dipecah. Contoh: sol Fe(OH)3 dengan menambahkan
FeCl3.
sol NiS dengan menambahkan H2S.
karet dipeptisasi oleh bensin.
agar-agar dipeptisasi oleh air.
endapan Al(OH)3 dipeptisasi oleh AlCl3.
3. Cara Busur Bredia/Bredig
Pembuatan koloid dengan cara busur Bredia/Bredig dilakukan dengan mencelupkan 2 kawat
logam (elektroda) yang dialiri listrik ke dalam air, sehingga kawat logam akan membentuk
partikel koloid berupa debu di dalam air.
4. Cara Ultrasonik
yaitu penghancuran butiran besar dengan ultrasonik (frekuensi > 20.000 Hz)
Campuran heterogen.
Campuran homogen disebut larutan, contoh: larutan gula dalam air. Campuran heterogen
dapat dibedakan menjadi 2 macam, yaitu: Sistem koloid termasuk dalam bentuk campuran.
Campuran terbagi menjadi 2, yaitu:
1. Suspensi, contoh: pasir dalam air.
2. Koloid, contoh: susu dengan air.

Komponen Penyusun Koloid


1. Fase kontinyu : medium pendispersi jumlahnya lebih banyak.

2. Fase diskontinyu : medium terdispersi jumlahnya labih banyak.

Bentuk Partikel Koloid


1. Bulatan : misalnya virus, silika.
2. Batang : misalnya virus.
3. Piringan : misalnya globulin dalam darah.
4. Serat : misalnya selulosa.

Penggunaan Sistem Koloid


1. Obat-obatan : salep, krim, minyak ikan.
2. Makanan : es krim, jelly dan agar-agar.
3. Kosmetik : hair cream, skin spray, body lotion.
4. Industri : tinta, cat.

Beberapa Macam Koloid


1. Aerosol
adalah sistem koloid di mana partikel padat atau cair terdispersi dalam gas.
Contoh: aerosol padat: debu, asap.
aerosol cair: kabut, awan.
Bahan pendingin dan pendorong yang sering digunakan adalah Kloro Fluoro Karbon (CFC).
2. Emulsi
adalah sistem koloid di mana zat terdispersi dan pendispersi adalah zat cair yang tidak dapat
bercampur. Misalnya: Emulsi minyak dalam air: santan, susu, lateks, minyak ikan. Emulsi air
dalam minyak: mentega, minyak rambut, minyak bumi.
Untuk membentuk emulsi digunakan zat pengemulsi atau emulgator yaitu zat yang dapat
tertarik oleh kedua zat cair tersebut.
Contoh: sabun untuk mengemulsikan minyak dan air.
kasein sebagai emulgator pada susu.

3. Sol adalah suatu sistem koloid di mana partikel padat terdispersi dalam zat cair.

No.

Hidrofob

Hidrofil

Tidak menarik molekul air tetapi


a. mengadsorbsi ion

Menarik molekul air hingga


menyelubungi partikel terdispersi

Tidak reversible, apabila


b. mengalami koagulasi sukar
menjadi sol lagi
Biasanya terdiri atas zat anorganik
c.

Reversibel, bila mengalami koagulasi


akan dapat membentuk sol lagi jika
ditambah lagi medium pendispersinya
Biasanya terdiri atas zat organik

Kekentalannya rendah

Kekentalannya tinggi

Gerak Brown terlihat jelas

Gerak Brown tidak jelas

d.

e.
Mudah dikoagulasikan oleh
f. elektrolit

Sukar dikoagulasikan oleh elektrolit

Umumnya dibuat dengan cara


g. kondensasi

Umumnya dibuat dengan cara dispersi

Efek Tyndall jelas

Efek Tyndall kurang jelas

h.
Contoh: sol logam, sol belerang, Contoh: sol kanji, sol protein, sol
i. sol Fe(OH)3, sol As2S3, sol sulfida sabun, sol gelatin

4. Gel/Jel adalah koloid liofil setengah kaku.


Contoh: agar-agar, lem kanji, selai, jelly untuk menata rambut.
5. Buih adalah sistem koloid dari gas yang terdispersi dalam zat cair.
Contoh: sabun, detergen, protein.
Zat-zat yang dapat memecah/mencegah buih yaitu eter, isoamil alkohol.
DASAR TEORI

Es krim adalah sejenis makanan semi padat yang dibuat dengan cara
pembekuan tepung es krim atau dari campuran susu, lemak hewani maupun nabati,
gula dan dengan atau tanpa bahan makanan lain dan bahan makanan yang
diijinkan.
Es krim tidak lain berupa busa (gas yang terdispersi dalam cairan) yang
diawetkan dengan pendinginan. Walaupun es krim tampak sebagai wujud yang
padu, bila dilihat dengan mikroskop akan tampak ada lima komponen penyusun,
yaitu krim, skim, air, gula, dan stabilizer. Kadar air dalam es krim antara 60-62%, jika
air terlalu banyak maka es krim menjadi kasar, jika air terlalu sedikit maka es krim
akan menjadi terlalu padat. Untuk bisa creamy, 60-62% itu sudah ukuran yang teruji.
Dengan demikian maka kadar bahan kering adalah 38-40%. Es krim dengan
kandungan udara lebih banyak akan terasa lebih cair dan lebih hangat sehingga
tidak enak dimakan.
Bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan es krim adalah lemak
susu, padatan susu tanpa lemak, gula, bahan penstabil, emulsifier, flavor, dan total
padatan. Lemak susu merupakan bahan utama pembuates krim. Lemak susu
mampu memberikan flavor yang kaya, namun tidak memberikan efek penurunan titik
beku karena tidak larut serta cenderung memperlambat laju whipping (pembusaan).
Peningkatan kadar lemak dapat mencegah pembentukan kristal es yang besar
selama proses pembekuan es krim.
Padatan susu tanpa lemak (susu skim) memiliki komponen utama laktosa,
protein, dan mineral. Laktosa memberikan rasa manis dan mempertahankan
palatabilitas es krim. Protein meningkatkan nilai gizi, meningkatkan viskositas dan
resistensi pelelehan, menurunkan titik beku, menyerap sebagian air dalam adonan
sehingga diperoleh tekstur yang lembut.
Bahan lain yang digunakan dalam pembuatan es krim adalah gula. Sukrosa
digunakan sebagai sumber karbohidrat. Gula sebagai pemanis makanan sering
digunakan dan berhubungan dengan rasa nikmat serat disukai. Fungsi utama gula
adalah mempertinggi citarasa sehingga dapat meningkatkan penerimaan konsumen.
Konsentrasi gula yang terlalu tinggi dapat menutupi citarasa yang diinginkan, tetapi
bila kurang akan terasa hambar. Selain itu penambahan gula dapat meningkatkan
kekentalan dan memperbaiki tekstur.
Bahan penstabil dalam pembuatan es krim merupakan koloid hidrofilik yang
dapat menurunkan konsentrasi air bebas denagn menyerap air tersebut sehingga

akan mengurangi kristalisasi es, memperkecil kristal es, dan dapat meningkatkan
kehalusan tekstur. Jenis-jenis penstabil yang biasa digunakan dalam frozen dessert
terbagi menjadi beberapa kategori yaitu (a) protein misalnya gelatin, (b) plant
exudates misalnya arabic, ghatti, karaya, dan tragacant ums, (c) sed gums misalnya
locust (carob) bean, guar, dan psyllium, (d) microbial gums, misalnya xanthan, (e)
seaweed extract misalnya agar, alginat, dan karagenan, (f) pectin misalnya low dan
high methoxyl, (g) selulosa misalnya Carboxy Methyl Cellulose (CMC), dan lain-lain.
Pembuatan es krim sebenarnya sederhana saja, yakni mencampurkan bahan-bahan
dan kemudian mendinginkannya. Air murni pada tekanan 1 atmosfer akan membeku
pada suhu 00C. Namun, bila ke dalam air dilarutkan zat lain, titik beku air akan
menurun. Jadi, untuk membekukan adonan es krim pun memerlukan suhu di bawah
00C. Awalnya, suhu es itu akan kurang dari 0 0C (coba cek hal ini dengan mengukur
suhu es yang keluar dari lemari pendingin). Namun, permukaan es yang berkontak
langsung dengan udara akan segera naik suhunya mencapai 0 0C dan sebagiannya
akan mencair. Suhu campuran es dan air tadi akan tetap 0 0C selama esnya belum
semuanya mencair. Seperti disebut di atas, jelas campuran es krim tidak membeku
pada suhu 00C akibat sifat koligatif penurunan titik beku.
Bila ditaburkan sedikit garam ke campuran es dan air tadi, kita mendapatkan
hal yang berbeda. Air lelehan es dengan segera akan melarutkan garam yang kita
taburkan. Dengan demikian, kristal es akan terapung di larutan garam. Karena
larutan garam akan mempunyai titik beku yang lebih rendah dari 00C, es akan turun
suhunya sampai titik beku air garam tercapai. Dengan kata lain, campuran es krim
tadi dikelilingi oleh larutan garam yang temperaturnya lebih rendah dari 00C
sehingga adonan es krim itu akan dapat membeku. Kalau campuran itu hanya
dibiarkan saja mendingin tidak akan dihasilkan es krim, melainkan gumpalan padat
dan rapat berisi kristal-kristal es yang tidak akan enak kalau dimakan. Bila diinginkan
es krim yang enak di mulut, selama proses pembekuan tadi adonan harus
diguncang-guncang. Pengocokan atau pengadukan campuran selama proses
pembekuan merupakan kunci dalam pembuatan es krim yang baik.
Proses pengguncangan ini bertujuan ganda. Pertama, untuk mengecilkan
ukuran kristal es yang terbentuk; semakin kecil ukuran kristal esnya, semakin lembut
es krim yang terbentuk. Kedua, dengan proses ini akan terjadi pencampuran udara
ke dalam adonan es krim. Gelembung-gelembung udara yang tercampur ke dalam
adonan inilah yang menghasilkan busa yang seragam (homogen).

Penyimpanan es krim
Bila es krim tidak disimpan dengan baik, sebagian es krim yang mencair
akan membentuk kristal es yang lebih besar dan ketika kembali dimasukkan ke
pendingin kristal esnya akan tumbuh membesar. Hal ini akan mengakibatkan
teksturnya menjadi semakin kasar dan tidak enak di mulut. Selain itu, sebenarnya
pengasaran tekstur ini bisa juga diakibatkan karena laktosa (gula susu) akan
mengkristal dari larutan dan sukar melarut kembali.
Untuk mengatasi hal ini, bila selesai makan (sebelum menyimpan kembali),
dapat ditaburkan sedikit gum atau serbuk selulosa di atas es krim. Serbuk-serbuk itu
akan menyerap kuat air yang mencair sehingga pembentukan kristal es yang besar
dapat dicegah.
Es krim adalah buih setengah beku yang mengandung lemak
teremulsi dan udara. Sel-sel udara yang ada berperanan untuk memberikan
texture lembut pada es krim tersebut. Tanpa adanya udara, emulsi beku tersebut
akan menjadi terlalu dingin dan terlalu berlemak.
Bahan utama dari es krim adalah lemak (susu), gula, padatan nonlemak dari susu (termasuk laktosa) dan air. Sebagai tambahan, pada produk
komersil diberi emulsifier, stabiliser, pewarna, dan perasa. Sebagai emulsifier
biasanya digunakan lesitin, gliserol monostearat atau yang lainnya. Emulsifier ini
berguna untuk membangun distribusi struktur lemak dan udara yang
menentukan dalam membentuk sifat rasa/tekstur halus dan pelelehan yang baik.
Untuk stabilisernya bisa digunakan polisakarida dan ini berfungsi sebagai
penambah viskositas..
Es krim mempunyai struktur koloid yang kompleks karena
merupakan buih dan juga emulsi. Buih padat terjadi karena adanya lemak
teremulsi dan juga karena adanya kerangka dari kristal-kristal es yang kecil dan
terdispersi didalam larutan makromolekular berair yang telah diberi gula.
Peranan emulsifier (misalnya: gliserol monostearat komersial) adalah untuk
membantu stabilisasi terkontrol dari emulsi didalam freezer. Perubahanperubahan polimorfis lemak pada es krim selama penyimpanan menyebabkan
perubahan bentuk pada globula awalnya, yang berkombinasi dengan film protein
yang agak lepas, menyebabkan terjadinya penggumpalan di dalam freezer.
Stabilisasi gelembung-gelembung udara pada es krim juga terjadi karena adanya
kristal-kristal es dan fasa cair yang sangat kental. Stabiliser polisakarida
(misalnya: carrageenan) menaikkan kekentalan fasa cair, seperti juga gula pada
padatan non-lemak dari susu. Stabiliser-stabiliser ini juga dikatakan dapat
memperlambatan pertumbuhan kristal-kristal es selama penyimpanan. Hal ini
karena jika kristal-kristal esnya terlalu besar maka akan terasa keras di mulut.

MAKALAH KOLOID
BAB I
PENDAHULUAN
I.I LATAR BELAKANG

Ada kehidupan sehari-hari ini, sering kita temui beberapa produk yang
merupakan campuran dari beberapa zat, tetapi zat tersebut dapat bercampur secara
merata/ homogen. Misalnya saja saat ibu membuatkan susu untuk adik, serbuk/
tepung susu bercampur secara merata dengan air panas. Produk-produk seperti itu
adalah sistem koloid.
Sistem koloid sangat berkaitan erat dengan hidup dan kehidupan sehari-hari.
Cairan tubuh, seperti darah adalah sistem koloid, bahan makanan seperti susu, keju,
nasi, dan roti adalah sistem koloid. Cat, berbagai jenis obat, bahan kosmetik, tanah
pertanian juga merupakan sistem koloid.
Karena sistem koloid sangat berpengaruh bagi kehidupan sehari-hari,kita
harus mempelajarinya lebih mendalam agar kita dapat menggunakannya dengan
benar dan dapat bermanfaat untuk diri kita.
Contoh dari sistem koloid yaitu saat susu dan air dicampur, maka susu akan
bercampur dengan air dan air akan berubah menjadi putih keruh. Campuan serbuk
susu dan air disebut koloid.Sehubungan dengan itu, untuk mengetahui lebih jelas
tentang koloid, maka dalam makalah ini akan dibahas mengenai KOLOID.
I.2 LANDASAN TEORI
Koloid adalah suatu bentuk campuran yang keadaannya antara larutan dan
suspensi. Larutan memiliki sifat homogen dan stabil. Suspensi memiliki sifat
heterogen dan labil. Sedangkan koloid memiliki sifat heterogen dan stabil. Koloid
merupakan sistem heterogen, dimana suatu zat "didispersikan" ke dalam suatu
media yang homogen. Ukuran zat yang didispersikan berkisar dari satu nanometer
(nm) hingga satu mikrometer (m).
, koloid tergolong campuran heterogen (dua fase) dan setabil. Zat yang
didipersikan disebut fase terdispersi, sedangkan medium yang digunakan untuk
mendispersikan zat disebut medium dispersi. Fase terdispersi
bersifat diskontinu (terputus-putus), sedangkan medium dispersi bersifat kontinu.
Pada campuran susu dengan air, fase terdispersi adalah lemak, sedangkan medium
dispersinya adalah air.
BAB II
ISI
2.I PENGERTIAN KOLOID
Koloid adalah suatu campuran zat heterogen (dua fase) antara dua zat atau
lebih di mana partikel-partikel zat yang berukuran koloid (fase terdispersi/yang
dipecah) tersebarsecara merata di dalam zat lain (medium pendispersi/
pemecah).contohnya campuran serbuk susu dan air. Pembuatan pertama sistem
koloid dilakukan kurang lebih 140 tahun yang lalu oleh ilmuwan Skotlandia yaitu
Thomas Graham. Ia menambahkan berbagai macam zat antara lain gula, garam,
perekat cair, kanji, dan gelatin kedalam air dan memasukan campuran itu kedalam
kantung yang terbuat dari kulit biri-biri. Kemudian kantung tersebut dimasukan
kedalam air. Ia menemukan bahwa gula dan garam dapat melalui membran kulit biribiri tersebut dengan mudah tetapi tidak demikian terhadap perekat cair, kanji dan
gelatin.
Graham kemudian enyebutkan bahwa zat-zat yang tidak dapat melewati
membran adalah koloid (dalaqm bahasa Greek berarti seperti lem). Cara yang

digunakan oleh graham untuk memisahkan partikel yang lebih kecil dari partikel
yang lebih besar suatu koloid disebut dialisis.

Jika kita campurkan air dengan sirup maka sirup akan terdispersi
(bercampur) dengan air secara homogen (bening) Jika didiamkan, campuran itu
tidak memisah dan juga tidak dapat dipisahkan dengan penyaringan biasa maupun
penyaringan yang lembut (penyaringan mikro). Secara makroskopis maupun
mikroskopis mcampuran ini tampak homogen, tidak dapat dibedakan mana yang air
dan mana yang sirup. Campuran seperti inilah yang disebut larutan.
Jika kita campurkan susu (misalnya, susu instan) dengan air, ternyata susu
"larut" tetapi "larutan" itu tidak bening melainkan keruh. Jika didiamkan, campuran itu
tidak memisah dan juga tidak dapat dipisahkan dengan penyaringan (hasil
penyaringan tetap keruh). Secara makroskopis campuran ini tampak homogen. Akan
tetapi, jika diamati dengan mikroskop ultra ternyata masih dapat dibedakan partikelpartikel lemak susu yang tersebar di dalam air. Campuran seperti inilah yang disebut
koloid.
2
Jika kita campurkan air dengan pasir maka pasir akan terdispersi
(bercampur) dengan air secara heterogen dan langsung memisah antara air dengan
pasir, yang keadaannya pasir akan mengendap di dasar air dan dapat dipisahkan
dengan penyaringan biasa, bahkan dapat dipisahkan dengan cara dituang perlahanlahan. Secara makroskopis campuran ini sudah tampak hetrogen, dapat dibedakan
mana yang air dan mana yang pasir. Campuran seperti inilah yang disebut
suspensi.
Koloid merupakan sistem heterogen, dimana suatu zat didispersikan
didalam suatu media yang homogen. Disperse adalah pencampuran secara merata
antara dua zat atau lebih. Ukuran partikel koloid berkisar antara 10 -7 105 cm. Koloid
tergolong campuran heterogen dan merupakan sistem dua fase. Zat yang
didipersikan disebut fase terdispersi, sedangkan medium yang digunakan untuk
mendispersikan
zat
disebut medium
dispersi.
Fase
terdispersi
bersifat diskontinu (terputus-putus), sedangkan medium dispersi bersifat kontinu.
Pada campuran susu dengan air, fase terdispersi adalah lemak, sedangkan medium
dispersinya adalah air.
Perbandingan antara larutan, koloid dan suspensi
ASPEK

LARUTAN

KOLOID

SUSPENSI

Bentuk campuran

Homogen

Tampak homogen

Heterogen

Kestabilan

Stabil

Stabil

Tidak stabil

Pengamatan

Homogen

Heterogen

Heterogen

Jumlah fase

Satu

Dua

Dua

Sistem disperse

Molekuler

Padatan halus

Padatan kasar

Pemisahan dengan

Tidak dapat disaring

Tidak dapat disaring dgn kertas

Dapat disaring

mikroskop

cara penyaringan

saring biasa, kcuali dengan kertas


saring ultra

Ukuran Partikel

<10-7 cm, atau <>

10-7 cm - 10-5 cm, atau 1 nm -

> 10-5 cm atau >


100 nm

2.2 BESARNYA PARTIKEL yang TERDISPERSI


Keadaan koloid ditentukan oleh besarnya partikel. Besarnya partikel
merupakan faktor yang penting dan perlu diketahui untuk menentukan keadaan
suatu campuran. Bila partikel-partikel zat yang tersebar dalam campuran berbentuk
bola, maka atom-atom, molekul-molekul, dan ion-ion zat terlarut yang sejati
umumnya bergaris tengah
3
-1
antara 10 nanometer sampai 1 nanometer { 1 nanometer (disingkat nm) = 10 -9
meter}. Partikel-partikel koloid bergaris tengah antara 1 sampai dengan 100 nm
sedangkan partikel-partikel suspensi bergaris tengah lebih besar dari 100 nm.
10-1
1
10
102 103

104 105

106nm

Larutan sejati

koloid

suspensi

2.3 JENIS-JENIS KOLOID


Sistem koloid adalah campuran heterogen, yang diketahui bahwa terdapat tiga
fase, yaitu padat, cair dan gas. Dari ketiga fase zat ini dapat dibuat sembilan
kombinasi campuran fase zat, tetapi yang dapat membentuk sistem koloid hanya
delapan. Kombinasi campuran fase gas dan fase gas selalu menghasilkan
campuran homogen (satu fase) sehingga tidak dapat membentuk sistem koloid.

2.3.I Sistem Koloid Fase padat cair (sol)


Sistem koloid fase padat cair disebut sol. Sol terbentuk dari fase terdispersi
berupa zat pada dan fase pendispersi berupa cairan. Sol yang memadat disebut gel.
Berikut contoh sistem koloid fase padat cair :
a. Agar-agar
b. Pektin
c. Gelatin
d. Cairan kanji
e. Air sungai (tanah terdispersi dalam medium air)

f. Cat tembok dan tinta (zat warna terdispersi dalam medium air)
g. Gel kalsium asetat dalam alcohol
h. Sol arpus (damur)
i. Sol emas, sol Fe (OH)3 , Sol Al (OH)3 dan sol belerangan.
4
2.3.2 Sistem Koloid Fase Padat Padat (Aerosol padat)
Aerosol padat adalah dispersi partikel-partikel padat yang sangat halus dalam
medium gas. Aerosol padat yang ada dalam kehidupan sehari-hari ada yang
bermanfaat bagi manusia dan ada yang tidak bermanfaat. Aerosol padat yang
bermanfaat bagi manusia dan sengaja dinuat untuk memenuhi kebutuhan, yaitu
asap pembasmi nyamuk, pembasmi hama, pengusir tikus dan asapyang digunakan
untuk mengawetkan makanan. Sedangkan aerosol padat yang tidak bermanfaat
bagi manusia, misalnya asap buangan pabrik, asapkendaraan bermotor, partikel
debu tanah, debu logam diudara dan asap rokok. Aerosol padat tersebut selain
dapat menganggu kesehatan manusia dan makhluk hidup lain juga dapat mengotori
alat-alat keperluan manusia.
Sistem koloid fase padat-padat terbentuk dari fase terdispersi dan fase
pendispersi yang sama-sama berwujud zat padat sehingga dikenal dengan nama sol
padat. Contoh sistem koloid fase pada-padat adalah logam campuran (aliase),
misalnya stainless steel yang terbentuk dari campuran logam besi, kromium dan
nikel.
2.3.3 Sistem Koloid Fase Padat Gas (Sol padat)
Sistem koloid fase padat gas terbentuk dari fase terdispersi berupa padat
dan fase pendispersi berupa gas, asap merupakan partikel padat yang terdispersi di
dalam medium pendispersi berupa gas (udara). Partikel padat di udara disebut
partikulat padat. Sistem disperse zat padat dalam medium pendispersi gas disebut
aerosol padat.
2.3.4 Sistem koloid Fase Cair Gas (Aerosol)
Sistem koloid fase cair-gas terbentuk dari fase dipersi berupa zair dan fase
pendispersi berupa gas, yang disebut aerosol. Contoh sistem koloid ini adalah kabut
dan awan. Partikel-partikel zat cair yang terdispersi, di udara (gas) disebut partikel
cair. Contoh aerosol adalah hairspray, obat nyamuk semprot, parfum, dll.
2.3.5 Sistem Koloid Fase Cair Cair (Emulsi)
Emulsi adalah sistem dispersi antara cairan dengan cairan yang tidak dapat
bercampur homogen. Misalnya minyak dalam air susu. Jika minyak dimasukan
kedalam air, akan diperoleh emulsi minyak air. Sebaliknya, jika tetes-tetes air
dimasukan kedalam minyak diperoleh emulsi air minyak.

5
Pada umumnya emulsi kurang mantap. Untuk memantapkan suatu emulsi
perlu ada zat pemantap yang disebut emulgator. Fungsi zat pengelmusi (elmugator)
adalah menurunkan tegangan permukaan cairan sehingga tidak mudah bergabung
lagi. Contoh emulgator sabun, detergen, gelatin, lesitin, dll.
Sistem koloid fase cair-cari terbentuk dari fase terdispersi berupa zat cair dan
medium pendispersi yang berupa cairan. Campuran yang zat cair dan medium
pendispersi yang berupa cairan. Campuran yang terbentuk buka berupa larutan,
melainkan bersifat heterogen.

2.3.6 Sistem Koloid Fase Cair Padat (Emulsi Padat)


Sistem koloid fase cair-padat terbentuk dari fase terdispersi berupa zat cair
dan medium pendispersi berupa zat padat sehingga dikenal dengan nama emulsi
pada. Jadi, emulsi berupa sistem koloid fase cair-cair ( tidak ada istilah emulsi cair).
Contoh emulsi padat : keju, mentega, dan mutiara.

2.3.7 Sistem Koloid Fase Gas Cair (Busa)


Busa atau buih adalah sistem koloid yang fase terdispersinya gas dan
medium pendispersinya cair. Apabila medium pendispersinya mengandung
surfaktan, maka busa akan stabil. Busa sabun adalah sistem koloid yang stabil
karena sabun merupakan surfaktan. Molekul surfaktan cenderung terkonsentrasi
pada permukaan atau angtar permukaan cairan dan gas, dan terdiri atas dua bagian
yaitu bersifat nonpolar dan gugus polar.
Sistem koloid fase gas cair terbentuk dari fase terdispersi berupa gas dan
medium pendispersi berupa zat cair. Jika anda mengocok larutan sabun akan timbul
busa. Contoh zat yang dapat menimbulkan busa yaitu sabun, deterjen, protein dan
tanin.

Sifat-sifat buih ialah:


Struktur buih cair berubah dengan waktu karena drainase (pemisahan medium

pendispersi) akibat kerapatan fas dan zat cair yang jauh berbeda, rusaknya film
antara dua gelembung gas, dan ukuran gelembung gas menjadi lebih besar akibat
difusi.
Struktur buih cair dapat berubah jika diberi gaya dari luar.

2.3.8 Sistem Koloid Fase Gas Padat (Busa padat)


Sistem Koloid fase gas pada terbetuk dari fase terdispersi berupa gas dan
medium pendispersi berupa zat padat, yang dikenal istilah busa padat, sedangkan
disporsi gas dalam medium cair disebut busa dan tidak perlu disebut busa cair.
Jenis sistem koloid dan contoh-contohnya
Fase
No
Terdispersi

Nama

Medium
Pendispersi

Contoh
Koloid

1.

Padat

Cair

Sol

Sol emas, agar-agar, jelly,

2.

Padat

Gas

Aerosol padat

Asap, debu, padat

3.

Padat

Padat

Sol padat

Paduan
logam,
berwarna

4.

Cair

Gas

Aerosol

Kabut awan

5.

Cair

Cair

Emulsi

Santan, susu, es krim,

6.

Cair

Padat

Emulsi padat

Keju, mentega, mutiara

7.

Gas

Cair

Buih, busa

Busa sabun

8.

Gas

Padat

Busa padat

Karet, busa, batu apung

kaca

2.4 SIFAT-SIFAT KOLOID


Sifat-sifat kolid diantaranya:

Berhubungan dengan optik, efek tyndall, dan gerak Brown.

Yang berhubungan dengan kelistrikan adalah koagulasi, elektroforesis, dan dialisis.

Berhubungan dengan gejala permukaan yaitu, adsorpsi.

Sifat lain yang penting, yaitu opalesensi dan sifat koligatif yang tak jelas.

2.4.1 Koloid Menunjukkan Efek Tyndall dan grek Brown


a. Grek Brown
Jika kita amati system koloid dibawah mikroskop ultra, maka kita zigzag.
Pergerakan zigzag ini dinamakan gerak Brown. Hal ini diamati pertama kali oleh
Robert Brown pada tahun 1827.
7
Pergerakan tersebut dijelaskan pada penjelasan berikut:

Partikel-partikel suatu zat senantiasa bergerak. Gerakan tersebut dapat


bersifat acak seperti pada zat cair dan gas, atau hanya bervibrasi di tempat seperti
pada zat padat. Untuk system koloid dengan medium pendispersi zat cair atau gas,
pergerakan partikel-partikel akan menghasilkan tumbukan dengan partikel-partikel
koloid itu sendiri. Tumbukan tersebut berlangsung dari segala arah. Oleh karena
ukuran partikel cukup kecil, maka tumbukan yang terjadi cenderung tidak seimbang.
Sehingga terdapat suatu resultan tumbukan yang menyebabkan perubahan arah
gerak partikel sehingga terjadi gerak zigzag atau gerak Brown.
Semakin kecil ukuran partikel koloid, semakin cepat gerak Brown terjadi.
Demikian pula, semakin besar ukuran partikel kolopid, semakin lambat gerak Brown
yang terjadi. Hal ini menjelaskan mengapa gerak Brown sulit diamati dalam larutan
dan tidak ditemukan dalam zat padat (suspensi).
Gerak Brown juga dipengaruhi oleh suhu. Semakin tinggi suhu system koloid,
maka semakin besar energi kinetic yang dimiliki partikel-partikel medium
pendispersinya. Akibatnya, gerak Brown dari partikel-partikel fase terdispersinya
semakin cepat. Demikian pula sebaliknya, semakin rendah suhu system koloid,
maka gerak Brown semakin lambat.
b. Efek Tyndall
Efek tyndall ini ditemukan oleh John Tyndall (1820-1893), seorang ahli fisika
Inggris. Oleh karena itu sifat itu disebut efek tyndall.
Efek tyndall adalah efek yang terjadi jika suatu larutan terkena sinar. Pada
saat larutan sejati disinari dengan cahaya, maka larutan tersebut tidak akan
menghamburkan cahaya, sedangkan pada sistem koloid cahaya akan dihamburkan.
hal itu terjadi karena partikel-partikel koloid mempunyai partikel-partikel yang relatif
besar untuk dapat menghamburkan sinar tersebut.
8
Sebaliknya, pada larutan sejati, partikel-partikelnya relatif kecil sehingga hamburan
yang terjadi hanya sedikit dan sangat sulit diamati.
Intensitas cahaya yang dihamburkan, dipengaruhi oleh konsentrasi partikel
koloid. Dengan bertambahnya konsentrasi partikel dan ukuran partikel, maka
intensitas cahaya yang dihamburkan akan bertambah.
2.4.2 Partikel Partikel Koloid Bermuatan Listrik
a. Adsorpsi
Partikel-partikel koloid mempunyai luas permukaan yang lebih besar bila
dibandingkan dengan partikel suspensi kasar dengan massa yang sama. Atas dasar
ini, sistem koloid mempunyai daya adsorpsi yang besar. Adsorpsi adalah melekatnya
zpartikel zat(ion, atom, atau molekul) pada permukaan suatu zat lain. Jika
penyerapan itu sampai kedalam (dibawah permukaan) istilahnya adalah absorpsi.
Zat yang teradsorpsi pada umumnya terkonsintrasi pada permukaan.
Apabila partikel koloid mengadsorpsi ion yang ada didalam medium
pendispersi, maka partikel-partikel koloid menjadi bermuatan. Contoh, partikel sol

besi (III) hidroksida (Fe(OH)3) mengadsorpsi ion-ion positif didalam air sehingga sol
besi (III) hidroksida bermuatan positif. Sedangkan partikel sol arsen (III) sulfida
(As2S3) didalam air, menyerap ion negatif sehingga sol arsen (III) sulfida bermuatan
negatif. Sol arsen (III) sulfida dapat dibuat dari reaksi AsCl 3 dengan H2S.
Partikel koloid dengan ion-ion disekitarnya membentuk susunan sebagai
berikut.

Bagian inti = butir koloid netral

Lapisan ion dalam, yaitu ion-ion yang langsung diadsorpsi. Ion ini yang menentukan
muatan koloid.

Lapisan ion luar, yaitu atmosfer ion yang berada di luar untuk mengimbangi medan
muatan koloid.

b. Elektroforesis
Oleh karena partikel sol bermuatan listrik, maka partikel ini akan bergerak
dalam medan listrik. Pergerakan ini disebut elektroforesis.
9
Untuk lebih jelas, mari kita lihat tabung berikut di samping. Pada gambar,
terlihat bahwa partikel-partikel koloid bermuatan positif tersebut bergerak menuju
elektrode dengan muatan berlawanan, yaitu elektrode negatif. Jika sistem koloid
bermuatan negatif, maka partikel itu akan menuju elektrode positif.
Pada elektroforesis, partikel koloid yang bermuatan akan mengalami
pergerakan. Partikel koloid yang bermuatan negatif akan bergerak ke electrode
(kutub) positif. Adapun koloid yang bermuatan positif bergerak ke electrode (kutub)
yang bermuatan negatif.
c. Koagulasi
Koagulasi adalah pengumpulan partikel koloid. Koagulasi terjadi karena
pemanasan, pendinginan, pengadukan, penambahan elektrolit, pencampuran
dengan koloid yang berbeda muatan. Proses koagulasi dapat diamati pada peristiwa
perebusan telur, pengumpulan lateks dengan asam format, dan pembentukkan delta
muara sungai. Contoh : es krim diberi gelatin agar tidak dapat terbentuk kristal es
yang kasar.
Penetralan partikel koloid dapat dilakukan dengan 4 cara, yaitu

Menggunakan prinsip elektroforesis

Proses elektroforesis adalah pergerakan partikel-partikel koloid yang


bermuatan ke elektrode dengan muatan berlawanan. Ketika partikel ini mencapai
elektrode, maka system koloid akan kehilangan muatannya dan bersifat netral.

Penambahan koloid lain dengan muatan berlawanan


Ketika koloid bermuatan positif dicampur dengan koloid bermuatan negatif,
maka muatan tersebut akan saling menghilang dan bersifat netral.
10

Penambahan elektrolit

Jika suatu elektrolit ditambahkan pada system koloid, maka partikel koloid
yang bermuatan negatif akan mengasorpsi ion positif (kation) dari elektrolit. Begitu
juga sebaliknya, partikel positif akan mengasorpsi ion negative (anion) dari elektrolit.
Dari adsorpsi diatas, maka terjadi proses koagulasi.
Pendidihan
Kenaikan suhu sistem koloid menyebabkan jumlah tumbukan antara partikelpartikel sol dengan molekul-molekul air bertambah banyak. Hal ini melepaskan
elektrolit yang teradsorpsi pada permukaan koloid. Akibatnya partikel tidak
bermuatan.
2.4.3 Koloid Pelindung
Koloid pelindung adalah koloid yang dapat memberikan efek kestabilan
terhadap koloid lain. Koloid pelindung ini akan membentuk lapisan di sekeliling
partikel koloid yang dilindunginya agar tidak terjadi proses koagulasi. Koloid
pelindung banyak digunakan pada pembuatan es krim, tinta, cat, dan sebagainya.
2.5 DIALISIS
Dialisis adalah proses penyaringan partikel koloid dari ion-ion yang teradsorpsi
sehingga ion-ion tersebut dapat dihilangkan dan zat terdispers terbebas dari ion-ion
dimasukkan kedalam kantung penyaring, kemudian dicelupkan ke dalam medium
pendispersi (air).
Peristiwa dialisi dapat dipercepat dengan elektrodialisis, yaitu dengan
memberikan elektroda-elektoda. Dialisis digunakan untuk memurnikan koloid dan
atau untuk penerapan khusus. Penerapan yang paling dramatis adalah dalam
merawat pasien yang ginjalnya tidak bekerja. Suatu fungsi ginjal yang pokok adalah
membuang produk buangan metabolisme, misalnya urea dari dalam darah.
Kegagalan dalam menghasilkan produk buangan ini akan mengakibatkan kematian.
Didalam ginjal, ion-ion dan molekul-molekul sederhana yang tidak diperlukan
oleh tubuh dipisahkan dari darah dan dikeluarkan dari tubuh. Pembuluh-pembuluh
didalam ginjal merupakan selaput yang dapat dilalui ion-ion dan molekul-molekul
kecil, tetapi tidak dapat dilalui oleh partikel-partikel koloid yang ada dalam darah.
11

Dalam hal ini, ginjal sebagai alat dialisis pada proses pembersihan darah. Jika
kerja ginjal terganggu atau tidak berfungsi, maka senyawa-senyawa yang tidak
diperlukan oleh tubuh akan turut serta dalam sirkulasi darah, sehingga dapat
meracuni organ-organ tubuh lain.
2.6 KOLOID LIOFOB DAN LIOFIL

Sol adalah suatu sistem koloid jika partikel dapat terdispersi dalam suatu
cairan. Berdasarkan medium pendispersinya, disebut hidrosol jika mediumnya air,
alkosol bila mediumnya alkohol. Berdasarkan afinitasnya (daya gabung atau tarikmenarik) fase terdispersi terhadap medium pendispersi, sol dibagi menjadi
duamacam yaitu:
Sol liofob
Sol liofil
2.6.1 SOL LIOFOB
Sol liofob adalah sol yang fase terdispersinya mempunyai afinitas yang kecil
atau menolakmediu pendispersinya. Liofob artinya takut cairan (bahasa yunani lio =
cairan, phobia = takut). Kebanyakan sol liofob dalam larutan air mendapatkan
kestabilannya karena partikel bermuatan. Muatan diperoleh, antara lain karena
terjadi adsorpsi ion sejenis oleh partikel koloid. Misalnya, pencampuran perak nitrat
dan kalium iodida dalam larutan air. Bila perak nitrat dalam konsentrasi berlebih,
maka partikel akan bermuatan positif, sedangkan bila kalium iodida berlebih, maka
partikel akan bermuatan negatif.

[AgI] I- K+

[AgI] Ag+

NO-3

Dalam kedua hal, ion lawan tetap harus ada dalam larutan akibat gaya
elektrostatis. Elektrolit dalam jumlah yang kecil akan menstabilkan koloid, tetapi jika
dalam jumlah yang besar akan mengakibatkan koagulasi. Misalnya, Sol Fe(OH) 3 ,
As2S3 , AgI, AgCl, dan sol belerang.

12

2.6.2 SOL LIOFIL


SOL LIOFIL sol yang fase terdispersinya mempunyai afinitas yang besar atau
mudah menarik medium pendispersinya. Liofil artinya suka cairan (bahasa yunani
Philia = cinta). Partikel dari dispersi liofil ini sebenarnya adalah molekul tunggal yang
besar sehingga terdapat dalam daerah ukuran koloid.
Sifat dari dispersi jenis ini bergantung pada konsentrasi dan bentuk
molekulnya. Misalnya, protein, kanji, gom, dan karet alam.

Sifat-Sifat
Pembuatan

Sol Liofil
Dapat dibuat langsung dengan
mencampurkan fase terdispersi dengan
medium terdispersinya

Muatan partikel

Mempunyai muatan yang kecil atau


tidak bermuatan
Partikel-partikel sol liofil mengadsorpsi
medium pendispersinya. Terdapat
proses solvasi/ hidrasi, yaitu
terbentuknya lapisan medium
pendispersi yang teradsorpsi di
sekeliling partikel sehingga
menyebabkan partikel sol liofil tidak
saling bergabung
Viskositas sol liofil > viskositas medium
pendispersi

Adsorpsi medium
pendispersi

Viskositas
(kekentalan)
Penggumpalan

Tidak mudah menggumpal dengan


penambahan elektrolit

Sifat reversibel

Reversibel, artinya fase terdispersi sol


liofil dapat dipisahkan dengan koagulasi,
kemudian dapat diubah kembali menjadi
sol dengan penambahan medium
pendispersinya.
Memberikan efek Tyndall yang lemah

Efek Tyndall
Migrasi dalam
medan listrik

Dapat bermigrasi ke anode, katode,


atau tidak bermigrasi sama sekali

Sol Liofob
Tidak dapat dibuat hanya
dengan mencampur fase
terdispersi dan medium
pendisperinya
Memiliki muatan positif atau
negative
Partikel-partikel sol liofob
tidak mengadsorpsi medium
pendispersinya. Muatan
partikel diperoleh dari
adsorpsi partikel-partikel ion
yang bermuatan listrik
Viskositas sol hidrofob
hampir sama dengan
viskositas medium
pendispersi
Mudah menggumpal dengan
penambahan elektrolit karena
mempunyai muatan.
Irreversibel artinya sol liofob
yang telah menggumpal tidak
dapat diubah menjadi sol
Memberikan efek Tyndall
yang jelas
Akan bergerak ke anode atau
katode, tergantung jenis
muatan partikel

13
2.7 OPALESENSI
Opalesensi adalah sifat koloid dimana warna koloid pada sinar datang tidak
sama dengan sinar pergi. Misalnya asam silikat berwarna kebiru-biruan pada sinar
datang dan berwarna abu-abu kuning pada sinar pergi.

2.8 SIFAT KOLIGATIF

Sifat koligatif adalah sifat yang hanya b ergantung pada banyaknya partikel
zatn yang terlarut, tetapi tidak bergantung pada jenisnya. Pada sistem koloid,
penurunan titik beku, kenaikan titik didih, dan tekanan osmosis sangat kecil hingga
sukar dinyatakan. Hal ini disebabkan partikel-partikel koloid jauh lebih besar
daripada larutan sejati sehingga partikel tiap satuan volum lebih kecil dan masa
molekul partikel koloid yang sangat besar.

2.9 STABILITAS DISPERSI KOLOID


2.9.1 Pelucutan muatan partikel
Stabilitas dispersi koloid sangat erat kaitannya dengan muatan listrik partikelpartikel fase dispersinya. Karena itu, untuk menstabilkan koloid, muatan partikelpartikelnya harus dilindungi agar mereka tidak bergabuna bila bertumbukan. Apabila
bergabung maka partikel-partikel koloid akan membesar dan mengendap.

2.9.2 Emulgator
Salah satu jenis dispersi koloid adalah emulsi. Spertinya halnya dengan susu.
Dispersi koloid ini mengandung suatu minyak yang terdispersi dalam medium yang
berair. Kasein atau keju dalam susu berlaku sebagai emulgator.

Bila kedalam air dimasukan sedikit minyak kemudian dikocok akan diperoleh
suatu campuran yang segera akan memisah lagi menjadi dua lapisan, yaitu lapisan
minyak dan air. Tetpi bila didalam air dilarutkan sabun kemudian dimasukkan sedikit
minyak lalu dikocok maka akan terjadi emulsi yang cukup stabil. Zat seperti sabun
yang dapat menyebabkan dua cairan yang tidak dapat bercampur menjadi dapat
tersuspensi dalam cairan satu dengan lainnya disebut emulgator.

2.10 PEMBUATAN KOLOID SOL


Ada dua dasar metode pembuatan koloid sol, yaitu metode kondensasi dan
metode dispersi.
14
2.9.1 Metode Kondensasi
Metode di mana partikel-partikel kecil larutan sejati bergabung membentuk
partikel-partikel berukuran koloid. Proses ini melibatkan penggabungan partikelpartikel larutan (atom, ion). Hal ini dilakukan melalui beberapa reaksi kimia dan
fisika.
2.9.1.1 CARA KIMIA

Reaksi dekomposisi rangkap

Sol As2S3 dibuat dengan mengalirkan gas H2S perlahan melalui larutan As2O3 dingin
sampai terbentuk sol As2S3 yang berwarna kuning terang
As2O3 +
3 H2S
As2S3 (koloid) + 3H2O

Sol AgCl dibuat dengan mencampurkan larutan AgNO3 dan larutan HCl encer.
AgNO3 +
HCl
AgCl (koloid) + HNO3
Reaksi Hidrolisis

Cara ini dapat dipakai untuk logam-logam seperti Al, Fe, dan Cr karena basa logam
tersebut berbentuk koloid.
Sol Al(OH)3 dapat diperoleh dari reaksi hidrolisis garam Al dalam air mendidih
AlCl3 + 3H2O
Al(OH)3 (koloid) + 3HCl
Sol Fe(OH)3 dapat diperoleh dari rekasi hidrolisis garam Fe dalam air mendidih
FeCl3 + 3H2O
Fe(OH)3 (koloid) + 3HCl
15
Reaksi redoks

Sol Au dapat dibuat dengan mereduksi larutan garamnya menggunakan pereduksi


organik formaldehida HCHO
2AuCl3 + 3HCHO + 3H2O

2Au (koloid) + 6HCl + 3HCOOH

2.9.1.2 CARA FISIKA


Cara ini dapat dilakukan dengan menurunkan larutan suatu zat terlarut,
dengan cara mengubah pelarut atau denga cara pendinginan.
Penggantian pelarut
Belerang sukar larut dalam air, tetapi mudah larut dalam alcohol seperti etanol.
Jadi, untuk membuat sol belerang dengan medium pendispersi air, belerang
dilarutkan terlebih dahulu dalam etanol sampai jenuh. Stelah iut, larutan belerang
dalam etanol ini ditambahkan sedikit demi sedikit ke dalam air sambil diaduk.
Belerang akan menggumpal menjadi partikel koloid akibat penurunan kelarutan
belerang dalam air.
2.9.2 Metode Dispersi
Metode di mana partikel-partikel besar dipecah menjadi partikel-partikel
berukuran koloid yang kemudian didispersikan dalam medium pendispersinya.
Caranya dapat berupa cara mekanik, busur bredig maupun peptisasi
2.9.2.1 Cara Mekanik

Pengertian dengan cara mekanik adalah penghalusan partikel-partikel


kasar zat padat dengan penggilingan untuk membentuk partikel-partikel berukuran
koloid. Alat yang digunakan disebut penggilingan koloid.
Alat penggilingan koloid terdiri dari 2 pelat baja dengan arah rotasi
berlawanan. Partikel kasar akan dimasukkan ke ruang antara kedua pelat tersebut
dan selanjutnya digiling. Partikel berukuran koloid yang terbuntuk kemudian
didispersikan dalam medium pendispersinya untuk membuat system koloid. Contoh
koloid yang dibuat dalam proses ini ialah koloid grafit untuk pelumas, tinta cetak, cat,
dan sol belerang.
16
2.9.2.2 Cara peptisasi
Cara peptisasi adalah proses dispersinya endapan
menjadi
system koloid dengan penambahan zat pemecah. Zat
pemecah
yang dimaksud adalah elektrolit, terutama yang
mengandung ion sejenis, atau pelarut tertentu.
Sebagai
contoh: Jika pada endapan Fe(OH) 3ditambahkan
elektrolit
FeCl3 (mempunyai ion Fe3+ yang sejenis) maka
Fe(OH)3
maka Fe(OH)3 akan mengadsorpsi ion-ion Fe 3+
tersebut. Sehingga, endapan menjadi bermuatan positif dan memisahkan diri untuk
membentuk partikel-partikel koloid.

Beberapa contoh lain :


Sol NiS dibuat dengan penambahan H2S kedalam endapan NiS
Sol AgCl dibuat dengan penambahan HCl ke dalam endapan AgCl
Sol Al(OH)3 dibuat dengan penambahan AlCl3 ke dalam endapan Al(OH)3
2.9.2.3Cara busur Bredig
Cara busur Bredig digunakan untuk membuat sol logam seperti Ag, Au, dan
Pt. Alat yang digunakan dapat disimak pada gambar berikut.
Logam yang akan diubah menjadi partikel-partikel koloid digunakan sebagai
elektrode. Dua elektrode logam dicelupkan ke dalam medium pendispersi (air dingin)
sedemikian sehingga kedua ujungnya saling berdekatan. Kemudian kedua elektrode
diberi loncatan listrik. Panas yang timbul akan menyebabkan logam menguap.
Uapnya kemudian akan terkondensasi dalam medium pendispersi dingin. Hasil
kondensasi ini berupa partikel-partikel koloid.
17
2.10 PERAN PENTING DAN KEGUNAAN KOLOID DALAM KEHIDUPAN
SEHARI-HARI

2.10.1 PERAN PENTING KOLOID


Sistem koloid memegang peranan penting dalam berbagai bidang, yaitu:
2.10.1.1 Makhluk Hidup
Dalam tubuh makhluk hidup banyak zat-zat penting berupa koloid, misalnya
darah, protein, bakteri, protoplasma, getah, dan pati. Darah merupakan koloid (sol)
yang sangat penting bagi kehidupan manusia dan hewan. Kekurangan darah
didalam tubuh dapat menyebabkan anemia bahkan kematian.
Protoplasma merupakan sistem koloid. Dalam sistem ini, air sebagai medium
pendispersi. Dengan adanya air memungkinkan terjadinya reaksi-reaksi kimia
karena air dapat bertindak sebagai pelarut. Senyawa-senyawa kimia yang terdapat
dalam protoplasma adalah karbohidrat, protein, lemak, dan asam-asam nukleat.
Sistem koloid dalam protoplasma dapat mengalami perubahan kepekatan. Bila
kadar air tinggi, berbentuk soldan bila kadar air rendah, berbentuk gel.
2.10.1.2 Pertanian
Dalam tanah terdapat dua macam koloid.
Koloid tanah, disebut juga mineral yang disebut hidrofob. Koloid ini berasal dari
pemecahan mineral karena pelapukan, contoh kolid tanah.
Koloid organik merupakan hasil pemecahan zat-zat organik yang diperlukan
tanaman. Oleh karena itu, pemberian pupuk tidak efektif bila dalam tanah tidak
cukup tersedia koloid organik.

2.10.1.3 Industri
Banyak industri penting berhubungan dengan zat-zat yang bersifat koloid,
misalnya cat, plastik, dan karet sintetik. Cat sangat beragm jenisnya, bergantung
pada tujuan pengecatan dan bahan yang akan dicat. Meskipun demikian, semua
jenis cat termasuk koloid jenis sol. Partikel-partikel padat berupa zat warna, oksidasi
logam, zat pereduksi, zat pencermelangan, bahan pengawet dan bahan penstabil
dihaluskan hingga berukuran partikel koloid, kemudian didispersikan dalam cairan.
Untuk menjaga agar sol tetap stabil, diperlukan zat pengemulsi. Bahn pengemulsi
cat berupa surfaktan yang dapat digolongkan menjadi dua golonagan besar, yaitu
surfaktan yang larut dalam minyak dan surfaktan yang larut dalam air.
18
2.10.1.4 Kosmetik
Bahan-bahan kosmetik pada prinsipnya hampir 90% dibuat dalam keadaan
koloid. Hal itu disebabkan koloid mudah menyerap pewangi dan pewarna, lembut,
mudah dibersihkan, serta tidak merusak kulit dan rambut.

Macam-macam bentuk bahan kosmetik:


Bahan kosmetik yang berbentuk sol padat, misalnya pemerah bibir(lipstik), pensil
air, dan maskara.
Bahan kosmetik berbentuk emulsi, misalnya susu pembersih kulit dan muka.
Bahan kosmetik berbentuk sol, cairan untuk masker dan cat kuku.
Bahan kosmetik berbentuk aerosol, misalnya parfum, spray deodoran, hair spray,
dan penyemprot untuk menghilangkan bau mulut.
Bahan kosmetik berbentuk gel, misalnya deodorant stick dan minyak rambut(jelly)
Bahan kosmetik berbentuk buih, misalnya sabun cukur dan sabun kecantikan.
Berikut ini adalah tabel aplikasi koloid:

Jenis industri
Industri makanan
Industri kosmetika dan perawatan tubuh
Industri cat
Industri kebutuhan rumah tangga
Industri pertanian
Industri farmasi

Contoh aplikasi
Keju, mentega, susu, saus salad
Krim, pasta gigi, sabun
Cat
Sabun, deterjen
Peptisida dan insektisida
Minyak ikan, pensilin untuk suntikan

2.10.2 KEGUNAAN KOLOID


Sistem koloid banyak digunakan pada kehidupan sehari-hari, terutama dalam
kehidupan sehari-hari. Hal ini disebabkan sifat karakteristik koloid yang penting,
yaitu dapat digunakan untuk mencampur zat-zat yang tidak dapat saling melarutkan
secara homogen dan bersifat stabil untuk produksi dalam skala besar.
2.10.2.1 PEMUTIHAN GULA
Gula tebu yang masih berwarna dapat diputihkan. Dengan melarutkan gula ke
dalam air, kemudian larutan dialirkan melalui sistem koloid tanah diatomae atau
karbon. Partikel koloid akan mengadsorpsi zat warna tersebut. Partikel-partikel
koloid tersebut mengadsorpsi zat warna dari gula tebu sehingga gula dapat
berwarna putih.
19
2.10.2.2 PENGGUMPALAN DARAH
Darah mengandung sejumlah koloid protein yang bermuatan negatif. Jika
terjadi luka, maka luka tersebut dapat diobati dengan pensil stiptik atau tawas yang
mengandung ion-ion Al3+ dan Fe3+. Ion-ion tersebut membantu agar partikel koloid
di protein bersifat netral sehingga proses penggumpalan darah dapat lebih mudah
dilakukan.

2.10.2.3 PENJERNIHAN AIR


Air keran (PDAM) yang ada saat ini mengandung partikel-partikel koloid
tanah liat,lumpur, dan berbagai partikel lainnya yang bermuatan negatif. Oleh karena
itu, untuk menjadikannya layak untuk diminum, harus dilakukan beberapa langkah
agar partikel koloid tersebut dapat dipisahkan. Hal itu dilakukan dengan cara
menambahkan tawas (Al2SO4)3.Ion Al3+ yang terdapat pada tawas tersebut akan
terhidroslisis membentuk partikel koloid Al(OH)3 yang bermuatan positif melalui
reaksi:

Al3+ + 3H2O Al(OH)3 + 3H+

Setelah itu, Al(OH)3 menghilangkan muatan-muatan negatif dari partikel


koloid tanah liat/lumpur dan terjadi koagulasi pada lumpur. Lumpur tersebut
kemudian mengendap bersama tawas yang juga mengendap karena pengaruh
gravitasi. Berikut ini adalah skema proses penjernihan air secara lengkap:

2.10.2.4 PEMBENTUKAN DELTA DIMUARA SUNGAI

Air sungai mengandung partikel-partikel koloid pasir dan tanah liat yang
bermuatan negatif. Sedangkan air laut mengandung ion-ion Na+, Mg+2, dan Ca+2
yang bermuatan positif. Ketika air sungai bertemu di laut, maka ion-ion positif dari air
laut akanmenetralkan muatan pasir dan tanah liat. Sehingga, terjadi koagulasi yang
akan
membentuk
suatu
delta.

2.10.2.5 PENGAMBILAN ENDAPAN PENGOTOR


Gas atau udara yang dialirkan ke dalam suatu proses industri seringkali
mangandung zat-zat pengotor berupa partikel-partikel koloid. Untukmemisahkan
pengotor ini, digunakan alat pengendap elektrostatik yang pelat logamnya yang
bermuatan akan digunakan untuk menarik partikel-partikel koloid.

BAB III

3.1 KESIMPULAN

Koloid adalah suatu campuran zat heterogen (dua fase) antara dua zat atau
lebih di mana partikel-partikel zat yang berukuran koloid (fase terdispersi/yang
dipecah) tersebarsecara merata di dalam zat lain (medium pendispersi/ pemecah).
Contoh koloid yaitu susu, santan, busa sabun, salad, krim, margarin, lateks, dan
asap.

Koloid dapat dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari seperti dibidang


industri makanan, industri kosmetik, industri cat, industri kebutuhan rumah tangga,
industri pertanian, industri farmasi.

3.2 SARAN

Manfaatkanlah pengunaan koloid dengan sebaik-baiknya, karena koloid


sangat penting dalam kehidupan makhluk hidup baik manusia, hewan, maupun
tumbuhan. Perhatikan juga dampak dari pemanfaatan koloid terhadap lingkungan
seperti polusi dan sebaiknya dimanfaatkan dengan memperhatikan dampak yang
seminimal mungkin agar tidak membahayakan bagi kehidupan manusia.

Anila Purnama Wati

"Welcome to My Blog"
Sunday, May 18, 2014
LAPORAN PRRAKTIKUM PEMBUATAN ES KRIM

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
SIFAT KOLIGATIF LARUTAN
Sifat koligatif larutan adalah sifat larutan yang tidak tergantung pada macamnya zat terlarut
tetapi semata-mata hanya ditentukan oleh banyaknya zat terlarut (konsentrasi zat terlarut).
Apabila suatu pelarut ditambah dengan sedikit zat terlarut (Gambar 6.2), maka akan didapat
suatu larutan yang mengalami:
1. Penurunan tekanan uap jenuh
2. Kenaikan titik didih
3. Penurunan titik beku
4. Tekanan osmosis

Banyaknya partikel dalam larutan ditentukan oleh konsentrasi larutan dan sifat Larutan itu
sendiri. Jumlah partikel dalam larutan non elektrolit tidak sama dengan jumlah partikel dalam
larutan elektrolit, walaupun konsentrasi keduanya sama. Hal ini dikarenakan larutan elektrolit
terurai menjadi ion-ionnya, sedangkan larutan non elektrolit tidak terurai menjadi ion-ion.
Dengan demikian sifat koligatif larutan dibedakan atas sifat koligatif larutan non elektrolit dan
sifat koligatif larutan elektrolit.

2.1.1. Penurunan Tekanan Uap Jenuh


Pada setiap suhu, zat cair selalu mempunyai tekanan tertentu. Tekanan ini adalah tekanan
uap jenuhnya pada suhu tertentu. Penambahan suatu zat ke dalam zat cair menyebabkan
penurunan tekanan uapnya. Hal ini disebabkan karena zat terlarut itu mengurangi bagian atau
fraksi dari pelarut, sehingga kecepatan penguapan berkurang.
2.1.2. Kenaikan Titik Didih
Adanya penurunan tekanan uap jenuh mengakibatkan titik didih larutan lebih tinggi dari titik
didih pelarut murni. Untuk larutan non elektrolit kenaikan titik didih dinyatakan dengan:
Tb = m . Kb

2.1.3. Penurunan Titik Beku


Untuk penurunan titik beku persamaannya dinyatakan sebagai:

2.1.4. Tekanan Osmosis


Tekanan osmosis adalah tekanan yang diberikan pada larutan yang dapat menghentikan
perpindahan molekul-molekul pelarut ke dalam larutan melalui membran semi permeabel (proses
osmosis) seperti ditunjukkan pada.

2.2. Penerapan Penurunan Titik Beku Larutan Dalam Pembuatan es krim


Adonan es krim ditempatkan dalam bejana yang terendam es batu dan air yang telah diberi garam
dapur sambil diputar-putar untuk memperoleh suhu yang lebih rendah dari 00C. Proses tersebut
mengakibatkan adonan es krim membeku dengan titik beku es beberapa derajat di bawah
dibawah titik beku air murni. Hal ini terjadi karena proses perpindahan kalor dari adonan es
krim ke dalam campuran es batu, air, dan garam dapur.
Temperatur normal campuran es dan air adalah 00C. Akan tetapi itu tidak cukup dingin untuk
membekukan es krim. Temperatur yang diperlukan untuk membekukan es krim adalah -3 oC atau
lebih rendah. Untuk mencapai suhu tersebut perlu ditambahkan garam dalam proses pembuatan
es krim. Sebenarnya banyak bahan kimia lain yang dapat digunakan tetapi garam relatif murah.
Garam berfungsi menurunkan titik beku larutan. Ketika es dicampur dengan garam, es mencair
dan terlarut membentuk air garam serta menurunkan temperaturnya. Proses ini memerlukan

panas dari luar. Campuran itu mendapatkan panas dari adonan es krim maka hasilnya adalah es
krim padat dan lezat seperti yang diinginkan.(Susilowati, Endang : 2004,16)
Es krim merupakan makanan dengan gizi tinggi. Hidangan yang sudah tersaji sejak zaman
Romawi atau 400 tahun SM itu ternyata mampu menyembuhkan influenza, serta mengandung zat
anti tumor. Pada tahun 1851 es krim dapat dikatakan jenis hidangan paling populer di dunia. Pada
tahun 2003, produksi es krim dunia mencapai lebih dari satu miliar liter dan dikonsumsi oleh
miliaran konsumen per tahun.
Es krim adalah anggota kelompok hidangan beku yang memiliki tekstur semi padat, Banyak
fakta menyebutkan bahwa es krim merupakan salah satu makanan bernilai gizi tinggi. Nilai gizi
es krim sangat tergantung pada nilai gizi bahan bakunya. Bahan-bahan yang digunakan dalam
pembuatan es krim adalah lemak susu, padatan susu tanpa lemak (skim), gula pasir, bahan
penstabil, pengemulsi, dan pencita rasa. Proses pembuatan es krim terdiri dari pencampuran
bahan, pasteurisasi, homogenasi, aging di dalam refrigerator, pembekuan sekaligus pengadukan
di dalam votator, dan terakhir adalah pengerasan (hardening) di dalam freezer.

Dahulu es krim dianggap sebagai makanan yang mewah dan hanya


dihidangkan pada acara - acara yang spesial. Namun saat ini es krim telah
beredar di kalangan masyarakat luas baik dari kalangan menengah keatas
hingga kalangan menengah ke bawah.Semua bisa menikmati es krim. Dulu
orang-orang beranggapan bahwa membuat es krim adalah hal yang sangat
merepotkan. Untuk membuat es krim, Es didapatkan dari danau atau kolam yang
membeku saat musim dingin, kemudian dipotong dan disimpan dalam tumpukan
jerami, lubang di dalam tanah, atau tempat penyimpanan es yang terbuat dari
kayu dan diberi jerami. Es disimpan untuk kemudian dipakai saat musim panas.
Saat musim panas, es krim kemudian dibuat secara tradisional dengan mengolah
adonan didalam mangkuk besar yang ditaruh dalam sebuah tube yang diisi
dengan campuran es yang telah dihancurkan dan garam, yang membuat adonan
es krim itu membeku. Namun, seiring perkembangan tegnologi saat ini,
membuat es krim adalah hal yang sangat mudah.
Sebagian besar masyarakat di dunia menyukai es krim. Namun tak sedikit
pula yang beranggapan bahwa es krim adalah makanan penyebab flu dan
batuk. Hal tersebut sama sekali tidak benar karena ketika masuk ke mulut, es
krim dengan segera akan mencair. Mencairnya es krim dengan cepat dipacu oleh
suhu tubuh individu yang mengonsumsinya. Dengan demikian, saat es krim
masuk ke kerongkongan, suhunya sudah tidak sedingin air es. Meskipun
demikian, es krim sebaiknya dihindari oleh penderita radang tenggorokan,
amandel, atau asma. Ketiga penyakit tersebut dapat kambuh apabila terinduksi
suhu dingin.
Tidak hanya sebagai makanan yang enak namun, es krim juga memiliki
beberapa manfaat bagi orang yang mengkonsumsinya. Namun, manfaat itu
dapat dirasakan dengan catatan Mengkonsumsi es krim berdasarkan porsi yang
sesuai manfaatnya antara lain :
a). Merangsang sistem kekebalan tubuh,

b). Memiliki gizi yang sangat tinggi,


c). Menjaga kesehatan jantung,
d). Menurunkan resiko terkena kanker payudara.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori Umum

Es krim dapat didefinisikan sebagai makanan beku yang dibuat dari produk
susu (dairy) dan dikombinasikan dengan pemberi rasa (flavor) dan pemanis
(sweetener) (David, 1994).
Es krim merupakan produk olahan susu yang dibuat dengan cara
membekukan dan mencampur bahan baku secara bersama-sama . Bahan yang
digunakan adalah kombinasi susu dengan bahan tambahan seperti gula dan
madu atau tanpa bahan perasa dan warna , dan stabilizer, bahan campuran es
krim disebut ice cream mix (ICM), dengan pencampuran bahan yang tepat dan
pengolahan yang benar maka dapat dihasilkan es krim dengan kualitas baik
(Susilorini dan Sawitri, 2007).
Susu mengandung bermacam - macam unsur dan sebagian besar terdiri
dari zat makanan yang juga diperlukan bagi pertumbuhan bakteri. Oleh
karenanya pertumbuhan bakteri dalam susu sangat cepat, pada suhu yang
sesuai. Jenis - jenis Micrococcus dan Corybacterium sering terdapat dalam susu
yang baru diambil. Pencemaran berikutnya timbul dari sapi, alat-alat pemerahan
yang kurang bersih dan tempat-tempat penyimpanan yang kurang bersih, debu,
udara, lalat dan penanganan oleh manusia (Buckle, et. al., 1987).
Nilai gizi es krim sangat tergantung pada nilai gizi bahan baku yang
digunakan, untuk membuat es krim yang memiliki kualitas tinggi bahan bakunya
perlu diketahui dengan pasti, dengan menggunakan susu sebagai bahan utama
pembuatan es krim maka es krim memiliki sumbangan terbesar nilai gizinya.
Dibalik kelembutan dan rasa manisnya, es krim terbukti memiliki beberapa fakta
gizi yang tidak terduga, keunggulan es krim yang didukung oleh bahan
utamanya yaitu susu tanpa lemak dan lemak susu maka es krim hampir
sempurna dengan kandungan gizi yang lengkap (Fitrahdini, 2010).
Pembuatan es krim menggunakan bahan tambahan yaitu bahan
pengembang dan bahan penstabil. Untuk bahan pengembang dapat digunakan
baking powder (natrium bikarbonat) yang merupakan bahan pengembang dan
dipakai untuk meningkatkan volume dan memperingan tekstur bahan makanan
antara lain es krim. Fungsi lain bahan pengembang jika ditambahan dengan
adonan es krim karena natrium bikarbonat bereaksi dengan asam juga

digunakan sebagai
(Anonymous, 2009).

obat

untuk

menetralkan

asam

lambung

berlebihan

Menurut Standar Nasional Indonesia, es krim adalah sejenis makanan semi


padat yang dibuat dengan cara pembekuan tepung es krim atau campuran susu,
lemak hewani maupun nabati, gula, dan dengan atau tanpa bahan makanan lain
yang diizinkan. Campuran bahan es krim diaduk ketika didinginkan untuk
mencegah pembentukan Kristal es yang besar. Secara tradisional, penurunan
temperatur campuran dilakukan dengan cara mencelupkan campuran ke dalam
campuran es dan garam. (Arbuckle, 2000).
Menurut Arbuckle (1986). Proses pembuatan es krim terdiri dari:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

pencampuran,
pasteurisasi,
homogenisasi,
pendinginan,
aging atau penuaan,
freezing atau pembekuan,
hardening atau pengerasan, dan
penyimpanan
Menurut Reinders dalam Surya (2006), berdasarkan bentuk kemasannya, es

1.

krim dapat dibedakan menjadi tiga bentuk utama, yaitu:


Cone. Cone terbuat dari adonan biskuit yang berbentuk kerucut. Es krim semula
hanya dapat dijual di toko kue atau restoran karena ditempatkan di mangkuk
atau dijadikan minuman. Semenjak cone ditemukan, es krim dapat dijual lebih

2.

luas di jalan - jalan.


Cup. Kemasan bentuk cup berawal dari gelas karton untuk minuman yang
dikembangkan menjadi wadah untuk es krim. Es krim didalamnya dimakan

dengan menggunakan sendok kayu.


3. Stik. Es krim dikemas dengan menempel pada tungkai kayu yang panjang
didalamnya. Ujung kayu yang lain dapat dipegang oleh konsumen sehingga
mempermudah pengkonsumsian tanpa mengotori tangan.
Es krim adalah sejenis makanan semi padat yang dibuat dengan cara
pembekuan tepung es krim atau campuran susu, lemak hewani maupun nabati,
gula, dan dengan atau tanpa bahan makanan lain yang diizinkan.
Es krim mempunyai nilai protein tinggi selain vitamin dan mineral.
Kandungan kalori yang tinggi dalam es krim, diperoleh dari tingginya kadar
kemanisan es krim karena penambahan gula
pemberian pemanis bertujuan memberikan kekentalan serta mencapai total
solid yang diinginkan sehingga dapat menurunkan titik beku. penggunaan susu
skim bertujuan

untuk

memberikan tekstur lembut pada es krim. tahap

selanjutnya dilarutkan maizena dengan sedikit air hangat. kemudian, larutan

tersebut di campurkan kedalam campuran susu kemudian dipanaskan kembali,


diaduk secara terus menerus yang bertujuan agar adonan dapat tercampur
merata. penambahan maizena di maksudkan sebagai pengental dan penstabil
pada adonan es krim sehingga mengahasilkam olahan produk yang berkwalitas.
tahap selanjutnya, dikocok 5 butir telur hingga homogen kemudian di
tambahkan dengan Whip Cream. penggunaan whip Cream bertujuan sebagai
pelembut dan pengembang adonan es krim sehingga di hasillkan es cream yang
lembut dan padat serta tidak memiliki pori-pori. Kuning telur digunakan sebagai
bahan pengemulsi agar lemak dalam susu terdispersi baik dalam air sehingga
tidak terjadi pemisahan fase lemak dan air selama penyimpanan. lalu di
tambahkan thai tea, bertujuan untuk memberi cita rasa pada es cream sehingga
mempunyai rasa yang kuat. tahap selanjutnya dimasukkan campuran susu ke
dalam adonan ini. Dikocok sampai homogen.Homogenisasi dimaksudkan untuk
mengurangi semua ukuran lemak menjadi 2 m. tahap terakhir tuang
campuran adonan ke dalam wadah plastik dan masukkan ke dalam ruang
pendingin (Freezer) hingga mengeras. Pendinginan ditujukan untuk menjaga
kualitas adonan dan membuat lemak dan protein susu menjadi kristal dan bahan
penstabil menyerap air bebas sebagai air hidrasi.
Hasil pembuatan es krim yang diperoleh Es cream yang memiliki tekstur
yang sangat halus dan lembut. Rasa thai tea yang menyegarkan didalam Es
cream hasil percobaan tersebut.

BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan

1.

Berdasarkan percobaan yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa :


Es krim adalah sejenis makanan semi padat yang dibuat dengan cara
pembekuan tepung es krim atau campuran susu, lemak hewani maupun nabati,

2.

gula, dan dengan atau tanpa bahan makanan lain yang diizinkan.
Es krim yang dihasilkan pada praktikum ini memiliki tekstur yang lembut dan
cita rasa durian yang kuat.

B. Saran

Disarankan untuk praktikum selanjutnya, praktikan dan asisten lebih


berhati-hati dalam penambahan bahan, sehingga dapat diperoleh hasil yang
maksimal.

Sifat Kogulatif Larutan


Sifat kogulatif adalah sifat-sifat fisis larutan yang hanya bergantung pada
konsentrasi partikel zat terlarut, tetapi tidak pada jenisnya. Sifat koligatif larutan
meliputi tekanan uap, penurunan titik beku, kenaikan titik didih dan tekanan
osmotik. Sifat koligatif larutan terutama penurunan titik beku dan tekanan
osmosis memiliki banyak kegunaan dalam kehidupan sehari-hari. Beberapa
penerapan penurunan titik beku dapat mempertahankan kehidupan selama
musim dingin . Penerapan tekanan osmosis dapat ditemukan di alam, dalam
bidang kesehatan dan dalam ilmu biologi.
Sifat koligatif dalam kehidupan sehari-hari sangatlah banyak manfaat.
Bahkan secara tidak langsung kita tidak menyadari bahwa kita telah
menerapkan sifat koligatif dalam kehidupan sehari-hari. Mulai dari tukang es
tuntung yang menjajakan es tuntungnya.

2.2 Isi
A. Penerapan Sifat Koligatif Larutan terkait dengan Pembuatan Es Krim
Adonan es krim ditempatkan dalan bejana yang terendam es
batu dan air yang telah diberi garam dapur sambil diputar-putar untuk
memperoleh

suhu

yang

lebih

rendah

dari

0 o C.

Proses

tersebut

mengakibatkan adonan es krim membeku dengan titik beku es beberapa


derajat dibawah titik beku air murni. Hal ini terjadi karena proses
perpindahan kalor dari adonan es krim ke dalam campuran es
batu, air dan garam dapur.
Temperatur normal campuran es dan air adalah 0 o C. akan tetapi itu
tidak cukup dingin untuk membekukan es krim. Temperatur yang

diperlukan untuk membekukan es krim adalah -3o C atau lebih rendah.


Untuk mencapai suhu tersebut perlu ditambahkan garam dalam proses
pembekuan es krim. Sebenarnya banyak bahan kimia lain yang dapat
digunakan tetapi garam relatif murah. Garam berfungsi menurunkan titik
beku larutan. Ketika es diampur dengan garam, es mencair dan terlarut
membentuk air garam serta menurunkan temperaturnya. Proses ini
memerlukan panas dari luar. Campuran itu mendapatkan panas dari
adonan es krim maka hasilnya adalah es krim padat dan lezat seperti
yang diinginkan.
Es krim merupakan makanan dengan gizi tinggi. Hidangan yang sudah tersaji
sejak zaman Romawi atau 400 SM itu ternyata mampu menyembuhkan
influenza, serta mengandung zat anti tumor. Pada tahun 1851 es krim
dapar dikatakan sebagai jenis hidangan paling populer di dunia. Pada
tahun 2003, produksi es krim dunia mencapai lebih dari satu miliar liter
dan dikonsumsi oleh miliaran konsumen per tahun. Es krim adalah
anggota kelompok hidangan beku yang memiliki tekstur semi padat.
Banyak fakta menyebutkan bahwa es krim merupakan salah satu
makanan bernilai gizi tinggi. Nilai gizi es krim sangat tergantung pada nilai
gizi bahan bakunya. Bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan es
krim adalah lemak susu, padatan susu tanpa lemak (skim), gula pasir,
bahan penstabil, pengemulsi, dan pencita rasa. Proses pembuatan es krim
terdiri dari pencampuran bahan, tes teurisasi, homogenasi, aging didalam
refrigerator, pembekuan sekaligus pengadukan didalam votator, dan
terakhir adalah pengerasan (hardening) didalam freezer. Dibalik
kelembutan dan rasa manisnya, es krim terbukti memiliki beberapa fakta
gizi yang tak terduga. Keunggulan es krim didukung oleh bahan baku
utamanya, yaitu susu tanpa lemak dan lemak susu. Susu disebut sebagai
makanan yang hampir sempurna karena kandungan zat gizi yang lengkap.
Para penelliti menemukan lebih dari 100.000 jenis molekul yang
terkandung di dalam susu, selain air dan lemak, molekul-molekul tersebut
mencakup protein, karbohidrat, mineral, enzim-enzim, gas serta vitamin
A, C dan D. terdapat beberpa peneliti yang menyatakan bahwa susu
termasuk dalam golongan pangan fungsional. Sebagian besar komponen
dalam susu telah diketahui fungsinya secara biologis bagi tubuh.
Komponen yang telah diketahui fungsinya adalah protein terutama bagian
whey, termasuk didalamnya alfalaktalbumin, betakloglobulin,
imunoglobulin, laktoferin, dan glikomakropeptida. Alfalaktalbumin
berperan serta dalam metabolisme karbohidrat. Enzim ini memiliki
kemampuan berinteraksi dengan enzim galaktotransferase. Fungsi enzim
tersebut mentransportasikan galaktosa ke pool glukosa. Beberapa
penelitian membuktikan alfalaktalbumin sebagai zat anti tumor.

Kesimpulan
1.

Sifat koligatif larutan adalah sifat larutan yang hanya dipengaruhi oleh
jumlah partikel zat terlarut didalam larutan, dan tidak dipengaruhi oleh

sifat dari zat terlarut.


2. Temperatur normal campuran es dan air adalah 0 oC akan tetapi tidak
cukup dingin untuk membekukan es krim. Temperatur yang diperlukan
untuk membekuka es krim adalah -3

C atau lebih rendah. Untuk

mencapai suhu tersebut perlu ditambahkan garam dalam proses


pembuatan es krim. Garam berfungsi menurunkan titik beku larutan.
Ketika es dicampur engan garam, es mencair dan terlarut membentuk air
garam serta menurunkan temperaturnya. Proses ini memerlukan panas
dari luar. Campuran itu mendapatkan panas dari adonan es krim maka
hasilnya adalah es krim padat dan lezat seperti yang diinginkan.
I.Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari banyak dijumpai koloid baik dalam bentuk
produk-produk maupun dalam keadaan terlihat yang biasa dijumpai. Seperti
produk sabun, dan produk aerosol atau yang sering kali kita lihat seperi udara
yang berdebu, kabut, dan lain sebagainya.
Pada dasarnya setiap konsep dan penerapan serta perlakuan melalui
praktek kimia membutuhkan larutan dan campuran. Di sini akan di bahas
mengenai campuran yang secara khusus yakni campuran koloid. Sistem koloid
adalah suatu bentuk campuran yang keadaannya terletak antara larutan dan
suspensi ( larutan kasar). Sistem koloid ini mempunyai sifat-sifat khas yang
berbeda dengan sifat larutan dan suspensi. Keadaan bukan ciri dari zat tertentu
karena semua zat, baik padat, cair, maupun gas, dan dapat di buat dalam
keadaan koloid.
Melalui penjelasan di atas

menyampaikan bahwa betapa pentingnya

memepelajari koloid, baik dalam sifat-sifat koloid serta mengetahui cara


pembuatan-pembuatan koloid. misalnya saja dalam industri cat, keramik, plastik,
lem, tinta, mentega, keju, pelumas, sabun, detergen, gel,dan sejumlah besar
produk lainnya. Maka dari pada itu, inilah yang mendasari mengapa perlu
mempelajari sistem koloid. dan memang untuk mempelajari cukup mudah

namun, dibutuhkan ketelitian untuk mencapai hasil yang baik dan dibutuhkan
kinerja yang baik pula.
Oleh karena itu sangat penting dilakukannya praktikum mengenai sistem
koloid ini mengingat begitu banyak kegunaannya serta begitu erat dengan hidup
dan

kehidupan

pengaplikasilainnya.

sehari-hari
Dalam

dan

amat

mempelajari

berguna

dan

terutama

melakukan

dalam

percobaan

ini,

diharapkan praktikan dapat memahami arti penting dari kegunaan koloid yang
amat sering dijumpai terutama dalam bentuk produk-produk industri yang telah
ada.

II.

a.

Dasar Teori

Sistem Koloid
Adalah campuran homogen dan campuran heterogen. Diameter partikel koloid
lebih besar daripada partikel larutan sejati tetapi lebih kecil daripada partikel
suspensi kasar. Partikel koloid mempunyai diameter lebih besar daripada 10 -7 cm
dan lebih kecil 10-5 cm atau antara 1 100 nm (1 nm = 10-9 m = 10-7 cm).
Partikel koloid dapat menembus pori pori kertas saring tetapi tidak dapat
menembus selaput semipermeabel.
Ukuran partikel koloid dapat digambarkan pada bagan berikut :

Perbedaan larutan sejati, sistem koloid, dan suspensi :

No

Larutan Sejati

Sistem Koloid

Suspensi

Diameter < 10-7


cm

10-7 10-5 cm

>10-5 cm

Satu fase

Dua fase

Dua fase

Jernih

Agak Keruh

Keruh

Homogen

Antara Homogen dan


Heterogen

Heterogen

Tidak dapat
disaring

Tidak dapat disaring

Dapat disaring

Tidak mengendap

Sukar mengendap

Mudah
mengendap

Stabil

Relatif stabil

Tidak stabil

Amikron

Submikron

Mikron

Macam macam sistem koloid

Fase
Terdispersi

Medium
Pendispersi

Nama Koloid

Contoh

Gas

Cair

Busa , Buih

Krim, Busa Sabun

Gas

Padat

Busa padat

Batu Apung, Karet Busa

Cair

Gas

Aerosol cair

Kabut, Awan

Cair

Cair

Emulsi

Susu, Scot Emulsion

Cair

Padat

Emulsi Padat

Keju, Mentega

Padat

Gas

Aerosol Padat

Asap, Debu

Padat

Cair

Sol

Cat, Kanji, Tinta

Padat

Padat

Sol Padat

Intan, Kaca berwarna


paduan logam (Alloy)

Koloid memiliki bentuk bermacam-macam, tergantung darifase zat


pendispersi dan zat terdispersinya. Beberapa jenis koloid:

Aerosol

Aerosol yang memiliki zat pendispersi berupa gas. Aerosol yang memiliki zat
terdispersi cair disebut aerosol cair (contoh: kabut dan awan) sedangkan yang
memiliki zat terdispersi padat disebut aerosol padat (contoh: asap dan debu
dalam udara).

Sol

Sistem koloid dari partikel padat yang terdispersi dalam zat cair. (Contoh: Air
sungai, sol sabun, sol detergen dan tinta).

Emulsi

Emulsi adalah sistem koloid di mana zat terdispersi dan pendispersi adalah zat
cair yang tidak dapat bercampur. Misalnya: Emulsi minyak dalam air: santan,

susu, lateks, minyak ikan. Emulsi air dalam minyak: mentega, minyak rambut,
minyak bumi.
Untuk membentuk emulsi digunakan zat pengemulsi atau emulgator yaitu zat
yang dapat tertarik oleh kedua zat cair tersebut.
Contoh: sabun untuk mengemulsikan minyak dan air;kasein sebagai emulgator
pada susu.

Buih

Sistem Koloid dari gas yang terdispersi dalam zat cair. (Contoh: pada pengolahan
bijih logam, alat pemadam kebakaran, kosmetik dan lainnya).

C.

Sifat-sifat Koloid

Efek Tyndall
Efek Tyndall ialah gejala penghamburan berkas sinar (cahaya) oleh
partikel-partikel koloid. Hal ini disebabkan karena ukuran molekul koloid yang
cukup besar. Efek tyndall ini ditemukan oleh John Tyndall (1820-1893), seorang
ahli fisika Inggris. Oleh karena itu sifat itu disebut efek tyndall.
Efek tyndall adalah efek yang terjadi jika suatu larutan terkena sinar. Pada
saat larutan sejati disinari dengan cahaya, maka larutan tersebut tidak akan
menghamburkan cahaya, sedangkan pada sistem koloid, cahaya akan
dihamburkan. hal itu terjadi karena partikel-partikel koloid mempunyai partikelpartikel yang relatif besar untuk dapat menghamburkan sinar tersebut.
Sebaliknya, pada larutan sejati, partikel-partikelnya relatif kecil sehingga
hamburan yang terjadi hanya sedikit dan sangat sulit diamati.
Gerak Brown
Gerak Brown ialah gerakan partikel-partikel koloid yang senantiasa
bergerak lurus tapi tidak menentu (gerak acak/tidak beraturan). Jika kita amati
koloid dibawah mikroskop ultra, maka kita akan melihat bahwa partikel-partikel
tersebut akan bergerak membentuk zigzag. Pergerakan zigzag ini dinamakan
gerak Brown. Partikel-partikel suatu zat senantiasa bergerak. Gerakan tersebut
dapat bersifat acak seperti pada zat cair dan gas( dinamakan gerak brown),
sedangkan pada zat padat hanya beroszillasi di tempat ( tidak termasuk gerak
brown ). Untuk koloid dengan medium pendispersi zat cair atau gas, pergerakan
partikel-partikel akan menghasilkan tumbukan dengan partikel-partikel koloid itu
sendiri. Tumbukan tersebut berlangsung dari segala arah. Oleh karena ukuran
partikel cukup kecil, maka tumbukan yang terjadi cenderung tidak seimbang.
Sehingga terdapat suatu resultan tumbukan yang menyebabkan perubahan arah
gerak partikel sehingga terjadi gerak zigzag atau gerak Brown.
Semakin kecil ukuran partikel koloid, semakin cepat gerak Brown yang
terjadi. Demikian pula, semakin besar ukuran partikel koloid, semakin lambat

gerak Brown yang terjadi. Hal ini menjelaskan mengapa gerak Brown sulit
diamati dalam larutan dan tidak ditemukan dalam campuran heterogen zat cair
dengan zat padat (suspensi). Gerak Brown juga dipengaruhi oleh suhu. Semakin
tinggi suhu sistem koloid, maka semakin besar energi kinetik yang dimiliki
partikel-partikel medium pendispersinya. Akibatnya, gerak Brown dari partikelpartikel fase terdispersinya semakin cepat. Demikian pula sebaliknya, semakin
rendah suhu sistem koloid, maka gerak Brown semakin lambat.
Adsorpsi
Adsorpsi ialah peristiwa penyerapan partikel atau ion atau senyawa lain
pada permukaan partikel koloid yang disebabkan oleh luasnya permukaan
partikel. (Catatan : Adsorpsi harus dibedakan dengan absorpsi yang artinya
penyerapan yang terjadi di dalam suatu partikel).
Sifat adsorbsi digunakan dalam proses:
1. Pemutihan gula tebu.
2. Norit.
3. Penjernihan air.
Contoh:
koloid antara obat diare dan cairan dalam usus yang akan menyerap kuman
penyebab diare.
Koloid Fe(OH)3 akan mengadsorbsi ion H+ sehingga menjadi bermuatan +.
Adanya muatan senama maka koloid Fe(OH), akan tolak-menolak sesamanya
sehingga partikel-partikel koloid tidak akan saling menggerombol.
Koloid As2S3 akan mengadsorbsi ion OH- dalam larutan sehingga akan
bermuatan - dan tolak-menolak dengan sesamanya, maka koloid As2S3 tidak
akan menggerombol.
Muatan Koloid dan Elektroforesis
Muatan Koloid ditentukan oleh muatan ion yang terserap permukaan
koloid. Elektroforesis adalah gerakan partikel koloid karena pengaruh medan
listrik.
Karena partikel koloid mempunyai muatan maka dapat bergerak dalam
medan listrik. Jika ke dalam koloid dimasukkan arus searah melalui elektroda,
maka koloid bermuatan positif akan bergerak menuju elektroda negatif dan
sesampai di elektroda negatif akan terjadi penetralan muatan dan koloid akan
menggumpal (koagulasi).
Contoh: cerobong pabrik yang dipasangi lempeng logam yang bermuatan
listrik dengan tujuan untuk menggumpalkan debunya.
Koagulasi koloid

Koagulasi adalah penggumpalan partikel koloid dan membentuk endapan.


Dengan terjadinya koagulasi, berarti zat terdispersi tidak lagi membentuk koloid.
Koagulasi dapat terjadi secara fisik seperti pemanasan, pendinginan dan
pengadukan atau secara kimia seperti penambahan elektrolit, pencampuran
koloid yang berbeda muatan.
Koagulasi koloid merupakan penggumpalan koloid karena elektrolit yang
muatannya berlawanan.
Contoh: kotoran pada air yang digumpalkan oleh tawas sehingga air menjadi
jernih.
Faktor-faktor yang menyebabkan koagulasi:
Perubahan suhu.
Pengadukan.
Penambahan ion dengan muatan besar (contoh: tawas).
Pencampuran koloid positif dan koloid negatif.
Koloid akan mengalami koagulasi dengan cara:
1. Mekanik
Cara mekanik dilakukan dengan pemanasan, pendinginan atau pengadukan
cepat.
2. Kimia
Dengan penambahan elektrolit (asam, basa, atau garam).
Contoh:
susu + sirup masam > menggumpal
lumpur + tawas > menggumpal
Dengan mencampurkan 2 macam koloid dengan muatan yang berlawanan.
Contoh: Fe(OH)3 yang bermuatan positif akan menggumpal jika dicampur
As2S3 yang bermuatan negatif.

Koloid Liofil dan Koloid Liofob

- Koloid Liofil
Koloid Liofil adalah koloid yang mengadsorbsi cairan, sehingga terbentuk
selubung di sekeliling koloid.
Contoh: agar-agar.
- Koloid Liofob

Koloid Liofob adalah kolid yang tidak mengadsorbsi cairan. Agar muatan
koloid stabil, cairan pendispersi harus bebas dari elektrolit dengan cara dialisis,
yakni pemurnian medium pendispersi dari elektrolit.

Emulasi

Emulasi adalah kolid cairan dalam medium cair. Agar larutan kolid stabil, ke
dalam koloid biasanya ditambahkan emulsifier, yaitu zat penyetabil agar koloid
stabil.
Contoh: susu merupakan emulsi lemak di dalam air dengan kasein sebagai
emulsifier.

Kestabilan Koloid

a. Banyak koloid yang harus dipertahankan dalam bentuk koloid untuk


penggunaannya.
Contoh: es krim, tinta, cat.
Untuk itu digunakan koloid lain yang dapat membentuk lapisan di sekeliling
koloid tersebut. Koloid lain ini disebut koloid pelindung.
Contoh: gelatin pada sol Fe(OH)3.
b. Untuk koloid yang berupa emulsi dapat digunakan emulgator yaitu zat yang
dapat tertarik pada kedua cairan yang membentuk emulsi
Contoh: sabun deterjen sebagai emulgator dari emulsi minyak dan air.

Pemurnian Koloid

Untuk memurnikan koloid yaitu menghilangkan ion-ion yang mengganggu


kestabilan koloid, dapat dilakukan cara dialisis. Koloid yang akan dimurnikan
dimasukkan ke kantong yang terbuat dari selaput semipermeabel yaitu selaput
yang hanya dapat dilewati partikel ion saja dan tidak dapat dilewati molekul
koloid.Contoh: kertas perkamen, selopan atau kolodion.
Kantong koloid dimasukkan ke dalam bejana yang berisi air mengalir, maka ionion dalam koloid akan keluar dari kantong dan keluar dari bejana dan koloid
tertinggal dalam kantong. Proses dialisis akan di percepat jika di dalam bejana
diberikan arus listrik yang disebut elektro dialisis.
Proses pemisahan kotoran hasil metabolisme dari darah oleh ginjal termasuk
proses dialisis. Maka apabila seseorang menderita gagal ginjal, orang tersebut
harus menjalani cuci darah dengan mesin dialisator di rumah sakit. Koloid juga
dapat dimurnikan dengan penyaring ultra.

Koloid Pelindung

Koloid pelindung ialah koloid yang mempunyai sifat dapat melindungi koloid lain
dari proses koagulasi.

Dialisis
Dialisis ialah pemisahan koloid dari ion-ion pengganggu dengan cara ini disebut
proses dialisis. Yaitu dengan mengalirkan cairan yang tercampur dengan koloid
melalui membran semi permeable yang berfungsi sebagai penyaring. Membran
semi permeable ini dapat dilewati cairan tetapi tidak dapat dilewati koloid,
sehingga koloid dan cairan akan berpisah.

Koloid liofol dan liofob

Berdasarkan sifat adsorpsi dari partikel koloid terhadap medium pendispersinya,


kita mengenal dua macam koloid :
Koloid liofil yaitu koloid yang senang cairan (bahasa Yunani : liyo = cairan;
philia = senang). Partikel koloid akan mengadsorpsi molekul cairan, sehingga
terbentuk selubung di sekeliling partikel koloid itu. Contoh koloid liofil adalah
kanji, protein, dan agar-agar.
Koloid liofob yaitu koloid yang benci cairan (phobia = benci). Partikel koloid
tidak mengadsorpsi molekul cairan. Contoh koloid liofob adalah sol sulfida dan
sol logam.
VI.

Pembahasan

Sistemkoloidadalahmerupakansuatubentukcampuran(sistemdispersi)duaataulebihzat
yangbersifathomogennamunmemilikiukuranpartikelterdispersiyangcukupbesar.Macammacam
sistemkoloid:Aerosol,sol,buih,emulsidangel.Sifatsifatsistemkoloid:EfekTyndall,Gerak
Brown,muatanlistrik,kestabilankoloid,koloidliofildanliofod.Pembuatansistemkoloiddibedakan
menjadi2yaitudengancarakondensidandispepersi.Komponenpenyusunkoloiddibedakanmenjadi
2yaitufasekontinyudanfasediskontinyu.Bentukbentuksistemkoloidantaralainbulatan,batang,
seratdampiringan.Kegunaansistemkoloiddalamkehidupansehariharisepertidalambidang
industri,makanan,kosmetik,obatobatandansebagainya.

VII.

Kesimpulan

Dapat disimpulkan dari kegiatan penelitian tingkat kelembutan es krim dan


pembuatan es krim, yaitu :
1. Susu termasuk koloid, dengan fase terdispersi dan medium pendispersi adalah
zat cair , dengan nama koloid emulsi
2. Cara memilih susu yang baik untuk es krim adalah susu murni segar perahan
dari sapi.

3.

Tingkat kelembutan es krim dapat dilihat dari tingkat kandungan lemak pada
susu yang digunakan sebagai bahan dasar pembuatan es krim.
4. Semakin tinggi kandungan lemak pada susu, semakin lembut es krim yang
dihasilkan.
5. Semakin rendah kandungan lemak pada susu, semakin kasar es krim yang
dihasilkan dan terasa lebih dingin.

DAFTAR PUSTAKA
1.

___.(online). http://fortuneicecream.blogspot.com/, (diakses tanggal 04 Juni


2013)
2. ___.(online). http://h5hclimacus.blogspot.com/ , (diakses tanggal 04 Juni 2013).
3. ___.(online). http://sistemkoloid11.blogspot.com/ , (diakses tanggal 04 Juni
2013).

DAFTAR PUSTAKA
Panduan Praktikum Teknologi Makanan dan Minuman, 2014
Maria Ufa, 2103.
http://ulfamaria23.blogspot.com/2013/04/makalah-kimia.
Diakses 03 April 2013
Wikipedia, 2014. http://id.wikipedia.org/wiki/Durian. Diakses 22
April 2014
Wikipedia, 2014. http://id.wikipedia.org/wiki/Es_krim. Diakses
14 April 2014
Ashari Natosusilo, 2013.
http://asharicdvm.blogspot.com/2013/04/laporan
praktikum-susu. Diakses 25 April 2013
DAFTAR PUSTAKA
http://pustakainformation21.blogspot.co.id/2012/01/makalah-tentang-koloid.html
http://anilapurnamawati.blogspot.co.id/2014/05/laporan-praktikum-pembuatan-es-krim.html
http://coretannyanur.blogspot.co.id/2014/12/contoh-makalah-pembuatan-es-krim.html

ttp://id.wikipedia.org/wiki/Sifat_koligatif_larutan

http://sepuhpas.blogspot.co.id/2013/06/makalah-pembuatan-eskrim.html

Anda mungkin juga menyukai