Oleh :
AKHAMD SHIDIQ
125120501111023
BAB I
PENDAHULUAN
dari alam untuk bercocok tanam serta tempat bagi tumbuhan untuk tumbuh subur
dan hijau, akan tetapi kegiatan masyarakat yang hanya mementingkan keuntungan
jangka pendek menjadikan lahan menjadi nkritis dan tidak produktif lagi.
Hal ini mencerminkan masyarakat yang materialistis, dimana materialisme
adalah pandangan hidup yang mencari dasar segala sesuatu yang termasuk
kehidupan
manusia
di
dalam
alam
kebendaan
semata-mata,
dengan
mengesampingkan segala sesuatu yang mengatasi alam. Sementara itu, orangorang yang hidupnya berorientasi kepada materi disebut sebagai materialis.
Orang-orang ini adalah para pengusung paham materialisme atau juga orang yang
mementingkan kebendaan semata.2
rusaknya komponen sumber daya lahan dan hasil produksi yang turun,
mulai dirasakan oleh sebagian masyarakat kabupaten probolinggo seperti di desa
jabung kecamatan paiton. Dimana dulu desa jabung merupakan desa yang
memiliki unsur tanah yang bagus dan subur, salah satu komoditi unggulan
pertanian desa jabung adalah tembakau dan padi, dimana kualitas dari tanaman
tembakau dan padi tidak perlu dipertanyakan lagi karena telah menjadi buah bibir
masyarakat setempat. Namun siring waktu, unsure-unsur tanah yang ada di desa
jabung mulai mengalami perubahan, mulai dari menurunnya hasil produksi,
kualitas tanaman unggulan seperti padi dan tembakau yang menurun, dan
munculnya penyakit baru pada tanaman yang sebelumnya tidak pernah ada.
Semua permasalahan ini muncul karena sebagian besar para petani di desa
jabung hanya berpikir bagaimana mendapatkan keuntungan yang besar pada
2 Listiono Santoso dkk, Seri Pemikiran Epistemologi Kiri (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media,
2007), hlm 253
pemberdayaan
masyarakat
dalam
lingkungan
pertanian,
guna
peran
pemerintah
mengambil
keputusan
kota
mengenai
sebagai
pengendalian
stakeholder
untuk
pencemaran
air.
menyusun,
dan
melaksanakan
kebijakan-kebijakan
2. Apakah
dampak
yang
dihasilkan
dengan
adanya
pemberdayaan
melaksanakan
penelitian
yang
berjudul
Konflik
dalam
Perebutan Dana Bagi Hasil Migas antara Pemerintah Provinsi Jawa Timur
dengan Pemerintah Kabupaten Sumenep, bertujuan untuk :
1. Mengetahui bagaimanakah dinamika konflik terjadi antara Pemerintah
Provinsi Jawa Timur dengan Pemerintah Kabupaten Sumenep terkait Dana
Bagi Hasil Blok Maleo setelah adanya putusan Mahkamah Agus tentang
revisi Permendagri Nomor 8 tahun 2007.
2. Mengetahui faktor apa saja yang menyebabkan sampai saat ini DBH Blok
Maleo tidak dapat dinikmati oleh Kabupaten Sumenep sebagai wilayah
penghasil Migas setelah adanya revisi Permendagri No.8 Tahun 2007.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
pemahamannya
di
atas
maka,
Lewis
Coser
hasil
dari
keinginan
individu
untuk
meningkatkan
kesejahteraannya, kekuasaan, prestise, dukungan sosial atau penghargaanpenghargaan lainnya. Karena banyak dari penghargaan-penghargaan itu
bersifat langka, maka tingkat kompetisi pun tak terelakkan.
Berdasarkan pengertian konflik menurut Lewis Coser ini, jelas
bahwa ia membagi konflik dalam dua jenis yaitu konflik external dan
internal, di mana external terkait dengan bagaimana konflik terjadi antara
satu, dua, bahkan tiga kelompok yang berbeda, sedangkan konflik internal
lebih kepada konflik yang terjadi di dalam kelompok itu sendiri, di mana
masing-masing individu dalam kelompok itu memiliki tujuan dan
keinginan
masing-masing
untuk
diperjuangkan,
sehingga
tingkat
6 Paul Johnson Doyle. 1990. Teori Sosiologi, Klasik dan Modern (terjemahan), Robert
M.Z. Lawang (Jilid 2; Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama), hal.196-200.
konflik
nonrealistik
lebih
kepada
ingin
menunjukkan
7 Lewis Coser. 1964. The functions of social conflict .New York: Free Press, hal. 48-50.
10
yang
mana
konflik
ini
sama-sama
memperkuat
dan
garis
besar
berbagai
konflik
dalam
masyarakat
dapat
2. Konflik Konstruktif
Merupakan konflik yang bersifat fungsional, konflik ini muncul karena
adanya perbedaan pendapat dari kelompok-kelompok dalam menghadapi suatu
permasalahan. Konflik ini akan menghasilkan suatu konsensus dari berbagai
pendapat tersebut dan menghasilkan suatu perbaikan. Misalnya perbedaan
pendapat dalam sebuah organisasi.8
b. Berdasarkan Posisi Pelaku yang Berkonflik
1. Konflik Vertikal
Merupakan konflik antar komponen masyarakat di dalam satu struktur
yang memiliki hierarki. Contohnya, konflik yang terjadi antara atasan dengan
bawahan dalam sebuah kantor.
2. Konflik Horizontal
Merupakan konflik yang terjadi antara individu atau kelompok yang
memiliki kedudukan yang relatif sama. Contohnya konflik yang terjadi antar
organisasi massa.
3. Konflik Diagonal
Merupakan konflik yang terjadi karena adanya ketidakadilan alokasi
sumber daya ke seluruh organisasi sehingga menimbulkan pertentangan yang
ekstrim. Contohnya konflik yang terjadi di Aceh.9
8 Dr. Robert H. Lauer, 2001. Perspektif Tentang Perubahan Sosial, Jakarta : PT. Rineka Cipta,hal.
98
9 Kusnadi, 2002. Masalah Kerja Sama, Konflik dan Kinerja, Malang : Taroda, hal. 67
12
13
11 Ibid, Hal. 29
12Richard Bird dan Vaillancourt Francois. 2000. Desentralisasi Fiskal di Negara
Negara Berkembang, Cetakan 1, Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.
14
diberi
kewenangan
(otonomi)
untuk
menentukan
alokasi
atas
pengeluarannya sendiri. Faktor lain yang juga penting adalah kemampuan daerah
15
16
publik atau tidak. Jika terdapat hubungan positif antara variabel ini terhadap
pertumbuhan ekonomi, maka pemerintah lokal dalam posisi yang baik untuk
melakukan investasi di sektor publik.
3. Desentralisasi Penerimaan Variabel ini didefinisikan sebagai rasio antara total
penerimaan masing-masing kabupaten/kota (APBD), tidak termasuk subsidi
terhadap total penerimaan pemerintah. Variabel ini mengekspresikan besaran
relatif antara pendapatan pemerintah daerah terhadap pemerintah pusat.
Menurut Dillinger, pada dasarnya ada empat jenis desentralisasi, yaitu :14
1. Desentralisasi politik (political decentralization), yaitu pemberian hak kepada
warga negara melalui perwakilan yang dipilih suatu kekuasaan yang kuat
untuk mengambil keputusan publik
2. Desentralisasi adminitratif, yaitu pelimpahan wewenang yang dimaksudkan
untuk mendistribusikan kewenangan, tanggung jawab, dan sumber-sumber
keuangan untuk menyediakan pelayanan publik. Pelimpahan tanggung jawab
tersebut terutama menyangkut perencanaan, pendanaan, dan pelimpahan
manajemen fungsifungsi pemerintahan dari pemerintah pusat kepada
aparatnya di daerah, tingkat pemerintahan yang lebih rendah, badan otoritas
tertentu, atau perusahaan tertentu. Desentralisasi administratif pada dasarnya
dapat dikelompokkan menjadi 3 (tiga) :
14 Machfud Sidik, 2001. Studi Empiris Desentralisasi Fiskal : Prinsip, Pelaksanaan di
Berbagai Negara, serta Evaluasi Pelaksanaan Penyerahan Personil, Peralatan,
Pembiayaan dan Dokumentasi Sebagai Konsekuensi Kebijakan Pemerintah. Batam :
Sidang Pleno X ISEI
17
perundang-undangan.
keleluasaan
(discretion)
dalam
wewenang
penyelenggaraan
18
19
dan juga UU Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah, yakni
adanya keleluasaan yang lebih besar bagi daerah untuk menggali potensi
penerimaan melalui pajak ataupun retribusi. Di sisi pengeluaran, daerah akan
mendapat kewenangan penuh dalam pen ggunaan dana perimbangan (dari bagi
hasil berupa PBB, BPHTB SDA, dan dana alokasi umum/DAU). Pada prinsipnya
penggunaan kedua jenis dana perimbangan tersebut ditentukan oleh daerah
sendiri. Jadi tidak lagi ditetapkan penggunaannya oleh pemerintah pusat seperti
yang terjadi pada dana SDO (Subsidi Daerah Otonom) dan Inpres di masa lalu.15
2.2.3. Dana Perimbangan
Untuk menambah pendapatan daerah dalam rangka pembiayaan
pelaksanaan fungsi yang menjadi kewenangannya dilakukan dengan pola bagi
hasil penerimaan pajak dan bukan pajak (SDA) antara pusat dan daerah. Sesuai
dengan UU Nomor 32 Tahun 2004, pola bagi hasil penerimaan ini dilakukan
dengan persentase tertentu yang didasarkan atas daerah penghasil. Bagi hasil
penerimaan negara tersebut meliputi bagi hasil Pajak Bumi dan Bangunan (PBB),
Bea Perolahan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB), dan bagi hasil sumber
daya alam (SDA) yang terdiri dari sektor kehutanan, pertambangan umum,
minyak bumi dan gas alam, dan perikanan. Bagi hasil penerimaan tersebut kepada
daerah dengan presentase tertentu yang diatur dalam UU Nomor 33 Tahun 2004
dan PP Nomor 104 Tahun 2000 tentang Dana Perimbangan sebagaimana telah
diubah dengan PP Nomor 84 Tahun 2001.
15 Brahmantio dan Tri Wibowo, 2002, Analisis Kebijakan Fiskal Pada Era Otonomi
Daerah (Studi Kasus Kota Surakarta), Jurnal Ekonomi dan Keuangan Vol. 6, No.1.
20
Kehutanan
Pertambangan Umum
Perikanan
Pertambangan minyak bumi
Pertambangan minyak gas bumi
Pertambangan gas bumi.16
21
Dana Bagi Hasil (DBH) merupakan hak daerah atas pengelolaan sumbersumber penerimaan negara yang dihasilkan dari masing-masing daerah, yang
besarnya ditentukan atas daerah penghasil (by origin) yang didasarkan atas
ketentuan perundangan yang berlaku. Secara garis besar DBH terdiri dari DBH
perpajakan, dan DBH sumber daya alam (SDA). Sumber-sumber penerimaan
perpajakan yang dibagihasilkan meliputi pajak penghasilan PPh) pasal 21 dan
pasal 25/29 orang pribadi, pajak bumi dan bangunan (PBB), dan bea perolehan
hak atas tanah dan bangunan (BPHTB). Sementara itu, sumber-sumber
penerimaan SDA yang dibagihasilkan adalah minyak bumi, gas alam,
pertambangan umum, kehutanan dan perikanan.
Dana Bagi Hasil dari penerimaan PBB dan BPHTB sebagaimana
dimaksud dalam pasal 11 UU NO. 33 Tahun 2004 dibagi di antara daerah
propinsi, kabupaten/kota dan pemerintah. Dana Bagi Hasil dari penerimaan PBB
sebesar 90 % untuk daerah dengan rincian sebagai berikut :
1) 16,2 % (enam belas dua persepuluh persen) untuk daerah propinsi yang
bersangkutan dan disalurkan ke rekening kas umum daerah propinsi.
2) 64,8 % (enam puluh empat delapan persepuluih persen) untuk daerah
kabupaten/kota yang bersangkutan dan disalurkan ke rekening kas umum
daerah kabupaten/kota
3) 9 % (sembilan persen) untuk biaya pemungutan.
22
23
perimbangan keuangan antara pusat dan daerah (dengan kebijakan bagi hasil dan
DAU minimal sebesar 25% dari Penerimaan Dalam Negeri). Dengan
perimbangan tersebut, khususnya dari DAU akan memberikan kepastian bagi
daerah dalam memperoleh sumber-sumber pembiayaan untuk membiayai
kebutuhan pengeluaran yang menjadi tanggungjawabnya. Sesuai dengan UU
Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara pemerintah Pusat
dan Daerah bahwa kebutuhan DAU oleh suatu daerah (propinsi, kabupaten, dan
kota) ditentukan dengan menggunakan pendekatan konsep fiskal gap (fiscal gap),
dimana kebutuhan DAU suatu daerah ditentukan atas kebutuhan daerah (fiscal
needs) dengan potensi daerah (fiscal capacity). Dengan pengertian lain, DAU
digunakan untuk menutup celah yang terjadi karena kebutuhan Daerah melebihi
dari potensi penerimaan Daerah yang ada. Kemampuan/potensi fiskal/ekonomi
daerah dapat dicerminkan dengan potensi penerimaan yang diterima daerah,
seperti potensi pendapatan domestik regional bruto (PDRB), industri (diukur
dengan PDRB sektor non-primer), sumber daya lama (diukur dengan PDRB
seckor primer) dan sumber daya manusia (diukur dengan angkatan kerja). Daerah
yang memiliki PDRB tinggi, aktivitas industri dan jasa yang besar, SDA yang
melimpah dan SDM yang berkualitas akan menerima DAU yang relatif kecil.19
2.2.3.3. Dana Alokasi Khusus
Pada hakikatnya pengertian Dana Alokasi Khusus (DAK) adalah dana
yang berasal dari APBN, yang dialokasikan kepada daerah untuk membantu
19 Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.
24
membiayai
kebutuhan
khusus.
Pengalokasian
DAK
ditentukan
dengan
25
menciptakan peluang investasi dan bisnis, dan secara selektif para investor dan
pebisnis memilih selera yang paling mendekati preferensi masyarakat setempat.
2.2.4. Minyak Bumi dan Gas
Minyak bumi dan gas biasa disebut dengan migas, merupakan salah satu
sumber daya alam atau hasil bumi yang saat ini menjadi perhatian khusus dari
negar-negara di dunia. Kegunaan dan manfaat dari migas sendiri sangatlah banyak
dan hampir seluruh negara menggunakan dan membutuhkan migas. Migas sendiri
merupakan minyak bumi dan gas yang berasal dari binatang-binatang laut yang
kecil maupun yang besar yang hidup dilaut dangkal yang selanjutnya mati dan
kemudian terendapkan, sehingga dalam kurun waktu yang lama akan tertutup
lapisan tebal. Secara ilmiah, pengaruh waktu, tekanan, dan temperataur yang
tinggi merubah makhluk tersebut menjadi petroleum (minyak bumi dan gas) atau
yang biasa disebut dengan migas.
Jika dilihat dari fungsi atau kegunaan utama dari migas sendiri adalah
sebagai bahan bakar yang baik. Oleh karena itu banyaknya teknologi saat ini
menggunakan bahan bakar migas sebagai bahan penggerak. Dan karena
keberadaannya yang sangat terbatas, banyak negara maju berlomba untuk
mendapatkan minyak bumi tersebut melalui kerja sama asing. salah satu perhatian
dari negara maju seperti Amerika Serikat adalah migas yang berada di Indonesia.
Tidak dipungkiri bahwa sumber daya alam dan hasil bumi yang dimiliki Indonesia
begitu melimpah. Dan salah satu hasil bumi yang menjadi perhatian khusus oleh
pemerintah adalah migas yang tersebar dibeberapa daerah di Indonesia.
26
Migas merupakan salah satu sumber daya alam strategis dan dapat
berperan dalam proses pembangunan nasional. Hal ini dibuktikan dengan sektor
migas berperan sangat dominan dalam mendukung pembangunan selama hampir
30 tahun di masa orde baru. Terutama ketika masa kejayaan migas pada dasawarsa
1973-1983. Peran migas yang begitu dominan juga terlihat dari sumbangan yang
telah diberikan dari hasil migas pada Anggaran Pendapatan Belanja Negara
(APBN), yang rata-rata sebesar 60-80%. Selain itu, sektor migas telah
meningkatkan penerimaan negara melalui pajak. Hampir seperlima pajak
penghasilan dipungut dari migas.
Di Indonesia, migas masih menjadi andalan utama perekonomian
Indonesia baik sebagai penghasil devisa maupun pemasok kebutuhan energi
dalam negeri. Pembangunan prasarana dan industri yang sedang giat-giatnya
dilakukan di Indonesia, membuat pertumbuhan konsumsi energi rata-rata
mencapai 7% dalam 10 tahun terakhir. Peningkatan yang sangat tinggi, melebihi
rata-rata kebutuhan energi global, mengharuskan Indonesia untuk segera
menemukan cadangan migas baru, baik di Indonesia maupun ekspansi ke luar
negeri. Cadangan terbukti minyak bumi dalam kondisi depleting, sebaliknya gas
bumi cenderung meningkat. Perkembangan produksi minyak Indonesia dari tahun
ke tahun mengalami penurunan,sehingga perlu upaya luar biasa untuk
menemukan cadangancadangan baru dan peningkatan produksi.20
27
Nama
Peneliti
Politik Sumberdaya Fardhon
a.Mendeskripsikan
Alam
bagaimana
pemerintah
Kabupaten
meningkatkan
pemerintah daerah
Bojonegoro
pembangunan.
dalam pengelolaan
terhadap
minyak
pengelolaan
penelitian
Judul Penelitian
di
Otonomi
(
era Fitriyaningsih
analisis
bumi
dan
gas
dalam
Fokus Kajian
Perbedaan dengan
penelitian penulis
a. lebih berfokus ke
pertambangan
28
meningkatkan
pembangunan
Kabupaten
Kab.Bojonegoro
Bojonegoro.
b.Bagaimana
dampak
yang
dihasilkan adanya
pertambangan
2
migas tersebut
a.kontribusi sektor
a. lebih berfokus
migas terhadap
terhadap penerimaan
pendapatan daerah
pendapatan daerah
dalam
di Kabupaten
untuk meningkatkan
Bojonegoro dalam
pembangunan daerah
dalam penerimaan
penelitian
Kontribusi
migas
sektor Odha
terhadap Adhitama
rangka Administrasi
meningkatkan
Publik) 2014
pembangunan
daerah
di
Kabupaten
Bojonegoro
b. kontribusi migas
di sektor lain
dalam rangka
meningktkan
pembangunan
daerah
c.faktor
penghambat
dan
29
pendukung
pengembangan
sektor
migas
dalam
rangka
meningkatkan
pembangunan
3
di
Analisis
Ahita Nur
Kab.Bojonegoro
a.bagaimana
Participacing
Aisyah Zen
implementasi
terhadap
kerjasama
Participacing
sama
pemerintah
(KKS) Akuntansi)
a.
lebih
berfokus
dana
oleh
daerah
dalam terkait
Kontrak
Kab.Bojonegoro)
antara
Cepu.
pemerintah
daerah
b.bagaimana
dengan swasta.
pengalokasian
Participacing
penelitian.
daerah
dari
hasil
30
Bojonegoro.
Sumber: Data diolah peneliti, 2016
Dari penelitian pertama yang tercantum diatas ada aspek persamaannya
yaitu penelitian diatas dan penelitian penulis memiliki persamaan dalam hal ingin
mengetahui bagaimana pengelolaan migas. Sementara perbedaan antara penelitian
diatas dengan penelitian penulis adalah penulis lebih ke masalah dinamika konflik
perebutan dana bagi hasil migas, sementara penelitian pertama diatas lebih ke
masalah pengelolaan hasil migas untuk meningkatkan pembangunan.
Dalam penelitian yang kedua terdapat kesamaan antara penelitian yang
kedua dengan penelitian penulis yaitu bagaimana sektor migas berkontribusi
terhadap penerimaan daerah yaitu dari dana bagi hasil migas. Sementara
perbedaan antara penelitian kedua dengan penelitian penulis adalah pada
penelitian kedua lebih berfokus terhadap penerimaan pendapatan daerah untuk
meningkatkan pembangunan daerah sementara penelitian penulis lebih ke masalah
dinamika konflik perebutan dana bagi hasil migas demi meningkatkan pendapatan
asli daerah itu sendiri.
Dalam penelitian yang ketiga terdapat kesamaan antara penelitian ketiga
dengan penelitian penulis yaitu bagaimana pemerintah daerah selaku daerah
penghasil migas mendapatkan pendapatan dari adanya kegiatan eksploitasi migas
di wilayahnya. Sementara perbedaan antara penelitian ketiga dengan penelitian
penulis adalah penelitian ketiga lebih berfokus terhadap dana Participacing
Interest yang akan di dapatkan oleh pemerintah daerah terkait dari hasil kontrak
kerja sama migas antara pemerintah daerah dengan swasta. Sementara penelitian
31
OTONOMI DAERAH
32
DESENTRALISASI
FISKAL
DINAMIKA KONFLIK
PEREBUTAN DANA BAGI
HASIL MIGAS ANTARA
PROVINSI DAN
KABUPATEN
FAKTOR PENYEBAB
KABUPATEN SUMENEP
TIDAK MENDAPAT DANA
BAGI HASIL
33
fiskal
mengandung
pengertian
bahwa
untuk
mendukung
penyelenggaraan otonomi daerah yang luas, nyata dan bertanggung jawab, kepada
daerah diberikan kewenangan untuk mendayagunakan sumber keuangan sendiri
dan keuangan antara pemerintah pusat dan daerah. Dapat ditegaskan kembali
bahwa pelaksanaan desentralisasi fiskal tidak hanya terfokus kepada dana bantuan
dari pusat dalam bentuk dana perimbangan saja, namun yang lebih penting adalah
bagaimana kemampuan daerah untuk memanfaatkan dan mendayagunakan serta
mengelola potensi-potensi yang ada di daerah dengan tujuan untuk melakukan
peningkatan pelayanan masyarakat dan pembangunan daerah.
Namun dalam perjalannya, sering terjadi masalah antara pemerintah pusat
dan daerah mengenai proses bagi hasil pengelolaan sumber daya alam, tak
terkecuali bagi hasil pengelolaan sumber daya alam minyak bumi dan gas. Dan
terkadang permasalahan tersebut terjadi antar pemerintah daerah seperti
pemerintah provinsi dengan pemerintah kabupaten ataupun antar pemerintah
kabupaten itu sendiri.
Salah satu contoh mengenai masalah dalam proses bagi hasil migas terjadi
antara pemerintah Kabupaten Sumenep dengan pemerintah Provinsi Jawa Timur.
Dimana permasalahan ini bermula dari dikeluarkannya Permendagri Nomor 8
34
Tahun 2007 yang menyatakan dana bagi hasil dari salah satu blok migas yang
berada di wilayah Kabupaten Sumenep yaitu Blok Maleo itu menjadi hak dari
pemerintah Provinsi Jawa Timur. Namun pemerintah Kabupaten Sumenep
melakukan Judicial Review terhadap Permendagri tersebut ke Mahkamah Agung
dan kemudian disetujui. Hal ini berarti Permendagri tersebut direvisi sehingga
dalam revisi Permedagri tersebut yang awalnya hak dana bagi hasil migas dari
Blok Maleo itu awalnya milik pemerintah provinsi Jawa Timur berubah menjadi
Hak pemerintah Kabupaten Sumenep. Namun setelah adanya putusan Mahkamah
Agung tersebut yaitu sejak tahun 2008 sampai saat ini pemerintah Kabupaten
Sumenep belum mendapat dana bagi hasil migas tesebut. Hal ini yang menjadi
polemik yang masih berlangsung antara pemerintah kabupaten Sumenep dengan
pemerintah provinsi Jawa Timur terkait dana bagi hasil Blok Maleo.
Maka dari kerangka pemikiran yang digunakan diatas, penulis ingin
mengetahui dinamika konflik perebutan dana bagi hasil migas blok Maleo antara
pemerintah provinsi Jawa Timur dengan pemerintah Kabupaten Sumenep serta
apa saja faktor penyebab Kabupaten Sumenep sampai saat ini tidak mendapatkan
dana bagi hasil migas dari blok Maleo sebagai daerah penghasil migas.
BAB III
METODE PENELITIAN
35
36
37
Ada beberapa teknik pengumpulan data yang dipakai oleh peneliti . antara
lain adalah :
1. Indepth Interview atau wawancara
Wawancara langsung dengan responden, dalam hal ini pejabat-pejabat
yang secara langsung bertanggung jawab terhadap urusan energi dan
sumber daya mineral yang ada di Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral
baik Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Kabupaten Sumenep maupun
baik Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Provinsi Jawa Timur.
2. Observasi
Teknik pengumpulan data dapat dilakukan dengan mengadakan
pengamatan langsung dilapangan dengan maksud untuk menunjang
pemahaman penelitian mengenai kondisi lapangan serta mengungkapkan
keadaan yang dijelaskan sesuai dengan data yang diperoleh dari informan.
Kemudian penulis akan mengamati kondisi lokasi penelitian, mengambil
dokumentasi dari lokasi penelitian serta mengamati dinamika konflik yang
terjadi terkait permasalahan Dana Bagi hasil Migas yang terjadi.
3. Studi Dokumentasi
Studi dokumentasi merupakan salah satu teknik pengumpulan data dengan
memperoleh informasi dengan kebijakan yang ada seperti UndangUndang, peraturan serta dokumen-dokumen resmi. Dengan demikian, dari
studi dokumentasi akan diperoleh gambaran jelas mengenai isi dari
substansi kebijakan yang ada.
3.5. Pemilihan Informan
Dalam melakukan penelitian ini, penulis menetapkan beberapa informan
yang dikelompokkan menjadi informan kunci, informan utama dan informan
38
39
3. Informan Pendukung
Informan pendukung dalam penelitian ini yaitu instansi terkait dengan
penerimaan Dana Bagi Hasil migas di Kabupaten Sumenep, yaitu Dinas
Pendapatan Kabupaten Sumenep.
3.6. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah cara dan alat yang digunakan untuk mengumpulkan
data-data yang diperlukan dalam penelitian. Adapun instrumen penelitian yang
akan penulis gunakan antara lain :
1. Interview Guide atau pedoman wawancara
Merupakan materi atau poin-poin yang menjadi dasar dan acuan yang
digunakan penulis dalam melakukan Interview atau wawancara dengan
para informan atau narasumber.
2. Pedoman Observasi
Berisi garis besar kerangka data yang akan penulis gunakan guna
mempelajari situasi dan kondisi di lapangan.
3. Pedoman Dokumentasi
Terdiri dari garis besar data-data yang diperlukan oleh penulis dalam
menunjang penelitian.
4. Voice Recorder atau alat perekam suara
Voice Recorder ini digunakan saat melakukan wawancara dengan para
informan atau narasumber. Pemakaian Voice Recorder digunakan oleh
penulis guna mendapatkan informasi yang lebih detail dan tidak sampai
kehilangan secuil informasi dari informan.
5. Field Note atau buka catatan
Pada saat penelitian lapangan, buku catatan sangat penting untuk mencatat
hasil pengamatan dan temuan yang ditemukan oleh penulis pada saat
melakukan studi lapangan dan observasi.
40
41
menemukan pola, menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang
dipelajari, serta memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain.25
serta
42
Teknik triangulasi sumber data dalam penelitian ini dapat dilakukan dengan cara
sebagai berikut :
1. Membandingkan data hasil pengamatan dengan hasil wawancara.
2. Membandingkan dengan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan
yang dikatakan pribadi.
3. Membandingkan apa yang dikatakan oleh satu informan dengan informan
lain.
4. Membandingkan keadaan dan persepektif seseorang dengan berbagai
pandangan orang menurut tingkat pendidikannya
5. Membandingkan hasil suatu wawancara dengan suatu dokumen yang
berkaitan. Hasil dari perbandingan yang diharapkan adalah berupa
kesamaan atau alasan-alasan terjadinya perbedaan.
43
DAFTAR PUSTAKA
Buku:
Bird, Richard dan Vaillancourt Francois. 2000. Desentralisasi Fiskal di Negara
Negara Berkembang, Cetakan 1, Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.
Coser, Lewis. 1964. The functions of social conflict .New York:Free Press, hal.
48-50.
Danim, Sudarwan. 2009. Menjadi peneliti kualitatif. Bandung : CV. Setia pustaka.
Hal 41
Doyle, Paul Johnson. 1990. Teori Sosiologi, Klasik dan Modern (terjemahan),
Robert M.Z. Lawang Jilid 2; Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, hal.196200.
Hadi, Syamsul dkk. 2007. Disintegrasi Pasca Orde Baru, Negara, Konflik Lokal
dan Dinamika Internasional. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Hanif ,Nurcholis. 2007.Teori dan Praktik Pemerintahan dan Otonomi Daerah,
Jakarta : Grasindo,. Hal. 29-30
Khusaini, Mohammad. 2006. Ekonomi Publik : Desentralisasi Fiskal dan
Pembangunan Daerah. Malang : BPFE Unibraw.
Kusnadi, 2002. Masalah Kerja Sama, Konflik dan Kinerja, Malang : Taroda, hal.
67
Lauer, Dr. Robert H, 2001. Perspektif Tentang Perubahan Sosial, Jakarta : PT.
Rineka Cipta, hal. 98
Moleong, Lexy J. 2006. Metodologi penelitian kualitatif. Cetakan ketiga belas.
Bandung: Remaja Rosda Karya. Hal 5
Nasir, Mohammad. 1999. Metode penelitian. Jakarta : Erlangga. Hal 14
Prasojo, Eko. 2006. Desentralisasi & pemerintahan daerah : antara model
demokrasi lokal & efisiensi struktural. Depok : Departemen Ilmu
Administrasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Indonesia,
Hal. 196
44
Setiadi, Elly M. dan Usman Kolip. 2011. Pengantar Sosiologi Pemahaman Fakta
dan Gejala Permasalahan Sosial: Teori, Aplikasi, dan Pemecahannya.
Jakarta: Kencana Prenada Media Group, hal 345
Sidik, Machfud, 2001. Studi Empiris Desentralisasi Fiskal : Prinsip, Pelaksanaan
di Berbagai Negara, serta Evaluasi Pelaksanaan Penyerahan Personil,
Peralatan, Pembiayaan dan Dokumentasi Sebagai Konsekuensi Kebijakan
Pemerintah. Batam : Sidang Pleno X ISEI
Suyanto, Bagong, 2005. metode penelitian sosial, Jakarta : Gramedia Widia
Sarana Indonesia
Zeitlin, Irving M. 1998. Memahami Kembali Sosiologi, Yogyakarta: Gajah Mada
University Press, hal.156
Jurnal :
Brahmantio dan Tri Wibowo, 2002, Analisis Kebijakan Fiskal Pada Era Otonomi
Daerah (Studi Kasus Kota Surakarta), Jurnal Ekonomi dan Keuangan Vol.
6, No.1.
Jurnal Perhimpunan Mahasiswa Hukum Indonesia Cabang Daerah Istimewa
Yogyakarta Vol.1, No.1, Januari 2015
Perundang-undangan/ Aturan :
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Otonomi Daerah
Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.
Website / Internet :
http://mediamadura.com/inilah-deretan-kekayaan-migas-sumenep-yang-bikinkepala-geleng-geleng/
http://portalmadura.com/warga-sumenep-miskin-ditengah-ladang-migas 32246/
http://en.wikipedia.org/wiki/Lewis_A._Coser.
http://www.scribd.com/doc/74482130/10/dana-bagi-hasil-sumber-daya-alam/
45
masih sholat
46