Karakterisasi Resrvoir PDF
Karakterisasi Resrvoir PDF
INTISARI
KARAKTERISASI RESERVOAR MENGGUNAKAN METODE INVERSI
SIMULTAN PADA LAPANGAN ALMULK, FORMASI TALANG AKAR
CEKUNGAN SUMATERA SELATAN
Studi inversi impedansi akustik telah dikenal dan sering digunakan sebagai salah satu
metode dalam karakterisasi reservoar, baik dalam membedakan litologi maupun fluida.
Metode inversi impedansi akustik ini memiliki keterbatasan dalam membedakan litologi dan
fluida, sering dijumpai kasus dimana antara batupasir (porous sand) dan batulempung
(shalestone) memiliki nilai impedansi yang hampir sama. Oleh karena itu diperlukan suatu
metode baru yang dapat membedakan litologi dan mendeteksi kandungan fluida hidrokarbon
dengan baik.
Metode inversi simultan menggunakan data berupa angle gather yang kemudian
diinversikan untuk menghasilkan impedansi P, impedansi S dan densitas. Parameter
impedansi P dan impedansi S kemudian diturunkan menjadi parameter lambda-rho dan murho yang sensitif terhadap adanya fluida. Hasil analisis crossplot menunjukkan bahwa
parameter impedansi P, impedansi S, densitas, lambda-rho dan mu-rho dapat mengidentifikasi
litologi dan fluida dengan baik. Map hasil inversi simultan menunjukkan bahwa parameter
impedansi P, densitas dan lambda-rho mampu mengidentifikasi adanya zona reservoar dan
fluida pada porous sand dengan baik. Pada area tersebut ditunjukkan dengan nilai impedansi
P rendah, densitas rendah, lambda-rho rendah, impedansi S tinggi dan mu-rho tinggi.
Kata kunci: Inversi simultan, Impedansi P, Impedansi S, Lamda-Mu-Rho.
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Karakterisasi reservoar didefinisikan
sebagai suatu proses untuk menjabarkan
secara kualitatif dan atau kuantitatif karakter
reservoar menggunakan semua data yang
ada. Sedangkan karakterisasi reservoar
seismik adalah suatu proses untuk
menjabarkan secara kualitatif dan atau
kuantitatif karakter reservoar menggunakan
data seismik sebagai data utama (Sukmono,
2000).
Seismik inversi adalah satu dari
sekian banyak metode yang sudah digunakan
ahli geofisika untuk karakterisasi reservoar.
Seismik inversi adalah suatu teknik
pembuatan model geologi bawah permukaan
dengan data seismik sebagai input dan data
geologi sebagai kontrol (Sukmono, 2000).
Metode seismik inversi simultan merupakan
proses inversi data seismik angle gather
dengan melibatkan pengaruh wavelet dari
seismik partial stack Near, Midlle, Far offset
untuk menghasilkan secara langsung
parameter fisik batuan P-impedance (Zp), Simpedance (Zs) dan Density untuk kemudian
ditransformasi menjadi parameter LambdaMu-Rho. (Hampson dan Russell, 2005).
Lamda-rho () yang juga dikenal sebagai
incompressibility yang digunakan sebagai
indikator porositas fluida yang mengandung
hidrokarbon dan Mu-rho () yang dikenal
sebagai rigiditas yang dapat digunakan untuk
indikator batuan dimana parameter ini
sensitif terhadap karakter matrik batuan.
1.3.
Batasan Masalah
Beberapa batasan masalah yang
digunakan dalam penelitian ini meliputi
beberapa hal, antara lain:
1. Data Sumur yang digunakan adalah
data sumur yang dilengkapi log Pwave (sonic), log S-wave (sonic),
log Densitas (density), log Gamma
Ray, log Porositas.
2. Data seismik yang digunakan adalah
data seismik 3D pre-stack time
migration (PSTM) gather.
3. Zona target reservoar merupakan
batupasir pada formasi Talang Akar.
4. Proses inversi simultan pada
reservoar batupasir menggunakan
parameter Impedansi P, Impedansi
S, densitas, lamda-rho dan mu-rho.
1.2.
Tujuan Penelitian
Tujuan dari dilakukannya penelitian
ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui
karakter
reservoar
dengan melakukan analisis kualitatif
dan kuantitatif berdasarkan data hasil
inversi simultan dan turunannya.
2. Mengetahui persebaran reservoar
pada zona target melalui parameterparameter yang dihasilkan oleh
inversi simultan.
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Geologi Regional
Cekungan Sumatera Selatan yang
merupakan lokasi penelitian dapat dilihat
pada Gambar 2.1.
2.3.2. Reservoir
Dalam cekungan Sumatera Selatan,
beberapa formasi dapat menjadi reservoir
yang efektif untuk menyimpan hidrokarbon,
antara lain adalah pada basement, formasi
Lahat, formasi Talang Akar, formasi
Baturaja, dan formasi Gumai. Sedangkan
untuk sub cekungan Palembang Selatan
produksi hidrokarbon terbesar berasal dari
formasi Talang Akar dan formasi Baturaja.
Untuk formasi Talang Akar secara umum
terdiri dari quarzone porous sand, siltstone,
dan pengendapan shale. Sehingga pada
porous sand sangat baik untuk menjadi
reservoir. Porositas yang dimiliki pada
formasi Talang Akar berkisar antara 15-30 %
dan permeabilitasnya sebesar 5 Darcy.
Formasi
Talang
Akar
diperkirakan
mengandung 75% produksi minyak dari
seluruh cekungan Sumatera Selatan (Bishop,
2001).
2.3.3. Batuan Penutup (Seal)
Batuan penutup cekungan Sumatra
Selatan secara umum berupa lapisan shale
cukup tebal yang berada di atas reservoir
formasi Talang Akar dan Gumai itu sendiri
(intraformational seal rock).
2.3.4. Jebakan (Trap)
Jebakan
hidrokarbon
utama
diakibatkan oleh adanya antiklin dari arah
2.4.
Inversi Simultan
Contreras et al (2006) dalam
papernya menjelaskan kesuksesan dari
aplikasi
amplitude-versus-angle
(AVA)
simultaneous inversion dari data amplitudo
seismik pre-stack untuk mendeteksi dan
mendelineasi reservoir hidrokarbon. Analisis
sensitivitas yang detail dilakukan untuk
menilai sifat dari efek AVA pada area studi,
berdasarkan data log sumur. Pada
penelitiannya, Contreras terlebih dahulu
melakukan krosplot data log sumur.
Impedansi P dan S (Zp dan Zs) yang
merupakan hasil perkalian densitas dengan
kecepatan P dan S, dihitung dari log densitas
dan dipole-sonic. Setelah itu, diaplikasikan
metode lambda-mu-rho untuk menghasilkan
atribut modulus lambda-rho dan mu-rho
yang sensitif terhadap fluida dan litologi,
yang ditentukan dari hasil perkalian antara
parameter elastic Lame ( dan ) dengan
densitas bulk (). Atribut modulus ini
dihitung dan dicrossplot dengan log
impedansi P dan S menggunakan persamaan:
Z s 2
(2.1)
Z p 2 2Z s 2
(2.2)
Deskripsi skematik dari metode
inversi simultan AVA dapat ditampilkan
pada gambar 2.3. Volume frekuensi rendah
dari impedansi P, impedansi S dan densitas
dibutuhkan untuk inversi 1D trace-based (1D
trace-based inversion) karena informasi
frekuensi rendah yang diperlukan untuk
mengikutsertakan pola kompaksi (0-6 Hz
pada kasus ini), tidak dimiliki oleh data
amplitudo seismik. Sebagai tambahan,
volume frekuensi rendah digunakan untuk
menuntun konstrain pola soft. Volume ini
diperoleh dengan melakukan interpolasi
lateral berbobot pada log sumur dengan
menggunakan
model
geologi
yang
dikonstruksi berdasarkan interpretasi horizon
top formasi geologi. Terakhir, model
terinterpolasi difilter low-pass dengan
frekuensi cut-off 6 Hz untuk menghasilkan
volume frekuensi rendah terakhir.
BAB III
DASAR TEORI
3.1.
VP
2
K 43
(3.1)
Gelombang Seismik
Gelombang
seismik
merupakan
gelombang yang merambat melalui bumi.
Perambatan gelombang ini bergantung pada
sifat elastisitas batuan. Gelombang seismik
dapat ditimbulkan dengan dua metode yaitu
metode aktif dan metode pasif. Metode aktif
adalah metode pengusikan gelombang seismik
secara aktif atau disengaja menggunakan
gangguan yang dibuat oleh manusia, biasanya
digunakan untuk eksplorasi. Metode pasif
adalah gangguan yang muncul terjadi secara
alamiah. Metode seismik merupakan metode
yang banyak dipakai dalam menentukan lokasi
prospek hidrokarbon. Dengan metode ini dapat
diperoleh informasi mengenai litologi dan fluida
bawah permukaan dalam bentuk waktu rambat,
amplitudo refleksi, dan variasi fasa.
3.1.1. Gelombang Badan (Body Wave)
Gelombang
badan
merupakan
gelombang seismik yang menjalar pada media
elastik dan arah perambatannya keseluruh
bagian interior bumi. Berdasarkan gerak partikel
dan arah penjalarannya gelombang badan
dibedakan menjadi dua jenis, yaitu gelombang P
dan gelombang S.
Gelombang
P
(primary
wave)
merupakan
gelombang
kompresi
(compressional
wave)
atau
gelombang
longitudinal, yang menjalar dengan arah gerak
partikel sejajar dengan arah rambatan
gelombangnya. Gelombang S (secondary wave)
adalah gelombang geser (shear wave) atau
gelombang transversal yang menjalar dengan
arah gerak partikel tegak lurus dengan arah
rambatan gelombangnya. Berbeda dengan
gelombang P yang dapat merambat baik di
medium padat, cair, maupun gas, gelombang S
hanya menjalar pada medium padat.
Persamaan kecepatan gelombang P dan
gelombang S untuk batuan non-porous dan
isotropic, menggunakan konstanta Lame ,
modulus Bulk K dan modulus Shear yang
dituliskan sebagai:
VS
(3.2)
dengan
Vp = kecepatan gelombang P
Vs = kecepatan gelombang S
K = modulus bulk
= densitas
= modulus shear
3.1.2. Gelombang
Permukaan
(Surface
Wave)
Gelombang permukaan merupakan
gelombang seismik yang merambat pada
permukaan suatu medium. Berdasarkan pada
sifat gerakan partikel media elastik, gelombang
permukaan merupakan gelombang yang
kompleks dengan frekuensi yang rendah dan
amplitudo yang besar, yang menjalar akibat
adanya efek free survace dimana terdapat
perbedaan sifat elastik. Jenis dari gelombang
permukaan ada dua yaitu gelombang Reyleigh
dan gelombang Love.
Gelombang
Reyleigh
merupakan
gelombang permukaan yang orbit gerakannya
elips tegak lurus dengan permukaan dan arah
penjalarannya.
Gelombang Love merupakan gelombang
permukaan yang menjalar dalam bentuk
gelombang transversal yang merupakan
gelombang S horizontal yang penjalarannya
paralel dengan permukaannya (Gadallah and
Fisher, 2009).
3.1.3. Penjalaran Gelombang Seismik
Gelombang seismik dalam medium
berlapis (seperti halnya bumi) penjalarannya
mengikuti hukum Snellius. Hukum ini
mengatakan bahwa gelombang seismik yang
melewati bidang batas antara dua medium akan
dipantulkan atau dibiaskan dengan mengikuti
relasi:
8
A1
sin i
p konstaan
v
(3.3)
dengan i dapat berupa sudut datang, sudut
pantul atau sudut bias gelombang, v adalah
kecepatan gelombang dalam medium yang
bersangkutan dan p adalah konstanta yang
disebut parameter gelombang. Parameter
gelombang ini besarnya tertentu dan tetap untuk
semua gelombang yang berasal dari satu berkas
gelombang.
Hukum Snell, yaitu:
p
VP1
VP1
VP 2
VS1
VS 2
(3.4)
dengan
1
= sudut datang gelombang P,
2, 2 = sudut pantul dan sudut
1, 2
VP1, VP2
VS1, VS2
3.2.
bias
gelombang P,
= sudut pantul dan sudut bias
gelombang S,
= kecepatan gelombang P pada
medium pertama dan medium
kedua,
= kecepatan gelombang S pada
medium pertama dan medium
kedua,
= parameter gelombang,
dan 1 = 1.
Koefisien Refleksi
R0
A1 2VP 2 1VP1
A0 1VP1 2VP 2
(3.5)
dengan
R0 = koefisien refleksi sudut datang nol,
Impedansi Akustik
= densitas (g/cm3)
Harga Zp ini lebih dikontrol oleh
kecepatan gelombang P dibandingkan densitas,
karena orde nilai kecepatan lebih besar
dibandingkan dengan orde nilai densitas. Jika
gelombang seismik ini melewati dua media
yang berbeda impedansi akustiknya maka akan
ada sebagian energi yang dipantulkan yang
kemudian direkam oleh receiver di permukaan.
3.4.
Impedansi Shear
Secara umum Impedansi Shear hampir
sama dengan impedansi akustik, perbedaannya
pada kecepatan yang digunakan adalah
kecepatan gelombang S (Vs). Secara matematis
dirumuskan sebagai :
Zs = Vs
(3.7)
dimana :
Zs = Impedansi Shear
= Densitas
Vs = kecepatan gelombang S
Karena sifat dari gelombang S hanya
mengukur rigiditas matriks batuan sehingga
keberadaan fluida tidak terdeteksi, gelombang
ini hanya akan melewati medium solid,
sehingga Zs dapat merepresentasikan variasi
litologi.
9
3.5.
Seismogram Sintetik
Seismogram sintetik adalah hasil
konvolusi antara deret koefisien refleksi dengan
suatu wavelet. Untuk membuat seismogram
sintetik, wavelet yang dipakai diperoleh dengan
melakukan pengekstrakan pada data seismik
atau dengan wavelet buatan.
Seismogram sintetik merupakan sarana
untuk mengidentifikasi horizon seismik yang
sesuai dengan geologi bawah permukaan yang
diketahui dalam suatu sumur hidrokarbon
(Munadi dalam Fatimah, 2011). Identifikasi
permukaan atau dasar formasi pada penampang
seismik memungkinkan ditelusuri penerusan
formasi tersebut pada arah lateral dengan
memanfaatkan data seismik.
3.6.
Inversi Seismik
Inversi seismik merupakan suatu teknik
untuk menggambarkan model geologi bawah
permukaan menggunakan data seismik sebagai
masukan dan data log sebagai pengontrol
(Sukmono, 2000). Veeken (2007) memberi
pengertian bahwa inversi seismik merupakan
suatu metode yang mengubah volum data
seismik menjadi volum data akustik atau elastik.
Pada dasarnya metode inversi seismik
digunakan untuk mengetahui kemenerusan
lateral dari data log, dan sangat membantu
dalam proses korelasi data sumur. Metode
inversi dapat memodelkan data sumur semu dari
data seismik seperti data log kecepatan, log
densitas, log impedansi akustik, yang memiliki
dimensi dan karakter yang sama dengan data
sumur konvensional.
Ilustrasi metode seismik inversi sebagai
proses pemodelan maju (forward modelling)
ditunjukan pada gambar 3.2. Gelombang
seismik yang ditangkap geofon sebenarnya
adalah konvolusi antara wavelet sumber dengan
deret koefisien refleksi di bawah permukaan
bumi. Pada metode inversi seismik, proses
tersebut dibalik menjadi proses dekonvolusi
data seismik dengan wavelet sumber sehingga
diperoleh koefisien refleksi.
Lindseth (1979) telah mengembangkan
metode inversi seismik sejak tahun 1970-an.
Prosedur dasarnya adalah :
1. Proses dekonvolusi data seismik menjadi
perkiraan deret koefisien refleksi
refleksi
3.7.
V
(3.10)
satuan densitas dalam SI adalah kg/m3 atau g/cc.
.
3.7.3. Inkompresibilitas () dan Rigiditas ()
Inkompresibilitas () merupakan tingkat
ketahanan suatu batuan terhadap gaya tekan
yang mengenainya. Semakin mudah dikompresi
maka semakin kecil nilai inkompresibilitas
begitu pula sebaliknya. Perubahan ini lebih
disebabkan oleh adanya perubahan pori
daripada perubahan ukuran butirnya. Hasil
perkalian dengan atau dikenal dengan
10
lamda-rho
()
dapat
mengindikasikan
keberadaan
fluida
karena
nilainya
menggambarkan resistensi fluida terhadap
perubahan volume karena gaya compressional
stress. Batuan yang berisi gas akan memiliki
nilai lamda-rho yang kecil. Menurut Gray dan
Andersen (2001) dalam Sumirah (2003),
menyatakan bahwa rigiditas () atau modulus
geser didefinisikan sebagai resistensi batuan
terhadap sebuah strain yang mengakibatkan
perubahan bentuk tanpa merubah volume total
dari batuan tersebut. Rigiditas sensitive terhadap
matriks batuan, semakin rapat matriksnya maka
akan semakin pula mengalami slide over satu
sama lain dan benda tersebut dikatakan
memiliki rigiditas yang tinggi.
2
Z P ( .VP ) 2 ( 2 )
(3.13)
2
2
Z S ( .VP )
(3.14)
2
2
Z P Z S
(3.15)
keterangan:
VP = Kecepatan gelombang P
VS = Kecepatan gelombang S
Z P = Impedansi gelombang P
Z S = Impedansi gelombang S
3.8.
AVO
Offset)
(Amplitude
Variations
with
sin 21
cos 21
cos 1
sin 1
V p1
Vs 1
cos 21
Vs 1
sin 21
V p1
sin 2
cos 2
2 .Vs 2 2 .V p 1
sin 2 2
1 .Vs 1 2 .V p 2
2 .V p 2
cos 2 2
1 .V p 1
cos 2
sin 2
Rpp sin 1
2 .Vs 2 .V p 1
Rps cos 1
cos
2
2
1 .Vs 1 2
Tpp sin 21
.V
Tps cos 21
2 s 2 sin 2 2
1 .V p 1
(3.16)
Keterangan:
Rpp
Rps
Tpp
P,
Tps
S,
Vp
1,2
= densitas (kg/m3)
Aki-Richard
menyederhanakan
persamaan Zoeppritz seperti persamaan (3.17).
KR pp 1 tan 2
VV
p2
V p1
p2
V p1
8K sin 2
s2
Vs1
s2
Vs1
VV
1 4 K sin 2
(3.17)
dengan :
Vs
Vp
2
2
(3.18)
Pada persamaan (3.17) terlihat bahwa
koefisien refleksi pada setiap sudut datang
hanya dipengaruhi oleh densitas, kecepatan
gelombang P, dan kecepatan gelombang S pada
setiap lapisan.
3.8.3. Persamaan Aki-Richard
Aki dan Richard (1980) melakukan
penyerdehanaan pada persamaan Zoeppritz
2
2
1
1
11
menjadi persamaan orde-1 untuk koefisien
refleksi. Pendekatan yang dilakukan merupakan
linearisasi dari persamaan Zoeppritz yang
kompleks dengan memisahkan komponen
kecepatan dan densitas. Hal ini berfungsi untuk
memberikan perkiraan reflektivitas variasi
offset pada domain data pre-stack. Hasil
penyederhanaan oleh Aki-Richard diberikan
oleh persamaan:
RPP ( ) a
V
VP
b
c S
VP
VS
(3.19)
dengan
1
2 cos 2
1 2V
b S
2 VP
V
c 4 S
VP
sin 2
sin 2
(V V P 2 )
V P P1
2
(V VS 2 )
VS S 1
2
( 2 )
1
2
V P V P1 V P 2
V S V S 1 V S 2
1 2
1 V P
,
2 V P
RS
1 V S
,
2 V S
RD
Inversi Simultan
RP
dan
c1 1 tan 2 ,
c 2 8 2 sin 2 ,
1
c3 tan 2 2 2 sin 2 ,
2
VS
VP
12
RD DLD
(3.29)
Jika seismic trace (S) direpresentasikan
RPi
2 W3 W2 W1
sederhana, turunan dari logaritma natural
= sudut datang
0 1 1 L
S
= seismic trace berdasarkan angle
R
P2 1
P2
(3.26)
tertentu
2 0 0 1
RPN
LPN
dengan LP ln Z P
i
i .
Persamaan matriks di atas secara singkat
dapat ditulis:
1
RP DLP
(3.27)
2
Dengan melakukan langkah yang sama
ke dalam persamaan 3.25 dan 3.26 maka dapat
diperoleh persamaan baru yaitu :
1
RS DLS
(3.28)
2
Z (i 1) Z (i)
Z (i)
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1.
4.2.
Pengumpulan Data
S-wave
Densitas
Gamma ray
Neutron
porosity
4.2.3. Data Marker
Data marker digunakan sebagai acuan
batas lapisan dan top formasi yang digunakan
sebagai acuan dalam melakukan pengikatan data
sumur dan data seismik yang selanjutnya
digunakan untuk picking horizon dari tiap batas
formasi. Marker tersebut yaitu Top BRF, Top
TAF dan Top LAF.
4.2.4. Data Geologi
Pada penelitian ini fungsi data geologi
sangat penting yang menjadi data pendukung
dalam pengolahan dan interpretasi hasil inversi.
Adapun data geologi didapat dari beberapa
literature yang melingkupi informasi geologi
regional, sistem tektonik, serta stratigrafi daerah
penelitian yang berasal dari hasil penelitian
sebelumnya.
4.3.
Persiapan Data
Persiapan data perlu lakukan sebelum
proses inversi simultan, data tersebut sebagai
masukan sebelum diproses. Data-data yang
perlu disiapkan terdiri dari data sumur dan data
seismik, meliputi pembuatan crossplot untuk
analisis sensitifitas data sumur, super gather,
angle gather (near, middle, far), angle stack
dari data angle gather, full stack, picking
horizon dan wavelet yang diekstraksi dari tiap
angle stack.
4.3.1. Analisis Sensitivitas Data Sumur
Pada tahap awal sebelum inversi perlu
dilakukan analisa sensitifitas dari data sumur
untuk dapat mengetahui parameter fisis yang
paling
sensitif
terhadap
data
dalam
membedakan litologi dan fluida. Uji sensitifitas
dilakukan dengan cara melakukan crossplot dari
beberapa parameter fisis yang bersumber dari
data sumur. Parameter yang dianggap sensitif
terhadap data akan dapat memisahkan litologi
17
18
inversi
simultan
digunakan
untuk
mendekonvolusikan data seismik sehingga
didapatkan reflektifitas yang kemudian akan
didapatkan model impedansi P litologi bawah
permukaan.
4.3.7. Well Seismic Tie
Proses ini merupakan suatu proses
pengikatan data sumur yang ada dengan data
seismik dengan maksud supaya informasi data
sumur sesuai dengan data seismik. Proses ini
hanya dapat dilakukan apabila sumur yang kita
miliki terdapat data log sonic (Vp) dan data log
densitas. Adapun sebagai pengontrol kualitas
pengikatan yang kita lakukan antara data
seismik dengan data sumur akan dinyatakan
dalam bentuk korelasi antara data jejak seismik
dengan data seismiknya.
Nilai korelasi
mendekati 1 merupakan kualitas korelasi yang
paling baik dari kisaran antara 0 1, namun
nilai korelasi lebih dari 0.7 sudah dikategorikan
baik.
4.3.8. Picking Horizon
Setelah dilakukan well seismic tie maka
langkah selanjutnya adalah melakukan picking
horizon. Pada penelitian ini menggunakan 2
buah horizon dengan tujuan untuk membatasi
nilai saat pembuatan model impedansi P dan
impedansi S. Horizon yang digunakan yaitu:
Horizon Top BRF, Horizon Top TAF, dan
Horizon Top LAF. Horizon Top TAF dan Top
LAF merupakan horizon target pada penelitian
ini yang merupakan reservoar batupasir yang
disisipi shale.
(a)
(b)
19
Gambar 4.3. Hasil map horizon (a) Top TAF dan (b)
Top LAF.
4.4.
Crossplot
ditunjukkan
Log
pada
Lp
dan
gambar
Ls
4.18.
c. Perbandingan Vs dengan Vp
Dari data log Vp/Vs, nilai ratarata perbandingan kecepatan gelombang
P (Vp) terhadap kecepatan gelombang S
(Vs) pada daerah target antara Top BRF
Top LAF yaitu 0,538.
4.4.3. Analisis Inversi Simultan
Proses inversi seismik diawali dengan
menganalisis parameter-parameter yang akan
diterapkan pada proses inversi. Analisis inversi
dilakukan dengan cara melakukan simulasi
secara iteratif terhadap parameter yang akan
digunakan dalam proses inversi sehingga dapat
20
BAB V
ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1.
Porous sand
25
Porous sand
Shale
Porous sand
Analisis crossplot sumur FM-D2, FME1 dan FM-E2 menghasilkan rentang nilai
neutron porosity untuk lapisan porous sand 0.19
0.29% sedangkan untuk densitas 2.18 2.33
gr/cc. Hal ini dapat mengindikasikan porous
sand pada umur FM-E2 telah tersaturasi dengan
fluida berupa hidrokarbon. Penampang log
berupa cross section dari hasil zonasi yang
dilakukan pada crossplot di atas menunjukkan
adanya pemisahan yang cukup baik antara zona
interest yang diasumsikan berupa porous sand
dengan daerah sekitarnya yang dimungkinkan
kurang berpori. Dari hasil crossplot ini dapat
disimpulkan bahwa parameter neutron porosity
26
Porous sand
Shale
5.2.
5.2.1. Impedansi P
Hasil inversi simultan pada penelitian ini
menghasilkan 3 volume, yaitu impedansi P
(Zp), impedansi S (Zs) dan densitas. Hasil
inversi simultan untuk parameter Zp pada tiap
sumur penelitian diperlihatkan pada gambar 5.6.
Secara umum penampang Zp pada tiap sumur
sudah dapat memisahkan litologi yang ada
berdasarkan nilai impedansinya. Berdasarkan
penampang hasil inversi simultan pada daerah
horizon Top TAF- Top LAF sebagian besar
memiliki impedansi P pada rentang 5000
10400 m/s*gr/cc. Nilai impedansi P porous
sand berdasarkan hasil analisis crossplot pada
kisaran 7300-8500 m/s*gr/cc (warna merah).
Pada gambar 5.6 secara keseluruhan penampang
hasil inversi dengan well log FM-E1 dan FM-E2
relatif terlihat kecocokannya,
hal
ini
mengindikasikan bahwa hasil inversi dapat
memisahkan litologi yang ada pada horizon
target. Area target inversi cukup kecil sehingga
perlu dilakukan slicing untuk melihat secara
keseluruhan sebraran porous sand pada horizon
target.
Anomali impedansi P rendah pada
horizon
Top-TAF
dan
Top-LAF
mengindikasikan terdapat porous sand yang
tersaturasi dengan fluida sehingga menyebabkan
nilai impedansi P menjadi rendah. Hal ini
bersesuaian dengan hasil analisis crossplot
dimana pada sumur FM-E1 dan FM-E2 terdapat
porous sand yang tersaturasi dengan fluida.
Untuk lebih memastikan mengenai keberadaan
fluida pada porous sand tersebut maka
dilakukan analisis terhadap volume lamda-rho
hasil turunan inversi simultan.
Persebaran dan kemenerusan porous
sand pada horizon Top-TAF dan Top-LAF
dapat dilakukan arbitrary line pada daerah
tersebut yang ditunjukkan pada Gambar 5.6.
27
Log GR
Log Zp
A
Gambar 5.6. Penampang hasil inversi untuk parameter impedansi P pada
sumur FM-E2.
A
Gambar 5.7. Penampang hasil inversi untuk parameter impedansi S pada
sumur FM-E2.
28
5.2.3. Densitas ( )
Hasil inversi simultan untuk penampang
densitas menunjukkan hasil yang relatif sama
dengan hasil inversi simultan untuk penampang
impedansi P (Zp) seperti yang diperlihatkan
Gambar 5.8. Variasi densitas baik secara
vertikal maupun secara horizontal dapat
dipisahkan dengan baik.
Hasil volume densitas pada horizon
target ditemukan kontras densitas dengan
rentang berkisar antara 2.12 2.60 gr/cc.
Berdasarkan analisis crossplot kontras densitas
rendah merepresentasikan litologi pada horizon
tersebut berupa porous sand, sedangkan untuk
nilai densitas tinggi berupa shale. Tight sand
memiliki nilai densitas yang lebih tinggi dari
pada porous sand. Nilai densitas porous sand
berdasarkan hasil analisis crossplot pada kisaran
2.18 2.3 gr/cc. Dengan demikian secara umum
pada sumur FM-D2, FM-E1 dan FM-E2, hasil
inversi simultan untuk parameter densitas cukup
mampu
mengidentifikasi
porous
sand
tersaturasi fluida pada target horizon Top-TAF
dan Top-LAF.
5.3.
Analisis
Simultan
Turunan
Hasil
Inversi
5.3.1. Mu-Rho
Volume mu-rho berasal dari turunan
antara impedansi P dan impedansi S.
Penampang mu-rha dapat dilihat pada gambar
5.9. Nilai Mu-Rho yang lebih tinggi dari shale
dapat mengkarakterisasikan porous sand
sebagai reservoir. Nilai Mu-Rho berdasarkan
hasil crossplot pada sumur FM-E2 diperoleh
untuk porous sand adalah 17 28 Gpa*g/cc.
Hasil volume mu-rho pada horizon
target ditemukan kontras dengan rentang
berkisar antara 5 35 Gpa*gr/cc. Berdasarkan
analisis crossplot kontras mu-rho tinggi
merepresentasikan litologi pada horizon tersebut
berupa porous sand yang menjadi reservoir
pada zona target. Secara umum penampang
hasil turunan berupa mu-rho dengan well log
cukup menunjukkan kecocokkan dengan area
sekitarnya, namun selisih nilai mu-rho-nya tidak
terlampau jauh. Dengan demikian secara umum
pada sumur FM-D2, FM-E1 dan FM-E2, hasil
penurunan inversi simultan untuk parameter murho cukup mampu mengidentifikasi porous sand
tersaturasi fluida pada target horizon Top-TAF
dan Top-LAF.
Log Density
A
Gambar 5.8. Penampang hasil inversi untuk parameter densitas pada
sumur FM-E2.
29
Log GR
Log LR
A
Gambar 5.9. Penampang hasil inversi untuk parameter mu-rho pada
sumur FM-E2.
5.3.2. Lamda-Rho
Volume lamda-rho berasal dari turunan
antara impedansi P dan impedansi S.
Penampang lamda-rho dapat dilihat pada
gambar 5.10. Nilai lambda-rho yang lebih
rendah dari shale dapat mengindikasikan bahwa
pada zona tersebut mengandung fluida
hidrokarbon yang mengisi reservoir.
Hasil volume lamda-rho pada horizon
target ditemukan kontras dengan rentang
berkisar antara 5 56 Gpa*gr/cc. Berdasarkan
analisis crossplot kontras lamda-rho rendah
merepresentasikan fluida hidrokarbon pada
horizon tersebut yang mengisi porous sand.
Nilai lamda-rho rendah pada porous sand
berdasarkan hasil analisis crossplot pada kisaran
20 25 Gpa*gr/cc. Secara keseluruhan
penampang hasil turunan berupa lamda-rho
Analisis Slice
5.4.1. Impedansi P
Pembuatan map slicing pada tiap volume
hasil inversi simultan dan turunan hasil inverse
simultan dilakukan untuk mengetahui pola
penyebaran anomalinya. Hasil slicing untuk
volume impedansi P ditunjukkan pada gambar
5.11.
Hasil slicing untuk volume impedansi P
Log MR
30
Area
Prospek
Area
Prospek
5.4.2. Impedansi S
Hasil dari map slicing volume impedansi
S ditunjukkan pada gambar 5.12 cukup mampu
menunjukkan adanya anomali yang dapat
melokalisasi adanya fluida pada lapangan. Hal
ini sesuai dengan hasil penampang impedansi S
yang juga tidak memperlihatkan adanya anomali
impedansi S
yang rendah. Dengan
menggunakan skala warna dengan nilai
impedansi sesuai dengan analisis crossplot,
yakni
berkisar
4200-5200
m/s*gr/cc
ditunjukkan dengan warna merah pada skala
warna. Dengan menggunakan hasil analisis
crossplot dan map slicing dapat membantu kita
5.4.3. Densitas
Map densitas hasil inversi simultan
dapat dilihat pada Gambar 5.13. Proses slicing
dilakukan antar horizon dari Top TAF Top
LAF dengan menggunakan perhitungan
minimum amplitude. Dari hasil slicing terlihat
adanya daerah yang memiliki perbedaan nilai
densitas yang signifikan dengan daerah
sekitarnya. Kontras densitas rendah muncul
dalam area yang cukup lebar di antara sumur
FM-D2, FM-E1 dan FM-E2 dengan pola arah
penyebaran arah utara dan selatan. Zona
anomali pada area di antara sumur FM-D2, FME1 dan FM-E2 teridentifikasi dan terpisahkan
dengan baik untuk porous sand. Berdasarkan
analisis crossplot nilai densitas rendah yang
teridentifikasi sebagai porous sand memiliki
rentang nilai berkisar 2.18 2.30 gr/cc. Pada
map hasil slice pada range 2.18 2.30 gr/cc
ditunjukkan dengan warna merah pada skala
warna.
31
Area
Prospek
5.4.4. Mu-Rho
Volume mu-rho merupakan turunan
antara impedansi P dan impedansi S. Volume
mu-rho dilakukan slicing pada zona target agar
diperoleh map mu-rho yang dapat dilihat pada
Gambar 5.14. Proses slicing dilakukan antar
horizon dari Top TAF Top LAF dengan
menggunakan
perhitungan
maksimum
amplitude. Dengan menggunakan parameter
turunan ini diharapkan dapat mendukung
interpretasi sebelumnya dan memudahkan untuk
mengidentifikasi
fluida
pada
lapangan
ALMULK.
Nilai Mu-Rho yang lebih tinggi dapat
mengkarakterisasikan porous sand sebagai
reservoir. Berdasarkan nilai mu-rho hasil
analisis crossplot diperoleh untuk porous sand
adalah 17 28 Gpa*g/cc. Berdasarkan analisis
crossplot
kontras
mu-rho
tinggi
merepresentasikan litologi pada horizon tersebut
berupa porous sand yang menjadi reservoir
pada zona target yang ditunjukkan dengan
warna merah pada skala warna hasil slice. Dari
hasil slicing terlihat kontras mu-rho yang tinggi
berada disekitar sumur FM-E1 dan FM-E2,
sedangkan sekitar area sumur FM-D2 relatif
memiliki nilai mu-rho yang rendah. Analisis
mu-rho hanya mengidentifikasi keberadaan
reservoir, sehingga untuk mengidentifikasi
fluida yang mengisi perlu dicocokkan dengan
analisis lamda-rho.
Area
Prospek
5.4.5. Lamda-Rho
Volume lamda-rho merupakan turunan
antara impedansi P dan impedansi S. Volume
lamda-rho dilakukan slicing pada zona target
agar diperoleh map lamda-rho yang dapat
dilihat pada gambar 5.15. Proses slicing
dilakukan antar horizon dari Top TAF Top
LAF dengan menggunakan perhitungan
minimum amplitude. Dengan menggunakan
parameter turunan ini diharapkan dapat
mendukung interpretasi sebelumnya dan
memudahkan untuk mengidentifikasi fluida
pada lapangan ALMULK.
Berdasarkan nilai lamda-rho hasil
analisis crossplot diperoleh untuk porous sand
adalah 20 25 Gpa*g/cc. Berdasarkan analisis
crossplot
kontras
lamda-rho
rendah
merepresentasikan fluida hidrokarbon yang
mengisi reservoir yang berupa porous sand pada
zona target yang ditunjukkan dengan warna
merah pada skala warna hasil slice. Dari hasil
slicing terlihat kontras lamda-rho yang rendah
berada disekitar sumur FM-E1 dan FM-E2,
sedangkan sekitar area sumur FM-D2 relatif
memiliki nilai lamda-rha yang tinggi.
32
Area
Prospek
36
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1.
Kesimpulan
Setelah dilakukan inversi simultan pada
lapangan ALMULK untuk mengkaraketerisasi
fluida pada horizon Top TAF Top LAF
diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1. Hasil inversi simultan untuk parameter
impedansi P mampu memberikan hasil
yang cukup bagus dan mampu
mengidentifikasi litologi berupa shale,
porous sand dan tight sand. Nilai
impedansi P dari porous sand pada
horizon target relative rendah dari
sekitarnya, yaitu berkisar 7300-8500
m/s*gr/cc.
Sedangkan
parameter
impedansi S cukup mampu memberikan
hasil yang jelas untuk identifikasi variasi
litologi yang mengandung fluida, terlihat
pada hasil inversi dan analisis crossplot
juga mampu terpisahkan. Berdasarkan
analisis crossplot kontras impedansi S
sedang-tinggi merepresentasikan litologi
yang mengandung fluida pada horizon
target. Nilai impedansi P porous sand
berdasarkan hasil analisis crossplot pada
kisaran 4200-5200 m/s*gr/cc. Hasil
inversi simultan berupa parameter
densitas mampu memisahkan kontras
densitas pada area horizon target. Nilai
densitas rendah teridentifikasi sebagai
porous sand yang bernilai 2.18 2.3
gr/cc. Parameter turunan yang berupa
mu-rho dan lamda-rho merupakan
parameter yang baik untuk melokalisasi
adanya fluida pada reservoir. Hasil
persebaran nilai mu-rho tinggi dan
lamda-rho rendah merepresentasikan
penyebaran reservoir berupa porous
sand yang terisi fluida berupa
hidrokarbon pada area formasi target.
Nilai mu-rho berdasarkan analisis
crossplot dan inversi pada zona porous
sand didapat berkisar adalah 17 28
Gpa*g/cc, sedangkan lamda-rho 20 25
Gpa*g/cc.
2. Terdapat 3 area prospek yaitu ProspekA, Prospek-B dan Prospek-C pada
6.2.
Saran
Setelah dilakukan penelitian dan melihat
hasil yang didapat, maka beberapa saran untuk
penelitian lebih lanjut sebagai berikut:
1. Diperlukan data sumur yang lebih
banyak dan tersebar agar dapat
memberikan informasi kemenerusan
litologi dan karakterisasi reservoir secara
lateral dengan lebih baik.
2.
36
37
DAFTAR PUSTAKA
Aki, K. dan Richards, P.G., 1980, Quantitative
Seismology: Theory and Methods, Vol 1:
W.H. Freeman and Company.
Bishop, M.G., 2001, South Sumatra Basin
Province, Indonesia: The Lahat/Talang
Akar-Cenozoic Total Petroleum System,
Open-File Report of USGS.
De Coster., 1974, The Geology of The Central
South Sumatra Basins, Proceding of The
Third Annual Convention Indonesian
Petroleum Association: Jakarta.
Contreras, A., Carlos, T.V. dan Tim. F., 2006,
AVA Simultaneous Inversion of Partially
Stacked Seismic Amplitude Data for the
Spatial Delineation of Lithology and
Fluid Units of Deepwater Hydrocarbon
Reservoirs in the Central Gulf of
Mexico, Geophysics.
Fatti, J.L., Smith, G.C., Vail, P.J., Strauss, P.J.
dan Levitt, P.R., 1994, Detection of Gas
in Porous Sand Reservoirs Using AVO
Analysis: A 3-D Seismic Case History
Using
the
Geostack
Technique.
Geophysics, Vol. 59.
Gadallah, R.M. dan Fisher, R., 2009,
Exploration
Geophysics,
Springer:
Berlin.
Ginger, D. dan Fielding, K., 2005, The
Petroleum System And Future Potensial
Of The South Sumatera Basin.
Indonesian Petroleum Association.
Gray, D. dan Andersen, E., 2001, The
Aplication of AVO and Inversion to the
Estimation of Rock Properties, CSEG
Recorder.
Hampson, D. dan Russell, B.H., 2005,
Simultaneous Inversion of Pre-stack
Seismic Data, Geohorizons.
Hampson, D.P. dan Russel, B.H, 2006, The Old
and The New in Seismic Inversion,
CSEG RECORDER.
Inabuy., 2008, Estimasi Sebaran Fluida dan
Litologi
Menggunakan
Kombinasi
Inversi AVO dan Multi-atribut. Institut
Teknologi Bandung: Bandung.
37