ILUSTRASI KASUS
I.
IDENTITAS PASIEN
Nama bayi
: Bayi Ny. R
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Umur
:1 hari
No RM
: 14.63.75
Tanggal Lahir
: 24 Mei 2016 (01:50 WIB)
II. IDENTITAS ORANG TUA
Nama
Umur
Pekerjaan
Agama
Perkawinan
Ayah
Tn. K
36 tahun
Buruh kasar
Islam
1
Ibu
Ny. R
33 tahun
IRT
Islam
2
16
G6P5A0H5
ANC rutin ke bidan
HPHT: 21 Agustus 2015
TP: 28 Mei 2016
Riwayat penyakit selama hamil: TB Paru
Makanan
Obat-obatan
Merokok
Riwayat persalinan:
Tempat
: VK RSUD Tengku Rafi`an Siak
Dipimpin oleh
: Bidan
Jenis persalinan
: Spontan
Ketuban
: Hijau kental
Keadaan ibu
:Leukosit 4.900/mm3, riwayat keputihan (+)
IV.
Tanggal lahir
Jenis kelamin
Kelahiran
Kondisi saat lahir
APGAR score
Tali pusat
Lain-lain
: 24 Mei 2016
: Laki-laki
: Tunggal
: Hidup
: 6/7
: Layu
: Bayi lahir langsung menangis
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum
: sedang, cukup aktif
Berat badan
: 3100 gram
17
Panjang badan
Lingkar kepala
Lingkar dada
Frekuensi jantung
Pernapasan
Suhu
Sianosis
Ikterus
: 49 cm
: 31 cm
: 32 cm
:144x/menit
: 43x/menit
: 36,30C
: Tidak ada
: Tidak ada
Status Generalisata
Kepala & Leher
Kepala
Mata
Thoraks (pulmo)
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
:-
Auskultasi
Kulit
Thoraks (cor)
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
:-
Auskultasi
Abdomen
Inspeksi
Palpasi
18
Perkusi
Tali pusat
: Layu
Auskultasi
: BU (+) normal
Kulit
Moro (+)
Rooting (+)
Isap (+)
Pegang (+)
Apgar Score
Tanda
Frekuensi
jantung
Usaha
bernapas
Tonus otot
0
[ ] ( ) tidak
ada
[ ] ( ) tidak
ada
[]()
lumpuh
1
[] () <100
2
[] ( )
>100
[] () lambat
[] ()
menangis
kuat
[] ()
[] ( )
ekstremitas fleksi gerakan
Jumlah nilai
2
19
Refleks
Warna
kulit
[] ( ) tidak
bereaksi
[ ] ( ) birupucat
sedikit
[] () gerakan
sedikit
[] () badan
kemerahan,
tangan/ kaki
kebiruan
aktif
[] () reaksi
melawan
[ ] ()
kemerahan
Keterangan:
[ ] Penilaian setelah 1 menit lahir lengkap
( ) Penilaian setelah 5 menit lahir lengkap
Skor Downes
Karakteristik
Frekuensi napas
Retraksi dada
Sianosis
0
<60x/menit
Tidak ada
Tidak ada
Masuknya udara
Udara
masuk
Tidak ada
Merintih
1
60-80x/menit
Ringan
Hilang dengan
terapi oksigen
Penurunan ringan
2
>80x/menit (apnea)
Berat
Menetap walaupun
diberi terapi oksigen
Tidak ada udara masuk
Terdengar dengan
stetoskop
Terdengar tanpa
Skor <4
Skor 4-5
Skor 6
stetoskop
V. PEMERIKSAAN PENUNJANG
PA plasenta: terdapat kesan missed abortion
VI. RESUME
NBBLC 3100 gram, PB = 49 cm, LK = 31 cm, LD = 32 cm, jenis kelamin
laki-laki lahir spontan dengan usia kehamilan 38-39 minggu. Bayi langsung
menangis saat lahir. Apgar score 6/7. Riwayat ibu : ketuban hijau kental (+), TB
Paru dalam pengobatan 2 bulan, riwayat keputihan (+). Kemudian bayi masuk ke
ruangan perinatologi, dan diberikan terapi.
VII. DIAGNOSIS
NBBLC 3100 gram dengan risiko sepsis dan risiko TB Perinatal
VIII. PENATALAKSANAAN
20
Inj. Neo K
Inj. Picyn 2 x 150 mg
Inj. Gentamisin 2 x 14 mg
INH 1 x 15 mg pulv 1 x 1
Asi OD
CATATAN FOLLOW UP
25 Mei 2016
26 Mei 2016
21
INH 1 x 15 mg pulv 1 x 1
29 Maret 2016
30 Mei 2016
BAB IV
DISKUSI
Telah dilaporkan seorang pasien bayi laki-laki umur 0 hari dengan
diagnosis NBBLC 3100 gram dengan risiko sepsis dan risiko TB perinatal.
Dari anamnesis didapatkan bayi lahir dari ibu pengidap TB dalam
pengobatan. Bayi lahir spontan di ruang VK RSUD Tengku Rafian ditolong oleh
bidan dengan usia kehamilan 38-39 minggu dengan berat badan 3100 gram dan
panjang badan 49 cm. Riwayat ibu: ketuban hijau kental, demam intrapartum (-)
keputihan (+). Dari pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum sedang, cukup
aktif, HR 144 kali/menit,frekuensi napas 43 kali/menit, regular, isi cukup, suhu
36,30C, sianosis (-), kterus (-). Pemeriksaan fisik lain dalam batas normal. Refleks
neonatal yaitu refleks moro (+), rooting (+), refleks isap (+), dan refleks pegang
22
mulai muncul minggu ke 2-3 setelah kelahiran. Gejala dan tanda tidak spesifik,
diagnosis sering terlambat oleh karena awalnya diduga sepsis.3 Janin dengan ibu
penderita TB dapat mengalami IUGR, berat badan lahir rendah, dan dapat
meningkatkan risiko kematian. Manifestasi klinis dari TB perinatal tidak spesifik,
diantaranya poor feeding (100%), demam (100%), iritabilitas (100%), gagal
tumbuh (100%), batuk (88,9%), dan gangguan pernapasan (66,7%). Pada
pemeriksaan fisik didapatkan hepatosplenomegali (100%), splenomegali (77,8%),
dan distensi abdomen (77,8%). Limfadenopati (38%) letargi (21%), meningitis,
septikemia, unresolving atau pneumonia berulang, DIC, jaundice, asites, otitis
media dengan atau tanpa mastoiditis (21%), parotitis, osteomyelitis, abses
paravertebral, dan lesi papular (14%). Apnea, muntah, sianosis, kejang dan
petechiae telah dilaporkan sebanyak 10% dari kasus.9
Untuk menegakkan diagnosis TB kongenital, bayi harus terbukti diagnosis
TB dan memenuhi salah satu dari kriteria Beitzke yang telah di revisi yaitu (1) lesi
pada minggu pertama kehidupan, (2) komplek primer hati atau granuloma hati
23
kaseosa, (3) infeksi TB pada plasenta atau pada infeksi traktus genitalia, (4)
kemungkinan transmisi pasca natal telah disingkirkan. 1,3,5,9,10 Untuk menentukan
TB natal dan pascanatal, kriterianya sama dengan TB anak.5
Pemeriksaan penunjang yang diperlukan pada TB kongenital adalah
pemeriksaan M. tuberculosis melalui darah vena umbilikus dan plasenta. Pada
plasenta sebaiknya diperiksa gambaran histopatologis dengan kemungkinan
adanya granuloma kaseosa dan BTA, bila perlu dilakukan kuretase endometrium
untuk mencari endometritis TB.5,6
Pada kasus ini, pasien lahir dari ibu penderita TB paru dalam pengobatan 2
bulan. Penyebaran hematogen lewat vena umbilical bisa saja terjadi pada pasien
ini. Namun dari pemeriksaan fisik tidak terdapat kelainan maupun tanda-tanda
adanya infeksi TB perinatal. Hal ini tidak menyingkirkan kemungkinan menderita
TB pada pasien karena dari teori disebutkan bahwa TB perinatal dapat
memperlihatkan gejala namun dapat juga tidak memperlihatkan gejala. Untuk itu
dilakukan pemeriksaan patologi anatomi dari plasenta. Pada pemeriksaan PA
ditemukan kesan missed abortion. Hasil pemeriksaan PA ini tidak sesuai untuk
menegakkan diagnosis TB perinatal. Pemeriksaan BTA melalui darah vena
umbilikus tidak dilakukan.
Apabila neonatus lahir dari ibu TB aktif namun pemeriksaan klinis dan
penunjang dalam batas normal, maka neonatus tetap berpotensi untuk terinfeksi
M.tuberculosis. Tata laksana awal adalah pemberian profilaksis primer INH
dengan dosis 5- 10 mg/kgBB/hari selama 1 bulan kemudian dilakukan uji
tuberkulin untuk mengetahui apakah pasien telah terinfeksi. Apabila setelah 1
bulan uji tuberkulin positif maka diagnosis TB dapat ditegakkan dan diberikan
terapi TB selama 9 bulan disertai pemeriksaan foto toraks dan bilas lambung.
Namun bila setelah 1 bulan uji tuberkulin negatif maka pemberian profilaksis
primer INH diteruskan sampai 3 bulan kemudian dilakukan uji tuberkulin
untuk mengetahui apakah pasien telah terinfeksi. Bila setelah 3 bulan uji
tuberkulin tetap negatif dan telah dibuktikan tidak ada sumber penularan lagi
maka profilaksis primer INH dapat dihentikan. Namun bila positif, harus
dinilai klinis dan pemeriksaan penunjang. Bila terdapat kelainan maka
didiagnosis TB dan diberikan terapi TB selama 9 bulan. Apabila pemeriksaan
24
tidak mendukung TB, maka diberikan profilaksis sekunder selama 6-12 bulan.
Pemberian BCG hanya dapat dilakukan apabila bayi belum terinfeksi
M.tuberculosis yaitu pada saat 3 bulan dan uji tuberkulin negatif.3,11
Terapi yang diberikan pada pasien ini adalah Inj. Picyn 2 x 150 mg, Inj.
Gentamisin 2 x 14 mg, dan INH 1 x 15 mg pulv 1 x 1. INH 1x15 mg diberikan
sebagai profilaksis primer. INH akan diberikan selama 1 bulan. setelah 1 bulan,
pasien akan dilakukan uji tuberkulin untuk menentukan rencana terapi
selanjutnya. Inj. Picyn 2 x 150 mg dan inj. Gentamisin 2 x 14 mg diberikan
sebagai terapi early onset sepsis. Terapi ini diberikan karena pada pasien TB
perinatal sulit dibedakan dengan early onset sepsis sehingga terapi kombinasi
sangat dianjurkan pada pasien tersebut.
25