PENDAHULUAN
28
tahun,
dengan
riwayat
anomali
uterus
berupa
unicornuate
BAB 2
LAPORAN KASUS
Reg
: 10461442
Usia
: 28 tahun
Alamat
Pasuruan
Pekerjaan
Nama Suami
Usia
: 30 tahun
Pekerjaan
2.2 Anamnesa
Pasien memiliki riwayat berobat di RSSA. Berdasarkan status poli
diperoleh data sebagai berikut:
Riwayat MRS di RS Saiful Anwar
07 Juli 2005
Ny. S.K/ 18 thn/ menikah 1x (3 thn)/ P0000Ab000/ HPHT 27-6-2005
Subjektif :
Pasien kiriman SpOG RSUD Bangil Pasuruan.
Nyeri perut kiri bawah sejak 2 minggu,
Pasien kemudian pijat ke dukun, akan tetapi keluhan tidak berkurang, dan
semakin bertambah sakit disertai badan panas.
Terdapat benjolan di perut kiri sejak 6 thn lalu bertambah besar. Sudah pernah ke
Bidan dan dokter dikatakan tumor, pasien tidak pernah USG.
Riwayat menstruasi terasa nyeri sampai pasien minum obat yang dibeli di
warung atau suntik ke bidan.
BAB (-) 4 hari, flatus (+), BAK panas.
Objektif:
KU
: lemah, CM
TD
: 100/70mmHg
N: 112 x/m
RR 20x/m
Abd
: supel, nyeri tekan (+) terutama bagian kiri bawah, teraba massa kistik,
10 cm, batas tegas, nyeri (+), mobiltas terbatas, shiftingdullness (-),
defans muskular (+)
Insp
VT
Laboratorium:
HCG : (-) negatif
DL : 19.600/9.9/32/423.000
Assesment:
Infected cyst DD torsion cyst
Pankreas
Lien
Ren S
VU
Uterus
Tampak massa kistik berbentuk angka delapan dengan dinding tebal 912 mm
dan internal echo didalamnya uk massa 70,6 x 75,2 mm di daerah adnexa kiri.
Tidak didapatkan echocairan bebas intraabdomen.
Kesimpulan :
-
18 Juli 2005
Dilakukan operasi. Berikut riwayat laporan operasi pasien.
Laporan operasi
Operator dr. HAR/dr.DOR
Operasi mulai pkl. 09.00 11.15
Diagnosa pra bedah
Hematocele
: Laparatomi/histerotomi
uterus sinistra.
5. Perlekatan dibebaskan c/ Sp.OG (K)
6. Dilakukan sonde sonde masuk pada uterus sebelah kanan, tidak bisa
masuk uterus sebelah kiri.
7. Dilakukan aspirasi pada uterus sebelah kiri, keluar darah kehitaman + 10 cc.
8. Diputuskan melakukan histerotomi, dilanjutkan kuretase PA.
9. Uterus dijahit 2 lapis cros satu-satu.
10. Dilakukan evaluasi cavum abdomen, tak ada perdarahan.
11. Dinding abdomen ditutup lapis demi lapis
12. Operasi selasai.
27 Juli 2005
Lokalisasi
:-
Diagnosa klinik
: Hematocele
Diterima 2 sedian.
04 Oktober 2005
Dilakukan operasi kedua,
Lama operasi 09.00 sd 14.30 WIB (5 1/2 jam)
Operator: dr. Rahajeng, SpOG
Diagnosa pra bedah : Uterus didelphis + hematometra pada bagian uterus kiri
Diagnosa post bedah : Uterus didelphis + hematometra pada bagian uterus kiri
Jenis operasi
: eksisi uterus
Laporan operasi :
1. Pasien tidur litotomi dengan SAB
Anti sepsis lapangan operasi demarkasi dengan doek steril
2. Dilakukan VT:
PONP tertutup, licin
Cu kanan : bentuk dbn, berhubungan dengan portio
Cu kiri
: tdp dua bentukan, yang bawah berbentuk telur bebek
kesan berhubungan dengan portio, yang atas tinggi uterus ~ telur
angsa, antara bagian atas dan bawah kesan bersambung
3. Dipasang spekulum bawah, portio dijepit dengan tenaculum arah jam 1011. Dilakukan sondase = 8 cm kearah lateral tidak didapatkan darah
keluar (dextra) untuk mencari celah penghubung antara bagian uterus A
dan B, tidak ditemukan konsul supervisor:
Disarankan dilakukan biopsi dan drainase dengan sonde ke arah bentuk B.
Drainase tidak berhasil konsul ulang supervisor.
Diputuskan untuk dilakukan laparatomi dan pengangkatan (eksisi) bagian
uterus kiri (B-C).
4. Pasien ditidurkan dengan posisi terlentang. Antisepsis lapangan operasi &
demarkasi lapangan operasi dengan doek steril.
5. Insisi pada linea mediana diperdalam sampai cavum abdomen terbuka.
6. Dilakukan eksplorasi :
Didapatkan perlekatan tebal antara uterus dengan dinding abdomen
(c/Bedah: tidak ada penanganan khusus).
Didapatkan perlekatan antara bentukan uterus dengan organ sekitar
perlekatan dibebaskan.
Bentuk uterus A
: ukuran normal, dextroposisi, dari fundus kanan
C
A
27 Juni 2016
Pasien dirujuk oleh SpOG RSUD Bangil dengan G2P1 gr 28-30 mgg + riw.
Operasi kista Hasil PA ?
Anamnesa
27 Juni 2016
Pada tahun 2005, pasien mengeluhkan teraba benjolan diperut pasien
ke dokter SpOG dan dilakukan operasi dilakukan evakuasi clot.
Tiga bulan kemudian dilakukan pasien mengeluh nyeri perut
dilakukan
Objektif :
KU
: Cukup
GCS
: 456
TB
: 153 cm
BB
: 53 Kg
TD
Tax/ Trect
: 36,7oC/ 36,4oC
K/L
Tho
Rh -
Abd
Wh - - - -
Pulmo
TFU 26 cm, letak bujur , TBJ 2015 gr, DJJ: 146 x/m, His (-) negatif,
scarmidline
GE
USG FM (27/06/2016)
Tampak janin intrauterine T/H, Letak bujur, kepala di atas
BPD
: 7,92 (32w0d)
AC
: 26,2 (30w0d)
FL
: 6,07 (31w4d)
AFI
: cukup
EFW
: 1693 gr
NST
Baseline rate 145 bpm
Variability 5-20 bpm
Acc (+)
Decc (-)
Kategori I
Assesment
G2P0100Ab000 gr 30-32 mgg T/H
+ Riwayat uterus didelphis (riwayat operasi pengangkatan uterus didelphis)
+ HSVB
+ Presentasi Bokong
Planning :
PDx : Lab. Lengkap, USG screening, c/VCT
PTx : Roborantia 1x1
Kontrol 2 mgg lagi (11-7-2016)
PMo :
KIE
c/ SPV
-------------------------------------------------------------------- dr. Imam Wahyudi, SpOG(K)
FOLLOW UP PENDERITA
TGL
11-7-2016
Subyektif
-
Obyektif
KU
: cukup,
GCS : 456
TD
: 100/60 mmHg,
: 80 x/m,
RR : 20 x/m
K/L : an -/-, ict -/Tho : C/S1S2 tunggal, reg, murmur (-)
Rh -/-, Wh -/Abd : TFU 28 cm, letak bujur , TBJ
2325gr, DJJ 159 x/m, his (-)
negatif, scar midline
GE
Assesment
Planning
PDx :
VCT,
(dioperasi)
+ HSVB
PTx :
+ Presentasi Bokong
- Roborantia 1x1
- Kontrol 2 minggu la
(25/07/2016)
PMo : Keluhan, DJJ
KIE
c/spv
20-7-2016
KU
: cukup,
G2P0100Ab000 gr 3
GCS : 456
TD
: 100/60 mmHg,
: 84 x/m,
+ HSVB
RR
: 20 x/m
+ Presentasi bokong
K/L
Tho :
C/S1S2 tunggal, reg, m (-)
Rh -/-, Wh -/Abd :
TFU 29 cm, letak bujur ,
TBJ 2480gr, DJJ 147 x/m,
his (-) negatif, scar midline
GE : v/v flux (-)/ flour (-)
VCT :
post test konseling
hasil non reaktif
USG
Janin intrauterine T/H
Letak bujur kepala di atas
BPD : 9,17 cm (37w2d)
AC
: 31,89 cm (35w5d)
FL
: 6,21 cm ( 32w1d)
EFW : 2559 gr
AFI
: cukup
Decc (-)
Kategori I
25 Juli 2016
Pasien datang ke RSUD Bangil dirujuk oleh bidan dengan G2P1001Ab0
gr 36-37 minggu + presentasi bokong + Ketuban (-)
25 Juli 2016
Pukul 03.00
Pasien mengeluh keluar cairan dari jalan lahir pasien tetap di rumah
Pukul 16.00
Pasien mengeluh keluar cairan dari jalan lahir semakin banyak disertai kencengkenceng Ke bidan diperiksa ketuban negatif dan presentasi bokong saran
rujuk RSUD Bangil keluarga berunding
Pukul 18.00
Pasien tiba di RSUD Bangil
Riwayat keputihan (+) sejak 1 minggu yang lalu gatal (+), bau (-)
Riwayat coitus (-)
Riwayat anyang-anyangan (-)
Riwayat operasi pengangkatan rahim tambahan tahun 2005
Objektif :
KU
: Cukup
GCS
: 456
TB/ BB
: 153 cm/ 56 Kg
TD
: 120/80 mmHg,
: 80x/m
RR
:18 x/m
Tax/ Trect
: 36,7oC/ 36,4oC
K/L
Tho
Rh -
Wh - - - -
Abd
Pulmo
: TFU 28 cm, letak bujur , TBJ 2480 gr, DJJ: 151 x/m, His (+)
jarang, scar Midline
GE
Insp
VT
Laboratorium
DL : 10,9 /23.700/ 37,3/ 381.000
USG
Tampak janin intrauterine T/H, Letak bujur, kepala di atas
BPD
: (35w6d)
AC
: (36w3d)
FL
: (35w4d)
AFI
: 5,8
EFW
: 2390 gr
NST
Baseline rate 150 bpm
Variability 5-20 bpm
Acc (+)
Decc (-)
Kategori I
Assesment
G2P0100Ab000 part 36-37 mgg T/H
+ Kala I fase Laten
+ Riw. PPROM
+ Presentasi bokong
+ HSVB
+ Riw. Operasi pengangkatan rahim tambahan
Planning :
PDx :
PTx :
Usul SC cito + IUD PP
Persiapan operasi:
Inj cefazolin 1 griv (skin test)
Inj metoclopramide 1 ampiv
Inj ranitidine 1 ampiv
SP, daftar OK, C/ anestesi, sedia darah
PMo :
Obs VS, keluhan, tanda-tanda inpartu
KIE
c/ SPV
------------------------------------------------------------------------ dr. Novida Ariani, Sp.OG
perlengketan.
Adnexa parametrium S tidak didapatkan tubaovarium dan ligamentum
rotundum.
Dinding abdomen dijahit lapis demi lapis.
Operasi selesai.
FOLLOW UP PENDERITA
TGL
25-7-2016
Subyektif
Obyektif
(-)
Assesment
P0201Ab000 pp SCTP +
IUD pp dngn SAB hari ke 0
+ Kala I Fase Laten
+ Riw. PPROM
+ HSVB
+ Presentasi Bokong
+ Riw. Operasi angkat rahim
tambahan
Abd
Supel,
h
-
bising
usus
P
P
D
T
In
In
In
In
In
In
P
T
ko
K
(-)
P0201Ab000 pp SCTP +
IUD pp dngn SAB hari ke 1
+ Kala I Fase Laten
+ Riw. PPROM
+ HSVB
+ Presentasi Bokong
+ Riw. Operasi angkat rahim
P
P
D
M
T
tambahan
R
Abd
P
T
Supel,
h
-
bising
ko
K
C
usus
(-)
P0201Ab000 pp SCTP +
IUD pp dngn SAB hari ke 2
+ Kala I Fase Laten
+ Riw. PPROM
+ HSVB
+ Presentasi Bokong
+ Riw. Operasi angkat rahim
P
P
D
M
T
tambahan
P
T
ko
K
C
28-7-2016
(-)
P0201Ab000 pp SCTP +
IUD pp dngn SAB hari ke 3
+ Kala I Fase Laten
+ Riw. PPROM
+ HSVB
+ Presentasi Bokong
+ Riw. Operasi angkat rahim
P
P
D
M
R
T
tambahan
K
P
T
ko
K
C
BAB 3
PERMASALAHAN
BAB 4
PEMBAHASAN
Gambar 4.2 Potongan uterus menunjukkan rongga yang hanya berbentuk garis
Uterus mengalami perubahan seiring dengan usia dan paritas. Pada
masa anak-anak serviks lebih panjang dari korpus uteri, dengan proporsi 2:1.
Dimulai dari masa pubertas, korpus uteri mengalami pertumbuhan lebih cepat
dari serviks dan serviks hanya sepertiga dari total panjang uterus matur.
Kehamilan menstimulasi pertumbuhan uterin yang cukup besar akibat dari
hipertrofi serabut otot. Hipertrofi uterus selama kehamilan akan mengalami
involusi setelahnya, namun tidak sepenuhnya kembali ke keadaan semula.
Fundus uteri yang sebelumnya berbentuk konveks pipih menjadi berbentuk
kubah pada kehamilan (Kumar dan Malhotra, 2008).
Gambar 4.3 Perubahan proporsi serviks dan korpus uteri berubah seiring
bertambahnya usia
yaitu
duktus
mesonefrik
(Wolffian)
dan
duktus
paramesonefrik
Gambar 4.4 Proses embriologi reproduksi wanita berasal dari duktus Mullerian
Dengan adanya estrogen dan tidak adanya testosteron dan hormon antiMullerian, duktus paramesonefrik berkembang menjadi duktus genital utama
wanita. Dengan turunnya ovarium, bagian kraniovertikal dan bagian horizontal
bergabung membentuk tuba uterina, sedangkan bagian kaudal mengalami fusi
membentuk kanalis uteri. Fusi dari duktus paramesonefrik membentuk korpus
dan serviks uterus dan juga bagian atas dari vagina (Saddler, 2015).
empat
deformitas
pokok
yang
berasal
dari
gangguan
Gambar 4.5. Klasifikasi anomali duktus Mullerian Buttram dan Gibbons (1979)
Beberapa tipe anomali fusi duktus Mullerian:
Tipe arkuata (18% kasus): bagian kornual dari uterus tetap terpisah. Fundus
uterin tampak konkaf dengan kavitas berbentuk hati
Tipe Didelphys (8% kasus): Tidak terdapat fusi duktus Mullerian dengan uterus
ganda, serviks ganda, dan vagina ganda
Tipe Bicornis (26% kasus): Terdapat berbagai tingkat fusi dinding otot dari
kedua duktus
-
Uterus bicornis bicollis: terdapat dua kavitas uterin dengan serviks ganda
dengan atau tanpa septum vaginal
Uterus bicornis unicollis: terdapat dua kavitas uterin dengan satu serviks.
Kornu dapat sama besarnya atau salah satu kornu rudimenter dan tidak
ada komunikasi dengan kornu yang berkembang
Tipe Septate (35% kasus): Kedua duktus Mullerian terfusi namun terdapat
persistensi septum diantara keduanya baik secara parsial atau total
Tipe unicornuate (10%): Kegagalan perkembangan salah satu duktus Mullerian
Abnormalitas terkait paparan dietilstilbestrol (DES) selama masa intrauterin.
Malformasi pada uterin meliputi hipoplasia, kavitas berbentuk T, sinekia uterin.
(Dutta, 2013)
Pada
mayoritas
kasus,
keberadaan
deformitas
ini
luput
dari
vaginal
Dismenorea yang dapat disebabkan oleh kriptomenorea (penumpukan
terjadi
akibat
migrasi
plasenta
mayoritas
kasus,
keberadaan
deformitas
ini
luput
dari
non
invasif.Traktus
urinarius
juga
dievaluasi
secara
(8%).Operasi
penyatuan
diindikasikan
pada
kasus
malformasi
memiliki
kemungkinan
terbaik
untuk
keberhasilan
kehamilan
(64%).Operasi unifikasi pada kasus ini umumnya tidak diperlukan. Penyebab lain
dari infertilitas atau keguguran berulang harus dieksklusi terlebih dahulu. (Dutta,
2013)
4.6.Unicornuate uterus
Unicornuate uterus merupakan hasil dari abnormalitas atau kegagalan
perkembangan salah satu dari duktus Mullerian. Anomali ini terbagi lagi menjadi
4 varian berdasarkan American Fertility Society, yaitu unicornuate uterus dengan
kornu rudimenter komunikata, unicornuate uterus dengan kornu rudimenter non
komunikata,
unicornuate
rudimenter
non kavitas,
unicornuate uterus terisolasi. (Cunningham et al, 2014; Dutta, 2013; Khati et al,
2012)
Unicornuate uterus terisolasi adalah tipe yang paling umum dengan
frekuensi 35% dari semua kasus. Pada subtipe dengan kornu rudimenter, tipe
non kavitas memiliki frekuensi 33% dari semua kasus, non komunikata sebanyak
22%, dan komunikata 10%. Anomali traktus urinarius secara umum berhubungan
dan lebih sering terjadi pada unicornuate uterus dari anomali duktus Mullerian
lainnya. (Khati et al, 2012)
dengan
unicornuate
uterus
memiliki
peningkatan
insiden
lebih
beresiko
terhadap
endometriosis,
hematometra,
dan
DAFTAR PUSTAKA