Anda di halaman 1dari 11

A.

Mencari data PDB metode pengeluaran dan


metode produksi, kemudian menyusun analisis
sederhana dari data tersebut.
Salah satu indikator penting untuk mengetahui kondisi ekonomi
di suatu negara dalam suatu periode tertentu adalah data Produk
Domestik Bruto (PDB), baik atas dasar harga berlaku
maupun atas dasar harga konstan. PDB pada dasarnya
merupakan jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit
usaha dalam suatu negara tertentu, atau merupakan jumlah nilai
barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi.
Dalam tugas kali ini kami akan menganalisis data PDB Indonesia
berdasarkan Metode Pengeluaran dan Metode Produksi.
1. Metode Produksi
PDB adalah jumlah nilai tambah atas barang dan jasa yang
dihasilkan oleh berbagai unit produksi di wilayah suatu negara
dalam jangka waktu tertentu (biasanya satu tahun). Unit-unit
produksi tersebut dalam penyajian ini dikelompokkan menjadi 9
lapangan usaha (sektor) yaitu :

Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan


Pertambangan dan Penggalian
Industri Pengolahan
Listrik, Gas dan Air Bersih
Konstruksi
Perdagangan, Hotel dan Restoran
Pengangkutan dan Komunikasi
Keuangan, Real Estate dan Jasa Perusahaan
Jasa-jasa termasuk jasa pelayanan pemerintah.
Setiap sektor tersebut akan dirinci lagi menjadi sub-sub
sector nantinya.

Berikut lampiran tabel Produk Domestik Bruto Atas Dasar Harga


Berlaku Menurut Lapangan Usaha (Miliar Rupiah), 2000-2014 :

ANALISIS PDB ATAS HARGA BERLAKU MENURUT LAPANGAN


USAHA
(PDB NOMINAL DENGAN METODE PRDUKSI)
PDB atas dasar harga berlaku menggambarkan nilai tambah
barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga yang berlaku
pada setiap tahun, dan dari data tersebut dapat digunakan untuk
melihat pergeseran dan struktur ekonomi.
Berdasarkan data PDB Atas Harga Berlaku Menurut Lapangan
Usaha 2000-2014 yang bersumber dari Badan Pusat Statistik
(BPS) kami dapat menganalisis tentang beberapa hal, bahwa :
1. Sektor Industri Pengolahan
merupakan sektor yang menempati peringkat pertama dalam
meningkatkan jumlah PDB Indonesia dari tahun ke tahun.
Terhitung dari mulai tahun 2000 sampai 2014 total dari sektor
ini lebih unggul dibandingkan dengan sektor sektor lainnya.
Secara lebih detailnya, sub sektor dari Non-Migasnya lah yang
lebih banyak menyumbang sebesar 2.103.718 milyar (2014)
daripada sub sektor Migas hanya menyumbang sebesar
290.286 milyar (2014) dalam Sektor Industri Pengolahan ini.
Begitupun tahun tahun sebelumnya jumlah dari sub sektor Non
Migas selalu lebih unggul dibandingkan dengan sektor Migas.
Sektor industri yang berkembang sampai saat ini ternyata
masih didominasi oleh industri padat tenaga kerja, yang
biasanya memiliki mata rantai relatif pendek, sehingga
penciptaan nilai tambah juga relatif kecil. Akan tetapi karena
besarnya populasi unit usaha maka kontribusi terhadap
perekonomian tetap besar. Terdapat tiga unsur pelaku ekonomi
yang mendukung perkembangan sektor industri, yaitu Badan
Usaha Milik Swasta ( BUMS ), Badan Usaha Milik Negara
(BUMN) dan pengusaha kecil / menengah, serta koperasi
( PKMK ).

2. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran


Seperti yang kita lihat sekarang, di setiap daerah yang ada di
Indonesia memiliki hotel dan retoran atau rumah makan. Dan
tidak dapat di ragukan lagi, sebagian besar yang
mempengaruhi perekonomian di Indonesia adalah kegiatan
perdagangan, namun tingkat konsumsi di Indonesia juga cukup
besar. Sehingga tidak terkejut apabila sektor perdagangan,
hotel dan restoran dapat menempati peringkat kedua sektor
terbesar yang menyumbang besar pada PDB negara.
3. Sektor Pertanian dan Perternakan
Sektor ini menempati peringkat ketiga sektor terbesar yang
menyumbang kedalam PDB Nominal dari tahun yang terhitung
mulai dari tahun 2000-2014
Kontribusi Produk
Pertanian dan peternakan sangat berperan dalam kehidupan
manusia terutama warga Indonesia yang kebutuhan pangannya
didominasi dengan bidang pertanian dan peternakan seperti
beras, sayuran, buah, daging, susu, kulit dan lain sebagainya.
Pertanian juga berperan sebagai penyuplai bahan baku yang
nantinya akan diolah oleh industri manufaktur.
Kontribusi Pasar
Dengan adanya pertanian dan peternakan dapat dibentuk
sebuah sistem pasar bebas yang di dalamnya terjadi berbagai
pertukaran kebutuhan pokok dengan uang. Dalam kondisi ini
Pemerintah juga ikut serta dalam penetapan harga harga
yang terjadi di pasar bebas.
Kontribusi devisa
Pertanian dan peternakan mampu memberikan devisa kepada
negara apabila pertanian dan peternakan mampu
meningkatkan kapasitas produksi dan meningkatkan daya
saing produk pertanian ataupun peternakan. Hal ini harus
dilakukan agar para petani dan peternak Indonesia mampu

meningkatkan ekpor dan mengurangi impor. Dalam proses


perubahan ini, pemerintah harus ikut seta membantu para
petani dengan cara menyediakan lahan yang di gunakan para
petani, memberi pelatihan dasar, memberikan subsidi mesin
mesin dan bibit unggul, serta menghimbau masyarakat untuk
menggunakan produk pertanian dan peternakan dalam negeri.
Hal tersebut bermanfaat untuk mengurangi impor dan
menambah ekspor.

4. Sektor Jasa
Berdasarkan perkembangan zaman saat ini tidak hanya barang
yang dapat diperdagangkan namun jasa atau kemampuan pun
dapat diperjual belikan. Sektor ini dibagi menjadi dua sub
sektor yaitu Jasa Pemerintah dan Jasa Swasta. Dalam data PBD
yang telah dilampirkan jumlah total pendapatan dari Jasa
Pemerintah lebih besar terutama dalam aktivitas Administrasi
Pemerintah dan Pertahanan dibandingkan dengan sub sektor
Jasa Swasta. Namun ketika sub sektor dari sektor ini
dijumlahkan maka Sektor Jasa dapat menempati sektor
terbesar keempat dalam menyumbang PDB yang terhitung
dalam tahun 2000-2014 menurut pengamatan kami.
5. Sektor Pertambangan dan Penggalian
Indonesia memiliki sumber daya alam yang sangat melimpah.
Indonesia dapat menjadi negara maju apabila memiliki sumber
daya manusia yang unggul dalam menangani masalah sumber
daya alam. Banyak pertambangan di Indonesia dimiliki oleh
perusahaan asing sehingga kurang membantu untuk sebagai
penambahan
devisa
ekonomi
negara.
Peran
industri
pertambangan semakin penting bagi perekonomian negaranegara di dunia termasuk di Indonesia. Dewan Internasional
Pertambangan dan Mineral (ICMM) melaporkan baru-baru ini

melaporkan bahwa pada 2010 nilai nominal produksi mineral


dunia meningkat empat kali dibanding tahun 2002 senilai $474
miliar. Peningkatan ini sebagian besar didorong oleh
pertumbuhan yang tinggi dalam perekonomian China, India dan
kekuatan ekonomi berkembang lainnya.
Ada 20 negara dengan nilai produksi pertambangan terbesar di
dunia yang menguasai 88% produksi mineral dunia dan
Indonesia duduk pada urutan ke-11 dengan nilai produksi
mineral $12,22 miliar.
Indonesia dengan nilai produksi mineral $12,22 miliar atau
setara dengan Rp109,98 triliun menyumbang 10,6% dari total
ekspor barang pada 2010.
Bila dilihat dari pertumbuhannya, sector ini setiap tahun terus
mengalami pertumbuhan yang negative. Pada tahun 2000
sektor pertambangan dan penggalian mengalami pertumbuhan
sebesar 117.156 milyar (24%), namun pada tahun 2001
sampai dengan 2003 mengalami pertumbuhan berturut-turut
sebesar pada tahun 2001 181.839,5 milyar ; pada tahun 2002
160.921,4 milyar (-8,06 persen) dan pada tahun 2003 mulai
mengalami kenaikan kembali.
6. Sektor Bangunan
Hadirnya perusahaan-perusahaan industri pengolahan yang bakal
beroperasi di Tuban membawa pengaruh positif pada sektor
konstruksi. Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Tuban
mencatat, sektor ini mengalami lonjakan pertumbuhan lumayan
menjanjikan setahun terakhir. Prosentase pertumbuhannya
mencapai 15,64 persen. Meningkat jauh dari tahun sebelumnya
yang hanya mencapai 8,24 persen, jelas Bambang Indarto, Kasi
Statistik Sosial BPS Kabupaten Tuban, Rabo (12/12). Tahun-tahun
sebelumnya, lanjut Bambang Indarto, laju pertumbuhan sektor
konstruksi selalu fluktuatif. Pada 2007 pertumbuhannya tercatat
hanya sampai 5,79 %. Tahun berikutnya ada peningkatan sedikit
menjadi 6,62 %, namun di tahun 2009, prosentase pertumbuhan

sektor ini kembali menurun menjadi 5,41 %. Tren positif mulai


tampak memasuki tahun 2010. Di tahun tersebut sektor kontruksi
mengalami kenaikan sebesar 8,24 % dan melonjak pesat tahun
berikutnya hingga mencapai 15,64 %. Pada 2010, tercatat sektor
konstruksi memberi kontribusi sebesar Rp 86.513.410.000 atau
0,45 % dari total PDRB berdasar harga berlaku (IDHB). Tahun
berikutnya sektor ini menyumbang Rp 110.689.580.000 atau 0,52
% pada PDRB IDHB. Sehingga Sektor Bangunan pada jumlah PDB
Atas Harga Berlaku untuk Negara Indonesia terus mengalami
peningkatan dimulai dari tahun 2000-2014. Sektor Bangunan
menempati urutan keenam terunggul.
7. Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan
Pada rilis PDB Indonesia kemarin (5/2), salah satu sektor ekonomi
yang mengalami pertumbuhan tertinggi adalah sektor Keuangan,
Real Estate, dan Jasa Perusahaan. Sektor ini mencatat
pertumbuhan 7.56% di tahun 2013, cukup jauh diatas sektorsektor lainnya. Pertumbuhan ini menandai meningkatnya peran
sektor tersebut dalam perekonomian Indonesia saat ini.
Dari bidang Keuangan, salah satu kontributor utama tak
terelakkan lagi adalah Perbankan Syariah. Apabila dibandingkan
dengan Bank Umum non-syariah, pertumbuhan Bank Syariah
tercatat lebih pesat, namun pangsa pasarnya masih rendah.
Hingga 2013, pangsa pasar Bank Syariah di Indonesia hanya
4,88% dari total pasar perbankan. Angka ini merefleksikan
penetrasi pasar yang melambat, mengingat pangsa pasar di
tahun 2012 adalah 4,58%, dan di tahun 2011 sebesar 3,98%.
Mengingat Indonesia adalah negara berpenduduk mayoritas
Muslim, situasi ini cukup memprihatinkan. Perbankan syariah
telah eksis di Indonesia sejak 1993; ini berarti pangsa pasar
bertahan dibawah 5% selama hampir dua dekade. Ada dua isu
utama yang masih menghambat penetrasi pasar Bank Syariah
hingga kini. Pertama adalah karena faktor religiusitas masih
menjadi faktor utama masyarakat menggunakan jasa perbankan
syariah, sedangkan edukasi tentang produk dan keunikan

perbankan syariah itu sendiri masih sangat kurang. Kedua, modal


perbankan syariah masih terbatas, dan ini menjadi hambatan
utama bagi bank syariah yang ingin melakukan ekspansi ataupun
memperbanyak jaringan kantor.
Terlepas dari berbagai masalah tersebut, pemerintah terus
optimis bahwa Perbankan Syariah di Indonesia akan terus
berkembang pesat. Bank Indonesia (BI) mengharapkan pangsa
pasar akan mencapai 5,25-6,25% pada akhir tahun 2014. Bulan
lalu,
Presiden
Susilo
Bambang
Yudhoyono
juga
telah
mencanangkan Gerakan Ekonomi Syariah (Gres!) dalam rangka
penguatan ekonomi domestik dan mendorong akselerasi
pertumbuhan lembaga keuangan syariah, termasuk Perbankan
Syariah.

8. Sektor Pengangkutan dan Komunikasi


Pemerintah tetap optimistis sektor komunikasi dan transportasi
dapat menjadi penyumbang pertumbuhan tertinggi tahun depan,
meskipun
pertumbuhan
sektor
komunikasi
diperkirakan
mengalami kejenuhan. Bambang PS Brodjonegoro, Kepala Badan
Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan, mengatakan tahun
depan tren komunikasi turun, tetapi transportasi tetap tinggi
sehingga pertumbuhannya bisa 12,1%.
Menurutnya,
tanda-tanda
jenuhnya
pertumbuhan
sektor
komunikasi terlihat dari kinerja perusahaan telekomunikasi yang
jalan di tempat tahun ini. Sektor tersebut dinilai sulit berkembang
tahun depan karena belum terlihat berbagai inovasi yang
dilakukan, sehingga akan berdampak pada pertumbuhannya.
Sektor yang mungkin akan memberikan dampak cukup baik
terhadap pertumbuhan ekonomi tahun depan adalah transportasi.
Hal ini terlihat dari terus meningkatnya pertumbuhan sektor jasa
angkutan udara, darat, dan laut yang terkait dengan arus
distribusi barang antarwilayah.

Pemerintah melihat kedua sektor tersebut masih menjadi


penyumbang pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan berjalan
seiringan. Kedua kontribusi tersebut mengalahkan sumbangan
sektor manufaktur yang diperkirakan dapat tumbuh 6,5% tahun
depan dan sektor pertanian yang diperkirakan tumbuh 3,7%.
Untuk mencapai target pertumbuhan 6,8% tahun depan,
pemerintah harus mampu meningkatkan pertumbuhan konsumsi
rumah tangga sebesar 4,9%, konsumsi pemerintah sebesar 6,7%,
Penanaman Modal Tetap Bruto (PMTB) sebesar 11,9%, dan ekspor
neto 5,2%.
Dari pertumbuhan tersebut konsumsi harus berkontribusi 2,71%,
konsumsi pemerintah 0,55%, PMTB 3,03%, dan ekspor neto
0,55%. Sektor yang terus diupayakan agar mencapai target
pertumbuhan ekonomi adalah investasi yang harus mencapai
target Rp 390 triliun tahun depan.
9. Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih
Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih yang merupakan sector
penunjang seluruh kegiatan ekonomi, dan sebagai infrastruktur
yang mendorong aktivitas seluruh sector kegiatan industri,
ternyata perkembangannya cukup pesat. Hampir seluruh kegiatan
di sector listrik dan air bersih dimonopoli oleh pemerintah,
sehingga sector ini bisa bebas dari persaingan bisnis apapun.
Pada tahun 2003 sektor Listrik, Gas dan Air bersih tumbuh
sebesar 6,33 persen. Sumbangan sector Listrik, Gas dan Air
bersih terhadap perekonomian tidak terlalu besar dan hanya
menduduki posisi kesembilan, namun dengan perkembangan
yang cukup pesat paling tidak masih mapu mendongkrak
pertumbuhan ekonomi keseluruhan

2. Metode Pengeluaran
PDB adalah semua komponen permintaan akhir yang terdiri dari :
pengeluaran konsumsi rumah tangga dan lembaga swasta
nirlaba
pengeluaran konsumsi pemerintah
pembentukan modal tetap domestik bruto
perubahan inventori, dan
ekspor neto (ekspor neto merupakan ekspor dikurangi
impor).
Berikut lampiran tabel Produk Domestik Bruto menurut
Pengeluaran Triwulanan Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 20102014 (Miliar Rupiah) dan lampiran tabel Distribusi Persentase
Produk Domestik Bruto Triwulanan Atas Dasar Harga Berlaku
Menurut Pengeluaran, 2010-2014 (Persen) :

ANALISIS PDB
PENGELUARAN

ATAS

HARGA

BERLAKU

MENURUT

METODE

(PDB NOMINAL 2000-2014)


Penghitungan PDB berdasarkan expenditure approach atau
pendekatan dari sisi pengeluaran dilihat dari komponen
pengeluaran konsumsi rumah tangga, pengeluaran konsumsi
pemerintah, komponen pembentukan modal atau investasi dan
komponen ekspor neto (ekspor dikurangi impor).
Berdasarkan harga berlaku, PDB tahun 2012 tercatat sebesar
8.230.925,9 milyar, sebagian besar digunakan untuk Komponen
Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga sebesar 4.496.373,4 milyar.
Data ini mengindikasikan bahwa pertumbuhan ekonomi yang
meningkat dari tahun sebelumnya ditopang dari peningkatan
konsumsi, baik itu peningkatan konsumsi masyarakat maupun
konsumsi pemerintah. Peningkatan konsumsi maupun daya beli
masyarakat lebih banyak didorong dari pertumbuhan kredit
konsumsi. Ini berarti bahwa pendapatan masyarakat belum
mampu memenuhi kebutuhan, disini timbul pertanyaan, apakah
pemenuhan kebutuhan dengan cara seperti ini menunjukkan
tingkat kemakmuran masyarakat yang lebih baik?. Karena dengan
pertumbuhan ekonomi yang meningkat diasumsikan bahwa
tingkat kemakmuran masyarakat juga meningkat.
Dari sisi konsumsi pemerintah juga mengalami peningkatan,
namun tingkat hutang negara juga mengalami peningkatan, ini
menunjukkan bahwa konsumsi pemerintah ditopang dari hutang
luar negeri.
6.446.851,9 (2010)
7.419.187,1 (2011)
8.230.925,9 (2012)
9.087.276,5 (2013)
10.094.928,9 (2014)

B. PENGELUARAN AGREGAT DAN MULTIPLIER


MULTIPLIER = sebuah angka yang menunjukan berapa kali lipat
pendapatan nasional akan berubah sebagai akibat perubahaan
perbelanjaan agregat.

Anda mungkin juga menyukai