Anda di halaman 1dari 16

TELAAH KASUS

MANIFESTASI PENYAKIT HIPERTENSI


PADA RONGGA MULUT

Oleh :
Tiara Adzakiyah
No. BP. : 1010342010

Pembimbing :
Drg. Andelisya

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS


ANDALAS
PADANG
2016

Pasien memiliki riwayat penyakit sistemik hipertensi sejak 6 tahun


yang lalu. Pada tahun 2010 pasien pernah dirawat di RSUP M.Djamil
selama empat hari karena tekanan darah yang tinggi disebabkan stress
dan sejak itu pasienberobat untuk penyakit darah tingginya dan rutin
mengonsumsi obat antihipertensi hingga sekarang. Pasien berobat rutin
ke Puskesmas setiap 10 hari untuk kontrol tensi dan pengambilan obat
rutin. Pada saat pemeriksaan pasien mengeluhkan kaburnya penglihatan,
sering sakit kepala dan pusing, dan mengeluhkan telinga yang tidak jelas
mendengar yang pasien alami merasa sejak penyakit darah tingginya.
Pada pemeriksaan rongga mulut pasien mengeluhkan yang terasa kering
dan kurangnya rasa pengecapan sejak memiliki riwayat hipertensi
tersebut. Pasien juga pernah mengeluhkan rasa panas yang sering tibatiba muncul pada bagian bawah mulut pasien. Rasa panas lebih sering
muncul pada bulan puasa pada siang hari. Pasien juga mengeluhkan
merasakan

lidah

terasa

menebal

dan

gusi

yang

kadang

terasa

membengkak.
Pasien adalah seorang ibu rumah tangga. Pasien mengkonsumsi buah
setiap

hari,

pasien

jarang

mengkonsumsi

sayuran.

Pasien

kurang

mengkonsumsi air 8 gelas perhari. Pasien kurang cukup beristirahat


disebabkan aktivitas rumah yang cukup banyak karena mengasuh cucu
dan mengerjakan aktivitas rumah. Pasien merasa sering lelah karena
kurang beristirahat dan juga merasa stres pikiran.

Rencana Perawatan
1. K.I.E
Menginformasikan
tinggi/hipertensi

kepada
yang

sistemik

yang

samping

memiliki

pasien

dimiliki

pengonsumsian
manifestasi

bahwa

pasien

merupakan

obat-obatnya
pada

penyakit

rongga

darah

penyakit

memiliki
mulut,

efek

seperti

xerostomia yaitu kurangnya air liur sehingga rongga mulut terasa


kering, kurangnya rasa pengecapan, mulut terasa terbakar dan
lainnya, yang diperngaruhi juga oleh kebersihan mulut pasien.

Menginformasikan kepada pasien bahwa pada rongga mulut


terdapat penumpukan karang gigi, gigi berlubang dan sisa akar

gigi
Menginformasikan kepada pasien bahwa kondisi tesebut dapat

memperparah penyakit pasien apabila tidak dilakukan tindakan.


Menginstruksikan pasien untuk membersihkan karang gigi

dengan perawatan berupa scalling dan penambalan gigi


Menginstruksikan pada pasien untuk konsultasi dengan dokter

spesialis penyakit dalam jika melakukan tindakan ekstraksi


Menginstruksikan pasien untuk menjaga pola hidup sehat,
konsumsi buah dan sayur, konsumsi air putih minimal 8 gelas/

hari dan istirahat cukup


Menginstruksikan untuk selalu menjaga kesehatan gigi dan mulut
dengan menyikat gigi 2x sehari (pagi setelah sarapan dan malam
sebelum tidur) serta menyikat lidah setelahnya dan rutin
pemeriksaan gigi 1x6 bulan

2. Pro scalling
3. Pro Restorasi gigi
4. Pro Ekstraksi Radiks

HIPERTENSI

A. DEFINISI
Hipertensi adalah meningkatnya tekanan darah sistolik lebih besar
dari 140 mmHg dan atau diastolik lebih besar dari 90 mmHg pada dua
kali pengukuran dengan selang waktu 5 menit dalam keadaan cukup
istirahat

(tenang).Hipertensi

didefinisikan

oleh

Joint

National

Committee on Detection, Evaluation and Treatment of High Blood


Pressure sebagai tekanan yang lebih tinggi dari 140 / 90 mmHg.
Hipertensi merupakan penyakit yang timbul akibat adanya interaksi
berbagai

faktor

resiko

yang

dimiliki

seseorang.

Faktor

pemicu

hipertensi dibedakan menjadi yang tidak dapat dikontrol seperti


riwayat keluarga, jenis kelamin, dan umur. Faktor yang dapat dikontrol
seperti obesitas, kurangnya aktivitas fisik, perilaku merokok, pola
konsumsi makanan yang mengandung natrium dan lemak jenuh.
Berdasarkan penyebabnya, hipertensi dapat dikelompokkan menjadi
2 golongan yaitu:
a. Hipertensi Primer atau Hipertensi esensial yaitu hipertensi yang
tidak atau belum diktahui penyebabnya atau idiopatik yang meliputi
kurang lebih 90% dari seluruh kasus hipertensi
b. Hipertensi Sekunder atau hipertensi renal yaitu hipertensi yang
disebabkan oleh penyakit lain yang meliputi kurang lebih 10% dari
seluruh

kasus

hipertensi.

Hanya

sekitar

50%

dari

golongan

hipertensi sekunder yang dapat diketahui penyebnya dan diperbaiki

kelainannya,

sehingga

hipertensi

primer

lebih

mendapatkan

prioritas.
Pada sebagian besar penderita, hipertensi tidak menimbulkan
gejala,

meskipun

secara

tidak

sengaja

beberapa

gejala

terjadi

bersamaan dan dipercaya berhubungan dengan tekanan darah tinggi.


Gejala yang dimaksud adalah sakit kepala, perdarahan dari hidung,
pusing, wajah kemerahan dan kelelahan, yang bisa saja terjadi pada
penderita hipertensi mau seseorang dengan tekanan darah normal. Jika
hipertensinya berat atau menahun dan tidak diobati, dapat timbul gejala
seperti sakit kepala, kelelahan, mual, muntah, sesak nafas, pandangan
kabur. Kadang mengalami penurunan kesadaran dan bahkan koma
karena terjadi pembengkakan otak (ensefalopat hipertensif)
B. FAKTOR RISIKO
Faktor resiko terjadinya hipertensi antara lain:
1) Usia. Tekanan darah cenderung meningkat dengan bertambahnya
usia. Pada laki-laki meningkat pada usia lebih dari 45 tahun sedangkan
pada wanita meningkat pada usia lebih dari 55 tahun.
2) Ras/etnik . Hipertensi bisa mengenai siapa saja. Bagaimanapun,
biasa sering muncul pada etnik Afrika Amerika dewasa daripada
Kaukasia atau Amerika Hispanik.
3) Jenis Kelamin. Pria lebih banyak mengalami kemungkinan menderita
hipertensi daripada wanita.
4) Kebiasaan Gaya Hidup tidak Sehat. Gaya hidup tidak sehat yang
dapat

meningkatkan

hipertensi,

antara

lain

minum

minuman

beralkohol, kurang berolahraga, dan merokok. Aktivitas fisik sangat


mempengaruhi stabilitas tekanan darah. Pada orang yang tidak aktif
melakukan kegiatan fisik cenderung mempunyai frekuensi denyut
jantung yang lebih tinggi. Hal tersebut mengakibatkan otot jantung
bekerja lebih keras pada setiap kontraksi. Makin keras usaha otot
jantung dalam

memompa darah, makin besar pula tekanan yang

dibebankan pada dinding arteri sehingga meningkatkan tahanan

perifer yang menyebabkan kenaikkan tekanan darah. Kurangnya


aktifitas fisik juga dapat meningkatkan risiko kelebihan berat badan
yang akan menyebabkan risiko hipertensi meningkat.
C. MANIFESTASI

ORAL

AKIBAT

PENGGUNAAN

OBAT

ANTIHIPERTENSI
Obat-obatan
secara

langsung

antihipertensi
dan

tidak

dapat

langsung.

mempengaruhi
Bila

secara

aliran

langsung

saliva
akan

mempengaruhi aliran saliva dengan meniru aksi sistem syaraf autonom


atau dengan bereaksi pada proses seluler yang diperlukan untuk saliva.
Stimulasi saraf parasimpatis menyebabkan sekresi yang lebih cair,
sedangkan saraf simpatis memproduksi saliva yang lebih sedikit dan
kental. Sedangkan secara tidak langsung akan mempengaruhi saliva
dengan mengubah keseimbangan cairan dan elektrolit atau dengan
mempengaruhi aliran darah ke kelenjar.
Xerostomia adalah keluhan berupa adanya rasa kering dalam
rongga mulut akibat adanya penurunan produksi saliva (hiposalivasi) atau
perubahan komposisi saliva. Apabila terjadi kelainan pada kelenjar saliva
mayor dan minor dapat menimbulkan penyakit xerostomia. Xerostomia
terjadi ketika jumlah air liur yang menggenangi selaput lendirmulut
berkurang, Output air liur diperkirakan satu liter per hari. Kekurangan
saliva atau kekeringan oral dapat dipercepat oleh dehidrasi mukosa oral
yang terjadi saat output oleh kelenjar saliva mayor, kelenjar saliva minor
dan lapisan saliva yang menutupi mukosa oral berkurang.
Tanda Klinis Xerostomia
Bibir pecah-pecah, mengelupas dan atropik (mukosa bukal pucat
dan bergelombang) dan lidah halus dan memerah, lalu mukosa oral
tampak merah, tipis dan rapuh. Sring kali ada peningkatan tajam dalam
erosi dan gigi karies, khususnya pada gingival margin, bahkan sampai
melibatkan ujung cups. Penderita xerostomia sering mengeluh masalah
dengan makan, berbicara, menelan dan memakai gigi palsu. Penderita

xerostomia sering mengeluh kesulitan untuk mengunyah dan menelan


makanan. Penderita yang memakai denture akan mengalami masalah
dengan retensi gigi tiruan, luka akibat gigi tiruan dan lidah menempel
pada langit-langit. Penderita dengan xerostomia akan sering mengeluh
mengenai

gangguan

rasa

(dysgeusia),

lidah

yang

menyakitkan

(glossodynia) dan kebutuhan yang meningkat untuk minum air, terutama


pada malam hari.
Beberapa masalah yang terkait dengan xerostomia termasuk sakit
tenggorokan yang persisten, sensasi terbakar (burning mouth syndrome).
Berkurangnya saliva merupakan faktor predisposisi pada peningkatan
insiden karies, penyakit periodontal dan infeksi oral terutama kandidiasis.
Reaksi likenoid dapat juga terjadi yaitu berasal dari respon imun yang
diperantarai sel T dalam sel-sel epitel basal karena adanya antigenitas
permukaan sel. Pada lesi likenoid terdapat white striae atau papula seperti
liken planus, lesi dapat terlihat ulseratif dengan adanya rasa peka
terhadap rasa sakit serta lokasi yang paling sering adalah mukosa bukal
dan gingival cekat, dapat bersifat unilateral.
Obat antihipertensi juga dapat memicu gingival enlargement atau
pembesaran gingiva dapat sering ditemui kasus ini. Pembesaran ukuran
gingiva dipengaruhi oleh oral hygiene. Patogenesis terjadinya pembesaran
gingiva yang disebabkan oleh obat-obatan ini sebagai akibat dari
terjadinya peningkatan sintesa/produksi kolagen oleh fibroblast gingiva,
pengurangan degradasi kolagen akibat diproduksinya enzim kolagenase
yang inaktif dan pertambahan matriks non-kolagen dalam jumlah yang
banyak.
Sindroma mulut terbakar juga merupakan salah satu manifestasi
obat antihipertensi. SMT didefinisikan sebagai gejala dan karakteristik
rasa sakit dan rasa terbakar pada salah satu atau beberapa struktur
rongga mulut dengan atau tanpa perubahan klinis rongga mulut.
Gangguan ini ditandai dengan adanya rasa terbakar atau rasa gatal pada
ujung dan lateral lidah, bibir, dan palatum anterior, terkadang dikaitkan
dengan perubahan pengecapan dan mulut kering. Manifestasi biasanya

bilateral namun pada beberapa kasus ada yang unilateral. Sindrom ini
umumnya terjadi pada wanita dengan prevalensi tinggi yaitu setelah
menopause. Klasifikasi SMT berdasarkan gejala:
1. Tipe 1: rasa terbakar tidak terjadi pada waktu bangun pagi hari
tapi saat siang
2. Tipe 2: rasa terbakar dirasakan setelah bangun dan menetap
hingga tidur
3. Tipe 3: Rasa terbakar hilang timbul dan terdapat pada dasar
mulut dan tenggorokan
Dysgeusia

adalah

keadaan

dimana

terjadi

gangguan

dalam

pengecapan dan kadang disertai gangguan penciuman. Dapat disebabkan


oleh xerostomia, defisiensi vitamin dan mineral, depresi, radiasi daerah
kepala, obat-obatan seperti ACE-inhibitor, antibiotik dan obat kemoterapi.
Dysgeusia juga dihubungkan dengan sindroma mulut terbakar, glossitis
dan lainnya.
Obat-obat

antihipertensi

yang

dapat

diklasifikasikan

dalam

beberapa golongan dengan manifestasi oral efek sampingnya:


1. Diuretic : xerostomia, reaksi likenoid, dysgeusia, angioderma,
eritema
2. Penghambat beta adrenoreseptor: xerostomia, reaksi likenoid,
dysgeusia, angioderma
3. Calcium Channel Blocker: pembesaran gingiva, xerostomia,
dysgeusia, ulser
4. ACE inhibitor: xerostomia, ulser, dysgeusia, sindrom mulut
terbakar
D. PENATALAKSANAAN MANIFESTASI RONGGA MULUT
Penanganan xerostomia berfokus pada tiga area, yaitu dengan
menghilangkan gejala, mencegah kerusakan gigi, dan meningkatkan

aliran saliva. Untuk meringankan gejala xerostomia, ada beberapa hal


yang bisa dilakukan, seperti sering minum untuk menjaga kelembaban
mulut. Gunakan pelembab mulut atau pengganti air liur. Hindari
makanan asin, makanan kering (biskuit, kue), serta makanan dan
minuman dengan kandungan gula tinggi. Hindari minuman yang
mengandung alkohol atau kafein karena bisa meningkatkan frekuensi
buang air kecil. Apabila dalam keadaan terapi obat maka hendaknya
perlu mengetahui jenis dan efek obat dari yang digunakan sehingga
akan mempermudah proses penanganan bila terjadi xerostomia.
Manajemen burning mouth syndrome dilakukan berdasarkan
penyebab. Jika penyebab tidak terdeteksi atau perawatan yang
dilakukan tidak menunjukkan hilangnya gejala, sensasi rasa terbakar
ini mungkin disebabkan oleh defisiensi vitamin B1 dan B6. Pengobatan
harus disesuaikan dengan kebutuhan tergantung penyebab gejala
sindrom, pengobatan yang dapat dilakukan mencakup:
a. Menyesuaikan atau mengganti gigi palsu yang mengiritasi
b. Suplemen untuk kekurangan nutrisi
c. Konsultasi penggantian obat jika obat yang menyebabkan rasa
mulut terbakar
d. Resep obat untuk meredakan mulut kering
e. Menghilangkan kandidiasis oral
f. Mengurangi kecemasan dan depresi
Untuk perawatannya pembesaran gingiva karena obat-obatan,
perlu

dipertimbangkan

pemberian

obat

atau

mengenai
mengganti

kemungkinan
medikasi.

pemberhentian

Kemungkinan

ini

hendaknya dikonsultasikan dengan dokter yang menangani pasien.


Jika substitusi medikasi lain dilakukan, diperlukan jangka waktu 6-12
bulan antara pemberhentian obat dengan tindakan gingivektomi
dilakukan. Doketer gigi harus menekankan kontrol plak sebagai
langkah pertama dalam pengobatan pembesaran gigiva keran obatobatan. Pembersihan plak dapat menurunkan tingkat pembesaran
gingiva dan meningkatkan kesehatan gingiva secara keseluruhan.
Timbulnya pembesaran yang disebabkan obat dikaitkan dengan
pembentukan pseudopocket yang disertai dengan kumulasi plak yang
menyebabkan periodontitis. Jika pasien memerlukan operasi, tindakan

gingivektomi atau bedah flap periodontal dapat dilakukan dengan


berkonsultasi dengan dokter yang menangani pasien.
E. CARA PENCEGAHAN DAN PENINGKATKAN KESEHATAN RONGGA
MULUT PADA PENDERITA PENYAKIT HIPERTENSI
1. Perawatan gigi dan mulut ke dokter gigi dan pemeriksaan rutin
setiap enam bulan.
2. Menggunakan dental

floss

paling

tidak

sekali

sehari

untuk

mencegah plak gigi


3. Menggosok gigi minimal 2 kali sehari, terutama setelah makan.
Gunakan sikat gigi dengan bulu yang lembut
4. Perbaiki pola hidup, jauhkan dari penyebab stres dan menghindari
merokok.
5. Bila ada gigi yang tanggal harus segera ''diganti'' dengan gigi tiruan

DAFTAR PUSTAKA

Fox,P.C. 2008. Xerostomia, ADHassosication, Supplement to


Access, hlm. 1-3.

Guggenheimer, 2003, Xerostomia: Etiology, recognition and


treatment, J Am DentAssoc, Vol 134, No 1, 61-69.
School of Pharmacy and Allied Health Science, Univeristy of
Montana, 2010, 18 Oktober, Helping patients with dry mouth
[Homepage of oral cancer foundation. Org], [Online].
Available:http://www.oralcancerfoundation.org/dental/xerostomi
a.htm
Langlais, Robert P, Miller. 2000. Atlas Berwarna Kelainan Rongga
Mulut yang Lazim. Jakarta: Hipokrates
Greenberg, Martin S and Glick, Michael. 2008. Burkets Oral
Medicine: Diagnosis and Treatment. Hamilton: Hamilton BC
Decker Inc.
Sonis, Stephen et al. 1995. Principles and Practice of Oral Medicine
2nd ed. Philadelphia: WB. Saunders Company

Anda mungkin juga menyukai