Anda di halaman 1dari 18

BAB V

ASIDI - ALKALIMETRI
A. TUJUAN PRAKTIKUM
1. Mahasiswa dapat menjelaskan proses titrasi asidi alkalimetri.
2. Mahasiswa mampu menghitung konsentrasi sampel dengan metode
asidi-alkalimetri.
B. DASAR TEORI
Titrasi merupakan suatu proses analisis dimana suatu volum larutan
standar ditambahkan ke dalam larutan dengan tujuan mengetahui
komponen yang tidak dikenal. Larutan standar adalah larutan yang
konsentrasinya sudah diketahui secara pasti. Berdasarkan kemurniannya
larutan standar dibedakan menjadi larutan standar primer dan larutan
standar sekunder. Larutan standar primer adalah larutan standar yang
dipersiapkan dengan menimbang dan melarutkan suatu zat tertentu dengan
kemurnian tinggi (konsentrasi diketahui dari massa - volum larutan).
Larutan standar sekunder adalah larutan standar yang dipersiapkan dengan
menimbang dan melarutkan suatu zat tertentu dengan kemurnian relatif
rendah sehingga konsentrasi diketahui dari hasil standardisasi (Day
Underwood, 1999).
Salah satu cara dalam penentuan kadar larutan asam basa adalah
dengan

melalui

proses

titrasi

asidi-alkalimetri.

Cara

ini

cukup

menguntungkan karena pelaksanaannya mudah dan cepat, ketelitian dan


ketepatannya juga cukup tinggi. Titrasi asidi-alkalimetri dibagi menjadi
dua bagian

yaitu asidimetri dan alkalimetri. Asidimetri adalah titrasi

dengan menggunakan larutan standar asam untuk menentukan basa. Asamasam yang biasanya dipergunakan adalah HCl, asam cuka, asam oksalat,
asam borat. Sedangkan alkalimetri merupakan kebalikan dari asidimetri
yaitu titrasi yang menggunakan larutan standar basa untuk menentukan
asam.
Pada percobaan ini adalah penentuan kadar dengan metode asidialkalimetri menggunakan indikator phenopthalein dan metil jingga, hal ini

dilakukan karena jika meggunakan indikator yang lain, adanya


kemungkinan trayek pH-nya jauh dari titik ekivalen.
Beberapa contoh larutan indikator antara lain adalah fenolptalin
(pp) yang memberikan warna pink dalam lingkungan basa dan tidak
berwarna dalam lingkungan asam, dan metil orange yang memberikan
warna merah dalam lingkungan asam dan kuning dalam lingkungan basa.
Perubahan warna indikator ini terjadi dalam rentangan pH tertentu yang
disebut trayek pH. Sebagai contoh, indikator pp memiliki trayek pH : 8,0
9,6, dan indikator mo memiliki trayek pH : 3,1 4,4.
(Rubinson, Judith F & Rubinson, Kenneth A, 1998, 229)
Titrasi dilakukan dengan cara volume zat penitrasi (titran) yang
digunakan untuk bereaksi dengan zat yang dititrasi (titrat). Jika konsentrasi
salah satu diketahui, maka konsentrasi/kadar zat lain dapat dihitung.
Dalam titrasi dikenal titik ekivalen dan titik akhir titrasi. Titik akhir titrasi
adalah titik pada saat titrasi diakhiri/dihentikan. Dalam titrasi biasanya
diambil sejumlah alikuot tertentu yaitu bagian dari keseluruhan larutan
yang dititrasi kemudian dilakukan proses pengenceran (W Haryadi, 1990).
Pengenceran adalah proses penambahan pelarut yg tidak diikuti terjadinya
reaksi kimia sehingga berlaku hukum kekekalan mol. Untuk mengetahui
titik ekivalen secara eksperimen biasanya dibuat kurva titrasi yaitu kurva
yang menyatakan hubungan antara log [H+] atau log[X-] atau log [Ag+]
atau E (volt) terhadap volum
(W. Haryadi, 1990).
Indikator dalam asidi-alkalimetri menurut Oswaltd adalah asam
organik lemah atau basa organik lemah yang warna molekulnya berbeda
dengan warna ionnya.
Hind

H+ + Ind-

Ind OH

OH- + Ind-

Warna molekul

warna ion

Setiap indikator asam basa mempunyai daerah trayek pH tertentu.


Pemilihan indikator didasarkan pada pH larutan yang berada pada titik
ekivalen. Dengan menentukan titik akhir dengan cara melihat perubahan
warnanya
(Harjadi, 1986, 78-88)

C. ALAT DAN BAHAN


1. Alat
a. Labu Erlenmeyer (3 buah)
b. Ball Filler (1 buah)
c. Pipet tetes (2 buah)
d. Pipet Volume (5 buah)
e. Pipet ukur
f. Statif
g. Klem
h. Buret
i. Corong (2 buah)
j. Beaker glass (2 buah)
k. Spatula (1 buah)
2. Bahan
a. Larutan HCl
b. Larutan Natrium Karbonat
c. Indikator PP
d. Indikator metil merah
e. Aquades
f. Larutan NaOH
g. Larutan asam oksalat
h. Larutan asam asetat
i. Etanol

3. Gambar Alat

Gambar 1.1 Labu Erlenmeyer Gambar 1.2 Ball Filler

Gambar 1.1

Pipet tetes

Gambar 1.1 Pipet Volume

Gambar 1.2 Pipet ukur

Gambar 1.1

Gambar 1.2 Buret

Gambar 1.1

Statif

Gambar 1.1 Klem


Corong

Gambar 1.10 Beaker glass


D. SKEMA KERJA

Larutan Na2CO3

Gambar 1.4 Spatula

Indikator PP

10 mL

4 tetes
Titrat berubah warna
bening menjadi ungu

Titrasi HCl 1
Titrat berubah warna ungu menjadi
bening atau warna seperti indikator PP

Larutan Na2CO3

Indikator Metil Merah

Hasil titrasi 1

3 tetes

Titrat berubah warna


bening menjadi orange terang
Titrasi HCl 2
Titrat berubah warna orange menjadi
orange kemerahan atau berwarna seperti
indikator metil merah
Larutan Na2CO3
berwarna orange kemerahan
Percobaan dilakukan sebanyak 3 kali dengan kondisi yang sama
Gambar 5.1 Skema kerja standarisasi HCl dengan larutan Natrium Karbonat

Larutan H2C2O4 . 2H2O


10 mL

Indikator PP
3 tetes

Titrat bening
Titrasi NaOH
1

Titrat berubah warna


bening menjadi ungu muda
Larutan H2C2O4.2H2O
berwarna ungu muda
Percobaan dilakukan sebanyak 3 kali dengan kondisi yang sama
Gambar 5.2 Skema kerja standarisasi NaOH dengan larutan Asam Oksalat

Larutan CH3COOH
10 mL

Indikator PP
3 tetes

Titrat bening
Titrasi NaOH
1
Titrat berubah warna
bening menjadi ungu muda
Larutan CH3COOH
berwarna ungu muda
Percobaan dilakukan sebanyak 3 kali dengan kondisi yang sama
Gambar 5.3 Skema kerja standarisasi NaOH dengan larutan Asam Oksalat

E. DATA PENGAMATAN
PERCOBAAN 1
Tabel 5.1 Data Pengamatan asidi-alkali percobaan 1 pada titik ekivalen 1
No
1
2
3
Rata-rata

Volume Larutan Na2CO3


10 ml
10 ml
10 ml
10 ml

Volume HCL
5,6 ml
5,7 ml
5,5 ml
5,6 ml

Tabel 5.2 Data Pengamatan asidi-alkali percobaan 1 pada titik ekivalen 2


No
Volume Larutan Na2CO3
1
10 ml
2
10 ml
3
10 ml
Rata-rata
10 ml
Keterangan:
a. Larutan Na2CO3
- Massa
- Mr
- Volume
b. Larutan HCL
- Mr
- %

: 7,9499 gr/1500 mL
: 105,99 gr/mol
: 10 mL
:36,46 g/mol
: 37,8% dan 20,4 mL HCL pekat
: 1,18 kg/L

a. Larutan Na2CO3
Molaritas Na2CO3
M=

gr 1000
x
mr
v

=
7,9499 gr
1000
x
105,99 gr /mol 1500 ml
= 0,05 M
Normalitas Na2CO3
N = M . ek
= 0,05 . 2

Volume HCL
10,9 ml
10,6 ml
10,6 ml
10,7 ml

b. Larutan HCL pada titik ekivalen 1


N(HCL) . V(HCL) = N(Na2CO3) . V(Na2CO3)
N(HCL) . 5,6 ml = 0,1 N . 10 ml
N(HCL) =

0,1 N .10 ml
5,6 ml

N(HCL) = 0,178 N
Larutan HCL pada titik ekivalen 2
Normalitas HCL
N(HCL) . V(HCL) = N(Na2CO3) . V(Na2CO3)
N(HCL) . 10,7 ml = 0,1 N . 10 ml
N(HCL) =

0,1 N .10 ml
10,7 ml

= 0,1 N
N(HCL) = 0,093 N

Pertanyaan:
1.
2.
3.
4.

Tulis persamaan reaksi yang terjadi?


Hitung molaritas dan normalitas Na2CO3 yang dibuat?
Mengapa dalam titrasi ini digunakan metil orange sebagai indikator?
Berapa pH larutan HCL sebelum dititrasi dan saat TE?

Jawab:
1. Reaksi ketika ditambah indikator pp, titrat berwarna ungu menjadi bening
2HCL + Na CO 2NaCl + H O + CO
2

Reaksi ketika ditambah indikator metil merah, titrat berwarna orange menjadi
orange kemerahan ).
2HCL + Na2CO3 2NaCl + H 2O + CO2
2. Molaritas dan Normalitas Na2CO3
Molaritas Na2CO3
M=

gr 1000
x
mr
v
7,9499 gr
1000
x
105,99 gr /mol 1500 ml

= 0,05 M
Normalitas Na2CO3
N = M . ek
= 0,05 . 2
= 0,1 N
3. Titrasi menggunakan metil merah karena pH garam yang dihasilkan (NaCl)
mendekati trayek pH indikator metil merah (4,7-6,3).

pH HCL sebelum dan saat TE


pH HCl sebelum TE
[H+] = valensi x M

pH = - log [H+]

=1x

. .10
mr

=1x

1,18 .0,378 .10


36,46

= - log 0,12
= 0,92

4,4604
36,46

= 0,12
pH HCl saat TE
[H+] = M . valensi

= - log [H+]

pH

= 0,093 . 1

= - log 0,093

= 0,093

= 1,0315

pH Na2CO3 sebelum dan saat TE


pH Na2CO3 sebelum TE
[OH-] =
=

M x Kb

pOH = - log [OH-]


= - log 0,324

0,05 x 2,1 x 104

= 0,324

x 10

= 2,484
pH = 14 pOH = 14 2,284

x 10

= 11,516

pH Na2CO3 saat TE
Na2CO3

2 HCl

0,05 M x 10 ml

[H+] =

0,9951 mmol

: 0,497 mmol

Sisa

0,9951 mmol

: 0,00245

Kw
x [M ]
Kb

+ H2O

+ CO2

0,093 M x 10,7 ml

Mula- mula : 0,5 mmol


Reaksi

2 NaCl

0
=

1014
x [2,55 102 ]
4
2,1 x 10

0,9951 mmol 0,5 mmol 0,5mmol


0,9951 mmol 0,5 mmol 0,5mmol
= 1,1 . 10-6

pH = -log [H+] = -log 0,413 x 10-6 = 7,157


Pengaruh penambahan volume titran terhadap pH :
Semakin banyak volume penitrasi menyebabkan pH semakin asam, karena pada
percobaan 1 merupakan titrasi asam kuat dan basa lemah. Penambahan HCl
menyebabkan jumlah mol HCl semakin bertambah, sehingga pH akan semakin asam.
Tabel 5.3 pH larutan setelah dititrasi dengan HCl
Volume HCl
0 mL
1,7 mL
2,7 mL
3,7 mL
4,7 mL
5,6 mL
6,7 mL
7,7 mL
8,7 mL
9,7 mL
10,7 mL
11,7 mL

pH
11,51
10,23
9,853
9,658
9,483
9,34
9,157
8,975
8,75
8,41
7,157
0,83

Keterangan :
Pada saat volume HCl 5,6 mL maka PH 9,34 adalah titik pada saat ekivalen (TE 1)
Pada saat volume HCl 10,7 mL maka PH 7,157 adalah titik pada saat ekivalen (TE 2)

pH
14
12
10

TE 2 pH

8
6
4
2
0
0

10

12

14

PERCOBAAN 2
Tabel 5.4 Data Pengamatan Asidi-alkalimetri Percobaan 2
No
Volume Larutan H2C2O4.2H2O
1
10 ml
2
10 ml
3
10 ml
Rata-rata
10 ml
Keterangan:

Volume NaOH
10 ml
10 ml
10 ml
10 ml

a. Larutan H2C2O4.2H2O
- Massa
: 9,5558 gr/1500 mL
- Mr
:126,07 gr/mol
- Volume
: 10 ml
b. Larutan NaOH
- Massa
: 10,0608 gr/2,5 L
- Mr
: 40 gr/mol
a. Larutan H2C2O4.2H2O
Molaritas H2C2O4.2H2O
M=

b. Larutan NaOH
Normalitas NaOH

gr 1000
x
mr
v

N(NaOH) . V(NaOH) = N(H2C2O4.H2O) . V(H2C2O4.H2O)


N(NaOH) . 10 ml = 0,1 N . 10 ml
N(NaOH)

= 0,1 N

9,5558 gr
1000
x
126,07 gr /mol 1500 ml
= 0,05 M
Normalitas H2C2O4.2H2O
N = M . ek
= 0,05 . 2
= 0,1 N
Pertanyaan:
1. Tulis persamaan reaksinya?
2. Selain asam oksalat senyawa apa yang dapat dipakai sebagai standar primer?
Jawab:
1. 2NaOH + H2C2O4 Na2C2O4 + 2H2O

2. Asam benzoat, Arsen Trioksida (As2O3), Kalium Bromate (KbrO3), Kalium


Hydrogen

Phtalat(KHP),

Natrium

Karbonat

(Na2CO3),

Klorida(NaCl)
pH H2C2O4.2H2O sebelum dan saat TE
pH H2C2O4.2H2O sebelum
pH Sebelum
= - log [H+]

pH

M x Ka

[H+] =

= - log 0,055 M

0,05 x 6 x 10

= 1,3

= 0,055 M

pH H2C2O4.2H2O saat TE
2NaOH

H2C2O4

Na2C2O4

2H2O

0,1 M x 10 mL 0,05 M x 10 mL
Mula- mula : 1 mmol

0,5 mmol

Reaksi

: 1 mmol

0,5mmol

Sisa

[g]=

0 mmol

0,5 mmol

0,5 mmol
0,5 mmol

1 mmol
1 mmol

= 0,025 mol

10 ml + 10 ml
+

[H ] =

kw . ka
[g ]

1014 6 .102
0,025

= 15,49 x 10-8

pH = - log [ H+] = 8 1.190 = 6,81


pH NaOH sebelum dan saat TE
pH NaOH sebelum
[OH-] = valensi x M
= valensi x

=1x

gr 1000
x
mr
v

10,0608 gr 1000
x
40
2500

= 1,00608

pOH = - log [OH-]


= - log 1,00608
=0
pH = 14 pOH = 14 0 = 14

Natrium

pH NaOH saat TE
[OH-] = valensi x M
pOH = - log [OH-]

= 1 x 0,1

= - log 0,1

= 0,1

= 1,
pH = 14 pOH = 14 1 = 13
Pengaruh penambahan volume titran terhadap pH :
Semakin banyak volume penitrasi menyebabkan pH semakin basa, karena pada
percobaan 2 merupakan titrasi basa kuat dan asam lemah. Penambahan NaOH
menyebabkan jumlah mol NaOH semakin bertambah, sehingga pH akan semakin basa.
Tabel 5.5 pH larutan pada dititrasi NaOH dengan H2C2O4.2H2O
Volume NaOH
0 mL
1 mL
2 mL
3 mL
4 mL
5 mL
6 mL
7 mL
8 mL
9 mL
10 mL
11 mL

pH
1,3
1,3
1,82
2,17
2,411
2,778
2,954
3,154
3,38
3,736
6,81
12,95

Keterangan :
Pada saat volume HCl 10 mL maka PH 6,81 adalah titik pada saat ekivalen (TE)

TE

pH
14
12
10
pH

8
6
4
2
0
0

10

12

PERCOBAAN 3
Tabel 5.6 Data Pengamatan Asidi-alkalimetri Percobaan 3
No
Volume Larutan CH3COOH
1
10 ml
2
10 ml
3
10 ml
Rata-rata
10 ml
Keterangan:

Volume NaOH
10,2 ml
10,6 ml
10,2 ml
10,3 ml

a. Larutan CH3COOH
- Volume
: 10 ml
b. Larutan NaOH
- Massa
: 10,0608 gr/2,5 L
- Mr
: 40
a. Larutan CH3COOH
Molaritas CH3COOH
M(CH3COOH) x V(CH3COOH) = M(NaOH) x V(NaOH)
M(CH3COOH) x 10 ml
= 0,1 M x 7,9 ml
0,1 M x 10,3 ml
M(CH3COOH)
=
10 ml

b. Larutan NaOH
Normalitas NaOH
N = 0,1 N
Molaritas NaOH
M = 0, 1 M

M(CH3COOH)

= 0,103 M

Normalitas CH3COOH
N = M . ek = 0,103 . 1 = 0,103 N
Pertanyaan:
1. Tulis persamaan reaksinya?
2. Mengapa digunakan indikator pp?
Jawab:
1. Reaksi yang terjadi: NaOH + CH3COOH CH3COONa + H2O
2. Pada percobaan ketiga menggunakan indikator pp karena range pH yang
dihasilkan CH3COONa mendekati range pH indikator pp yaitu 8 9,6 dan
pada keadaan asam indikator pp tidak berwarna dan pada keadaan basa
berwarna merah muda, sehingga sebagai penentu titik akhir dalam titrasi.
pH CH3COOH
+

CH3COOH

0,1 M x 10,3 ml

0,103 M x 10 ml

NaOH

CH3COONa

Mula- mula : 1,03 mmol

1,03 mmol

Reaksi

: 1,03 mmol

1,03 mmol

0,75 mmol

Sisa

[g]=

1,03 mmol

0,75 mmol

+ H2O

0,75 mmol
0,75 mmol

= 0,050 mol

10 ml + 10,3 ml
[OH-] =

Kw
x [g]
Ka

1014
x [ 0,050 ]
1,8 x 105

= 0,27 x 10-10

pOH = - log [OH-] = - log 0,27 x 10-10 = 10 log 0,27 = 4 (- 0,568 ) = 4,568
pH = 14 pOH = 14 4,568 = 9,432
Pengaruh penambahan volume titran terhadap pH :
Semakin banyak volume penitrasi menyebabkan pH semakin basa, karena pada
percobaan 2 merupakan titrasi basa kuat dan asam lemah. Penambahan NaOH
menyebabkan jumlah mol NaOH semakin bertambah, sehingga pH akan semakin basa.
Tabel 5.7 pH larutan pada dititrasi NaOH dengan CH3COOH

Volume NaOH
0 mL
1,3 mL
2,3 mL
3,3 mL
4,3 mL
5,3 mL
6,3 mL
7,3 mL
8,3 mL
9,3 mL
10,3 mL
11,3 mL

pH
2,93
4,415
4,714
4,929
5,112
5,279
5,455
5,6
5,875
6,112
9,43
13,06

Keterangan :
Pada saat volume NaOH 10,3 mL maka PH 9,432 adalah titik pada saat ekivalen (TE)

pH
14
12

TE

10
pH

8
6
4
2
0
0

10

12

G. SIMPULAN DAN SARAN


1. Simpulan
a. Berdasar hasil standarisasi Asidimetri larutan Na2CO3 0,1 N / 10 mL
dengan HCl, diperoleh hasil yaitu titik akhir titrasi terjadi tepat pada
saat volumenya mencapai 10,7 mL. Konsentrasi HCl = 0,093 M.
b. Berdasar hasil standarisasi Alkalimetri larutan H2C2O4.2H2O 0,1 N /
10 mL dengan NaOH, diperoleh hasil yaitu titik akhir titrasi terjadi
tepat pada saat volumenya mencapai 10 mL. Konsentrasi NaOH =
0,1 M.
c. Berdasar hasil standarisasi Alkalimetri larutan CH3COOH 0,1 N /
10 mL dengan NaOH, diperoleh hasil yaitu titik akhir titrasi terjadi
tepat pada saat volumenya mencapai 10,3 mL. Konsentrasi
CH3COOH = 0,103 M
2. Saran
a. Lakukan setiap percobaan dengan hati-hati agar larutan tidak tumpah
dan mudah diamati
b. Bersihkan setiap alat yang digunakan sebelum dan sesudah
percobaan agar tidak terbentuk kotoran yang mengganggu percobaan
c. Memahami dan mendalami materi sebelum praktikum untuk
memperkecil kesalahan yang mungkin terjadi.

H. DAFTAR PUSTAKA
Harjadi W.1986.Ilmu Kimia Analitik Dasar. Jakarta:Gramedia.
Day, Underwood. 1999. Kimia Analisis Kuantitatif. Jakarta: Erlangga.
Haryadi, W. 1990. Ilmu Kimia Analitik Dasar. Jakarta: Gramedia.
Harvey, David. 2000. Modern Analytical Chemistry. Toronto: John Wiley &
Sons.
Rubinson, Judith dan Kenneth A. 1998. Contemporary in Analytical
Chemistry. Toronto: John Wiley & Sons.

Anda mungkin juga menyukai