Skripsi Nurul Imamah PDF
Skripsi Nurul Imamah PDF
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan di Indonesia dapat ditempuh melalui tiga jalur, yaitu
pendidikan formal, pendidikan non formal, dan pendidikan informal. Salah
satu satuan pendidikan pada jenjang pendidikan formal ialah Sekolah
Menengah Kejuruan (SMK). Posisi SMK menurut UU Sistem Pendidikan
Nasional No. 20 Tahun 2003 terdapat pada pasal 18 dan pasal 15, termasuk
pada satuan pendidikan menengah kejuruan sebagai lanjutan dari pendidikan
dasar yang bertujuan mempersiapkan peserta didik terutama dalam bidang
pekerjaan tertentu. Dalam proses pendidikan kejuruan perlu ditanamkan
pada siswa sikap mandiri, kreatif, inovatif, efektif, efisien, terampil serta
menguasai pengetahuan dan teknologi sehingga dapat menjadi lulusanlulusan SMK yang berkarakter, terampil, dan cerdas.
SMK Pertanian merupakan salah satu sistem pendidikan yang mulai
dikembangkan di Negara Indonesia, akan tetapi minat terhadap pembelajaran
pertanian di masyarakat sangat minim. Dengan mengubah cara pembelajaran
konvensional menjadi pembelajaran yang lebih bermakna dan menyenangkan
diharapkan akan meningkatkan pemahaman dan minat siswa dan masyarakat
terhadap pendidikan pertanian. Dalam rangka mengembangkan iklim belajar
mengajar yang lebih bermakna dan menyenangkan, sangat diperlukan adanya
keterkaitan antar komponen pendidikan. Komponen pendidikan yang meliputi
guru, siswa, kurikulum, alat (media pembelajaran) dan sumber belajar,
1
yang
mampu
mendorong
siswa
mengkonstruksikan
gambaran
umum
yang telah
uraian
diatas,
muncul
beberapa
masalah
yang
standar
kompetensi
mengidentifikasi
tanaman
dan
pertumbuhannya kelas X.
3. Prestasi belajar dalam penelitian ini dibatasi pada hasil belajar siswa
berupa nilai pre test dan post test serta aktivitas belajar siswa pada setiap
siklus. Aktivitas belajar siswa meliputi mengumpulkan informasi,
melakukan diskusi, keterampilan siswa bertanya, keterampilan siswa
menjawab, membuat kesimpulan, dan mempresentasikan.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan dan identifikasi masalah yang telah diuraikan,
maka dapat dirumuskan yang menjadi masalah dalam penelitian ini adalah
Apakah dengan penerapan model pembelajaran berbasis Contextual
Teaching and Learning (CTL) dapat meningkatkan prestasi belajar siswa
pada standar kompetensi mengidentifikasi tanaman dan pertumbuhannya di
SMK Negeri 2 Cilaku Cianjur?
E. Tujuan Penelitan
Tujuan penelitian merupakan pedoman bagi peneliti dalam melakukan
penelitian. Tujuan dari penelitian ini pada umumnya adalah untuk
memecahkan masalah pada metode pembelajaran yang selama ini kurang
efektif digunakan oleh guru di SMK pertanian. Sedangkan tujuan khusus dari
penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa
pada standar kompetensi mengidentifikasi tanaman dan pertumbuhannya
setelah diterapkan model pembelajaran berbasis Contextual Teaching and
Learning (CTL).
F. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang ingin diperoleh dari penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Teoritis
Memberikan
gambaran
umum
tentang
penerapan
model
G. Definisi Operasional
1. Penerapan
Penerapan
adalah
pemasangan,
pengenaan
atau
perihal
siswa
diberikan
pembelajaran
masalah
kontekstual
yang
pembahasan
dalam
proposal
penelitian
nanti
terdapat
10
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Model Pembelajaran CTL (Contextual Teaching and Learning)
Salah satu strategi pembelajaran yang dikembangkan dengan tujuan
agar pembelajaran berjalan dengan produktif dan bermakna bagi siswa adalah
strategi pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning) yang
selanjutnya disebut CTL. Strategi CTL fokus pada siswa sebagai pembelajar
yang aktif, dan memberikan rentang yang luas tentang peluang belajar bagi
mereka
yang
menggunakan
kemampuan
akademik
mereka
untuk
10
11
dengan
pendekatan
kontekstual
mempunyai
memberikan
kesempatan
kepada
siswa
untuk
12
dalam
pembelajarannya
(Depdiknas,2003:10).
Ketujuh
13
a. Konstruktivisme (Contructivism)
Konstruktivisme (Contructivism) merupakan landasan berpikir
konstruktivisme (filosofi) pendekatan CTL, yaitu bahwa pengetahuan
dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas
melalui konteks yang terbatas (sempit) dan tidak sekonyong-konyong.
Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep, atau kaidah
yang siap untuk diambil dan diingat. Manusia harus mengkonstruksi
pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata
(Depdiknas,2003:11).
Dalam pandangan konstruktivis, strategi memperoleh lebih
diutamakan dibandingkan seberapa banyak siswa memperoleh dan
mengingat pengetahuan. Untuk itu, tugas guru adalah memfasilitasi
proses tersebut dengan:
1) Menjadikan pengetahuan bermakna dan relevan bagi siswa,
2) Memberi kesempatan siswa menemukan dan menerapkan idenya
sendiri, dan
3) Menyadarkan siswa agarmenerapkan strategi mereka sendiri dalam
belajar.
Nurhadi (2003:39) menyampaikan, penerapan pembelajaran
konstruktivistik muncul dalam lima langkah pembelajaran berikut:
1) Pengaktifan pengetahuan yang sudah ada (activing knowledge).
2) Pemerolehan pengetahuan baru (acquiring knowledge).
3) Pemahaman pengetahuan (understanding knowledge).
14
menemukan,
apapun
materi
yang
diajarkan
15
learning
community
menyarankan
agar
hasil
dengan
proses
pembelajaran.
Karakteristik
Autentic
Assessment:
1) Dilaksanakan selama dan sesudah proses pembelajaran berlangsung
2) Bisa digunakan untuk formatif maupun sumatif
16
Perilaku Guru
Komponen CTL
Fase 1.
Menyampaikan semua
Questioning
Menyampaikan tujuan
Construktivisme
dicapai selama
pembelajaran dan
memotivasi siswa
belajar
Fase 2.
Menyajikan informasi
Questioning
Menyajikan informasi
Construktivisme
Menjelaskan kepada
Learning Community
Mengorganisasikan
Autentic Assesment
siswa kedalam
membentuk kelompok
kelompok-kelompok
belajar
17
secara efisien
Fase 4.
Membimbing
Inquiry
mereka mengerjakan
Autentic Assesment
belajar
tugas mereka
Fase 5.
Mengevaluasi hasil
Reflection
Evaluasi dan
Autentic Assesment
pemberian umpan
yang telah
balik
dipelajari/meminta
kelompok presentasi
hasil kerja
Fase 6.
Memberikan
penghargaan
Autentic assesment
B. Prestasi Belajar
Prestasi belajar diartikan sebagai tingkat keterkaitan siswa dalam
proses belajar mengajar sebagai hasil evaluasi yang dilakukan guru. Menurut
Tirtonegoro (2001), mengemukakan bahwa prestasi belajar adalah penilaian
hasil usaha kegiatan belajar yang dinyatakan dalam bentuk symbol angka,
huruf maupun kalimat yang dapat mencerminkan hasil yang sudah dicapai
oleh setiap anak didik dalam periode tertentu. Menurut Siti Partini (1991),
Prestasi belajar adalah hasil yang dicapai oleh seseorang dalam kegiatan
belajar.
Suatu proses belajar diharapkan menghasilkan sesuatu yang disebut
hasil belajar. Hasil belajar itu dapat berupa pengetahuan, sikap dan
18
19
1. Belajar yang paling efektif apabila didasari oleh dorongan motivasi yang
murni (motivasi instrinsik) dan bersumber dari dalam diri sendiri.
2. Belajar harus bertujuan, terarah dan jelas bagi siswa.
3. Belajar memerlukan bimbingan.
4. Belajar memerlukan latihan dan ulangan agar apa-apa yang telah dipelajari
dapat dikuasai.
5. Belajar harus disertai keinginan dan kemauan yang kuat untuk mencapai
hasil atau tujuan.
6. Belajar dianggap berhasil apabila siswa telah sanggup menstranferkan atau
menerapkan ke dalam bidang praktek sehari-hari.
C. Pembelajaran Mengidentifikasi Tanaman dan Pertumbuhannya
Pembelajaran di SMK mempunyai ciri khas khusus yang berbeda
dengan pembelajaran di SMA, dimana terdapat mata pelajaran produktif yang
harus relevan dengan dunia kerja atau dunia industri. Jumlah mata pelajaran
produktif kelas X Kompetensi Keahlian Agribisnis Pembibitan Tanaman dan
Kultur Jaringan di SMK Negeri 2 Cilaku disesuaikan dengan jumlah Standar
Kompetensi (SK) yang ada. Salah satu mata pelajaran atau standar
kompetensi (SK) yang terdapat di SMK Negeri 2 Cilaku adalah
Mengidentifikasi Tanaman dan Pertumbuhannnya.
Standar
Kompetensi
(SK)
mengidentifikasi
tanaman
dan
20
Dasar
menjelaskan
hubungan
antara
tanaman
dan
pertumbuhannya
a. Tanaman dikelompokkan berdasarkan umurnya
b. Tanaman dikelompokkan berdasarkan produk yang dihasilkan
c. Pertumbuhan tanaman dijelaskan berdasarkan fase pertumbuhannya
d. Stagnasi tanaman dijelaskan berdasarkan penyebabnya
21
yang harus
Dasar
menjelaskan
hubungan
antara
tanaman
dan
pertumbuhannya
a. Pengelompokan Tanaman
b. Fase pertumbuhan tanaman
c. Hubungan antara umur tanaman dan produksi tanaman
d. Stagnasi pada tanaman
D. Penelitian yang telah dilakukan
Penelitian yang telah dilakukan ini digunakan sebagai acuan agar
penelitian yang akan dilakukan tidak sama dengan penelitian yang sudah ada.
Dibawah
ini
adalah
beberapa
contoh
penelitian
penerapan
model
22
23
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pelaksanaan penelitian
1. Lokasi Penelitian
Lokasi Penelitian dilakukan di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri
2 Cilaku Kabupaten Cianjur.
2. Subjek Penelitian
Subjek Penelitian adalah siswa kelas X Kompetensi Keahlian
APTKJ 1 (Agribisnis Pembibitan Tanaman dan Kultur Jaringan) SMK
Negeri 2 Cilaku Cianjur.
B. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
Model Kemmis dan Mc Taggart. Penelitian tindakan kelas ini berfokus pada
upaya untuk mengubah kondisi riil sekarang ke arah kondisi yang diharapkan
(improvemen oriented).
Harjodipuro (Sunendar, 2008) menjelaskan bahwa PTK adalah sebuah
bentuk kegiatan refleksi diri yang dilakukan oleh para pelaku pendidikan
dalam suatu situasi kependidikan untuk memperbaiki rasionalitas dan
keadilan tentang: (a) praktik-praktik kependidikan mereka, (b) pemahaman
mereka tentang praktik-praktik tersebut, (c) situasi dimana praktik-praktik
tersebut dilaksanakan.
24
Perencanaan
Refleksi
Siklus
Pelaksanaan
Pengamatan
25
26
27
28
1. Tes tertulis
Tes tertulis merupakan teknik pengumpulan data dengan cara
memberikan sejumlah item pertanyaan mengenai materi yang telah
diberikan kepada subjek penelitian. Pada penelitian ini metode tes
digunakan untuk mengumpulkan data mengenai pengetahuan awal siswa
(pre test) dan hasil belajar siswa (post test). Tes dalam penelitian ini
berbentuk tes objektif dan subjektif. Tes objektif dengan bentuk
pertanyaan pilihan ganda 15 soal pada siklus I, 10 soal untuk siklus II dan
5 soal untuk siklus III. Tes subjektif yang diberikan berupa soal essay
yang memuat beberapa pertanyaan mengenai materi pada standar
kompetensi mengidentifikasi tanaman dan pertumbuhannya. Tes ini
digunakan untuk mengetahui nilai kognitif yang merupakan hasil belajar
siswa.
Instrumen pilihan ganda terlebih dahulu akan dikonsultasikan guru
mata pelajaran di sekolah. Kemudian instrumen tes tersebut diujicobakan
kepada siswa di luar subjek penelitian yang telah mempelajari materi yang
diujikan. Uji coba instrumen diberikan kepada siswa kelas XI APTKJ di
SMK Negeri 2 Cilaku Cianjur.
Pemilihan kelas XI APTKJ di SMK Negeri 2 Cilaku Cianjur
karena siswa tersebut sebelumnya telah mendapatkan materi tentang
mengidentifikasi tanaman dan pertumbuhannya. Setelah data hasil uji coba
terkumpul
kemudian
dianalisis
untuk
mengetahui
validitas
dan
29
30
memperoleh data. Ahli yang dilibatkan dalam validasi model evaluasi ahli
dalam bidang evaluasi dan praktisi standar kompetensi tersebut yaitu tim
guru mata pelajaran standar kompetensi yang digunakan. Sebelum
instrumen digunakan untuk mengukur, peneliti terlebih dahulu melakukan
diskusi dan meminta masukan kepada para ahli, sehingga instrument
tersebut benar-benar dapat mengukur apa yang harus diukur.
2. Validasi empiris
Validasi untuk instrumen soal tes pilihan ganda menggunakan
validasi empiris, yaitu analisis butir soal. Soal yang akan digunakan
diujikan kepada siswa kelas XI yang telah mendapatkan pembelajaran
standar kompetensi ini pada tahun sebelumnya, kemudian soal dianalisis
berdasarkann validitas, reabilitas, tingkat kesukaran dan daya pembeda.
Soal yang memenuhi kriteria kemudian diujikan kepada subjek penelitian.
a. Validitas
Uji validitas alat evaluasi bertujuan untuk mengetahui valid
tidaknya suatu instrumen tes. Suatu tes dikatakan valid apabila tes itu
dapat tepat mengukur apa yang hendak diukur. Untuk mengetahui
validitas instrumen, setelah tes diujicobakan kemudian dihitung
koefisien korelasi antara nilai hasil uji coba dengan nilai rata-rata
harian.
Korelasi dihitung dengan menggunakan rumus produk momen
dari Pearson sebagai berikut:
rxy
N X
N XY X Y
2
X N Y 2 Y
2
31
Keterangan :
rxy = koefisien korelasi antara X dan Y
N
korelasi tinggi
korelasi sedang
korelasi rendah
b. Reliabilitas
Suatu tes dikatakan reliabel apabila hasil tes tersebut tetap
apabila diteskan berkali-kali. Untuk mengetahui reliabilitas suatu
instrumen
r11
2r 12 12
(1 r 12 12 )
32
Keterangan:
r11
= koefisien reliabilitas
r 12 12
reliabilitas
yang
diperoleh
diinterpretasikan
c. Indeks Kesukaran
Indeks kesukaran menyatakan sukar atau mudahnya sebuah soal.
Rumus yang digunakan untuk mengetahui indeks kesukaran tiap butir
soal adalah sebagai berikut (Arikunto, 2007: 208):
B
JS
Keterangan:
P
33
soal sukar
soal sedang
soal mudah
d. Daya Pembeda
Arikunto (2007: 211), menyatakan Daya pembeda soal adalah
kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang pandai
(berkemampuan tinggi) dengan siswa yang bodoh (berkemampuan
rendah). Untuk menghitung daya pembeda setiap butir soal digunakan
rumus sebagai berikut :
Ba Bb
Pa Pb
Ja Jb
Keterangan :
D
= Daya Pembeda
Ja
34
jelek
cukup
baik
sangat baik
F. Analisis Data
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah melalui tes
tertulis dan observasi. Data yang diperoleh dengan tes dan lembar observasi
tersebut dikumpulkan secara bertahap pada setiap pelaksanaan pembelajaran.
Adapun analisis data yang digunakan yaitu:
1. Analisis tes tertulis
Tes tertulis digunakan untuk mengukur prestasi belajar pada aspek
kognitif. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis data
kualitatif dengan menggunakan deskripsi proses pembelajaran dan anlisis
data kuantitatif dengan mencari rata-rata hasil belajar siswa tiap siklus.
Analisis tes tertulis ini dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Memberikan pre test dan post test.
b. Menilai hasil tes siswa dengan kriteria ketuntasan minimum (KKM)
yang digunakan di SMK Negeri 2 Cilaku yaitu dengan nilai 75
c. Membandingkan hasil belajar siswa aspek kognitif pada siklus I
dengan siklus II untuk mengetahui peningkatan aspek kognitif
35
siswa
diperoleh
dengan
menggunakan
rumus
(Sukardi,2008:146):
Nilai =
Rata-rata nilai siswa diperoleh dengan menggunakan rumus:
=
Rata-rata nilai siswa yang telah diperoleh kemudian dikonfersikan
pada tabel dibawah ini:
Tabel 3.1 Katagori Tafsiran Rata-Rata Hasil Belajar
Nilai rata-rata
Keterangan
40-55
Sangat rendah
56-65
Rendah
66-75
Sedang
76-85
Tinggi
86-100
Tinggi sekali
Sumber:(Sukardi,2008)
Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar antara sebelum dan
sesudah pembelajaran dilakukan uji N-Gain, dihitung dengan rumus :
N-Gain =
36
Kriteria N-gain
Tinggi
Sedang
N-gain, 0,30
Rendah
= kurang
= cukup
= baik
= baik sekali
Data yang diperoleh akan dihitung dengan rumus (Sudjana,
2006:78):
N=
x 100
37
Keterangan
10-29
Sangat kurang
30-49
Kurang
50-69
Cukup
70-89
Baik
90-100
Baik sekali
38
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil penelitian dan pembahasan pada bab ini adalah studi lapangan untuk
memperoleh data dengan teknik tes tertulis dan observasi setelah dilakukan suatu
pembelajaran yang berbeda dari biasanya. Pada penelitian ini penerapan model
pembelajaran CTL (Contextual Teaching and Learning) diharapkan dapat
meningkatkan prestasi belajar siswa pada standar kompetensi mengidentifikasi
tanaman dan pertumbuhannya di SMK Negeri 2 Cilaku Cianjur. Penelitian
Tindakan (action research) ini dilaksanakan pada siswa kelas APTKJ 1 sebanyak
26 siswa. Hasil penelitian berkenaan dengan pembelajaran yang telah
dilaksanakan pada siklus I sampai dengan siklus III yang dapat dilanjutkan dengan
penyajian pembahasan.
A. Deskripsi Hasil Penelitian
1.
Siklus I
Pembelajaran
pada
siklus
meliputi
kegiatan
perencanaan
39
siswa
pada
materi
yang
diajarkan
(Questioning,
Construktivisme)
3) Guru mengorganisasikan siswa menjadi beberapa kelompok kecil dan
menyiapkan sarana pembelajaran yang berasosiasi dengan pendekatan
CTL serta membantu mendefinisikan tugas belajar untuk didiskusikan
secara berkelompok (learning community)
4) Siswa melakukan kerja kelompok terkait tugas yang diberikan oleh
guru dan mendiskusikan serta bertanya dalam kelompok (Questioning).
5) Guru membimbing kelompok belajar pada saat siswa mengerjakan
tugas (Modelling, Inquiry, Autentic Assesment)
40
Post Tes
37,3
62,7
% Lulus
4,17
41,46
% Tidak Lulus
95,83
58,33
0,4 (Sedang)
41
42
Berdasarkann pada lembar observasi kegiatan siswa dan guru yang diisi
oleh observer, untuk hasil aktivitas siswa selama pembelajaran dapat
dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 4.2 Skor Aktivitas Siklus I
Siswa
Guru
81,25
86,76
Kategori
Baik
Baik
guru,
tampak
seluruh
siswa
cukup
tertib
dalam
43
persatu
kelompok
memahami.
Siswa
diberikan
waktu
untuk
melakukan
44
45
diskusi dan hasil evaluasi. Data hasil temuan dari instrumen tersebut
digunakan sebagai acuan dalam melaksanakan tindakan selanjutnya.
Tabel 4.3 Hasil Refleksi Siklus I
No
Hasil Observasi
Catatan
Tindakan
Lapangan
Saran Perbaikan
Tampak sebagian
Siswa belum
terbiasa dengan
pasif dalam
belajar secara
dalam pembelajaran
proses
pembelajaran
2
Tampak siswa
Guru memberikan
yang masih
yang masih
kurang serius
membawa sifat
kepada siswa
dalam
anak-anak SMP
pembelajaran
3
Tampak sebagian
Siswa tidak
siswa masih
terbiasa
merasa canggung
melakukan tanya
jawab dalam
bertanya dan
pembelajaran
maupun mengemukakan
mengemukakan
kompetensi dasar
pendapat
pendapat
ini
Pada proses
Siswa belum
Guru lebih
pembagian
pernah membuat
kelompok masih
kelompok belajar
pembagian kelompok
membingungkan
didalam kelas
kerja siswa
Proses
Siswa cukup
Guru sebaiknya
penyampaian
antusias dalam
melengkapi media
menyimak materi
pembelajaran dengan
siswa
5
46
walaupun dengan
hanya
agar pembelajaran
menggunakan
media sederhana
membosankan
Tampak waktu
pembelajaran
dalam
yang melebihi
mengkondisikan
alokasi waktu
siswa pada
pembelajaran agar
yang sudah
pembelajaran
kegiatan pembelajaran
ditentukan dalam
CTL
RPP
Siklus II
Pembelajaran siklus II masih tetap berpedoman pada rencana
pembelajaran yang telah dilakukan pada siklus I meliputi kegiatan
perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, hasil pembelajaran
dan refleksi.
a. Perencanaan Pembelajaran
Tahap perencanaan pada siklus II adalah mempersiapkan segala hal
yang dibutuhkan selama proses Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) seperti
pada siklus I. Sistematika RPP yang dibuat sama dengan RPP pada
pembelajaran siklus I. Pada kegiatan siklus II ini guru lebih disibukkan
dengan menyiapkan alat dan bahan untuk praktek perhitungan kebutuhan
air tanaman. Pembelajaran pada tahap ini dilaksanakan dengan mengacu
pada perbaikan atau refleksi yang telah dilakukan pada saat siklus I agar
proses pembelajaran dapat dilaksanakan dengan lebih baik.
47
b. Pelaksanaan Pembelajaran
Pelaksanaan Penelitian Tindakan untuk siklus II dilaksanakan pada
hari Jumat, 03 Agustus 2012 dimulai pukul 07.30 WIB. Pada pembelajaran
kali ini seluruh siswa kelas X APTKJ 1 dinyatakan hadir. Selama kegiatan
berlangsung peneliti didampingi oleh satu observer untuk mengobservasi
kegiatan guru dan siswa dengan mengisi lembar observasi yang telah
diberikan. Seperti biasa kegiatan pembelajaran dibagi menjadi tiga bagian,
yaitu pendahuluan, kegiatan inti dan akhir seperti pada siklus 1. Namun
pada kegiatan inti siswa tidak melakukan pengamatan melainkan
melaksanakan praktikum perhitungan kebutuhan air tanaman secara
sederhana. Untuk tahapan pelaksanaan pembelajaran secara lengkap dapat
dilihat dalam RPP yang telah dibuat (lihat lampiran).
c. Hasil Pembelajaran
1) Hasil belajar siklus II
Hasil belajar siswa pada saat siklus II dapat dilihat pada tabel
berikut ini:
Tabel 4.4 Hasil Nilai Siklus II
Pre Tes
Nilai Rata Rata
% Lulus
% Tidak Lulus
Nilai Rata-Rata N- Gain
Sumber: Data Pribadi
Post Tes
28,7
62,7
46,15
100
53,85
0,5 (Sedang)
48
49
guru yang diisi oleh observer, untuk hasil aktivitas siswa dan guru
selama pembelajaran dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 4.5 Skor Aktivitas Siklus II
Siswa
Guru
87,5
91,17
Kategori
Baik
Baik Sekali
siswa
dapat
menjadi
media
untuk
siswa
dapat
lebih
50
Nilai praktikum
90
86,67
100
93,33
90
Rata-rata
92
51
kembali
alat
praktikum
yang
digunakan
dan
Siswa
melakukan
diskusi
hasil
praktikum
dengan
52
Hasil Observasi
Catatan
Tindakan
Lapangan
Saran Perbaikan
Tampak waktu
Guru dapat
penyampaian
menyerap
mengalokasikan waktu
materi yang
informasi dengan
dipaparkan
baik
penyampaian materi
Tampak siswa
Tidak semua
Guru memberikan
yang masih
siswa dapat
terlalu cepat
2
53
bingung dengan
menyerap
keseluruhan
informasi yang
dibantu dengan
materi yang
disampaikan
disampaikan
secara langsung
siswa
dengan baik
3
Proses
Siswa cukup
Guru sebaiknya
penyampaian
antusias dalam
melengkapi media
menyimak
pembelajaran dengan
walaupun dengan
materi, namun
hanya
mereka hanya
agar pembelajaran
menggunakan
dapat
media sederhana
membayangkan
membosankan
Siklus III
Pelaksanaan kegiatan yang dilakukan pada setiap siklus selalu sama
diawali dengan sebuah kegiatan perencanaan pembelajaran, pelaksanaan
pembelajaran, hasil pembelajaran dan diakhiri dengan kegiatan refleksi
sebagai bahan evaluasi perbaikan. Kegiatan dalam siklus III ini pada dasarnya
tetap sama dengan siklus I dan siklus II sebelumnya. Pada siklus III ini
banyak dilakukan perbaikan dari temuan-temuan yang telah dibahas
sebelumnya agar tujuan dari pembelajaran ini dapat dicapai dengan baik.
a. Perencanaan Pembelajaran
Tahap perencanaan pada siklus III adalah mempersiapkan segala
hal yang dibutuhkan selama proses Kegiatan Belajar Mengajar (KBM)
seperti pada siklus I dan II. Sistematika RPP yang dibuat sama dengan
54
55
Post Tes
49,4
81,2
72
92
28
0,7 (Tinggi)
56
Guru
93,74
97,06
Kategori
Baik Sekali
Baik Sekali
57
mengevaluasi hasil
yang tinggi
untuk
Diakhir
pembelajaran
guru
memberikan
pos
tes,
terlebih
dahulu
materi
untuk
pertemuan
selanjutnya.
Pembelajaran pada siklus III diakhiri dengan membaca doa dan guru
mengucapkan salam.
d. Refleksi
Berdasarkan deskripsi hasil tindakan III maka dapat dilihat bahwa
hasil pembelajaran pada siklus III dinyatakan berhasil dan tidak perlu lagi
dilakukan pembelajaran untuk siklus selanjutnya. Siswa yang mencapai
nilai diatas KKM telah melebihi target yang ditentukan yaitu sebanyak
58
72% atau 60%. Hal ini tidak terlepas dari upaya yang telah dilakukan
selama proses pembelajaran.
Rekapitulasi Data Siklus I, II, dan III
a. Hasil Belajar
Berdasarkann pemaparan hasil belajar di atas dapat digambarkan
hasil perkembangan pembelajaran dari pelaksanaan siklus I, II dan III pada
tabel dan grafik dibawah ini:
Tabel 4.10 Nilai Rata-Rata dari Siklus ke Siklus
Siklus ke-
Nilai Rata-Rata
Pre tes
Post tes
N-Gain
Siklus I
37,3
62,7
0,4
Siklus II
28,7
62,7
0,5
Sikuls III
49,4
81,2
0,7
4.
100
80
60
40
81.2
62.7
62.7
Siklus 1
Siklus 2
20
0
Siklus 3
siklus
Nilai Rata-Rata
59
PERSENTASE
80
58.33
60
41.67
53.85
46.15
40
28
% yang mencapai
KKm
% yang belum
mencapai KKm
20
0
siklus 1
siklus 2
siklus 3
SIKLUS
60
NILAI
Rata-Rata N- Gain
0.7
0.6
0.5
0.4
0.7
0.3
0.2
0.4
0.5
Rata-Rata
N- Gain
0.1
0
siklus 1
siklus 2
siklus 3
SIKLUS
61
NILAI
Peningkatan Aktivitas
97.06
93.74
100
95
90
85
91.17
86.76
87.5
Nilai Aktivitas Siswa
81.25
80
75
70
siklus I
siklus II
siklus III
SIKLUS
Gambar 4.4 Perbandingan kenaikan aktivitas siswa dan guru dari siklus ke
siklus
B. Pembahasan
Penerapan pembelajaran berbasis kontekstual, siswa tidak hanya
sekedar menghafal, tetapi juga harus mengkonstruksikan pengetahuan di
benak mereka (filosofi konstruktivisme), siswa belajar dari mengalami,
mencatat sendiri pola-pola bermakna dari pengetahuan baru dan bukan diberi
dari guru (Depdiknas, 2003:3). Pengetahuan tumbuh berkembang melalui
pengalaman. Pemahaman berkembang semakin dalam dan semakin kuat
62
karena selalu diuji dengan pengalaman baru. Hal ini sejalan dengan pendapat
Piaget (Depdiknas, 2003:12) bahwa struktur pengetahuan baru dibuat atau
dibangun atas dasar struktur pengetahuan yang sudah ada. Dengan demikian
siswa akan selalu merefleksi pengetahuan yang baru diterimanya.
Permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini adalah apakah
pembelajaran pada standar kompetensi mengidentifikasi tanaman dan
pertumbuhannya dengan penerapan pembelajaran berbasis CTL dapat
meningkatkan prestasi belajar siswa. Peningkatan prestasi belajar dalam
penelitian ini yaitu ditunjukkan dengan peningkatan hasil belajar siswa
setelah pembelajaran dengan pendekatan CTL, dan ketuntasan hasil belajar
siswa setelah pembelajaran CTL, serta peningkatan aktivitas guru dan siswa
dalam pembelajaran CTL. Pembelajaran dengan pendekatan CTL adalah
merupakan konsep belajar yang membantu guru dalam mengkaitkan antara
materi yang dipelajarinya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong
siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dan
penerapanya dalam kehidupan sehari-hari dengan melibatkan tujuh komponen
pembelaaajaaran
efektif
(Nurhadi;
2005)
yaitu:
Konstruktivisme,
63
pada
standar
kompetensi
mengidentifikasi
tanaman
dan
menerapkan
konsep-konsep
yang
dipelajarinya
melalui
proses
64
siswa
serta
mendorong
siswa
mengkonstruksikan
65
66
Berdasarkan
hasil
analisis
aktivitas
pembelajaran
siswa
mendapatkan nilai 81,25 dan guru sebesar 86,76. Walaupun nilai tersebut
sudah termasuk pada kategori baik tetap saja banyak hal yang harus
diperbaiki agar tujuan pembelajaran dapat dicapai sesuai dengan yang
diharapkan. Dengan banyaknya koreksi yang harus diperbaiki, maka dalam
siklus II guru melakukan pembelajaran dengan mengacu pada temuan-temuan
siklus I.
Siklus kedua merupakan tahapan dimana siswa mulai beradaptasi dan
terbiasa dengan pembelajaran CTL. Permasalahan-permasalahan yang ada
pada siklus sebelumnya sudah dapat diminimalisir. Siswa mulai aktif dalam
pembelajaran dan guru sudah dapat menguasai kelas dengan cukup baik.
Situasi kelas sudah tidak seramai pada siklus sebelumnya. Siswa-siswa
banyak mengajukan pertanyaan, menjawab pertanyaan, dan berdiskusi
dengan anggota kelompok. Walaupun demikian siklus II belum menampakan
keberhasilan pembelajaran yang diharapkan. Persentase ketuntasan individual
masih dibawah 60% yaitu hanya sebesar 46,15%. Peningkatan persentase dari
siklus I hanya sebesar 4,48%. Nilai yang masih jauh dengan yang diharapkan.
Hal tersebut dimungkinkan karena siswa harus melakukan praktek, sehingga
konsentrasi mereka terhadap pembelajaran menjadi terbagi-bagi. Meskipun
67
demikian, penilaian kinerja siswa menunjukan nilai yang bagus bahkan ada
yang mencapai sempurna. Peneliti tidak menggunakan nilai tersebut sebagai
acuan dalam ketuntasan belajar. Hal tersebut dilakukan agar nilai setiap siklus
dapat seimbang pada taraf ranah kognitif.
Peningkatan aktivitas pembelajaran pada siklus II sebenarnya telah
terjadi. Hal tersebut dapat dilihat dari nilai yang meningkat dari siklus I, yaitu
untuk aktivitas siswa memperoleh nilai sebesar 87,5 atau masih dalam
kategori baik dan untuk guru sebesar 91,17 dengan kategori baik sekali.
Pembelajaran pada siklus II ini masih tetap ditemukan kekurangankekurangan seperti yang dibahas sebelumnya pada hasil refleksi siklus II.
Padahal dalam kondisi pembelajaran yang kondusif, yang melibatkan siswa
secara aktif dalam mengamati, dalam mengoperasikan alat, atau berlatih
menggunakan objek konkrit disertai dengan diskusi diharapkan siswa dapat
bangkit sendiri untuk berfikir, untuk menganalisis data, untuk menjelaskan
ide, untuk bertanya, untuk berdiskusi, dan untuk menulis apa yang dipikirkan
sehingga
memberi
kesempatan
siswa
untuk
mengkonstruksikan
68
peningkatan hasil belajar siswa dari nilai pre tes ke pos tes setiap siklusnya.
Nilai N- Gain yang terdapat pada setiap siklus mempunyai kategori yang
69
sama yaitu pada kategori sedang yang artinya tidak tinggi maupun rendah.
Walaupun demikian tetap ada kenaikan dalam jumlah angka yang didapat
dari siklus I sampai siklus II. Hal tersebut dapat menunjukan bahwa nilai NGain terus meningkat sejalan dengan adanya perbaikan dalam setiap
pembelajaran dan nilai N- Gain berpengaruh sangat nyata terhadap nilai yang
diraih siswa.
Berdasarkan hasil pengamatan dan hasil tes dapat dievaluasi bahwa
langkah-langkah yang telah diprogramkan dan dilaksanakan mampu
mencapai tujuan seperti yang ditetapkan dalam penelitian ini. Dengan
demikian penerapan pembelajaran berbasis CTL (Contextual Teaching and
learning) dalam proses belajar mengajar khususnya pada standar kompetensi
mengidentifikasi tanaman dan pertumbuhannya pada kelas X APTKJ 1 SMK
Negeri 2 Cilaku Cianjur tahun pelajaran 2012/2013, dapat meningkatkan
prestasi belajar siswa. Hal tersebut senada dengan yang diungkapakan oleh
Ika Nurul Fattakhul Janah dalam skripsinya tahun 2006 ia mengungkapkan
bahawa Pembelajaran Fisika dengan pendekatan CTL (Contextual Teaching
and Learning) dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi pokok
Kalor. Pada tahun 2010 Syarof Nursyah I dalam skripsinya mengungkapkan
bahwa Penerapan metode CTL pada Mata Pelajaran Sejarah telah dapat
meningkatkan prestasi belajar siswa khususnya pada indikator siswa dapat
mengidentifikasi kebudayaan Sa Huynh dan India yang berpengaruh terhadap
kebudayaan Indonesia. Dengan demikian penelitian tindakan kelas dalam
penelitian ini dapat dikatakan berhasil.
70
terdapat
keunggulan
dan
kekurangannya.
Keunggulan
dan
Kelemahan
model
dalam
Menjadikan
belajar
suasana
lebih
71
Pada
prinsipnya
seluruh
rangkaian
proses
penelitian
dengan
72
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkann hasil analisis data dan pembahasan dapat disimpulkan
sebagai berikut :
1. Penerapan Model Pembelajaran Berbasis CTL (Contextual Teaching and
Learning) dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas X APTKJ 1
berupa hasil belajar dan aktivitas belajar pada standar kompetensi
Mengidentifikasi Tanaman dan Pertumbuhannya di SMK Negeri 2 Cilaku
Cianjur
2. Penelitian yang digunakan ialah dengan metode Penelitian Tindakan Kelas
(PTK) yang dilaksanakan selama 3 siklus. Tahapan analisis yang
dilakukan penulis terdiri dari perencanaan, pelaksanaan tindakan, analisis
data berupa hasil pembelajaran dan observasi serta refleksi.
3. Peningkatan hasil belajar setelah mengalami pembelajaran dengan
penerapan model pembelajaran berbasis CTL (Contextual Teaching and
Learning) terlihat dari nilai rata-rata N- gain dari nilai pre tes ke nilai pos
tes. Peningkatan hasil belajar pada siklus I sebesar 0,4, siklus II sebesar
0,5, siklus III sebesar 0,7 dan semuanya termasuk pada kategori sedang.
4. Pembelajaran Berbasis CTL (Contextual Teaching and Learning) ini dapat
membantu siswa untuk melihat makna suatu teori atau bahan pelajaran
dengan cara mengkaitkan konsep materi pelajaran dengan konteks
kehidupan mereka sehari-hari.
72
73
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap penerapan
model Pembelajaran Berbasis CTL (Contextual Teaching and Learning) pada
standar kompetensi Mengidentifikasi Tanaman dan Pertumbuhnnya. Peneliti
mengemukakan beberapa saran diantaranya sebagai berikut:
1. Hendaknya guru dapat menerapkan pembelajaran dengan model
pembelajaran CTL serta mengembangkan berbagai aktivitas dan kreatifitas
peserta didik dalam pembelajaran
2. Diharapkan penelitian mengenai model pembelajaran berbasis CTL
(Contextual Teaching and Learning) ini dapat terus dikembangkan dengan
menambah indikator penelitian yang diteliti dan dilakukan pada materi dan
sampel yang lain
3. Pembuatan kelompok kerja siswa ketika menerapkan model pembelajaran
berbasis CTL (Contextual Teaching and Learning) diusahakan selalu
heterogen, karena penempatan siswa-siswa yang aktif pada setiap
kelompok dengan adil akan mempermudah proses pembelajaran
4. Model pembelajaran berbasis CTL (Contextual Teaching and Learning)
dapat dijadikan sebagai alternatif pembelajaran bagi guru dalam upaya
meningkatkan hasil belajar dan aktivitas belajar siswa
74
DAFTAR PUSTAKA
Amin, Moh. 1987. Mengajarkan IPA dengan Menggunakan Metode Discovery
dan Inquiry. Jakarta: Debdikbud.
Arends, Richardl. 2001. Classroom Instructional Management. New York: The
McGraw-Hill Company.
Arikunto, Suharsimi. 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Sistem.
Jakarta: Rineka Cipta.
Arikunto, Suharsimi. 2000. Prosedur Penelitian. Yogyakarta: Rineka Cipta.
Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.
Jakarta: Rineka Cipta.
Arikunto, Suharsimi. 2007. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi
Karsa.
Bandono. 2008. Menyusun Model Pembelajaran CTL. [Online]. Tersedia:
http://bandono.web.id. [22 Juni 2012]
Darsono, Max. 2000. Belajar Pembelajaran. Semarang. IKIP: Semarang Press.
Djaali. 2007. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Departemen Pendidikan Nasional. (2003). Pendekatan Kontekstual (Contextual
Teaching and Learning). Jakarta: Dikdasmen
Departemen pendidikan. 2002. KBBI. Jakarta: Balai Pustaka
Depdikbud. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: PN Persero Balai Pustaka.
Dimyati dan Mudjiono. 1999. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Hamalik, Oemar. 2008. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.
Hamalik, Oemar. 1990. Metode Belajar dan Kesulitan-kesulitan Belajar.
Bandung: Tarsito Bandung.
Hake. 1998. Interactive Engagement Methods in Introductory Mechanic Cours.
[Online]. Tersedia: http://www.Physics.indana/edu/IEM_2bfdf. [22 Juni
2012].
Hakim, Thursan. 2005. Belajar secara Efektif. Jakarta: Pustaka Pembangunan
Swadaya nusantara.
74
75
Irianti, Mitri. dan Syahza, Almasdi. 2010. Pembelajaran Kontekstual. Riau: FKIP
Universitas Riau
Kanisius. 2006. Konsep Diri Positif Menentukan Prestasi Anak. Yogyakarta:
Kanisius.
Kardi,S. dan Nur, M. 2000. Pengajaran Langsung. Surabaya : University Press
Khabibah,S. 2006. Pengembangan Model Pembelajaran Matematika dengan soal
Terbuka untuk Meningkatkan Kreativitas Siswa Sekolah Dasar. Disertasi:
Program pasca sarjana Unesa
Marzuki. 2002. Metodologi Riset. Yogyakarta: Fakultas Ekonomi Universitas
Islam Indonesia.
Nurhadi & Senduk, A.G. 2003 Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching
and Learning/CTL) dan penerapannya dalam KBK. Malang: Universitas
Negeri Malang.
Nurhadi. 2003. Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and
Learning/CTL) dan Penerapannya dalam KBK. Malang: UM PRESS.
Nurhayati, Yayat. 2011. Model-model Pembelajaran Berbasis Komputer.
[Online].
Tersedia:
http://yayatnurhayatiiaincrb.blogspot.com/2011/12/model-modelpembelajaran-berbasis.html [22 juni 2012]
Partini Suardiman, S. 199. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta
Prayitno. 2009. Dasar Teori dan Praksis Pendidikan. Jakarta: Grasindo
Putra, Rizcky Ananda. 2012. Desain dan Jenis PTK. [Online]. Tersedia:
http://pt.scribd.com/rizckyp/d/88265086-Desain-Dan-Jenis-PTK [22 Juni
2012]
R.I. 2003. Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Sistem Pendidikan Nasional.
Bandung: Citra Umbara.
Rusman. (2010). Model-model Pembelajaran. Bandung: Mulia Mandiri Pers.
Sanjaya, Wina. (2006). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Pendidikan. Jakarta: Kencana
Sardiman. 2007. Interaksi dan motivasi belajar mengajar. Jakarta: PT
Rajagrafindo Persada
Slameto. 2003. Belajar Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta:
Rineka Cipta.
76
(Contextual
Teaching
and
2012.
Pembelajaran.
[Online].
http://id.wikipedia.org/wiki/Pembelajaran. [22 Juni 2012]
Tersedia:
77
http://www.scribd.com/doc/51704402/10/A-Jenis-Penelitian.
2012].
[22
Juni