Anda di halaman 1dari 10

Kerangka Dasar

Vertikal

Pengukuran Kerangka Dasar Vertikal

Kerangka dasar vertikal merupakan teknik dan cara pengukuran beberapa titiktitik yang telah diketahui atau ditentukan posisi vertikalnya berupa ketinggian (elevasi)
yang mengacu terhadap bidang rujukan ketinggian tertentu. Bidang ketinggian rujukan
ini biasanya berupa ketinggian muka air laut rata-rata (mean sea level MSL) atau
ditentukan lokal.

Metode sipat datar prinsipnya adalah Mengukur tinggi bidik alat sipat datar optis di
lapangan menggunakan rambu ukur. Alat sipat datar sifatnya tidak seperti alat
pengukur sudut horizontal sepeti Theodolite, Alat sipat datar sesuai perkembangan
Teknologi kini anyak ragam nya seperti level laser, dan alat sipat datar scan bar code.

Pengukuran Trigonometris prinsipnya adalah Mengukur jarak langsung (Jarak


Miring), tinggi alat, tinggi target, dan sudut Vertikal (Zenith atau Inklinasi).
Pengukuran dengan menggunakan Theodolit untuk mendapatkan beda tinggi antara
alat dan target.

Pengukuran Barometris pada prinsipnya adalah mengukur beda tekanan atmosfer.


Pengukuran ini menggunakan alat Barometer yang fungsinya mengukur tekanan
udara.

Analisa Pasang Surut (Tidal Analysis)


Posted on January 22, 2009 by Rahmat Riski
Pasang surut adalah fluktuasi muka air laut sebagai fungsi waktu karena adanya gaya
tarik benda-benda di langit, terutama matahari dan bulan terhadap massa air laut dibumi.

Meskipun massa di bulan jauh lebih dekat, maka pengaruh gaya tarik bulan terhadap bumi
lebih besar dari pada pengaruh gaya tarik matahari.
Pengetahuan pasang surut sangat penting di dalam perencanaan pelabuhan. Elevasi
muka air tertinggi (pasang) dan terendah (surut) sangat penting untuk merencanakan
baengunan-bangunan pelabuhan. Sebagai contoh, elevasi puncak bangunan pemecah
gelombang, dermaga, dsb. Ditentukan oleh elevasi muka air pasang, sementara kedalaman
alur pelayaran/pelabuhan ditentukan oleh muka air surut. Tinggi pasang surut adalah jarak
vertikal antara air tertinggi (puncak air pasang) dan air terendah (lembah air surut) yang
berurutan. Periode pasang surut adalah waktu yang diperlukan dari posisi muka air pada
muka air rerata ke posisi yang sama berikutnya. Periode pasang surut bisa 12 jam 25 menit
atau 24 jam 50 menit, yang tergantung pada tipe pasang surut. Periode pada muka air naik
disebut pasang, sedang pada saat sir turun disebut surut.
Variasi muka air menimbulkan arus yang disebut dengan arus pasang surut, yang
mengangkut massa air dalam jumlah sangat besar. Arus pasang terjadi pada waktu periode
pasang dan arus surut terjadi pada periode air surut. Titik balik (slack) adalah saat dimana
arus berbalik antara arus pasang dan arus surut. Titik balik ini bisa terjadi pada saat muka air
tertinggi dan muka air terendah. Pada saat tersebut kecepatan arus adalah nol.
Bentuk pasang surut di berbagai daerah tidak sama. Di suatu daerah dalam satu hari
dapat terjadi satu kali pasang surut. Secara umum pasang surut di berbagai daerah dapat
dibedakan empat tipe, yaitu pasang surut harian tunggal (diurnal tide), harian ganda
(semidiurnal tide) dan dua jenis campuran.
1. Pasang surut harian ganda (semi diurnal tide)
Dalam satu hari terjadi dua kali air pasang dan dua kali air surut dengan tinggi yang
hampir sama dan pasang surut terjadi secara berurutan secara teratur. Tipe pasang surut
rata-rata adalah 12 jam 24 menit. Pasang surut jenis ini terdapat di selat Malaka sampai
laut Andaman.
2. Pasang surut harian tunggal (diurnal tide)
Dalam satu hari terjadi satu kali air pasang dan satu kali air surut dengan periode
pasang surut adalah 24 jam 50 menit. Pasang surut tipe ini terjadi di perairan selat
Karimata.
3. Pasang surut campuran condong ke harian ganda (mixed tide prevelailing semidiurnal
tide)
Dalam satu hari terjadi dua kali air pasang dan dua kali air surut, tetapi tinggi dan dan
periodenya berbeda. Pasang surut jenis ini banyak terdapat di perairan Indonesia Timur.
4. Pasang surut campuran condong ke harian tunggal (mixed tide prevelailing diurnal tide)
Pada tipe ini, dalam satu hari terjadi satu kali air pasang dan satu kali air surut, tetapi
kadang-kadang untuk sementara waktu terjadi dua kali pasang dan dua kali surut
dengan tinggi dan periode yang sangat berbeda. Pasang surut jenis ini terdapat selat
Kalimantan dan pantai utara Jawa Barat.

Mengingat elevasi di laut selalu berubah satiap saat, maka diperlukan suatu
elevasi yang ditetapkan berdasar data pasang surut, yang dapat digunakan sebagai
pedoman dalam perencanaan pelabuhan. Beberapa elevasi tersebut adalah sebagai
berikut :
1.
2.
3.
4.
5.

6.
7.
8.
9.

Muka air tinggi (high water level), muka air tertinggi yang dicapai pada saat air
pasang dalam satu siklus pasang surut.
Muka air rendah (low water level), kedudukan air terendah yang dicapai pada saat air
surut dalam satu siklus pasang surut.
Muka air tinggi rerata (mean high water level, MHWL), adalah rerata dari muka air
tinggi selama periode 19 tahun.
Muka air rendah rerata (mean low water level, MLWL), adalah rerata dari muka air
rendah selama periode 19 tahun.
Muka air laut rerata (mean sea level, MSL), adalah muka air rerata antara muka air
tinggi rerata dan muka air rendah rerata. Elevasi ini digunakan sebagai referansi untuk
elevasi di daratan.
Muka air tinggi tertinggi (highest high water level, HHWL), adalah air tertinggi pada
saat pasang surut purnama atau bulan mati.
Muka air rendah terendah (lowest low water level, LLWL), adalah air terendah pada
saat pasang surut purnama atau bulan mati.
Higher high water level, adalah air tertinggi dari dua air tinggi dalam satu hari, seperti
dalam pasang surut tipe campuran.
Lower low water level, adalah air terendah dari dua air rendah dalam satu hari.
Pada umumnya sifat pasang surut di perairan ditentukan dengan menggunakan rumus
Formzahl, yang berbentuk :
F = K1+O1 / M2+S2 ..
dimana nilai Formzahl,
F=0.00 0.25; pasut bertipe ganda (semi diurnal)
F= 0.26 1.50 ; pasut bertipe campuran dengan tipe ganda yang menonjol
(mixed,mainly semi diurnal)
F= 1.51 3.00 ; pasut bertipe campuran dengan tipe tunggal yang menonjol
(mixed,mainlydiurnal)
F>3.00; pasut bertipe( diurnal)
O1 = unsur pasut tunggal utama yang disebabkan oleh gaya tarik bulan
K1 = unsur pasut tunggal yang disebabkan oleh gaya tarik matahari
M2 = unsur pasut ganda utama yang disebabkan oleh gaya tarik bulan
S2 = unsur pasut ganda utama yang disebabkan oleh gaya tarik matahari

Metode yang digunakan adalah metode Admiralty untuk mendapatkan konstanta


harmonik pada melalui persamaan pasang surut :

dimana :
A(t) = Amplitudo
So = Tinggi muka air laut rata-rata (MSL)
An = Amplitudo komponen harmonis pasang surut.
Gn = Phase komponen pasang surut
n = konstanta yang diperoleh dari hasil perhitungan astronomis
t= waktu
Penentuan tinggi dan rendahnya pasang surut ditentukan dengan rumus-rumus sebagai
berikut :
MSL = Z0 + 1,1 ( M2 + S2 )
DL = MSL Z0 MHWL = Z0 + (M2+S2)
HHWL = Z0+(M2+S2)+(O1+K1)
MLWL = Z0 (M2+S2)
LLWL = Z0-(M2+S2)-(O1+K1) .
HAT = Z0 + Ai= Z0 + (M2 + S2 + N2 + P1 + O1 + K1)
LAT = Z0 Ai= Z0 (M2 + S2 + N2 + P1 + O1 + K1)
dimana :
MSL = Muka air laut rerata (mean sea level ), adalah muka air rerata antara muka air
tinggi rerata dan muka air rendah rerata. Elevasi ini digunakan sebagai referensi untuk
elevasi di daratan
MHWL = Muka air tinggi rerata (mean high water level), adalah rerata dari muka air
tinggi selama periode 19 tahun
HHWL = Muka air tinggi tertinggi (highest high water level), adalah air tertinggi pada
saat pasang surut purnama atau bulan mati
MLWL = Muka air rendah rerata (mean low water level), adalah rerata dari muka air
rendah selama periode 19 tahun
LLWL = Air rendah terendah (lowest low water level), adalah air terendah pada saat
pasang surut purnama atau bulan mati
DL = Datum level
HAT = Tinggi pasang surut
LAT = Rendah pasang surut

Pengukuran Sipat Datar


Sipat datar adalah suatu cara pengukuran beda tinggi antara dua titik diats
permukaan tanah, dimana penentuan selisih tinggi antara titik yang berdekatan dilakukan

dengan tiga macam cara penenmpatan alat penyipat datar yang dipakai sesuai keadaan
lapangan, yang dibedakan berdasarkan tempat berdirinya alat yakni:
1. Pada posisi tepat diatas salah satu titik yang akan ditentukan adalah selisih tingginya

Pengukuran sipat datar


Keterangan:
ta
: tinggi alat di A
T
: tinggi garis bidik
HA
: tinggi titik A
b
: bacaan rambu di B
HB
: tinggi titik B
hab
: beda tinggi dari A ke B = ta b
Tinggi titik B : Hb = Ha + hab
2. Pada posisi ditengah-tengah antar 2 (dua) titik dengan atau tanpa memperhatikan
apakah posisi tersebut membentuk satu garis lurus terhadap titik yang akan diukur
tersebut.

Pengukuran sipat datar


3. Pada posisi selain dari kedua metode tersebut sebelumnya, dalam hal ini alat didirikan
di sebelah kiri atau kanan dari salah satu titik yang akan ditentukan selisih tingginya.

Pengukuran sipat datar


hab = a b
hba = b a
Bila titik C diketahui = Hc, maka
Hb = T b
Ha = T a
Adapun syarat-syarat penggunaan alat sipat datar pada umumnya adalah sebagai
berikut.
1.
Syarat dinamis: sumbu I vertikal
2.
Syarat statis:
a)
Garis bidik teropong tegak lurus dengan garis arah nivo
b)
Garis arah nivo tegak lurus sumbu I ( sumbu vertikal)
c)
Benang silang mendatar diafragma tegak lurus sumbu I
Jika jarak antar titik kontrol pemetaan relatif jauh, pengukuran beda tinggi
dengan penyipat datar tidak dapat dilakukan dengan sekali berdiri alat. Oleh karena itu,
antara dua buah titik kontrol yang berurutan dibuat beberapa slag dengan titik-titik bantu
dan pengukurannya dibuat secara berantai (differential levelling).

Metode Sipat Datar Berantai


Beda tingginya adalah komulatif dari beda tinggi setiap slag, yaitu:

dimana:
b = jumlah pembacaan rambu belakang
m = jumlah pembacaan rambu muka
H = beda tinggi setiap slag

Pengukuran Metode Trigonometris

Pengukuran Trigonometris

keterangan:
dAB = jarak horisontal AB
dm
= jarak miring AB
HAB = beda tinggi AB
TA
= tinggi alat
BT
= benang tengah
Pengukuran kerangka dasar vertikal metode trigonometris pada prinsipnya adalah
perolehan beda tinggi melalui jarak langsung teropong terhadap beda tinggi dengan
memperhitungkan tinggi alat, sudut vertikal (zenith atau inklinasi) serta tinggi garis bidik
yang diwakili oleh benang tengah rambu ukur. Jarak langsung dapat diperoleh melalui
bacaan optis benang atas dan benang bawah atau menggunakan alat pengukur jarak elektronis

(EDM). untuk menentukan beda tinggi dengan cara trigonometris diperlukan alat pengukur
sudut untukdapat mengukur sudut tegak

Pengukuran Barometris

Pengukuran tinggi dengan menggunakan metode barometris dilakukan dengan


menggunakan sebuaah barometer sebagai alat utama. Barometer adalah alat pengukur
tekanan udara.

Barometer

Disuatu tempat tekanan udara sama dengan tekanan udara dengan tebal tertentu pula.
Idealnya pencatatan di setiap titik dilakukan dalam kondisi atmosfer yang sama tetapi
pengukuran tunggal hampir tidak mungkin dilakukan karena pencatatan tekanan dan
temperatur mengandung kesalahan akibat perubahan kondisi atmosfir. Semakin tinggi suatu
tempat maka akan semakin rendah tekanan udaranya. Karena dalam pengukuran tekanan
udara berhubungan erat dengan kondisi lapisan udara, maka pengukuran tersebut tidak hanya
menggunakan barometer saja tetapi menggunakan alat lain seperti thermometr, dan
hygrometer. Tekanan dipengaruhi oleh temperatur, kelembaban, dan percepatan gaya berat.

Hubungan antara tekanan dan ketingian memang cukup kompleks tetapi untuk keperluan
pengukuran tinggi, analisa matematisnya disederhanakan menjadi sebagai berikut.

Keterangan:
hab
T
Ts
Pa
Pb

= beda tinggi antara titik A dan B


= temperatur rata-rata pada ketinggian Ha dan Hb (K)
= temperatur standar = 273K
= tekanan udara pada ketinggian Ha (mmHg)
= tekanan udara pada ketinggian Hb (mmHg)

Daftar pustaka
Anonim. 2011. http://geodesi10-materi-kkv.blogspot.co.id/2011/05/kerangka-kontrolvertikal-merupakan.html (diakses pada 24 April 2016)
Anonim. 2014. http://hengky-demonic.blogspot.co.id/2014/01/rumus-pasang-surut-airlaut.html (diakses pada 24 April 2016)
Anonim. 2013. http://ilmu-konstruksi.blogspot.co.id/2013/01/pengukuran-kerangka-dasarvertikal.html (diakses pada 24 April 2016)

Anda mungkin juga menyukai