Anda di halaman 1dari 3

BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

Metode magnetic adalah metode yang dilakukan berdasarkan pengukuran


anomali geomagnetik yang diakibatkan oleh perbedaan

susceptibilitas dan

permeabilitas magnetik suatu daerah. Dalam pengukuran metode magnetic,


berdasarkan nilai supsebilitasnya dapat digolongkan menjadi diamagnetic,
paramagnetic, dan ferromagnetic.
Pengolahan data penelitian ini dilakukan dengan pengolahan data standar,
yaitu hasil yang diperoleh merupakan data anomali magnetik total (dalam nT)
setelah dikoreksi variasi harian dan IGRF. Koreksi dengan menggunakan IGRF
dilakukan untuk menghilangkan efek-efek dalam medan magnet yang disebabkan
oleh pasang surut bulan dan pasang surut matahari.
Dengan adanya metode magnetik maka diinterpetasikan bahwa setiap
batuan yang terdiri dari bermacam-macam mineral akan memiliki sifat
magnetik dan susceptibilitas yang berbeda-beda berdasarkan dari mineral
yang terkandung dalam suatu batuan yang ada.
Batuan sedimen biasanya mempunyai jangkauan susceptibilitas (04000)x10-6 emu dengan rata-rata (10-75)x10-6 emu, contohnya dotomine,
limestone, sandstone dan shales. Batuan beku, biasanya mempunyai
jangkauan susceptibilitas (0-97)x10-6 emu dengan rata-rata (200-13500) emu,
contoh granite, rhyolite, basalt, dan andesit. Batuan metamorf, biasanya
mempunyai jangkauan susceptibilitas (0-5800)x10-6 emu dengan rata-rata
(60-350)x10-6 emu, contoh amphibolite, shist, phyllite, gneiss, quartzite,
serpentine dan slate.
Pada pengolahan data ini belum diketahui jenis batuan yang terkandung
dalam lapisan tersebut. Untuk mengetahui jenis batuan tertentu perlu dilakukan
pengolahan lebih lanjut, yaitu dengan interpretasi dengan data hasil software
Mag2dc yang nantinya dikethaui nilai susceptibilitasnya, kemudian nilai

susceptibilitas dari data tersebut di plot di tabel geofisika menurut Telford dkk,
1991.
Setelah dilakukan olah data dengan Mag2dc, didapatka nilai anomali yaitu
0.0725 dan 0.0615. Nilai anomali yang rendah ini dapat menunjukkan bahwa
daerah tersebut kemungkinan terdapat sesuatu. Diinterpretasikan bahwa terdapat
batuan yang memiliki kemagnetan rendah atau bersifat diamagnetik karena
memiliki nilai suscepbilitas yang rendah. Dengan menggunakan tabel klasifikasi
dari Telford dkk 1991, litologi yang memiliki nilai suscepbilitas 0.0615 hingga
0.0725 adalah dari golongan batuan sedimen yaitu batulempung, batulanau,
dolomit, dan batupasir.

BAB IV
KESIMPULAN

Berdasarkan data yang didapat setelah dilakukan pengolahan data sesuai


dengan langah kerja dan memasukkan nilai anomali kedalam tabel klasifikasi
menurut Telford dkk 1991, hasil yang diperoleh adalah diinterpretasikan litologi
yang didapat bersifat diamagnetik dan litologinya adalah batuan sedimen yan
meliputi batulanau, batulempung, dolomit, dan batupasir.

Anda mungkin juga menyukai