PROMOSI KESEHATAN
Dosen Pengampu : Yessi Puspita, M. Si
Oleh :
Kelompok 7
Aulia Rahmah Septiadi (1511212004)
Dinia Hafizhah (1511212009)
Aulia Permata Novi (1511212013)
Syahratul Syawli (1511212019)
Fadhilah Zahara (1511212020)
Qori Andayani Putri (1511212021)
Cici Delsi (1511212029)
Rachel Perdana Yumes (1511212045)
Muthia Riska (1511212063)
Meisy Atul Khadijah (1511212068)
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang
membahas tentang Mikrobiologi tepat pada waktunya.
Makalah ini disusun untuk melengkapi tugas mata kuliah Biomedik II.
Dengan terselesaikannnya makalah ini penulis mengucapkan terimakasih kepada
Ibu dr. Fauziah Elytha, M.Sc selaku pembimbing yang telah membimbing penulis
dalam penyusunan makalah ini.
Penulis menyadari bahwasanya kesempurnaan bukanlah milik manusia.
Mungkin terdapat kekurangan yang perlu diperbaiki dalam pembuatan makalah
ini. Oleh karena itu, kritik dan saran penulis harapkan sebagai bahan revisi untuk
menyempurnakan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan
membawa hasanah pengetahuan bagi kita semua.
Padang,
Maret 2016
Penyusun
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
iii
1.2
Rumusan Masalah
1.3
Tujuan
iv
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Pengertian Perilaku
Perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme (makhluk hidup) yang
bersangkutan.
2.
3.
Memakai sandal
Pergi ke kamar mandi sebelum tidur
Buang air kecil mengambil air untuk cuci kelamin
Melepas sandal sebelum naik ke tempat tidur
Naik ke tempat tidur
Beri hadiah setiap kali ia berhasil
Respons ini masih terbatas pada perhatian persepsi, pengetahuan atau kesadaran,
dan sikap yang terjadi pada orang yang menerima stimulus.
2.
behavior).
Perilaku seseorang untuk memelihara dan meningkatkan daya tahan tubuh
terhadap masalah kesehatan.
Segala tindaka yang dilakukan seseorang agar dirinya terhindar dari penyakit.
Domain Perilaku
Menerima (receiving)
Merespons (responding)
Mrnghargai (valuing)
Bertanggung jawab (responsible)
Ciri-ciri Sikap
Seperti yang diungkapkan para ahli (Gerungan, 1996; Ahmadi, A., 1999;
Sarwono, S. W., 2000, dan Walgito, B., 2001), sikap memiliki ciri-ciri sebagai
berikut:
1. Sikap tidak dibawa dari lahir, tetapi dipelajari dan dibentuk melalui
pengalaman, latihan sepanjang perkembangan individu.
2. Sikap dapat berubah-ubah dalam situasi yang memenuhi syarat untuk itu
3.
4.
5.
6.
2.
Faktor Internal
Fisiologis (sakit, lapar, haus)
Psikologis (minat dan perhatian)
Motif
Faktor Eksternal
Pengalaman
Situasi
Norma
Hambatan
Pendorong
2.2
Perilaku Kesehatan
Ada beberapa aspek sosial yang mempengaruhi sttaus kesehatan, antara lain
adalah: 1) umur, 2) jenis kelamin, 3) pekerjaan, 4) sosial ekonomi. Jika dilihat dari
golongan umur, maka ada perbedaan pola penyakit berdasarkan golongan umur.
Misalnya di kalangan balita banyaj yang menderita penyakit infeksi, sedangkan
pada golongan usia lanjut lebih banyak menderita penyakit kronis seperti
hipertensi, penyakit jantung koroner, kanker, dan lain-lain. Demikian juga ada
perbedaan jenis penyakit yang diderita oleh golongan berdasarkan jenis kelamin.
Misalnya di kalangan wanita lebih banyak menderita penyakit kanker payudara,
sednagkan pada laki-laki banyak yang menderita kanker prostat. Di samping itu,
ada hubungan antara jenis pekerjaan dengan pola penyakit. Misalnya saja, petani
mempunyai pola penyakit yang berbeda dengan pola penyakit pekerja di industri.
Di kalangan petani banyak yang menderita penyakit cacing akibat kerja yang
banyak dilakukan di sawah dengan lingkungan yang banyak cacing. Sebaliknya,
buruh yang bekerja di industri, misalnya di pabrik tekstil, banyak yang menderita
penyakit saluran pernapasan Karena banyak terpapar dengan debu. Keadaan sosial
ekonomi juga berpengaruh pada pola penyakit, bahkan juga berpengaruh pada
kematian. Misalnya, angka kematian lebih tinggi di kalangan golongan yang
status ekonominya rendah dibandingkan dengan mereka dari golongan status
ekonomi tinggi. Demikian pula obesitas, lebih banyak ditemukan pada golongan
mayarakat yang berstatus ekonomi tinggi, dan sebaliknya, malnutrisi yang lebih
banyak ditemukan di kalangan masyarakat yang status ekonominya rendah.
Menurut H. Ray Elling (1970), ada beberapa faktor sosial yang
berpengaruh pada perilaku kesehatan, antara lain: 1) self concept, dan 2) image
kelompok. Di samping itu, G.M. Foster (1973) menambahkan, bahwa identifikasi
individu kepada kelompoknya juga berpengaruh terhadap perilaku kesehatan.
a.
2.2.2
11
12
Shahin dan diutip oleh Foster, di Mesir terdapat pepatah yang mengungkapkan
sebagai beirkut: meskipun Anda lari secepat binatang buas tetapi Anda tidak akan
terhindar dari apa yang telah ditakdirkan Tuhan. (Foster, 1973).
c.
Pengaruh Sikap Ethnocentris terhadap Perilaku Kesehatan
Sikap ethnocentris adfalah sikap yang memandang kebudayaannya sendiri
yang paling baik jika dibandingkan dengan kebudayaan pihak lain. Misalnya,
orang-orang Barat merasa bangga terhadap kemajuan ilmu dan teknologi yang
dimilikinya, dan selalu beranggapan bahwa kebudayaannya yang paling maju,
sehingga merasa superior terhadap budaya dari masyarakat yang sedang
berkembang. Tetapi di sisi lain, semua anggota dair budaya lainnya menganggap
bahwa apa yang dilakukan secara alamiah adalah yang terbaik. Contohnya, orang
Eskimo beranggapan bahwa orang Eropa dating ke negerinya untuk mempelajari
sesuatu yang baik dari bangsa Eskimo. Menurut pandangan kamu retalivists tidak
benar menilai budaya lain darti kacamata budaya sendiri, akrena kedua budaya
tersebut berbeda. Oleh karena itu, sebagai petugas kesehatan, kita harus
menghindari sikap yang menganggap bahwa petugas adalah orang yang paling
pandai, paling mengetahui tentang masalah kesehatan karena pendidikan petugas
lebih tinggi dari masyarakat setempat sehingga tidak perlu mengikutsertakan
masyarakat tersebut dalam mengatasi masalah kesehatan masyarakat. Dalam hal
ini, memang petugas lebih menguasai tentang masalah kesehatan, tetapi
masyarakat di amna mereka bekerja lebih mengetahui keadaan di masyarakatnya
sendiri.
d.
Pengaruh Perasaan Bangga pada Statusnya, terhadap Perilaku Kesehatan
Suatu perasaan bangga terhadap budayanya berlaku pada semua orang. Hal
tersebut berkaitan dengan sikap ethnocentris. Sebagai contoh, Merle S. Farland
menyampaikan pengalaman kerjanya di Taiwan dalam program kesehatan ibu dan
anak. Di Taiwan, extended family atau keluarga luas masih berpengaruh kuat
terhadap perilaku anggota keluarganya. Ia menemukan kasus seorang ibu muda
dicegah oleh wanita darij generasi yang lebih tua untuk memeriksakan
kehamilannya kepada bidan, meskipun ibu muda tersebut sudah termotivasi untuk
menggunakan pelayanan bidan (Foster, 1973). Hal tersebut terjadi juga di Jakarta.
Dalam pengalaman Prof. Dr. Sudarti Kresno, .K.M., M.A., melakukan upaya
perbaikan gizi di kecamatan Pasar Minggu tahun 1976, masalah yang ditemukan
adalah masyarakat petani di daerah tersebut menolak untuk makan daun singkong
13
putih. Masyarakat lebih memberikan nilai yang tinggi bagi beras putih, karena
mereka menilai beras putih lebih enak dan lebih bersih. Hal tersebut terjadi juga di
negara lain, misalnya kalangan petani Amerika Spanyol di lembah Rio Grande,
New Mexico. Departemen pertanian di Rio Grande mengintroduksikan jagung
hibrida kepada petani yang hasilnya 3 kali lipat jagung biasa. Pada awal sosialisasi
jagung tersebut, banyak petani yang menanam jagung tersebut, tetapi 4 tahun
kemudian, hamper semua petani kembali menanam jagung biasa, karena istri
mereka menolak memasak jagung hibrida sebab tidak menyukai warnanya dan
juga rasanya tidakm enak jika dibandingkan dengan jagung biasa. Mereka lebih
mementingkan kualitas jagung daripada kuantitas jagung. Contoh lain adalah,
masih banyaknya petugas kesehatan yang merokok meskipun mereka mengetahui
bagaimana bahaya merokok terhadap kesehatan. Mereka memberikan nilai tinggi
untuk peirlaku merokok karena rokok memberikan kenikmatan, sedangkan bahaya
merokok ridak dapat segera dirasakan.
g.
Pengaruh Unsur Budaya yang Dipelajari pada Tingkat Awal dari Proses
Sosialisasi terhadap Perilaku Kesehatan
Pada tingkatg awal proses sosialisasi, seorang anak diajarkan antara lain
bagaimana cara makan, bahan makanan apa yang dimakan, cara buang air kecil
dan besar, dan lain-lain. Kebiasaan tersebut terus dilakukan sampai anak tersebut
dewasa, dan bahkan menjadi tua. Kebiasaan tersebut sangat mempengaruhi
perilaku kesehatan dan sulit untuk diubah. Misalnya saja, manusia yang biasa
makan nasi sejak kecil, maka akan sulit untuk diubah kebiasaan makanannya
setelah dewasa. Oleh karena itu, upaya untuk menganjurkan kepada masyarakat
untuk makan makanan yang beranekaragam harus dimulai sejak kecil.
h.
Pengaruh Konsekuensi dari Inovasi terhadap Perilaku Kesehatan
Tidak ada perubahan yang terjadi dalam isolasi, atau dengan perkataan lain,
suatu perubahan akan menghasilkan perubahan yang kedua dan perubahan yang
ketiga. Apabila seorang pendidik kesehatan ingin melakukan perubahan perilaku
kesehatan masyarakat, maka yang harus dipikirkan adalah konsekuensi apa yang
akan terjadi jika melakukan perubahan, menganalisis faktor-faktor yang
terlibat/berpengaruh pada perubahan, dan berusaha untuk memprediksi tentang
apa yang akan terjadi dengan perubahan tersebut. Apabila ia tahu budaya
masyarakat setempat dan apabila ia tahu proses perubahan kebudayaan, maka ia
harus dapat mengantisipasi reaksi yang akan muncul yang akan mempengaruhi
15
2.3
a. Teori S-O-R:
Perubahan perilaku didasari oleh: Stimulus Organisme Respons.
16
(menerimanya dan
melakukannya) maka berarti terjadi perilaku baru (hasil perubahan), dan akhirnya
kembali terjadi keseimbangan lagi (conssonance).
Rumus perubahan perilaku menurut Festinger:
Terjadinya perubahan perilaku karena adanya perbedaan elemen kognitif yang
seimbang dengan elemen tidak seimbang.
Contoh: Seorang ibu hamil memeriksakan kehamilannya terjadi karena ketidak
seimbangan antara keuntungan dan kerugian stimulus (anjuran periksa hamil).
c. Teori fungsi: Katz
17
Perilaku sebagai penerima obyek dan pemberi arti obyek (respons
terhadap gejala sosial).
Kekuatan
pendorong
meningkat,
kekuatan
penahan
menurun.
e. Health Belief Model (Model Kepercayaan Kesehatan)
Health belief Model didasarkan atas 3 faktor esensial ;
Kesiapan
individu
intuk
merubah
perilaku
dalam
rangka
Ketiga faktor diatas dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang berhubungan dengan
kepribadian dan lingkungan individu, sertpengalaman berhubungan dengan sarana
& petugas kesehatan.
18
f. Model Komunikasi
Persuasi
Dasar nya dalah pesan yang komunikatif melalui beberapa pendekatan pendekatan, yakni :
Pendekatan tradisional : sumber, pesan, penerima.
Pendekatan teori kognitif stimulus menghasilkan respon kognitif
yang terdiri dari hal yang penting dan relevan. Stimulus juga di pengaruhi
oleh argumnetasi(pendapat). Sehingga menghasilkan perubahan perilaku.
Pendekatan belajar pesan : perhatian, pemahaman, penerimaan, dan
retensi.
2.3.2
19
2.3.3
a) Informasi
b) Pemasaran
c) Insentif
d) Restriksi (memberikan pembatasan untuk mencegah perilaku tertentu)
e) Indoktrinasi (Memberikan paksaan untuk perilaku tertentu)
f) Peraturan.
2.3.4
a) Inforcement (Paksaan):
Perubahan
perilaku
dilakukan
dengan
paksaan,
dan
atau
b) Persuasi
Dapat dilakukan dengan persuasi melalui pesan, diskusi dan argumentasi. Melalui
pesan seperti jangan makan babi karna bisa menimbulkan penyakit H1N1.
Melalui diskusi seperti diskusi tentang abortus yang membahayakan jika
digunakan untuk alasan yang tidak baik.
c) Fasilitasi
20
Strategi ini dengan penyediaan sarana dan prasarana yang mendukung. Dengan
penyediaan
sarana
dan
prasarana
ini
akan
meningkatkan
Knowledge
2.3.5
Kualitas
dari
sumber
komunikasi
seperti
kredibilitas,
3.
c.
23
Kesimpulan
Perilaku kesehatan adalah suatu respons seseorang (organisme) terhadap
stimulus atau objek yang berhubungan dengan sakit dan penyakit, system
pelayanan kesehatan, makanan dan minuman serta lingkungan. Menurut Becker
(1979) seperti dikutip Notoadmodjo (2003), perilaku yang berhubungan dengan
kesehatan dapat diklasifikasikan perilaku hidup sehat, perilaku sakit, dan perilaku
peran sakit. Perilaku pada dasarnya dibentuk dan dikembangkan oleh tiga cabang
ilmu, yaitu psikologis, sosiologi, dan antropologi. Seperti telah dibahas
sebelumnya, perilaku terbentuk dari dua faktor utama, yaitu faktor eksternal
(berupa stimulus) dan faktor internal (berupa respons).
Ada beberapa aspek sosial yang mempengaruhi status kesehatan, antara
lain adalah: 1) umur, 2) jenis kelamin, 3) pekerjaan, 4) sosial ekonomi. Menurut
H. Ray Elling (1970), ada beberapa faktor sosial yang berpengaruh pada perilaku
kesehatan, antara lain: 1) self concept, dan 2) image kelompok. Perilaku Kesehatan
Menurut G.M. Foster, (1973), aspek budaya dapat mempengaruhi kesehatan
seseorang antara lain adalah: 1) tradisi, 2) sikap fatalism, 3) nilai, 4)
ethnocentrism, 5) unsur budaya dipelajari pada tingkat awal dalam proses
sosialisasi.
Prinsip Prinsip Perubahan Perilaku Kesehatan terdapat teori- teori
perubahan perilaku, yaitu Teori S-O-R, Teori Dissonance, Teori fungsi: Katz,
Teori Driving forces: Kurt Lewin. Bentuk bentuk Perubahan Perilaku,
perubahan alamiah (natural change), perubahan terencana (planned change),
kesiapan berubah (Readiness to change). Pendekatan yang Mengubah Perilaku,
terdapat, informasi, pemasaran, insentif, restriksi, dan peraturan.
Pendekatan yang mengubah perilaku Informasi, pemasaran, insentif,
estriksi (memberikan pembatasan untuk mencegah perilaku tertentu), indoktrinasi
(Memberikan paksaan untuk perilaku tertentu), dan peraturan. Strategi perubahan
perilaku Inforcement (Paksaan), Persuasi, Fasilitasi, dan Education. Tahap
Perubahan Perilaku Model Transteoritikal, yaitu prekontemplasi, kontemplasi,
preparasi, aksi (tindakan), pemeliharaan, dan relaps.
3.2
Saran