Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN KEGIATAN

F.5 Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular dan Tidak Menular

HAND FOOT AND MOUTH DISEASE

Disusun Oleh:
dr. Hanifah Astrid Ernawati

Puskesmas Kota Salatiga


Periode April 2016 -Juli 2016
Internsip Dokter Indonesia Kota Salatiga
Periode November 2015-November 2016
HALAMAN PENGESAHAN
Laporan Usaha Kesehatan Masyarakat (UKM)

Laporan F.5 Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular dan Tidak


Menular

Topik:
HAND FOOT AND MOUTH DISEASE

Diajukan dan dipresentasikan dalam rangka praktik klinis dokter internsip


sekaligus sebagai bagian dari persyaratan menyelesaikan program internsip dokter
Indonesia di Puskesmas Kota Salatiga

Telah diperiksa dan disetujui pada tanggal

Juni 2016

Mengetahui,
Dokter Internship,

dr. Hanifah Astrid Ernawati

Dokter Pendamping

dr. Galuh Ajeng Hendrasti


NIP. 19821014 201001 2 017

A. Latar Belakang

Hand-Foot-Mouth disease adalah penyakit anak-anak yang umum


terjadi. Gejalanya berupa luka pada mulut, demam, dan rash. Biasanya
disebabkan oleh coxsackievirus A16. Akan tetapi tidak semua anak-anak yang
terinfeksi virus ini menunjukkan ketiga gejala Hand-Foot-Mouth disease ini.
HFMD sering keliru dengan penyakit Foot-and-Mouth disease (Hoof-andMouth disease) yang terjadi pada lembu, domba, dan babi; padahal keduanya
merupakan dua macam penyakit yang berbeda dan tidak berhubungan,
keduanya disebabkan oleh virus yang berbeda.
Penyakit ini sangat menular dan sering terjadi dalam musim panas.
HFMD adalah penyakit yang kerap terjadi pada kelompok masyarakat yang
padat dan menyerang anak-anak usia 2 minggu sampai 5 tahun (kadang
sampai 10 tahun). Orang dewasa umumnya lebih kebal terhadap enterovirus,
walau bisa juga terkena. Orang yang belum pernah terinfeksi oleh virus yang
menyebabkan HFMD beresiko untuk terinfeksi, tapi tidak semua orang yang
terinfeksi virus ini menderita HFMD.
HFMD paling banyak terjadi pada anak-anak berusia di bawah 10
tahun, tapi dapat pula terjadi pada orang dewasa. Anak-anak lebih beresiko
untuk terkena penyakit ini karena system imun dalam tubuh mereka masih
lemah bila dibandingkan dengan orang dewasa.
Kasus HFMD terjadi di seluruh dunia. Pada daerah yang beriklim
hangat/sejuk, kasus lebih sering terjadi pada musim panas dan awal musim
gugur. Sejak tahun 1997, kasus-kasus HFMD yang disebabkan oleh
enterovirus 71 telah dilaporkan terjadi di Asia dan Australia
B. Permasalahan
HFMD paling banyak menyerang anak-anak kurang dari 10 tahun dan
wabah dapat terjadi di antara anggota keluarga dan kontak erat. Adanya
kontak serumah yang erat, higiene tidak adekuat yang dikaitkan viral load
yang tinggi dan periode penyebaran virus yang lama berperan dalam
tingginya angka transmisi di antara penderita anak-anak
HFMD sangat menular terutama 2 hari sebelum hingga 2 hari setelah
timbul kelainan kulit. Oleh karena itu anak-anak yang menderita HFMD

sebaiknya tidak diperbolehkan masuk sekolah atau kontak dengan anak lain
hingga demam dan kelainan kulitnya membaik serta semua vesikel telah
kering dan menjadi krusta. Oleh karena itu pada penulisan kali ini kami akan
mengangkat masalah mengenai HFMD untuk memahami lebih dalam tentang
gambaran klinis HFMD dan terjadinya komplikasi berat yang dapat timbul,
sehingga dapat dilakukan penatalaksanaan yang tepat
C. Perencanaan dan Pemilihan Intervensi
Laporan ini di susun berdasarkan data dari pasien yang datang untuk
memeriksakan anaknya ke poli MTBS Puskesmas Mangunsari. Metode
intervensi yang digunakan dengan tahapan berikut :
1. Melakukan anamnesis mengenai perjalanan penyakit, riwayat penyakit
dahulu serta riwayat keluarga.
2. Melakukanpenimbangan badan serta pemeriksaan fisik terhadap pasien.
3. Menyampaikan hasil pemeriksaan fisik kepada keluarga
4. Menyampaikan hasil diagnosis dan rencana terapi
5. Edukasi pengetahuan dasar penyakit,

pencegahan penularan, serta

pengendalian penyakit
D. Pelaksanaan Kegiatan
1. Waktu Pemeriksaan
Hari dan tanggal

: Jumat, 13 Mei 2016

Waktu

: pkl. 09.00 WIB

2. Identitas Pasien
Nama

: An. MI

Umur

: 1 tahun

Jenis kelamin : Laki-laki


Alamat

: Karangrejo 3/3, Mangunsari

3. Anamnesis

Riwayat Penyakit Sekarang


Keluhan Utama :

muncul plenting-plenting kemerahan di kulit

Riwayat perjalanan penyakit :


Pasien dibawa ibunya berobat ke puskesmas karena muncul plentingplenting merah di kulit sejak 5 hari lalu. Pada awalnya muncul bintik
bintik merah dan plenting di sekitar mulut dan pecah, kemudian bintik dan
plenting muncul di kedua telapak tangan serta telapak kaki. Bintik dan
plenting dirasakan semakin lama semakin nyeri, terutama di bagian mulut
sehingga pasien malas makan.
Sekitar 3 hari lalu, ibu pasien menyampaikan bahwa pasien
mengalami demam dan rewel disertai batuk pilek. Sudah diberi sirup
penurun panas namun demam masih naik-turun. Menurut keterangan ibu
pasien, tidak ada keluarga pasien yang mengalami keluhan yang sama.
Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat penyakit serupa

: disangkal

Riwayat alergi makanan dan obat

: disangkal

Riwayat Penyakit Keluarga


Riwayat penyakit serupa dengan pasien

: kakak pasien mengalami

keluhan yang sama.


Riwayat alergi makanan dan obat

: disangkal

Riwayat Imunisasi
Imunisasi dilakukan di Posyandu Balita dan telah lengkap sesuai
jadwal KMS.

4. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum :
Baik, composmentis.

Tanda vital
Frekuensi nadi

: 92 x/menit, reguler, isi cukup

Suhu tubuh

: 37,8 oC

Frekuensi nafas

: 24 x/menit

Berat badan

: 12 kg

Pemeriksaan Sistematis
Kepala

: bentuk normal

Mata

: SI (-/-), CA (-/-)
palpebra superior et inferior (dekstra et sinistra) tidak edema
Pupil bulat, isokor, diameter 3mm, RC (+/+), kornea jernih

Hidung

: discharge (+/+)

Telinga

: discharge (-/-)

Mulut

: mukosa tidak kering, macula dan vesikel berdasar eriitem


multiple tersebar di sekitar mulut beberapa diantaranya terdapat
krusta.

Tonsil

: T1-T1 , tidak hiperemis.

Faring

: hiperemis.

Leher

: simetris, limfe ttb.

Thoraks
Inspeksi
simetris, ketinggalan gerak (-), retraksi (-)
Palpasi
Pulmo: taktil fremitus kanan = kiri, nyeri tekan (-)
Cor: iktus cordis di SIC V LMCS
Perkusi
Pulmo : Sonor/Sonor
Cor : Cardiomegali (-)
Auskultasi
5

Pulmo: vesikular +/+, ST RBK (-/-)


Cor : S1-2 murni, reguler, bising (-), suara jantung terdengar keras pada
linea midsternalis sinistra.
Kulit :
Status Dermatologis :
Regio Facialis et cervicalis

tampak makula, papula dan vesikel


multipel dengan dasar eritema
Regio Thorax anterior et posterior : dbn
Regio Abdomen

Regio

Ekstremitas

: dbn
superior

tampak

makula, papul, dan vesikel multipel, dengan


dasar eritema
Regio Ekstremitas inferior : tampak vesikel
multipel dengan dasar eritema, sebagian
telah menjadi krusta dan mengalami
infeksi sekunder
Gambar Klinis:
5.

Assesment
Hand Foot and Mouth
Disease (HFMD)
Common cold

6. Plan
Terapi non medikamentosa:

Edukasi pada pasien meliputi:


-

Pasien disarankan istirahat di rumah untuk mengurangi transmisi


penularan

Berikan makanan dengan gizi cukup (Tinggi Kalori dan Protein)

Jangan menggaruk, dan dijaga agar vesikel tidak pecah, tunggu


sampai mengering dan mengelupas sendiri.

Kuku jari tangan harus dipotong untuk mengcegah terjadinya


infeksi sekunder akibat garukan.

Bila hendak mengeringkan badan, cukup dengan menempelkan


handuk pada kulit dan jangan digosok.

Terapi medikamentosa:
-

Paracetamol Syrup 3x Cth I (jika demam)


GG 2 tablet
CTM 2 tablet

3 x1 (puyer)

Vit C 2 tablet
-

Multivitamin (Vit B1, B6, B12, Vit C) 3 x Cth I


Salep antibiotika: Gentamicyn zalf 2x1 (untuk lesi yang terinfeksi)

E. Monitoring dan Evaluasi


1. Monitoring
a. Memperhatikan respon orang tua pasien pada saat dilakukan
alloanamnesis, penjelasan diagnosis, rencana terapi, pemberian edukasi
mengenai pengetahuan dan pencegahan penyakit.
b. Mengarahkan orang tua untuk memberikan pertanyaan dan menjawab
pertanyaan yang diajukan.
c. Orang tua pasien bersedia untuk datang kembali untuk kontrol atau
membawa putrinya kembali ke puskesmas bila kondisi belum membaik
setelah obat habis.
2. Evaluasi
a. Evaluasi Struktur
Orang tua pasien tampak mendengarkan dan memahami penjelasan
yang disampaikan.
b. Evaluasi Proses

Orang tua pasien mengajukan pertanyaan mengenai penyakit yang


diderita oleh anaknya.
c. Evaluasi Hasil
Orang tua pasien mengerti penjelasan yang disampaikan dan memahami
cara penggunaan setiap obat yang diberikan sesuai dengan rencana
terapi yang telah dijelaskan dokter.
F. Tinjauan Pustaka
1. Definisi
Dalam masyarakat infeksi virus tersebut sering disebut sebagai "Flu
Singapura. Dalam dunia kedokteran dikenal sebagai Hand, Foot, and Mouth
Disease (HFMD) atau penyakit Kaki, Tangan dan Mulut ( KTM ). KTM
adalah penyakit yang disebabkan oleh sekelompok enterovirus yang disebut
coxsackievirus, anggota dari famili Picornaviridae; dengan gejala klinis
berupa lepuhan di mulut, tangan , dan kaki, terutama di bagian telapak,
terkadang di bokong. Lepuhan di mulut segera pecah dan membentuk ulser
yang dirasakan sangat nyeri dan perih oleh penderitanya sedangkan lepuhan
di telapak kaki, tangan, dan beberapa bagian tubuh lain tidak terasa sakit
atau gatal, tapi sedikit nyeri jika ditekan.
2.

Epidemiologi
HFMD terkait dengan EV71 telah lebih sering di Asia Tenggara
dalam beberapa tahun terakhir. Faktor resiko dalam epidemi penyakit ini
termasuk kehadiran pusat penitipan anak, seringnya berkontak dengan
penderita HFMD, jumlah anggota keluarga yang besar, dan tempat tinggal
di pedesaan.
Menurut laporan, HFMD menunjukkan tidak memiliki predileksi
seksual. Beberapa data epidemi mengamati rasio laki-laki dan perempuan
dominasi sedikit 1.2-1.3:1.
Baru-baru ini (Juli 2012), di Asia (terutama Kamboja), anak-anak
yang diduga terinfeksi Enterovirus 71 memiliki angka kematian 90%. Ini
epidemi (terutama pada bayi, balita, dan anak di bawah 2 tahun) masih

dalam penyelidikan intensif dan itu adalah peneliti kemungkinan akan


memiliki pemahaman yang lebih baik dari angka kematian yang tinggi
terkait dengan enterovirus 71. Jika Enterovirus 71 yang pada akhirnya
ditemukan bertanggung jawab atas kematian, kemungkinan virus telah
mengembangkan kemampuan mematikan baru untuk cepat menginfeksi dan
merusak jaringan paru-paru anak-anak. Namun, penelitian yang sedang
berlangsung dan beberapa peneliti menunjukkan bahwa anak-anak mati dari
kombinasi enterovirus 71, suis Streptococcus, dan koinfeksi virus dengue
3.

Etiologi
Penyakit KTM ini adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh
virus RNA yang masuk dalam family Picornaviridae, Genus Enterovirus.
Genus yang lain adalah Rhinovirus, Cardiovirus, Apthovirus. Didalam
Genus enterovirus terdiri dari Coxsackie A virus, Coxsackie B virus.
Penyebab KTM yang paling sering pada pasien rawat jalan adalah
Coxsackie A16, sedangkan yang sering memerlukan perawatan karena
keadaannya lebih berat atau ada komplikasi sampai meninggal adalah
Enterovirus 71.
Coxsackie virus yang dipisahkan menjadi dua kelompok yaitu A dan
B, yang didasarkan pada pengaruhnya terhadap tikus yang baru lahir
(Coxsackie A menyebabkan cedera otot, kelumpuhan, dan kematian,.
Coxsackie B mengakibatkan kerusakan organ, tetapi hasil kurang parah).
Ada lebih dari 24 berbeda serotipe virus dimana masing-masing virus
memiliki protein yang berbeda pada permukaannya. Virus Coxsackie
menginfeksi sel inang dan menyebabkan sel inang menjadi lisis.
Tipe A virus penyebab Herpangina (lepuh menyakitkan di mulut,
tenggorokan, tangan, kaki, atau di semua bidang). Tangan, kaki, dan
penyakit mulut (HFMD) adalah nama umum dari infeksi virus. Coxsackie A
16 (CVA16) menyebabkan sebagian besar infeksi. HFMD di AS Ini
biasanya terjadi pada anak-anak (usia 10 dan di bawah), tetapi orang dewasa
juga dapat mengembangkan kondisi. Ini penyakit anak-anak tidak harus
bingung dengan "penyakit kaki dan mulut" biasanya ditemukan pada hewan

dengan kuku (misalnya, pada


sapi, babi, dan rusa). Tipe A
juga

menyebabkan

konjungtivitis

(peradangan

pada kelopak mata dan area


putihmata).
Tipe B menyebabkan epidemi virus pleurodynia (demam, paru-paru,
dan nyeri perut dengan sakit kepala yang berlangsung sekitar dua sampai 12
hari dan resolve). Pleurodynia juga disebut penyakit Bornholm. Ada enam
serotipe dari Coxsackie B (1-6, dengan B 4 dianggap oleh beberapa peneliti
sebagai kemungkinan penyebab diabetes di sejumlah individu).
Kedua jenis virus (A dan B) dapat menyebabkan meningitis,
miokarditis, dan perikarditis, tetapi ini jarang terjadi dari infeksi Coxsackie.
Beberapa peneliti menyarankan virus Coxsackie (terutama Coxsackie B4)
memiliki peran dalam pengembangan tipe onset akut I (sebelumnya dikenal
sebagai juvenile) diabetes, namun hubungan ini masih dalam penyelidikan.
Virus Coxsackie dan enterovirus lainnya dapat menyebabkan
penyakit anak dari tangan, kaki, dan penyakit mulut. Namun, sebagian besar
anak-anak dengan infeksi virus Coxsackie sepenuhnya menyelesaikan gejala
dan infeksi dalam waktu sekitar 10-12 hari.
4. Mortalitas dan Morbiditas
Secara umum, penyakit ini biasa menyerang anak-anak dan balita,
tetapi dilaporkan terjadi juga pada orang dewasa. Untuk pasien dengan
kondisi tubuh yang baik, penyakit ini akan menghilang dengan sendirinya
selama 7-10 hari sejak gejala timbul. Namun komplikasi yang berbahaya
juga dilaporkan meliputi miokarditis, pneumonia, meningitis, ensefalitis,
hingga kematian. Penyakit KTM juga dapat menjangkit kembali, terutama
oleh virus dengan jenis yang berbeda. Infeksi pada kehamilan trimester
pertama dapat menyebabkan keguguran spontan atau pertumbuhan janin
yang tidak normal. Di Taiwan dengan kasus penjangkitan oleh enterovirus

10

71 menyebabkan 20% kematian pada penderitanya. Tidak dilaporkan


adanya perbedaan reaksi pada jenis kelamin dan ras penderita yang berbeda
5. Patofisiologi
Penyakit ini sangat menular dan sering terjadi dalam musim panas.
KTM adalah penyakit umum yang biasa terjadi pada kelompok masyarakat
yang sangat padat dan menyerang anak-anak usia 2 minggu sampai 5 tahun.
Orang dewasa umumnya kebal terhadap enterovirus. Penularannya melalui
kontak langsung dari manusia ke manusia yaitu melalui droplet, air liur,
tinja, cairan dari vesikel atau ekskreta. Penularan kontak tidak langsung
melalui barang, handuk, pakaian, peralatan makanan, dan mainan yang
terkontaminasi oleh sekret tersebut. Tidak ada vektor tetapi ada pembawa
penyakit seperti lalat dan kecoa.
Penyakit KTM ini mempunyai imunitas spesifik, namun anak dapat
terkena KTM lagi oleh virus strain Enterovirus lainnya. Penyakit tangan,
kaki dan mulut adalah penyakit umum dan penyebarannya dapat terjadi di
antara kelompok anak, misalnya di sekolah atau di tempat penitipan anak.
Penyakit tangan, kaki dan mulut biasanya tersebar melalui hubungan sesama
manusia. Virus ini tersebar melalui fekal-oral pada tangan yang tercemar,
namun bisa juga disebarkan melalui lendir mulut atau sistem pernapasan
dan kontak langsung dengan cairan di dalam lepuhnya. Sesudah
berhubungan dengan orang yang terkena, biasanya di antara 3-5 hari lepuh
baru akan timbul. Selama masih ada cairannya, lepuh ini bisa menular dan
virus ini juga bisa berminggu-minggu berada di dalam kotoran.
Penyakit KTM mempunyai masa inkubasi 3-6 hari. Selama masa
epidemik, virus menyebar dengan sangat cepat dari satu anak ke anak yang
lain atau dari ibu kepada janin yang dikandungnya. Virus menular melalui
kontak langsung dengan sekresi hidung dan mulut, tinja, maupun virus yang
terhisap dari udara. Implantasi dari virus di dalam bukal dan mukosa ileum
segera diikuti dengan penyebaran menuju nodus-nodus limfatik selama 24
jam. Setelah itu segera timbul reaksi berupa bintik merah yang kemudian
membentuk lepuhan kecil mirip dengan cacar air di bagian mulut, telapak

11

tangan, dan telapak kaki. Selama 7 hari kemudian kadar antibodi penetral
akan mencapai puncak dan virus tereliminasi
6. Manifestasi Klinis
Penyakit tangan, kaki dan mulut yang ringan biasanya disebabkan
oleh Coxsackievirus. Anak usia di bawah 5 tahun sering terkena infeksi
virus ini, meskipun pada orang dewasa dapat juga terjadi. Infeksi
Coxsackievirus mungkin sama sekali tidak menunjukkan gejala atau hanya
ringan.
Gejala penyakit diawali dengan demam tidak tinggi 2-3 hari, diikuti
nyeri tenggorokan atau faringitis, sulit makan dan minum karena nyeri
akibat luka di mulut dan lidah. Kadang disertai sedikit pilek atau gejala
seperti flu.
Timbul lepuhan atau vesikel yang kemudian pecah selama 5-10 hari.
Lepuhan di mulut berukuran 2-3 mm yang segera pecah dan membentuk
ulkus yang dirasakan sangat perih terutama saat makan/minum, sehingga
sukar untuk menelan. Jumlah ulkus di mulut mencapai 5-10 yang tersebar di
daerah bukal, palatal, gusi, dan lidah seperti ditunjukkan pada gambar 1.
Ulkus di lidah paling lama sembuh.
Ulkus juga dapat menyebar hingga saluran cerna yang lebih dalam
sampai ke lambung. Pada kondisi pasien dengan sistem kekebalan tubuh
yang baik, seluruh gejala dapat membaik selama 5 7 hari. Bersamaan
dengan itu timbul rash atau ruam atau vesikel (lepuh kemerahan/blister yang
kecil dan rata), papulovesikel yang tidak gatal ditelapak tangan dan kaki.
Kadang-kadang rash atau ruam (makulopapul) ada pada daerah bokong
Pada bayi atau anak usia di bawah 5 tahun yang timbul gejala berat
harus dirujuk ke rumah sakit. Gejala yang dianggap berat adalah
hiperpireksia (suhu lebih dari 39OC) atau demam tidak turun-turun,
takikardi, sesak, anoreksia, muntah atau diare dengan dehidrasi, badan
sangat lemas, kesadaran menurun dan kejang.

12

Gambar 1 : Lepuhan pada bibir dan lidah; Gambar 2 : Lepuhan pada telapak
tangan
Lepuhan atau vesikel di kaki dan tangan dijumpai pada 2/3
penderita, yang terutama tumbuh di bagian dorsal dan sisi-sisi jari serta
telapak tangan seperti ditunjukkan pada gambar. Lepuhan/vesikel yang
dikenal dalam istilah kedokteran sebagai erythema multiforma ini secara
khas berbentuk bulat atau elips yang akan mengering sendiri selama 3-7
hari.
Permasalahan utama pada anak-anak dan balita adalah kesulitan
untuk makan dan minum yang dengan beberapa bentuk komplikasi seperti
mual, muntah, dan diare akibat ulkus di saluran pencernaan, serta demam
panas, dapat menyebabkan dehidrasi. Di samping itu kemungkinan
terjadinya superinfeksi oleh mikroba lain dapat memperparah penyakit dan
menyebabkan berbagai komplikasi.

Gambar A

Gambar B

Gambar C

7. Diagnosis Banding
- Herpangina
- Herpes Simplex
- Herpes Zoster
13

- Stomatitis
- Varicella
8. Komplikasi
Beberapa komplikasi yang perlu diwaspadai adalah sebagai berikut :
- Dehidrasi pada anak-anak dan balita, harus dirawat di rumah sakit dan diinfus
dengan cairan elektrolit dan nutrisi. Sebagai pencegahan banyak diberikan cairan
elektrolit, misalnya oralit.
- Infeksi pada kulit atau ulser di mulut oleh bakteri dan/atau jamur.
- Kasus komplikasi yang jarang: meningoensefalitis, miokarditis, edema paru, dan
kematian.
9. Pengobatan
Pada kondisi penderita dengan kekebalan dan kondisi tubuh cukup
baik, biasanya tidak diperlukan pengobatan khusus. Peningkatan kekebalan
tubuh penderita dilakukan dengan pemberian konsumsi makanan dan cairan
dalam jumlah banyak dan dengan kualitas gizi yang tinggi, serta diberikan
tambahan vitamin dan mineral jika perlu. Jika didapati terjadinya gejala
superinfeksi akibat bakteri maka diperlukan antibiotika atau diberikan
antibiotika dosis rendah sebagai pencegahan.
Secara umum, untuk menekan gejala dan rasa sakit akibat timbulnya
luka di mulut dan untuk menurunkan panas dan demam, digunakan obatobatan golongan analgetika dan antipiretika. Dari aspek farmakoterapi, hal
penting untuk diperhatikan dalam pengobatan penyakit KTM adalah bahwa
beberapa golongan obat dapat menimbulkan sindroma Stenven-Johnson
yang menunjukkan gejala mirip dengan penyakit KTM dan dapat
memperparah

ulser. Golongan

obat

tersebut

adalah

barbiturat,

karbamazepin, diflusinal, hidantoin, ibuprofen, penisilin, fenoftalein,


fenilbutazon, propranolol, kuinin, salisilat, sulfonamida, sulfonilurea,
sulindac, dan tiazida.
Antiseptik oral digunakan untuk mencegah terjadinya infeksi akibat
jamur atau bakteri. Beberapa golongan antasida dan pelapis mukosa
lambung juga digunakan untuk mengatasi ulkus di saluran cerna dan

14

lambung. Berikut adalah daftar obat-obatan yang bisa digunakan untuk


mengatasi simptomatik Penyakit Kaki Tangan dan Mulut.
a. Antipiretika : digunakan untuk menurunkan demam, misalnya :
asetaminofen. Perlu diperhatikan bahwa penggunaan golongan NSAID
(Non Steroidal Anti Inflammatory Drugs) dapat menimbulkan gejala
sindrom Stenven-Johnson yang menunjukkan gejala mirip dengan
penyakit ini dan dapat memperparah ulser sehingga disarankan untuk
digunakan dengan golongan antasida, atau jika ada dipilih golongan
antipiretika/analgetika yang lain.
b. Antiseptika : berbagai bentuk sediaan kumur, seperti : betadine, rebusan
daun sirih, dan tablet hisap, seperti SP troches, FG troches, dsb.
c. Antibiotika : lokal atau sistemik, digunakan untuk mencegah atau
mengatasi infeksi karena mikroba pada ulser di mulut dan kulit,
ditentukan oleh dokter, seperti : neosporin (lokal), klindamisin,
eritromisin,dsb.
d. Bahan anestetika lokal untuk mengurangi rasa sakit di daerah mulut
e. Antihistamin: Inhibisi antihistamin pada reseptor H1 menyebabkan
kontriksi bronkus, sekresi mukosa, kontraksi otot halus, edema,
hipotensi, depresi sususan saraf pusat, dan aritmia jantung.
f. Golongan Antasida dan Antiulser digunakan untuk mengatasi gastritis,
ulser di mulut dan saluran cerna. Biasanya digunakan untuk kumur,
namun jika didiagnosis ada luka di saluran gastrointestinal maka antasida
ditelan.
10. Prognosis
Prognosis pada HFMD sangat baik. Dan sebagian besar pasien
dengan penyakit ini dapat sembuh sepenuhnya
11. Edukasi kepada penderita
- Virus masih dapat berada di dalam tinja penderita hingga 1 bulan.
- Isolasi pasien sebenarnya tidak diperlukan, namun perlu istirahat untuk
pemulihan dan
pencegahan penularan lebih luas.
15

- Selalu mencuci tangan dengan benar untuk mengurangi resiko penularan.


- Jangan memecah vesikel.
- Mencegah kontak dengan cairan mulut dan pernafasan antara penderita
dengan anggota keluarga yang lain.
- Meningkatkan kekebalan tubuh dengan sebisa mungkin makan makanan
bergizi, sayur
sayuran berkuah, jus buah, segera setelah rasa nyeri di mulut berkurang.
- Mencegah dehidrasi dengan memasukkan cairan, untuk mengurangi rasa
sakit sebisa mungkin cairan yang isotonis dan isohidris (tidak terasa
asam/terlalu manis).

16

DAFTAR PUSTAKA
American Soc. of Health System Pharmacist. AHFS Drug Information. ;2003
Chan KP, Goh KT, Chong CY, Teo ES, Lau G, Ling AE. In : Epidemic hand foot
and mouth disease caused by human enterovirus 71, Singapore. Emerg
Infect Dis; 2003 p.78-85.
Centers for Disease Control and Prevention. Deaths among children during an
outbreak of hand, foot, and mouth disease Taiwan, Republic of China,
April-July 1998. MMWR Morb Mortal Wkly Rep ; 1998 p.629-32.
Centers for Disease Control and Prevention National Center for Infectious
Diseases.

Available

from

URL

http://www.cdc.gov./ncidod/dvrd/revb/enterovirus/hfhf.htm.
Chavis, L.M., R.Ph. Ask Your Pharmacist.St. MartinsGriffin. New York ;2002
Chen KT, Chang HL, Wang ST, Cheng YT, Yang JY. In : Epidemiologic features
of hand-foot-mouth disease and herpangina caused by enterovirus 71 in
Taiwan, 1998-2005. Pediatrics ; 2007. p.244-52.
Cherry JD. Enteroviruses: polioviruses, coxsackieviruses, echoviruses and
enteroviruses. In: Textbook of Pediatric Infectious Diseases. 5th ed.
2005:2007.
Di Piro, J.T., et.al. Pharmacotherapy, 3th ed. Appleton & Lange. Stamford; 1997.
p.1842-1844
Dyne, P., MD, Pediatrics, Hand-Foot-and-Mouth Disease, e-Medicine.com, last
up date 5 January 2005
Graham, B.S., MD, Hand-Foot-and-Mouth Disease, e-Medicine.com, last up date
6 January 2005
Goksugur N. Hand Foot and Mouth Disease. Available from URL :
http://www.nejm.org/doi/full/10.1056/NEJMicm0910628.
Handoko RP. Penyakit Kulit Akibat Virus. Ilmu penyakit kulit dan kelamin. Edisi
ketiga. Editor: Adhi Djuanda. Jakarta : FK UI; 2002.

17

Harfindal, E.T., Gourley, D.R.Textbook of Theurapeutics Drug and Disease


Management. Lippincott Williams & Wilson, 7th ed. Philadelphia ; 2000.
P.973-1046.
Ho M, Chen ER, Hsu KH, Twu SJ, Chen KT, Tsai SF, et al. In : An epidemic of
enterovirus 71 infection in Taiwan. Taiwan Enterovirus Epidemic Working
Group. N Engl J Med ;1999. p.929-35
Jawetz,dkk.2000.MikrobiologiKedokteran.471,472,478,479.Jakarta:EGC
Press.
JournalofClinicalMicrobiology.October2001.P.36903692,Vol.39,No.10.
http://jcm.asm.org/cgi/content/full/39/10/3690.
MajalahDokterKita.Februari2008.Edisi02.TahunIII,6869.Jakarta:PT.Dian
Rakyat
Mersch J. Hand Foot and Mouth Syndrome. Available from URL :
http://www.medicinenet.com/hand-foot-and-mouth_syndrome/page3.htm
Nervi SJ. Hand Foot and Mouth Disease. Available from URL :
http://emedicine.medscape.com/article/218402-overview#a0199.
Tay CH, Gaw CYN, Low T, Ong C, Chia KW, Yeo H, et al. In : Outbreak of hand,
foot and mouth disease in Singapore. Singapore Med J; 1974. p.174-83
Tierney, L.M., Jr., Mc Phee, J.A. In : Current Medical Diagnosis & Treatment.
Lange Medical Book. New York ; 2004. p.1327-28.
Tjay, T. H., & Kirana, R. Obat-Obat Penting. Elex Media Komputindo. Jakarta;
2002.
Wolff K, Johnson RA, Suurmond D. Viral infections of skin and mucosa. In:
Fitzpatrick's Color Atlas & Synopsis of Clinical Dermatology. 5th ed. New
York, NY: McGraw-Hill; 2005.p.790-92.
Wang CY, Li Lu F, Wu MH, et al. Fatal coxsackievirus A16 infection. Pediatr
Infect Dis J ;2004.p.275-6..

18

Anda mungkin juga menyukai