Anda di halaman 1dari 77

1

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan di Indonesia dapat ditempuh melalui tiga jalur, yaitu
pendidikan formal, pendidikan non formal, dan pendidikan informal. Salah
satu satuan pendidikan pada jenjang pendidikan formal ialah Sekolah
Menengah Kejuruan (SMK). Posisi SMK menurut UU Sistem Pendidikan
Nasional No. 20 Tahun 2003 terdapat pada pasal 18 dan pasal 15, termasuk
pada satuan pendidikan menengah kejuruan sebagai lanjutan dari pendidikan
dasar yang bertujuan mempersiapkan peserta didik terutama dalam bidang
pekerjaan tertentu. Dalam proses pendidikan kejuruan perlu ditanamkan
pada siswa sikap mandiri, kreatif, inovatif, efektif, efisien, terampil serta
menguasai pengetahuan dan teknologi sehingga dapat menjadi lulusanlulusan SMK yang berkarakter, terampil, dan cerdas.
SMK Pertanian merupakan salah satu sistem pendidikan yang mulai
dikembangkan di Negara Indonesia, akan tetapi minat terhadap pembelajaran
pertanian di masyarakat sangat minim. Dengan mengubah cara pembelajaran
konvensional menjadi pembelajaran yang lebih bermakna dan menyenangkan
diharapkan akan meningkatkan pemahaman dan minat siswa dan masyarakat
terhadap pendidikan pertanian. Dalam rangka mengembangkan iklim belajar
mengajar yang lebih bermakna dan menyenangkan, sangat diperlukan adanya
keterkaitan antar komponen pendidikan. Komponen pendidikan yang meliputi
guru, siswa, kurikulum, alat (media pembelajaran) dan sumber belajar,
1

materi, metode maupun alat evaluasi saling bekerjasama untuk mewujudkan


proses belajar yang kondusif.
Seiring perkembangan dunia pendidikan, telah ditemukan berbagai
macam model, metode, strategi dan pendekatan pembelajaran yang
berorientasi pada siswa, sehingga siswa dapat berpartisipasi secara aktif
dalam proses pembelajaran. Pembelajaran kontekstual merupakan model
pembelajaran

yang

mampu

mendorong

siswa

mengkonstruksikan

pengetahuan yang telah diperolehnya melalui pola pikir mereka sendiri.


Nurhadi, (2003:13) menyatakan bahwa pembelajaran kontekstual adalah
sebagai berikut:
Konsep belajar dimana guru menghadirkan dunia nyata kedalam kelas
dan mendorong siswa membuat hubungan antar pengetahuan yang
dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari hari,
sementara siswa memperoleh pengetahuan dan keterampilan dari konteks
yang terbatas, sedikit demi sedikit, dan dari proses mengkonstruksi sendiri
sebagai bekal untuk memecahkan masalah dalam kehidupannya sebagai
anggota masyarakat.
Model pembelajaran berbasis Contextual Teaching and Learning
(CTL), menawarkan bentuk pembelajaran yang membantu guru mengaitkan
antara muatan akademik yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa.
Dengan demikian, peran siswa dalam pembelajaran CTL adalah sebagai
subjek pembelajar yang menemukan dan membangun sendiri konsep yang
dipelajarinya. Belajar bukanlah menghafal dan mengingat fakta, tetapi belajar
adalah upaya untuk mengoptimalkan potensi siswa baik aspek kognitif,
afektif, maupun psikomotor.

Melihat proses pembelajaran produktif di SMK Negeri 2 Cilaku


Cianjur yang selama ini berlangsung masih berfokus kepada guru sebagai
sumber utama pengetahuan (transfer pengetahuan dari guru ke siswa).
Ternyata hal ini merupakan salah satu kelemahan proses pembelajaran di
sekolah, artinya pembelajaran yang dilaksanakan oleh para guru kurang
adanya usaha dalam melibatkan proses kemampuan berpikir siswa.
Hasil observasi awal di kelas X APTKJ (Agribisnis Pembibitan
Tanaman dan Kultur Jaringan) di SMK Negeri 2 Cilaku Cianjur diketahui
jumlah persentase siswa yang meraih nilai diatas KKM sangat rendah.
Terbukti pada nilai hasil belajar siswa khususnya pada mata pelajaran
produktif tahun ajaran 2011/2012 pada standar kompetensi ini yang meraih
nilai diatas KKM hanya 5,8% dan pada tahun sebelumnya hanya 6,4%.
Berdasarkan permasalahan dan

gambaran

umum

yang telah

dipaparkan di atas, peneliti memandang perlu untuk mengadakan penelitian


tentang Penerapan Model Pembelajaran Berbasis CTL (Contextual Teaching
And Learning) untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa pada Standar
Kompetensi Mengidentifikasi Tanaman dan Pertumbuhannya di SMK Negeri
2 Cilaku Cianjur.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan

uraian

diatas,

muncul

beberapa

masalah

yang

memperkuat alasan mengapa permasalahan tersebut diangkat. Adapun


identifikasi masalah dari judul yang penulis pilih adalah sebagai berikut:

1. Penguasaan materi dan keterampilan siswa pada standar kompetensi


mengidentifikasi tanaman dan pertumbuhannya masih belum optimal, hal
ini dapat dilihat dari nilai hasil evaluasi siswa yang memenuhi kriteria
kelulusan minimum (KKM) < 60%.
2. Siswa belum mampu memahami dan menafsirkan konsep hubungan
tanaman dan pertumbuhannya, hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata
siswa yang masih dibawah nilai KKM yaitu 75.
C. Batasan Masalah
Sesuai dengan latar belakang dan identifikasi masalah serta agar
penelitian ini lebih terarah dan tidak terlalu luas ruang lingkupnya, maka
dibatasi pada permasalahan sebagai berikut :
1. Model pembelajaran yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah
model pembelajaran berbasis Contextual Teaching and Learning (CTL).
2. Materi pada mata pelajaran produktif dibatasi pada pokok bahasan
tentang

standar

kompetensi

mengidentifikasi

tanaman

dan

pertumbuhannya kelas X.
3. Prestasi belajar dalam penelitian ini dibatasi pada hasil belajar siswa
berupa nilai pre test dan post test serta aktivitas belajar siswa pada setiap
siklus. Aktivitas belajar siswa meliputi mengumpulkan informasi,
melakukan diskusi, keterampilan siswa bertanya, keterampilan siswa
menjawab, membuat kesimpulan, dan mempresentasikan.

D. Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan dan identifikasi masalah yang telah diuraikan,
maka dapat dirumuskan yang menjadi masalah dalam penelitian ini adalah
Apakah dengan penerapan model pembelajaran berbasis Contextual
Teaching and Learning (CTL) dapat meningkatkan prestasi belajar siswa
pada standar kompetensi mengidentifikasi tanaman dan pertumbuhannya di
SMK Negeri 2 Cilaku Cianjur?
E. Tujuan Penelitan
Tujuan penelitian merupakan pedoman bagi peneliti dalam melakukan
penelitian. Tujuan dari penelitian ini pada umumnya adalah untuk
memecahkan masalah pada metode pembelajaran yang selama ini kurang
efektif digunakan oleh guru di SMK pertanian. Sedangkan tujuan khusus dari
penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa
pada standar kompetensi mengidentifikasi tanaman dan pertumbuhannya
setelah diterapkan model pembelajaran berbasis Contextual Teaching and
Learning (CTL).
F. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang ingin diperoleh dari penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Teoritis
Memberikan

gambaran

umum

tentang

penerapan

model

pembelajaran berbasis Contextual Teaching and Learning (CTL) dalam

meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran produktif di SMK


Negeri 2 Cilaku Cianjur.
2. Praktis
a. Dapat memberikan masukan kepada praktisi dalam menerapkan model
pembelajaran berbasis Contextual Teaching and Learning (CTL) pada
kegiatan pembelajaran khususnya untuk mata pelajaran produktif di
SMK Pertanian serta dapat mengetahui tingkat keberhasilan dari
penerapan pendekatan tersebut.
b. Memberikan informasi pada guru atau calon guru tentang model
pembelajaran berbasis Contextual Teaching and Learning (CTL)
sebagai salah satu alternatif untuk meningkatkan keaktifan siswa dalam
pembelajaran produktif di SMK Pertanian.
c. Menjadikan suasana belajar lebih menyenangkan sehingga hasil belajar
dapat dimaksimalkan
d. Peneliti mengharapkan, siswa lebih kritis dalam menanggapi pelajaran
produktif terutama yang sangat berkaitan terhadap permasalahan yang
terjadi di masyarakat.
e. Penelitian ini diharapkan mampu memberikan ide-ide lain maupun
sumbangan dalam bentuk perbaikan pembelajaran khususnya pada
sekolah itu sendiri dan pada institusi pendidikan lain pada umunya.

G. Definisi Operasional
1. Penerapan
Penerapan

adalah

pemasangan,

pengenaan

atau

perihal

mempraktikan (KBBI, 2002). Yang dimaksud dengan penerapan di sini


adalah mempraktikan pembelajaran berbasis Contextual Teaching and
Learning (CTL) dalam kegiatan belajar mengajar Mata pelajaran produktif
di SMK N 2 Cilaku Cianjur.
2. Model pembelajaran berbasis Contextual Teaching and Learning
(CTL)
Model pembelajaran berbasis CTL merupakan suatu pendekatan
pembelajaran yang menekankan pada proses keterlibatan siswa untuk
menemukan materi yang dipelajarinya dan menghubungkan serta
menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari mereka (Sanjaya, 2006).
Model pembelajaran CTL yang digunakan dalam penelitian ini
adalah

siswa

diberikan

pembelajaran

masalah

kontekstual

yang

berhubungan dengan kehidupan sehari-hari. Masalah CTL yang digunakan


merupakan masalah sederhana yang dikenal siswa yang relevan dengan
kompetensi pada mata pelajaran produktif.
3. Prestasi belajar
Prestasi belajar diartikan sebagai tingkat keterkaitan siswa dalam
proses belajar mengajar sebagai hasil evaluasi yang dilakukan guru.
Menurut Tirtonegoro (2001), mengemukakan bahwa prestasi belajar
adalah penilaian hasil usaha kegiatan belajar yang dinyatakan dalam

bentuk symbol angka, huruf maupun kalimat yang dapat mencerminkan


hasil yang sudah dicapai oleh setiap anak didik dalam periode tertentu.
Prestasi belajar pada penelitian ini yaitu dilihat dari hasil belajar
siswa dan aktivitas belajar. Hasil belajar yang dimaksud disini adalah nilai
hasil pre test dan post test dari setiap siklus pembelajaran pada standar
kompetensi mengidentifikasi tanaman dan pertumbuhannya. Sedangkan
aktivitas belajar di dalam kelas dilihat dari siswa mengumpulkan
informasi, melakukan diskusi, keterampilan siswa bertanya, keterampilan
siswa menjawab, membuat kesimpulan, mempresentasikan dan lain-lain.
H. Sistematika Penulisan
Agar

pembahasan

dalam

proposal

penelitian

nanti

terdapat

kesinambungan dan sistematis, maka dalam penulisannya ini mencakup tiga


bab berdasarkan pembahasan sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Berisi tentang latar belakang penelitian, identifikasi masalah, rumusan
masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi operasional, dan
sistematika penulisan.
BAB II KAJIAN PUSTAKA
Berisi tentang tinjauan pustaka mengenai; model pembelajaran CTL
(Contextual Teaching and Learning); prestasi belajar; pembelajaran
mengidentifikasi tanaman dan pertumbuhannya; dan penelitian yang telah
dilakukan.

BAB III METODE PENELITIAN


Berisi tentang rencana penelitian, desain penelitian, prosedur
penelitian; instrument penelitian, validasi instrument, teknik pengolahan data,
dan validasi data.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN

10

BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Model Pembelajaran CTL (Contextual Teaching and Learning)
Salah satu strategi pembelajaran yang dikembangkan dengan tujuan
agar pembelajaran berjalan dengan produktif dan bermakna bagi siswa adalah
strategi pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning) yang
selanjutnya disebut CTL. Strategi CTL fokus pada siswa sebagai pembelajar
yang aktif, dan memberikan rentang yang luas tentang peluang belajar bagi
mereka

yang

menggunakan

kemampuan

akademik

mereka

untuk

memecahkan masalah kehidupan nyata yang kompleks.


1. Pengertian Pembelajaran CTL
Terkait dengan CTL ini, para ahli menyebutnya dengan istilah
yang berbeda-beda, seperti: pendekatan pembelajaran kontekstual, strategi
pembelajaran kontekstual, dan model pembelajaran kontekstual. Apapun
istilah yang digunakan para ahli tersebut, pada dasarnya kontekstual
berasal dari bahasa Inggris contextual yang berarti sesuatu yang
berhubungan dengan konteks. Oleh sebab itu pembelajaran kontekstual
merupakan konsep pembelajaran yang mana guru menggunakan
pengalaman siswa yang pernah dilihat atau dilakukan dalam kehidupannya
sebagai sumber belajar pendukung. Pembelajaran dapat mendorong siswa
membuat hubungan antara materi yang dipelajari, pengalaman yang
dimiliki dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota
keluarga dan masyarakat (Bandono, 2010).

10

11

Landasan filosofis CTL adalah konstruktivisme yaitu filosofi


belajar yang menekankan bahwa belajar tidak hanya sekadar menghafal,
tetapi merekonstruksikan atau membangun pengetahuan dan keterampilan
baru lewat fakta-fakta atau proposisi yang mereka alami dalam
kehidupannya. Pendekatan ini selaras dengan konsep kurikulum berbasis
kompetensi yang diberlakukan saat ini dan secara operasional tertuang
pada KTSP. Kehadiran kurikulum berbasis kompetensi juga dilandasi oleh
pemikiran bahwa berbagai kompetensi akan terbangun secara mantap dan
maksimal apabila pembelajaran dilakukan secara kontekstual (Syahza,
2010).
2. Karakteristik Pembelajaran Kontekstual
Pembelajaran

dengan

pendekatan

kontekstual

mempunyai

karakteristik sebagai berikut:


a. Pembelajaran dilaksanakan dalam konteks autentik, yaitu pembelajaran
yang diarahkan pada ketercapaian keterampilan dalam konteks
kehidupan nyata atau pembelajaran yang dilaksanakan dalam
lingkungan yang alamiah.
b. Pembelajaran

memberikan

kesempatan

kepada

siswa

untuk

mengerjakan tugas-tugas yang bermakna.


c. Pembelajaran dilaksanakan dengan memberikan pengalaman bermakna
kepada siswa.
d. Pembelajaran dilaksanakan melalui kerja kelompok, berdiskusi, saling
mengoreksi antar teman.

12

e. Pembelajaran memberikan kesempatan untuk menciptakan rasa


kebersamaan, bekerja sama, dan saling memahami antara satu dengan
yang lain secara mendalam.
f. Pembelajaran dilaksanakan secara aktif, kreatif, produktif, dan
mementingkan kerja sama.
g.

Pembelajaran dilaksanakan dalam situasi yang menyenangkan.


Secara lebih sederhana karakteristik pembelajaran kontekstual

dapat dinyatakan menggunakan sepuluh kata kunci yaitu: kerja sama,


saling menunjang, menyenangkan, belajar dengan gairah, pembelajaran
terintegrasi, menggunakan berbagai sumber, siswa aktif, sharing dengan
teman, siswa kritis dan guru kreatif.
3. Hakikat Pendekatan CTL
Pendekatan CTL (Contextual Teaching and Learning) adalah
konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang
diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat
hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya
dalam kehidupan mereka sehari-hari (Sungkowo,2003:1).
4. Tujuh Komponen CTL
Pendekatan CTL memiliki tujuh komponen utama yang harus
diterapkan

dalam

pembelajarannya

(Depdiknas,2003:10).

komponen tersebut diuraikan sebagai berikut:

Ketujuh

13

a. Konstruktivisme (Contructivism)
Konstruktivisme (Contructivism) merupakan landasan berpikir
konstruktivisme (filosofi) pendekatan CTL, yaitu bahwa pengetahuan
dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas
melalui konteks yang terbatas (sempit) dan tidak sekonyong-konyong.
Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep, atau kaidah
yang siap untuk diambil dan diingat. Manusia harus mengkonstruksi
pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata
(Depdiknas,2003:11).
Dalam pandangan konstruktivis, strategi memperoleh lebih
diutamakan dibandingkan seberapa banyak siswa memperoleh dan
mengingat pengetahuan. Untuk itu, tugas guru adalah memfasilitasi
proses tersebut dengan:
1) Menjadikan pengetahuan bermakna dan relevan bagi siswa,
2) Memberi kesempatan siswa menemukan dan menerapkan idenya
sendiri, dan
3) Menyadarkan siswa agarmenerapkan strategi mereka sendiri dalam
belajar.
Nurhadi (2003:39) menyampaikan, penerapan pembelajaran
konstruktivistik muncul dalam lima langkah pembelajaran berikut:
1) Pengaktifan pengetahuan yang sudah ada (activing knowledge).
2) Pemerolehan pengetahuan baru (acquiring knowledge).
3) Pemahaman pengetahuan (understanding knowledge).

14

4) Menerapkan pengetahuan dan pengalaman yang diperoleh (applying


knowledge).
5) Melakukan refleksi (reflecting on knowledge).
b. Menemukan (Inquiry)
Guru harus selalu merancang kegiatan yang merujuk pada
kegiatan

menemukan,

apapun

materi

yang

diajarkan

(Depdiknas,2003:13). Inquiry dibentuk dan meliputi discovery karena


siswa harus menggunakan kemampuan discovery dan lebih banyak lagi,
misalnya: merumuskan problem, merancang eksperimen, melakukan
observasi dan eksperimen, mengumpulkan dan menganalisa data,
menarik kesimpulan, mempunyai sikap-sikap objektif, jujur, hasrat
ingin tahu, terbuka dan sebagainya (Moh. Amien, 1988).
c. Bertanya (Questioning)
Kegiatan bertanya dalam pembelajaran yang produktif berguna
untuk:
1) Menggali informasi, baik administrasi maupun akademis
2) Mengecek pemahaman siswa
3) Membangkitkan respon kepada siswa mengetahui sejauhmana
keingintahuan siswa
4) Mengetahui hal-hal yang sudah diketahui siswa
5) Memfokuskan perhatian siswa pada sesuatu yang dikehendaki guru
6) Untuk membangkitkan lebih banyak lagi pertanyaan dari siswa
7) Untuk menyegarkan kembali pengetahuan siswa.

15

d. Masyarakat Belajar (Learning Community)


Konsep

learning

community

menyarankan

agar

hasil

pembelajaran diperoleh dari hasil kerjasama dengan orang lain


(Sungkowo,2003:15).
e. Pemodelan (Modeling)
Maksudnya dalam sebuah pembelajaran ketrampilan atau
pengetahuan tertentu, ada model yang bisa ditiru.
f. Refleksi (Reflection)
Siswa mengendapkan apa yang baru dipelajarinya sebagai
struktur pengetahuan baru, yang merupakan pengayaan atau revisi dari
pengetahuan sebelumnya (Sungkowo,2003:18). Refleksi diperlukan
karena pengetahuan harus dikontekstualkan agar sepenuhnya dipahami
dan diterapkan secara luas (Nurhadi,2003:40).
g. Penilaian Sebenarnya (Authentic Assessment)
Assessment adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa
memberikan gambaran perkembangan belajar siswa untuk memastikan
bahwa siswa mengalami proses belajar yang benar. Gambaran tentang
kemajuan belajar siswa diperlukan di sepanjang proses pembelajaran
maka assessment tidak dilakukan di akhir periode, tetapi dilakukan
bersamaan

dengan

proses

pembelajaran.

Karakteristik

Autentic

Assessment:
1) Dilaksanakan selama dan sesudah proses pembelajaran berlangsung
2) Bisa digunakan untuk formatif maupun sumatif

16

3) Diukur ketrampilan dan perfomansi, bukan mengingat fakta


4) Berkesinambungan
5) Terintegrasi
6) Dapat digunakan sebagai feed back.
5. Penerapan CTL di Kelas
Penerapan CTL dalam kelas cukup mudah. Pembelajaran CTL
terdiri dari 6 fase dan perilaku. Fase- fase dan perilaku tersebut merupakan
tindakan berpola. Pola ini diciptakan agar hasil pembelajaran dengan
penerapan CTL dapat diwujudkan.
Tabel 2.1 Sintak Pembelajaran CTL
Fase-fase

Perilaku Guru

Komponen CTL

Fase 1.

Menyampaikan semua

Questioning

Menyampaikan tujuan

tujuan yang ingin

Construktivisme

dan memotivasi siswa

dicapai selama
pembelajaran dan
memotivasi siswa
belajar

Fase 2.

Menyajikan informasi

Questioning

Menyajikan informasi

kepada siswa dengan

Construktivisme

jalan demonstrasi atau


lewat bahan bacaan
Fase 3.

Menjelaskan kepada

Learning Community

Mengorganisasikan

siswa bagaimana cara

Autentic Assesment

siswa kedalam

membentuk kelompok

kelompok-kelompok

belajar dan membantu

belajar

setiap kelompok agar


melakukan transisi

17

secara efisien
Fase 4.

Membimbing kelompok Modelling

Membimbing

belajar pada saat

Inquiry

kelompok bekerja dan

mereka mengerjakan

Autentic Assesment

belajar

tugas mereka

Fase 5.

Mengevaluasi hasil

Reflection

Evaluasi dan

belajar tentang materi

Autentic Assesment

pemberian umpan

yang telah

balik

dipelajari/meminta
kelompok presentasi
hasil kerja

Fase 6.

Menghargai baik upaya

Memberikan

maupun hasil belajar

penghargaan

individu dan kelompok

Autentic assesment

Sumber: Trianto (2007)

B. Prestasi Belajar
Prestasi belajar diartikan sebagai tingkat keterkaitan siswa dalam
proses belajar mengajar sebagai hasil evaluasi yang dilakukan guru. Menurut
Tirtonegoro (2001), mengemukakan bahwa prestasi belajar adalah penilaian
hasil usaha kegiatan belajar yang dinyatakan dalam bentuk symbol angka,
huruf maupun kalimat yang dapat mencerminkan hasil yang sudah dicapai
oleh setiap anak didik dalam periode tertentu. Menurut Siti Partini (1991),
Prestasi belajar adalah hasil yang dicapai oleh seseorang dalam kegiatan
belajar.
Suatu proses belajar diharapkan menghasilkan sesuatu yang disebut
hasil belajar. Hasil belajar itu dapat berupa pengetahuan, sikap dan

18

ketrampilan yang dapat diklasifikasikan ke dalam aspek-aspek kognitif,


afektif dan psikomotor. Aspek kognitif mencakup kemampuan berpikir,
termasuk kemampuan memahami, menghapal, mengaplikasi, menganalisis,
mensintesis, dan mengevaluasi. Aspek afektif mencakup watak perilaku
seperti perasaan, minat, sikap, emosi, dan nilai. Aspek psikomotorik
mencakup imitasi, manipulasi, presisi, artikulasi, dan naturalisasi (Tim
Peneliti Program Pasca Sarjana UNY, 2003:1-5).
Prestasi belajar dalam proses belajar mengajar tergantung pada
berbagai faktor yang mempengaruhi proses belajar. Faktor-faktor tersebut
dapat dikelompokan sebagai berikut:
1. Faktor intern (berasal dari diri siswa), meliputi :
a. Kondisi fisiologis
b. Faktor psikologis, yang meliputi antara lain: kecerdasan, bakat, minat,
motivasi dan perhatian.
2. Faktor ekstern (berasal dari luar diri siswa), meliputi :
a. Faktor lingkungan, meliputi: lingkungan alam dan lingkungan sosial.
b. Faktor instrumental, yaitu faktor yang adanya dan penggunaannya
dirancang sesuai dengan hasil yang diharapkan. Faktor instrumental ini
meliputi: kurikulum, sarana, dan prasarana dan guru.
Prestasi belajar yang baik diperoleh dari pemahaman terhadap prinsipprinsip atau asas-asas belajar yang dapat mengarahkan kepada cara belajar
yang efisien. Menurut Oemar Hamalik dalam Max Darsono (2000:27)
prinsip-prinsip belajar tersebut meliputi:

19

1. Belajar yang paling efektif apabila didasari oleh dorongan motivasi yang
murni (motivasi instrinsik) dan bersumber dari dalam diri sendiri.
2. Belajar harus bertujuan, terarah dan jelas bagi siswa.
3. Belajar memerlukan bimbingan.
4. Belajar memerlukan latihan dan ulangan agar apa-apa yang telah dipelajari
dapat dikuasai.
5. Belajar harus disertai keinginan dan kemauan yang kuat untuk mencapai
hasil atau tujuan.
6. Belajar dianggap berhasil apabila siswa telah sanggup menstranferkan atau
menerapkan ke dalam bidang praktek sehari-hari.
C. Pembelajaran Mengidentifikasi Tanaman dan Pertumbuhannya
Pembelajaran di SMK mempunyai ciri khas khusus yang berbeda
dengan pembelajaran di SMA, dimana terdapat mata pelajaran produktif yang
harus relevan dengan dunia kerja atau dunia industri. Jumlah mata pelajaran
produktif kelas X Kompetensi Keahlian Agribisnis Pembibitan Tanaman dan
Kultur Jaringan di SMK Negeri 2 Cilaku disesuaikan dengan jumlah Standar
Kompetensi (SK) yang ada. Salah satu mata pelajaran atau standar
kompetensi (SK) yang terdapat di SMK Negeri 2 Cilaku adalah
Mengidentifikasi Tanaman dan Pertumbuhannnya.
Standar

Kompetensi

(SK)

mengidentifikasi

tanaman

pertumbuhannnya memiliki tujuh macam Kompetensi Dasar (KD), yaitu :


1. Menjelaskan sistem produksi tanaman
2. Menjelaskan tanah sebagai tempat tumbuh tanaman

dan

20

3. Menjelaskan air sebagai unsur essensial tanaman


4. Menjelaskan faktor cuaca sebagai faktor penting bagi tanaman
5. Menjelaskan faktor biotik dan abiotik sebagai faktor yang berpengaruh
terhadap pertumbuhan tanaman.
6. Menjelaskan hubungan antara tanaman dan pertumbuhanya
Pembelajaran menjelaskan air sebagai unsur essensial tanaman dan
menjelaskan hubungan antara tanaman dan pertumbuhannya adalah salah satu
kompetensi dasar yang harus dikuasai oleh siswa kelas X Kompetensi
Keahlian Agribisnis Pembibitan Tanaman dan Kultur Jaringan pada semester
tiga. Dalam kompetensi dasar ini terdapat beberapa indikator yang harus
dipenuhi dalam pembelajarannya, yaitu :
1. Kompetensi dasar menjelaskan air sebagai unsur essensial tanaman
a. Macam-macam air dideskripsikan berdasarkan jenisnya
b. Siklus air dijelaskan secara sistematis
c. Fungsi air bagi tanaman dijelaskan dengan benar
d. Kekurangan dan kelebihan air diidentifikasi berdasarkan gejala yang
terjadi pada tanaman
2. Kompetensi

Dasar

menjelaskan

hubungan

antara

tanaman

dan

pertumbuhannya
a. Tanaman dikelompokkan berdasarkan umurnya
b. Tanaman dikelompokkan berdasarkan produk yang dihasilkan
c. Pertumbuhan tanaman dijelaskan berdasarkan fase pertumbuhannya
d. Stagnasi tanaman dijelaskan berdasarkan penyebabnya

21

e. Tanaman diberi perlakuan agar tidak mengalami stagnasi


Berdasarkan indikator tersebut, materi pelajaran

yang harus

disampaikan kepada siswa antara lain adalah :


1. Kompetensi dasar menjelaskan air sebagai unsur essensial tanaman
a. Macam-macam air
b. Fungsi-fungsi air
c. Kadar air tanah
d. Metode pemberian air
e. Akibat kekurangan dan kelebihan air
2. Kompetensi

Dasar

menjelaskan

hubungan

antara

tanaman

dan

pertumbuhannya
a. Pengelompokan Tanaman
b. Fase pertumbuhan tanaman
c. Hubungan antara umur tanaman dan produksi tanaman
d. Stagnasi pada tanaman
D. Penelitian yang telah dilakukan
Penelitian yang telah dilakukan ini digunakan sebagai acuan agar
penelitian yang akan dilakukan tidak sama dengan penelitian yang sudah ada.
Dibawah

ini

adalah

beberapa

contoh

penelitian

penerapan

model

pembelajaran CTL pada proses belajar mengajar.


1. Tahun 2006, Ika Nurul Fattakhul Janah melakukan penelitian dengan judul
Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Fisika Materi Pokok Kalor Dengan
Pendekatan CTL (Contextual Teaching And Learning) Pada Siswa Kelas

22

VIII SMP Negeri 1 Tulis Tahun Pelajaran 2005/2006. Hasil penelitian


menunjukan pembelajaran Fisika dengan pendekatan CTL (Contextual
Teaching and Learning) dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada
materi pokok Kalor.
2. Tahun 2010, Syarof Nursyah I melakukan penelitian dengan judul
Penerapan Model Pembelajaran CTL (Contextual Teaching and
Learning) Pada Mata Pelajaran Sejarah Untuk Meningkatkan Prestasi
Belajar Siswa Kelas X.6 di SMAN 1 Malang. Hasil penelitian
menunjukan penerapan metode CTL pada Mata Pelajaran Sejarah telah
dapat meningkatkan prestasi belajar siswa khususnya pada indikator siswa
dapat mengidentifikasi kebudayaan Sa Huynh dan India yang berpengaruh
terhadap kebudayaan Indonesia.
3. Tahun 2005, Ema Novianisari melakukan penelitian dengan judul
Memaksimalkan Hasil Belajar Siswa dengan Pendekatan CTL di SMP
Negeri 2 Brangsong Kendal. Hasil penelitian menunjukan hasil belajar IPS
Geografi pada pokok bahasan Papua Nugini lebih maksimal dengan
menggunakan pembelajaran CTL dibandingkan dengan pembelajaran
konvensional.

23

BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pelaksanaan penelitian
1. Lokasi Penelitian
Lokasi Penelitian dilakukan di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri
2 Cilaku Kabupaten Cianjur.
2. Subjek Penelitian
Subjek Penelitian adalah siswa kelas X Kompetensi Keahlian
APTKJ 1 (Agribisnis Pembibitan Tanaman dan Kultur Jaringan) SMK
Negeri 2 Cilaku Cianjur.
B. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
Model Kemmis dan Mc Taggart. Penelitian tindakan kelas ini berfokus pada
upaya untuk mengubah kondisi riil sekarang ke arah kondisi yang diharapkan
(improvemen oriented).
Harjodipuro (Sunendar, 2008) menjelaskan bahwa PTK adalah sebuah
bentuk kegiatan refleksi diri yang dilakukan oleh para pelaku pendidikan
dalam suatu situasi kependidikan untuk memperbaiki rasionalitas dan
keadilan tentang: (a) praktik-praktik kependidikan mereka, (b) pemahaman
mereka tentang praktik-praktik tersebut, (c) situasi dimana praktik-praktik
tersebut dilaksanakan.

Peneliti bertindak sebagai pengajar, sedangkan guru bidang studi


sebagai observer. Penelitian ini dilaksanakan dalam 3 siklus, dengan tiap
siklus mempunyai 4 tahapan, yaitu: Planning (rencana), Action (tindakan),
Observation (pengamatan), Reflection (refleksi).
23

24

Rancangan penelitian yang akan digunakan mengacu pada model yang


dikembangkan oleh Kemmis dan Mc. Taggart, yaitu model Spiral yang dapat
dilihat pada gambar 1.

Perencanaan

Refleksi

Siklus

Pelaksanaan

Pengamatan

Gambar 3.1 Diagram Alir PTK (Modifikasi dari Berbagai Sumber)


Peneliti merencanakan 3 siklus untuk pelaksanaan penelitian ini, akan
tetapi apabila dalam dua siklus siswa yang telah mencapai nilai KKM 60 %
maka siklus akan dihentikan dengan pertimbangan telah mencapai tujuan
yang diharapkan. Apabila setelah siklus ketiga tujuan belum tercapai maka
siklus dilanjutkan hingga mencapai tujuan, atau sesuai dengan saran dan
pertimbangan dari kolaborator penelitian atau dosen pembimbing (pakar).
C. Prosedur Penelitian
1. Perencanaan (Planning)
Perencanaan penelitian adalah melakukan identifikasi masalah
kemudian membuat rencana suatu kegiatan pembelajaran berdasarkan

25

analisa masalah yang didapatkan, dari mulai penetapan waktu, materi,


metode penyampaian materi. Perencanaan dalam penelitian tindakan
sebaiknya lebih bersifat fleksibel, hal ini dimaksudkan untuk mengatasi
tantangan tidak dapat diprediksi sebelumnya.
Perencanaan yang dilakukan peneliti dalam penelitian tindakan
kelas ini terdiri dari beberapa kegiatan perencanaan, di antaranya yaitu:
a. Menentukan tempat pelaksanaan penelitian,
b. Melakukan pra-pengamatan sebelum penelitian terhadap kelas yang
akan digunakan,
c. Merundingkan mitra, dalam hal ini kolaborator untuk penelitian,
d. Persiapan kegiatan belajar mengajar (KBM) seperti: pembuatan silabus,
menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), Lembar Kerja
Siswa, menyiapkan alat dan bahan untuk percobaan, dan instrumen
pada setiap siklusnya.
e. Mempersiapkan fasilitas dan sarana pendukung yang diperlukan di
kelas pada setiap siklusnya,
f. Menganalisis data yang diperoleh selama melakukan tindakan
g. Merencanakan bagaimana langkah atau tindakan perbaikan yang akan
dilakukan untuk memperbaiki tindakan yang sebelumnya.
Peneliti melaksanakan tiga siklus dalam penelitian ini, dimana
standar kompetensi yang diajarkan adalah mengidentifikasi tanaman dan
pertumbuhannya. Kompetensi dasar untuk siklus I adalah tentang

26

menjelaskan hubungan antara tanaman dan pertumbuhannya, sedangkan


siklus II dan III tentang menjelaskan air sebagai unsur essensial tanaman.
2. Pelaksanaan/Tindakan (Action)
Tindakan merupakan tahap implementasi dari berbagai rencana dan
kegiatan praktis yang telah dirancang pada tahap sebelumnya dan
merupakan tindakan yang terkontrol secara seksama. Tindakan dapat
terlaksana dengan baik jika mengacu pada rencana yang rasional dan
terukur. Pelaksanaan tindakan dalam penelitian ini menggunakan metode
pembelajaran berbasis Contextual Teaching and Learning (CTL).
Tahapan-tahapan pembelajaran yang terjadi pada siklus I, II dan III dapat
dilihat pada RPP dan kelengkapan kegiatan terdapat pada Lembar Kerja
Siswa yang telah dibuat (terlampir).
3. Pengamatan (Observation)
Pelaksanaan pengamatan dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan
tindakan. Selain itu, dalam pengamatan dilakukan juga analisis. Peneliti
akan melakukan analisa berdasarkan pengamatan seluruh pelaksanaan
tindakan.
Pada tahap ini, peneliti dan mitra melakukan pengamatan terhadap
gejala-gejala yang muncul selama berlangsungnya tindakan yang
dilakukan oleh peneliti. Kegiatan ini bertujuan untuk merekam dan
mengumpulkan data yang diperlukan oleh peneliti.
Hasil observasi dalam penelitian ini nantinya ialah berdasarkan
data yang terekam di kelas selama proses tindakan berlangsung. Peneliti

27

bersama-sama dengan mitra peneliti juga akan melakukan interpretasi


terhadap data-data yang diperoleh. Setiap akhir tindakan, peneliti dengan
mitra peneliti melakukan diskusi balikan mengenai hal-hal yang harus
diperbaiki, ditingkatkan, ditambah, atau dikurangi bahkan dihilangkan
dalam tindakan berikutnya untuk memperoleh data yang diinginkan. Hasil
diskusi balikan tersebut kemudian oleh peneliti dijadikan acuan untuk
tindakan berikutnya yang akan dilakukan.
4. Refleksi (Reflection)
Refleksi merupakan sarana untuk melakukan pengkajian kembali
terhadap tindakan yang telah dilakukan oleh peneliti terhadap subyek
penelitian yang telah dicatat dalam pengamatan. Langkah refleksi ini
berusaha mencari alur pemikiran yang logis dalam kerangka kerja proses,
problem, isu dan hambatan yang muncul dalam perencanaan tindakan
strategi.
Pada proses refleksi ini peneliti menganalisa dan mengulas data
hasil tes untuk melihat apakah pembelajaran yang dilakukan dapat
meningkatkan prestasi belajar siswa, terutama pembelajaran pada standar
kompetensi mengidentifikai tanaman dan pertumbuhannya. Terlihat pada
refleksi siklus I, terlihat adanya kekurang sempurnaan maka dilakukan
perbaikan pelaksanaan pembelajaran siklus I pada siklus berikutnya.
D. Instrument Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

28

1. Tes tertulis
Tes tertulis merupakan teknik pengumpulan data dengan cara
memberikan sejumlah item pertanyaan mengenai materi yang telah
diberikan kepada subjek penelitian. Pada penelitian ini metode tes
digunakan untuk mengumpulkan data mengenai pengetahuan awal siswa
(pre test) dan hasil belajar siswa (post test). Tes dalam penelitian ini
berbentuk tes objektif dan subjektif. Tes objektif dengan bentuk
pertanyaan pilihan ganda 15 soal pada siklus I, 10 soal untuk siklus II dan
5 soal untuk siklus III. Tes subjektif yang diberikan berupa soal essay
yang memuat beberapa pertanyaan mengenai materi pada standar
kompetensi mengidentifikasi tanaman dan pertumbuhannya. Tes ini
digunakan untuk mengetahui nilai kognitif yang merupakan hasil belajar
siswa.
Instrumen pilihan ganda terlebih dahulu akan dikonsultasikan guru
mata pelajaran di sekolah. Kemudian instrumen tes tersebut diujicobakan
kepada siswa di luar subjek penelitian yang telah mempelajari materi yang
diujikan. Uji coba instrumen diberikan kepada siswa kelas XI APTKJ di
SMK Negeri 2 Cilaku Cianjur.
Pemilihan kelas XI APTKJ di SMK Negeri 2 Cilaku Cianjur
karena siswa tersebut sebelumnya telah mendapatkan materi tentang
mengidentifikasi tanaman dan pertumbuhannya. Setelah data hasil uji coba
terkumpul

kemudian

dianalisis

untuk

mengetahui

validitas

dan

29

reliabilitasnya. Selain itu, setiap butir soal dianalisis untuk mengetahui


indeks kesukaran dan daya pembeda.
2. Pedoman Observasi
Observasi merupakan suatu pengamatan yang dilakukan dengan
teliti dan sistematis untuk tujuan tertentu. Pedoman observasi yang
digunakan ada dua macam yaitu pedoman observasi untuk siswa dan guru.
Pedoman obseravsi siswa digunakan untuk mengamati tingkat aktivitas
belajar siswa sedangkan pedoman observasi guru digunakan untuk melihat
keterlaksanaan penerapan metode pembelajaran CTL selama kegiatan
belajar mengajar
3. Perangkat tugas/Job sheet
Instrumen penelitian ini digunakan untuk mengetahui hasil
kemampuan yang berupa jobsheet

yang telah disusun oleh peneliti

bersama guru pengajar Standar kompetensi Mengidentifikasi Tanaman dan


pertumbuhannya sesuai dengan kompetensi dasar yang ditentukan.
Jobsheet digunakan untuk menilai performa kerja siswa ketika melakukan
praktek. Jobsheet terlampir pada lampiran.
E. Validasi Instrument
1. Validasi Pakar
Pada penelitian ini, peneliti menggunakan judgement expert
(validasi pakar) untuk lembar observasi dan soal essay menggunakan.
Validasi pakar adalah validasi kepada para ahli (expert judgement)
mengenai instrumen yang akan diujikan kepada para siswa untuk

30

memperoleh data. Ahli yang dilibatkan dalam validasi model evaluasi ahli
dalam bidang evaluasi dan praktisi standar kompetensi tersebut yaitu tim
guru mata pelajaran standar kompetensi yang digunakan. Sebelum
instrumen digunakan untuk mengukur, peneliti terlebih dahulu melakukan
diskusi dan meminta masukan kepada para ahli, sehingga instrument
tersebut benar-benar dapat mengukur apa yang harus diukur.
2. Validasi empiris
Validasi untuk instrumen soal tes pilihan ganda menggunakan
validasi empiris, yaitu analisis butir soal. Soal yang akan digunakan
diujikan kepada siswa kelas XI yang telah mendapatkan pembelajaran
standar kompetensi ini pada tahun sebelumnya, kemudian soal dianalisis
berdasarkann validitas, reabilitas, tingkat kesukaran dan daya pembeda.
Soal yang memenuhi kriteria kemudian diujikan kepada subjek penelitian.
a. Validitas
Uji validitas alat evaluasi bertujuan untuk mengetahui valid
tidaknya suatu instrumen tes. Suatu tes dikatakan valid apabila tes itu
dapat tepat mengukur apa yang hendak diukur. Untuk mengetahui
validitas instrumen, setelah tes diujicobakan kemudian dihitung
koefisien korelasi antara nilai hasil uji coba dengan nilai rata-rata
harian.
Korelasi dihitung dengan menggunakan rumus produk momen
dari Pearson sebagai berikut:

rxy

N X

N XY X Y
2

X N Y 2 Y
2

31

Keterangan :
rxy = koefisien korelasi antara X dan Y
N

= banyaknya peserta tes

= nilai hasil ujicoba

= nilai rata-rata ulangan harian


Untuk mengetahui tinggi, sedang, atau rendahnya validitas

instrumen, nilai koefisien diinterpretasikan dengan klasifikasi menurut


Arikunto (2007: 75) sebagai berikut:
0,800 rxy 1,00

korelasi sangat tinggi

0,600 rxy < 0,800

korelasi tinggi

0,400 rxy < 0,600

korelasi sedang

0,200 rxy < 0,400

korelasi rendah

0,00 rxy 0,200

korelasi sangat rendah

b. Reliabilitas
Suatu tes dikatakan reliabel apabila hasil tes tersebut tetap
apabila diteskan berkali-kali. Untuk mengetahui reliabilitas suatu
instrumen

atau alat evaluasi dilakukan dengan cara menghitung

koefisien reliabilitas instrumen. Perhitungan koefisien reliablitas ini


dihitung dengan menggunakan rumus Spearman-Brown (Arikunto,
2007: 93) berikut:

r11

2r 12 12
(1 r 12 12 )

32

Keterangan:
r11

= koefisien reliabilitas

r 12 12

= korelasi antara skor-skor setiap belahan tes.


Koefisien

reliabilitas

yang

diperoleh

diinterpretasikan

menggunakan klasifikasi koefisien reliabilitas menurut Guliford


(Suherman, 2003: 139) sebagai berikut:

r11 < 0,20

derajat reliablitas sangat rendah

0,20 r11 < 0,40

derajat reliablitas rendah

0,40 r11 < 0,70

derajat reliablitas sedang

0,70 r11 < 0,90

derajat reliablitas tinggi

0,90 r11 < 1,00

derajat reliablitas sangat tinggi.

c. Indeks Kesukaran
Indeks kesukaran menyatakan sukar atau mudahnya sebuah soal.
Rumus yang digunakan untuk mengetahui indeks kesukaran tiap butir
soal adalah sebagai berikut (Arikunto, 2007: 208):

B
JS

Keterangan:
P

= indeks kesukaran butir soal

= banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan betul

JS = jumlah seluruh siswa peserta tes

33

Untuk mengetahui interpretasi indeks kesukaran tiap butir soal


yang digunakan adalah sebagai berikut (Arikunto,2007:210):
1,00 < IK 0,30

soal sukar

0,30 < IK 0,70

soal sedang

0,70 < IK 1,00

soal mudah

d. Daya Pembeda
Arikunto (2007: 211), menyatakan Daya pembeda soal adalah
kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang pandai
(berkemampuan tinggi) dengan siswa yang bodoh (berkemampuan
rendah). Untuk menghitung daya pembeda setiap butir soal digunakan
rumus sebagai berikut :

Ba Bb

Pa Pb
Ja Jb

Keterangan :
D

= Daya Pembeda

Ja

= banyaknya peserta kelompok atas

Jb = banyaknya peserta kelompok bawah


Ba = banyaknya kelompok peserta atas yang menjawabsoal dengan
benar
Bb = banyaknya kelompok peserta bawah yang menjawabsoal dengan
benar
Pa = proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar.
Pb = proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar

34

Klasifikasi interpretasi untuk daya pembeda yang digunakan


adalah sebagai berikut (Arikunto, 2007: 218):
0,00 < DP 0,20

jelek

0,20 < DP 0,40

cukup

0,40 < DP 0,70

baik

0,70 < DP 1,00

sangat baik

F. Analisis Data
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah melalui tes
tertulis dan observasi. Data yang diperoleh dengan tes dan lembar observasi
tersebut dikumpulkan secara bertahap pada setiap pelaksanaan pembelajaran.
Adapun analisis data yang digunakan yaitu:
1. Analisis tes tertulis
Tes tertulis digunakan untuk mengukur prestasi belajar pada aspek
kognitif. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis data
kualitatif dengan menggunakan deskripsi proses pembelajaran dan anlisis
data kuantitatif dengan mencari rata-rata hasil belajar siswa tiap siklus.
Analisis tes tertulis ini dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Memberikan pre test dan post test.
b. Menilai hasil tes siswa dengan kriteria ketuntasan minimum (KKM)
yang digunakan di SMK Negeri 2 Cilaku yaitu dengan nilai 75
c. Membandingkan hasil belajar siswa aspek kognitif pada siklus I
dengan siklus II untuk mengetahui peningkatan aspek kognitif

35

d. Mendeskripsikan untuk menjelaskan peningkatan hasil belajar aspek


kognitif dari siklus I, siklus II dan siklus III.
Nilai

siswa

diperoleh

dengan

menggunakan

rumus

(Sukardi,2008:146):
Nilai =
Rata-rata nilai siswa diperoleh dengan menggunakan rumus:

=
Rata-rata nilai siswa yang telah diperoleh kemudian dikonfersikan
pada tabel dibawah ini:
Tabel 3.1 Katagori Tafsiran Rata-Rata Hasil Belajar
Nilai rata-rata

Keterangan

40-55

Sangat rendah

56-65

Rendah

66-75

Sedang

76-85

Tinggi

86-100

Tinggi sekali

Sumber:(Sukardi,2008)
Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar antara sebelum dan
sesudah pembelajaran dilakukan uji N-Gain, dihitung dengan rumus :
N-Gain =

36

Tabel 3.2 Kriteria Normalized Gain


Skor N-gain

Kriteria N-gain

0,70 < N-gain

Tinggi

0,30 N-gain < 0,70

Sedang

N-gain, 0,30

Rendah

Sumber: (Hake, 1998)


2. Analisis pedoman observasi
Pedoman observasi merupakan indikator penilaian aktivitas belajar
siswa. Analisis data yang digunakan untuk pedoman observasi yaitu
metode deskriptif dengan membandingkan aktivitas belajar siswa sebelum
tindakan dengan aktivitas belajar siswa setelah tindakan. Data observasi
diperoleh dengan melihat data pada lembar observasi. Sudjana (2006: 7778) menyatakan Skala penilaian yang digunakan yaitu dengan rentang
nilai dalam bentuk angka 1,2,3, dan 4. Angka tersebut memiliki arti:
1

= kurang

= cukup

= baik

= baik sekali
Data yang diperoleh akan dihitung dengan rumus (Sudjana,

2006:78):
N=

nilai yang diperoleh


nilai maksimal

x 100

Hasil yang diperoleh kemudian dikonfersikan pada tabel dibawah:

37

Tabel 3.3 Konversi Nilai Keterlaksanaan Pembelajaran Oleh Guru


Nilai

Keterangan

10-29

Sangat kurang

30-49

Kurang

50-69

Cukup

70-89

Baik

90-100

Baik sekali

Sumber: (Sudjana, 2006)


G. Validasi Data
Untuk menguji kebenaran penelitian PTK, maka setiap data yang
diperoleh keabsahannya. Pengecekkan keabsahan data pada penelitian ini
adalah dengan cara Member Cek.
Members check yaitu mengecek kebenaran dan kesahihan data temuan
dengan cara mengkonfirmasikan dengan sumber data. Dalam proses ini, data
atau informasi tentang keseluruhan pelaksanaan tindakan yang diperoleh
peneliti utama dan peneliti mitra dikonfirmasi kebenarannya kepada guru
kelas melalui diskusi balikan (refleksi kolaboratif) pada setiap akhir
pelaksanaan tindakan lain pada akhir keseluruhan pelaksanaan tindakan.

38

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil penelitian dan pembahasan pada bab ini adalah studi lapangan untuk
memperoleh data dengan teknik tes tertulis dan observasi setelah dilakukan suatu
pembelajaran yang berbeda dari biasanya. Pada penelitian ini penerapan model
pembelajaran CTL (Contextual Teaching and Learning) diharapkan dapat
meningkatkan prestasi belajar siswa pada standar kompetensi mengidentifikasi
tanaman dan pertumbuhannya di SMK Negeri 2 Cilaku Cianjur. Penelitian
Tindakan (action research) ini dilaksanakan pada siswa kelas APTKJ 1 sebanyak
26 siswa. Hasil penelitian berkenaan dengan pembelajaran yang telah
dilaksanakan pada siklus I sampai dengan siklus III yang dapat dilanjutkan dengan
penyajian pembahasan.
A. Deskripsi Hasil Penelitian
1.

Siklus I
Pembelajaran

pada

siklus

meliputi

kegiatan

perencanaan

pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, hasil pembelajaran dan refleksi.


a. Perencanaan Pembelajaran
Tahap perencanaan pada siklus I adalah mempersiapkan segala hal
yang dibutuhkan selama proses Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) seperti
membuat RPP, menyiapkan bahan ajar, metode dan strategi yang
digunakan pada pembelajaran, media pembelajaran yang digunakan,
lembar kerja siswa, lembar pengamatan siswa, lembar observasi untuk
siswa dan guru, soal pre tes dan pos tes. Pembelajaran direncanakan akan
38

39

dilaksanakan pada pertemuan pertama selama 2 jam pelajaran atau 90


menit yang terbagi menjadi 15 menit pendahuluan, 55 menit kegiatan inti
dan sekitar 20 menit untuk penutup.
Model pembelajaran yang digunakan adalah pembelajaran berbasis
CTL (Contextual Teaching and Learning). Dalam setiap kegiatan
pembelajaran yang dilakukan dalam penelitian ini mencerminkan
komponen utama pembelajaran dengan pendekatan kontekstual. RPP yang
disusun memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1) Kegiatan pembelajaran dimulai dengan apersepsi berupa tanya jawab
berdasarkan pengalaman dalam kehidupan sehari-hari yang telah
dialami siswa dan mengaitkannya dengan materi yang akan dipelajari.
2) Guru menyajikan informasi kepada siswa sebagai tahap awal
pengenalan

siswa

pada

materi

yang

diajarkan

(Questioning,

Construktivisme)
3) Guru mengorganisasikan siswa menjadi beberapa kelompok kecil dan
menyiapkan sarana pembelajaran yang berasosiasi dengan pendekatan
CTL serta membantu mendefinisikan tugas belajar untuk didiskusikan
secara berkelompok (learning community)
4) Siswa melakukan kerja kelompok terkait tugas yang diberikan oleh
guru dan mendiskusikan serta bertanya dalam kelompok (Questioning).
5) Guru membimbing kelompok belajar pada saat siswa mengerjakan
tugas (Modelling, Inquiry, Autentic Assesment)

40

6) Guru membimbing siswa untuk mempresentasikan terkait tugas yang


diberikan dan mengevaluasi hasil belajar siswa (Reflection, Autentic
Assesment)
7) Guru memberikan penghargaan kepada individu maupun kelompok
sebagai upaya menghargai hasil kerja/prestasi siswa (Autentic
assesment)
b. Pelaksanaan Pembelajaran
Pelaksanaan Penelitian Tindakan untuk siklus I dilaksanakan pada
hari Jumat, 27 Juli 2012 dimulai pukul 07.30 WIB. Pada pembelajaran
pertama dua orang siswa tidak hadir dikarenakan sakit dan tanpa
keterangan. Selama kegiatan berlangsung peneliti didampingi oleh satu
observer untuk mengobservasi kegiatan guru dan siswa dengan mengisi
lembar observasi yang telah diberikan. Adapun prosedur kegiatan yang
dilakukan terdapat dalam RPP yang telah dibuat (lihat lampiran).
c. Hasil Pembelajaran
1) Hasil belajar siklus I
Hasil belajar siswa pada saat siklus I dapat dilihat pada tabel
berikut ini:
Tabel 4.1 Hasil Nilai Siklus I
Pre Tes

Post Tes

Nilai Rata Rata

37,3

62,7

% Lulus

4,17

41,46

% Tidak Lulus

95,83

58,33

Nilai Rata-Rata N- Gain

0,4 (Sedang)

Sumber: Data Pribadi

41

Berdasarkan tabel diatas siswa pada saat pre tes memperoleh


nilai rata-rata sebesar 37,3. Hampi seluruh siswa mendapat nilai
dibawah KKM yaitu 23 orang (95,83%) dan hanya 1 siswa atau 4,17%
yang mampu mencapai nilai KKM. Sedangkan untuk pos tes siswa
mendapatkan nilai rata-rata sebesar 62,7. Siswa yang mendapat nilai
75 berjumlah 10 orang. Persentase ketuntasan individual ( 75) sebesar
41,67 %. Nilai peningkatan prestasi (N Gain) memiliki rata-rata 0,4
atau masuk dalam kategori sedang.
Walaupun telah terdapat peningkatan hasil namun nilai tersebut
masih belum mencapai nilai KKM (75) yang telah ditentukan.
Pembelajaran pada siklus I dikatakan belum berhasil, sehingga perlu
dilakukan penelitian siklus II untuk perbaikan pembelajaran dan
hasilnya. Siklus akan dihentikan apabila jumlah persentase siswa yang
telah tuntas/nilai pos tes diatas nilai KKM melebihi 60%.
2) Aktivitas Belajar Siklus I
Penilaian aktivitas belajar dalam penelitian ini diperoleh dari
lembar observasi yang diisi oleh observer selama kegiatan KBM yang
kemudian dianalisa dan diinterpretasikan. Adapun hal-hal yang diamati
dalam lembar penilaian observasi mencakup keaktifan siswa, respon
siswa dalam mengikuti proses pembelajaran, dan suasana kelas selama
proses pembelajaran berlangsung. Sedangkan untuk lembar penilaian
observasi guru mencakup segala hal yang semestinya dilaksanakan oleh
guru untuk membuat suasana pembelajaran sesuai dengan konsep CTL.

42

Berdasarkann pada lembar observasi kegiatan siswa dan guru yang diisi
oleh observer, untuk hasil aktivitas siswa selama pembelajaran dapat
dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 4.2 Skor Aktivitas Siklus I
Siswa

Guru

Skor Nilai Aktivitas

81,25

86,76

Kategori

Baik

Baik

Sumber: Data Pribadi


Tampak pada hasil konfersi terhadap pengolahan nilai aktivitas
kegiatan siswa dan guru mencapai nilai 81,25 dan 86,76. Nilai tersebut
cukup tinggi karena sudah dapat dikatakan bahwa aktivitas kegiatan
siswa dan guru termasuk pada kategori baik. Meskipun demikian nilai
tersebut belum dapat dikatakan sempurna. Oleh karena itu, agar
kegiatan dalam KBM dapat dikategorikan sangat baik perlu dilakukan
analisis dan evaluasi terhadap tindakan yang telah dilakukan untuk
bahan perbaikan selanjutnya.
Kegiatan pertama yang diamati dalam aktivitas kegiatan guru
dan murid adalah kegiatan siswa dalam mendengarkan/memperhatikan
penjelasan

guru,

tampak

seluruh

siswa

cukup

tertib

dalam

memperhatikan penjelasan guru walaupun masih ada siswa yang


berbincang dengan teman lainnya namun guru dapat menegur siswa
tersebut untuk fokus kembali pada pembelajaran. Dalam penyampaian
materi kepada siswa media pembelajaran yang digunakan masih
kurang, karena hanya menggunakan papan tulis dan spidol tidak

43

menggunakan proyektor. Namun hal tersebut tidak dijadikan hambatan


untuk guru tetap memotivasi siswa dalam belajar. Pada kegiatan
selanjutnya guru membagi siswa dalam kelompok-kelompok kecil
untuk melakukan pengamatan, guru tidak mengalami kesulitan yang
berarti dalam membagi siswa dalam kelompok hanya saja masih ada
siswa yang bingung dengan teman dalam kelompoknya. Siswa
diarahkan untuk melakukan pengamatan dengan mengikuti instruksi
dalam LKS yang dibagikan pada setiap kelompok. Siswa melakukan
pengamatan dengan tertib walaupun itu berada diluar kelas. Guru
menghampiri satu

persatu

kelompok

yang sedang melakukan

pengamatan, membimbing, memberi penguatan dan pengarahan pada


siswa dan mencoba menjelaskan pertanyaan dari siswa yang belum
terlalu

memahami.

Siswa

diberikan

waktu

untuk

melakukan

pengamatan terhadap pengelompokan tanaman dan mencari sebanyak


mungkin tanaman untuk dikelompokkan.
Siswa kemudian dibawa kembali kedalam kelas untuk
selanjutnya melakukan diskusi dan presentasi hasil pengamatan. Siswa
melakukan diskusi hasil kembali didalam kelas dan interaksi siswa
dalam kelompok terlihat cukup aktif. Siswa saling bertukar pikiran dan
belajar menyampaikan pendapatnya (learning community).Siswa
dipersiapkan untuk melakukan presentasi yang diwakilkan oleh 2 orang
pada setiap kelompok. Siswa melakukan presentasi hasil pengamatan
dengan tertib walaupun masih kurang adanya keseriusan dari siswa

44

lainnya sebagai audience. Proses tanya jawab pun berlangsung dan


interaksi antar siswa terjadi cukup aktif walaupun sebagian siswa masih
malu dalam mengungkapkan pertanyaan atau sanggahan yang ingin
dilontarkan.
Tugas guru dalam hal ini menertibkan siswa selama kegiatan
presentasi berlangsung dan membantu siswa menganalisis serta
mengevaluasi hasil pengamatan siswa, jika ada hasil pengamatan yang
masih keliru maka guru memberikan perbaikan agar siswa mampu
memahami dengan benar materi yang telah dipaparkan. Guru
memberikan penghargaan pada setiap kelompok berupa tepuk tangan
dan pujian agar siswa lebih termotivasi karena adanya penghargaan
terhadap kerja keras yang telah dilakukan. Selanjutnya guru mencoba
menyimpulkan keseluruhan proses pembelajaran dan siswa cukup
antusias dengan memperhatikan apa yang disampaikan. Diakhir
pembelajaran guru memberikan pos tes, menyampaikan materi yang
akan diberikan pada pertemuan selanjutnya dan memerintahkan siswa
untuk membaca dan belajar terlebih dahulu materi untuk pertemuan
selanjutnya. Pembelajaran pada siklus I diakhiri dengan membaca doa
dan guru mengucapkan salam.
d. Refleksi
Setelah proses pembelajaran dilaksanakan, maka dilakukan analisis
terhadap kegiatan pembelajaran, catatan lapangan, lembar observasi, hasil

45

diskusi dan hasil evaluasi. Data hasil temuan dari instrumen tersebut
digunakan sebagai acuan dalam melaksanakan tindakan selanjutnya.
Tabel 4.3 Hasil Refleksi Siklus I
No

Hasil Observasi

Catatan

Tindakan

Lapangan

Saran Perbaikan

Tampak sebagian

Siswa belum

Guru lebih memotivasi

siswa yang masih

terbiasa dengan

siswa agar lebih aktif

pasif dalam

belajar secara

dalam pembelajaran

proses

mandiri dan aktif

pembelajaran
2

Tampak siswa

Sifat siswa baru

Guru memberikan

yang masih

yang masih

arahan yang lebih baik

kurang serius

membawa sifat

kepada siswa

dalam

anak-anak SMP

pembelajaran
3

Tampak sebagian

Siswa tidak

Siswa diberikan motivasi

siswa masih

terbiasa

dan kesempatan yang

merasa canggung

melakukan tanya

lebih agar tidak merasa

dan malu untuk

jawab dalam

malu untuk bertanya

bertanya dan

pembelajaran

maupun mengemukakan

mengemukakan

kompetensi dasar

pendapat

pendapat

ini

Pada proses

Siswa belum

Guru lebih

pembagian

pernah membuat

mempermudah lagi cara

kelompok masih

kelompok belajar

pembagian kelompok

membingungkan

didalam kelas

kerja siswa

Proses

Siswa cukup

Guru sebaiknya

penyampaian

antusias dalam

melengkapi media

materi cukup baik

menyimak materi

pembelajaran dengan

siswa
5

46

walaupun dengan

media yang lebih baik

hanya

agar pembelajaran

menggunakan

didalam kelas tidak

media sederhana

membosankan

Tampak waktu

Guru hanya fokus

Guru sebaiknya selalu

pembelajaran

dalam

mengingat waktu yang

yang melebihi

mengkondisikan

ditentukan pada tahapan

alokasi waktu

siswa pada

pembelajaran agar

yang sudah

pembelajaran

kegiatan pembelajaran

ditentukan dalam

CTL

tidak melebihi alokasi

RPP

waktu yang telah


disediakan

Sumber: Data Pribadi


2.

Siklus II
Pembelajaran siklus II masih tetap berpedoman pada rencana
pembelajaran yang telah dilakukan pada siklus I meliputi kegiatan
perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, hasil pembelajaran
dan refleksi.
a. Perencanaan Pembelajaran
Tahap perencanaan pada siklus II adalah mempersiapkan segala hal
yang dibutuhkan selama proses Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) seperti
pada siklus I. Sistematika RPP yang dibuat sama dengan RPP pada
pembelajaran siklus I. Pada kegiatan siklus II ini guru lebih disibukkan
dengan menyiapkan alat dan bahan untuk praktek perhitungan kebutuhan
air tanaman. Pembelajaran pada tahap ini dilaksanakan dengan mengacu
pada perbaikan atau refleksi yang telah dilakukan pada saat siklus I agar
proses pembelajaran dapat dilaksanakan dengan lebih baik.

47

b. Pelaksanaan Pembelajaran
Pelaksanaan Penelitian Tindakan untuk siklus II dilaksanakan pada
hari Jumat, 03 Agustus 2012 dimulai pukul 07.30 WIB. Pada pembelajaran
kali ini seluruh siswa kelas X APTKJ 1 dinyatakan hadir. Selama kegiatan
berlangsung peneliti didampingi oleh satu observer untuk mengobservasi
kegiatan guru dan siswa dengan mengisi lembar observasi yang telah
diberikan. Seperti biasa kegiatan pembelajaran dibagi menjadi tiga bagian,
yaitu pendahuluan, kegiatan inti dan akhir seperti pada siklus 1. Namun
pada kegiatan inti siswa tidak melakukan pengamatan melainkan
melaksanakan praktikum perhitungan kebutuhan air tanaman secara
sederhana. Untuk tahapan pelaksanaan pembelajaran secara lengkap dapat
dilihat dalam RPP yang telah dibuat (lihat lampiran).
c. Hasil Pembelajaran
1) Hasil belajar siklus II
Hasil belajar siswa pada saat siklus II dapat dilihat pada tabel
berikut ini:
Tabel 4.4 Hasil Nilai Siklus II
Pre Tes
Nilai Rata Rata
% Lulus
% Tidak Lulus
Nilai Rata-Rata N- Gain
Sumber: Data Pribadi

Post Tes

28,7

62,7

46,15

100

53,85

0,5 (Sedang)

48

Berdasarkan tabel diatas pada saat pre tes siswa memperoleh


nilai rata-rata sebesar 28,7. Seluruh siswa mendapat nilai dibawah
KKM yaitu 26 orang (100%) atau tidak ada satu pun siswa yang
mendapat nilai di atas KKM. Hal ini sangat diwajarkan karena materi
yang disampaikan lebih sulit dibandingkan pada siklus I. Sedangkan
untuk pos tes siswa mendapatkan nilai rata-rata sebesar 62,7. Siswa
yang mendapat nilai 75 berjumlah 12 orang. Persentase ketuntasan
individual ( 75) sebesar 46,15%. Nilai peningkatan prestasi (N Gain)
memiliki rata-rata 0,5 atau masuk dalam kategori sedang.
Walaupun telah terdapat peningkatan hasil namun persentase
siswa yang mencapai KKM masih lebih rendah dari siswa yang belum
mencapai KKM yaitu sebesar 53,84%. Pembelajaran pada siklus II
masih dikatakan belum berhasil, sehingga perlu dilakukan penelitian
siklus III untuk perbaikan pembelajaran dan hasilnya. Siklus akan
dihentikan apabila jumlah persentase siswa yang telah tuntas/nilai pos
tes diatas nilai KKM melebihi 60%.
2) Aktivitas Belajar Siklus II
Penilaian aktivitas belajar dalam siklus II pada dasarnya sama
dengan siklus I. Aktivitas pembelajaran pada siklus 2 cenderung
meningkat baik dari keaktifan siswa selama proses KBM dan guru
sebagai pengajar sudah mulai dapat menguasai situasi belajar dengan
cukup baik. Berdasarkan pada lembar observasi kegiatan siswa dan

49

guru yang diisi oleh observer, untuk hasil aktivitas siswa dan guru
selama pembelajaran dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 4.5 Skor Aktivitas Siklus II
Siswa

Guru

Skor Nilai Aktivitas

87,5

91,17

Kategori

Baik

Baik Sekali

Sumber: Data Pribadi


Berdasarkan hasil penilaian observasi yang telah dikonfersi
maka aktivitas siswa dan guru selama KBM dapat dinyatakan
meningkat. Hal tersebut dapat dilihat dari nilai yang diperoleh guru
yaitu 91,17 atau termasuk pada kategori nilai baik sekali. Sedangkan
untuk aktivitas siswa masih dalam kategori baik dengan nilai 87,5,
namun nilai tersebut masih lebih besar dari nilai pada siklus I.
Peningkatan nilai tersebut sesuai dengan kenyataan yang terjadi
dilapangan. Siswa sudah mulai terbiasa dengan penerapan pembelajaran
CTL sehingga memacu mereka untuk lebih aktif dan kreatif dalam
mencari informasi.
Kegiatan pada siklus II ini sedikit berbeda dengan siklus I, yaitu
siswa bukan hanya melakukan pengamatan tetapi melakukan praktek
langsung di lapangan secara mandiri. Proses praktikum yang dilakukan
oleh

siswa

dapat

menjadi

media

untuk

siswa

dapat

lebih

mengeksplorasi kemampuannya dan lebih aktif dalam KBM. Setiap


kegiatan siswa ketika praktikum dinilai oleh guru dengan menggunakan
format penilaian kinerja kelompok dengan pengskoran. Penilaian

50

kinerja kelompok ini dapat digunakan sebagai acuan penilaian ranah


psikomotorik. Hasil yang didapat dari nilai kinerja kelompok ini dapat
dilihat cukup baik untuk setiap kelompoknya, karena nilai yang didapat
sudah melebihi nilai KKM bahkan ada kelompok yang mendapat nilai
sempurna. Pada pengolahan data kinerja kelompok, peneliti tidak
menggabungkan nilai tersebut dengan nilai tes tertulis. Hal tersebut
dilakukan agar hasil dari nilai pos tes untuk setiap siklus dapat
berimbang nilainya. Adapun hasil penilaiannya tercantum pada tabel di
bawah ini :
Tabel 4.6 Penilaian Kinerja Praktek Berkelompok
Kelompok

Nilai praktikum

90

86,67

100

93,33

90

Rata-rata

92

Sumber: Data Pribadi


Kegiatan praktikum yang dilakukan berjalan cukup lancar
karena bahan dan alat yang digunakan sudah tepat dan dapat memenuhi
kebutuhan setiap kelompok. Selama kegiatan praktikum berlangsung
siswa aktif menanyakan hal-hal baru yang mereka temukan di lapangan
dan guru memberikan jawaban yang cukup baik yang mampu dipahami
oleh siswa dengan memberikan contoh nyata yang ada dilapangan.
Siswa saling bekerjasama dalam menyelesaikan tugas yang terdapat

51

dalam LKS yang diberikan. Siswa cukup terampil dalam melakukan


perhitungan kebutuhan air tanaman.
Setelah praktikum selesai dilaksanakan, siswa ditugaskan untuk
membereskan

kembali

alat

praktikum

yang

digunakan

dan

membersihkan tempat praktikum. Siswa kemudian dibawa kembali


kedalam kelas untuk selanjutnya melakukan diskusi dan presentasi hasil
praktikum.

Siswa

melakukan

diskusi

hasil

praktikum

dengan

menghitung kebutuhan air tanaman sesuai dengan rumus yang telah


diberikan oleh guru. Siswa saling bertukar pikiran dan belajar
menyampaikan pendapatnya (learning community). Siswa dipersiapkan
untuk melakukan presentasi oleh perwakilan pada setiap kelompok.
Siswa melakukan presentasi hasil pengamatan dengan tertib. Proses
tanya jawab pun berlangsung dan interaksi antar siswa terjadi cukup
aktif.
Tugas guru dalam hal ini menertibkan siswa selama kegiatan
presentasi berlangsung dan membantu siswa menganalisis serta
mengevaluasi hasil perhitungan siswa, jika ada hasil perhitungan yang
masih keliru maka guru memberikan perbaikan agar siswa mampu
memahami dengan benar

materi yang telah dipaparkan. Guru

memberikan penghargaan pada setiap kelompok berupa tepuk tangan


dan pujian agar siswa lebih termotivasi karena adanya penghargaan
terhadap kerja keras yang telah dilakukan. Selanjutnya guru bersama
siswa mencoba menyimpulkan keseluruhan proses pembelajaran dan

52

siswa cukup aktif dalam menyampaikan kesimpulan. Diakhir


pembelajaran guru memberikan pos tes, menyampaikan materi yang
akan diberikan pada pertemuan selanjutnya dan memerintahkan siswa
untuk membaca dan belajar terlebih dahulu materi untuk pertemuan
selanjutnya. Pembelajaran pada siklus II diakhiri dengan membaca doa
dan guru mengucapkan salam.
d. Refleksi
Hasil pembelajaran pada siklus II ternyata masih belum
menampakan perbedaan yang signifikan dari hasil pembelajaran siklus I.
Siswa yang mencapai nilai diatas KKM masih sangat rendah hanya sebesar
46,15%. Persentase tersebut belum memenuhi syarat tingkat keberhasilan
pembelajaran yang diharapkan. Oleh karena itu, perlu adanya kajian yang
lebih mendalam terhadap perbaikan proses pembelajaran untuk dapat
meningkatkan presentase ketuntasan siswa. Berdasarkann deskripsi hasil
tindakan II maka dapat dipaparkan analisis sebagai berikut
Tabel 4.7 Hasil Refleksi Siklus II
No

Hasil Observasi

Catatan

Tindakan

Lapangan

Saran Perbaikan

Tampak waktu

Siswa tidak dapat

Guru dapat

penyampaian

menyerap

mengalokasikan waktu

materi yang

informasi dengan

lebih banyak dalam

dipaparkan

baik

penyampaian materi

Tampak siswa

Tidak semua

Guru memberikan

yang masih

siswa dapat

sumber belajar lebih

terlalu cepat
2

53

bingung dengan

menyerap

banyak atau dapat

keseluruhan

informasi yang

dibantu dengan

materi yang

disampaikan

memberikan modul pada

disampaikan

secara langsung

siswa

dengan baik
3

Proses

Siswa cukup

Guru sebaiknya

penyampaian

antusias dalam

melengkapi media

materi cukup baik

menyimak

pembelajaran dengan

walaupun dengan

materi, namun

media yang lebih baik

hanya

mereka hanya

agar pembelajaran

menggunakan

dapat

didalam kelas tidak

media sederhana

membayangkan

membosankan

tentang apa yang


disampaikan
Sumber: Data Pribadi
3.

Siklus III
Pelaksanaan kegiatan yang dilakukan pada setiap siklus selalu sama
diawali dengan sebuah kegiatan perencanaan pembelajaran, pelaksanaan
pembelajaran, hasil pembelajaran dan diakhiri dengan kegiatan refleksi
sebagai bahan evaluasi perbaikan. Kegiatan dalam siklus III ini pada dasarnya
tetap sama dengan siklus I dan siklus II sebelumnya. Pada siklus III ini
banyak dilakukan perbaikan dari temuan-temuan yang telah dibahas
sebelumnya agar tujuan dari pembelajaran ini dapat dicapai dengan baik.
a. Perencanaan Pembelajaran
Tahap perencanaan pada siklus III adalah mempersiapkan segala
hal yang dibutuhkan selama proses Kegiatan Belajar Mengajar (KBM)
seperti pada siklus I dan II. Sistematika RPP yang dibuat sama dengan

54

RPP pada pembelajaran siklus sebelumnya. Tujuan pembelajaran yang


diharapkan tercapai pada siklus III adalah siswa dapat membedakan
tanaman yang mengalami kelebihan air dan kekurangan air. Pembelajaran
pada tahap ini hasil yang diharapkan dapat tercapai dengan baik yaitu
jumlah siswa yang lulus diatas KKM melebihi 60%. Proses pembelajaran
pada tahap ini tidak berbeda dengan pembelajaran pada siklus I, yaitu
siswa melakukan identifikasi terhadap tanaman di luar kelas.
b. Pelaksanaan Pembelajaran
Pelaksanaan Penelitian Tindakan untuk siklus III dilaksanakan
pada hari Jumat, 10 Agustus 2012 dimulai pukul 07.30 WIB. Pada
pembelajaran kali ini ada 1 siswa yang tidak dapat hadir dikarenkan sakit.
Selama kegiatan berlangsung peneliti didampingi oleh satu observer yang
sama pada siklus sebelumnya untuk mengobservasi kegiatan guru dan
siswa dengan mengisi lembar observasi yang telah diberikan. Seperti biasa
kegiatan pembelajaran dibagi menjadi tiga bagian, yaitu pendahuluan,
kegiatan inti dan akhir. Untuk langkah-langkah pembelajaran yang
dilakukan secara rinci dapat dilihat dalam RPP yang telah dibuat (lihat
lampiran)
c. Hasil Pembelajaran
1) Hasil belajar siklus III
Hasil belajar siswa pada saat siklus III dapat dilihat pada tabel
dibawah ini:

55

Tabel 4.8 Hasil Nilai Siklus III


Pre Tes
Nilai Rata Rata
% Lulus
% Tidak Lulus
Nilai Rata-Rata N- Gain

Post Tes

49,4

81,2

72

92

28

0,7 (Tinggi)

Sumber: Data Pribadi


Berdasarkan tabel diatas siswa pada saat pre tes memperoleh
nilai rata-rata sebesar 49,4. Siswa yang mendapat nilai dibawah KKM
yaitu 23 orang (92%) atau hanya 2 orang siswa yang mendapat nilai di
atas KKM. Walaupun demikian siswa yang telah mendapat nilai diatas
KKM setelah dilakukan pos tes nilainya menjadi bertambah besar
bahkan ada diataranya siswa yang mendapat nilai sempurna. Untuk nilai
pos tes siswa memperoleh nilai rata-rata sebesar 81,2. Siswa yang
mendapat nilai 75 berjumlah 18 orang. Persentase ketuntasan
individual ( 75) sebesar 72 %. Nilai peningkatan prestasi (N Gain)
memiliki rata-rata 0,7 atau masuk dalam kategori tinggi. Dengan
persentase ketuntasan individual yang mencapai 72% tersebut telah
membuktikan bahwa tujuan pembelajaran telah tercapai atau sesuai
yang diharapkan. Persentase siswa yang telah tuntas/nilai pos tes diatas
nilai KKM melebihi 60%. Pembelajaran pada siklus III ini telah
dinyatakan berhasil dan siklus pembelajaran pada penelitian dapat
dihentikan.

56

2) Aktivitas Belajar Siklus III


Aktivitas pembelajaran pada siklus

III dirasakan terus

meningkat. Hal tersebut dapat terlihat dari temuan yang telah


dipaparkan diatas. Berdasarkan pada lembar observasi kegiatan siswa
dan guru yang diisi oleh observer, untuk hasil aktivitas siswa dan guru
selama pembelajaran dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 4.9 Skor Aktivitas Siklus III
Siswa

Guru

Skor Nilai Aktivitas

93,74

97,06

Kategori

Baik Sekali

Baik Sekali

Sumber: Data Pribadi


Berdasarkan hasil penilaian observasi yang telah dikonfersi
maka aktivitas siswa dan guru selama KBM dapat dinyatakan
meningkat dari siklus III. Hal tersebut dapat dilihat dari nilai yang
diperoleh guru dan siswa berturut-turut yaitu 97,06 dan 93,74 atau
termasuk pada kategori nilai baik sekali.
Kegiatan pengamatan yang dilakukan berjalan dengan tertib dan
siswa saling bekerja sama dalam menyelesaikan tugas, sehingga apa
yang dikerjakan terselesaikan dengan cepat. Guru tidak hanya
memantau siswa tetapi memberikan penguatan ketika mereka sedang
melakukan pengamatan, sehingga mereka dapat dengan mudah
menyerap informasi yang diberikan karena media yang digunakan
berupa objek nyata yang dapat diamati secara langsung.

57

Setelah pengamatan selesai dilaksanakan, siswa melakukan


diskusi dan dapat dibantu dengan modul yang sudah dibagikan. Siswa
melakukan presentasi hasil pengamatan dengan tertib. Proses tanya
jawab pun berlangsung dan interaksi antar siswa terjadi cukup aktif.
Guru membantu siswa menganalisis serta

mengevaluasi hasil

pengamatan siswa. Guru memberikan penghargaan pada setiap


kelompok berupa tepuk tangan dan memberikan kesempatan kepada
siswa untuk

berlomba mendapatkan nilai

yang tinggi

untuk

mendapatkan hadiah yang akan diberikan dipertemuan selanjutnya.


Selanjutnya guru bersama siswa mencoba menyimpulkan keseluruhan
proses pembelajaran dan siswa cukup aktif dalam menyampaikan
kesimpulan.

Diakhir

pembelajaran

guru

memberikan

pos

tes,

memberikan informasi tentang materi yang akan diberikan pada


pertemuan selanjutnya dan memerintahkan siswa untuk membaca dan
belajar

terlebih

dahulu

materi

untuk

pertemuan

selanjutnya.

Pembelajaran pada siklus III diakhiri dengan membaca doa dan guru
mengucapkan salam.
d. Refleksi
Berdasarkan deskripsi hasil tindakan III maka dapat dilihat bahwa
hasil pembelajaran pada siklus III dinyatakan berhasil dan tidak perlu lagi
dilakukan pembelajaran untuk siklus selanjutnya. Siswa yang mencapai
nilai diatas KKM telah melebihi target yang ditentukan yaitu sebanyak

58

72% atau 60%. Hal ini tidak terlepas dari upaya yang telah dilakukan
selama proses pembelajaran.
Rekapitulasi Data Siklus I, II, dan III
a. Hasil Belajar
Berdasarkann pemaparan hasil belajar di atas dapat digambarkan
hasil perkembangan pembelajaran dari pelaksanaan siklus I, II dan III pada
tabel dan grafik dibawah ini:
Tabel 4.10 Nilai Rata-Rata dari Siklus ke Siklus
Siklus ke-

Nilai Rata-Rata
Pre tes

Post tes

N-Gain

Siklus I

37,3

62,7

0,4

Siklus II

28,7

62,7

0,5

Sikuls III

49,4

81,2

0,7

Sumber: Data Pribadi

Nilai Rata-Rata Setiap Siklus


Nilai

4.

100
80
60
40

81.2
62.7

62.7

Siklus 1

Siklus 2

20
0
Siklus 3
siklus

Gambar 4.1 Rekapitulasi Rata-Rata Nilai Siswa

Nilai Rata-Rata

59

PERSENTASE

PERSENTASE PENCAPAIAN KKM


72

80
58.33
60
41.67

53.85
46.15

40

28

% yang mencapai
KKm
% yang belum
mencapai KKm

20
0
siklus 1

siklus 2

siklus 3
SIKLUS

Gambar 4.2 Perbandingan Persentase KKM pada Siklus I, II, III


Ditinjau pada gambar grafik diatas, maka dapat diketahui
perolehan rata-rata hasil nilai tes akhir siswa. Belum terjadi peningkatan
dari siklus I ke siklus II dan peningkatan rata-rata nilai tes akhir siswa baru
terjadi pada siklus III. Jumlah persentase siswa yang mencapai KKM terus
meningkat, sedangkan untuk mengukur peningkatan hasil belajar dihitung
menggunakan rumus N Gain, dapat dilihat perbandingannya pada diagram
di bawah ini.

60

NILAI

Rata-Rata N- Gain
0.7
0.6
0.5
0.4

0.7

0.3
0.2

0.4

0.5

Rata-Rata
N- Gain

0.1
0
siklus 1

siklus 2

siklus 3
SIKLUS

Gambar 4.3 Perbandingan Kenaikan Rata-Rata Nilai N-Gain dari Siklus ke


Siklus
b. Aktivitas Belajar
Tingkat keberhasilan penelitian tindakan tidak hanya dilihat dari
nilai tes kognitif atau tes tertulis saja tetapi secara keseluruhan aspek
penilaian harus dapat dilihat dan dianalisis. Peningkatan aktivitas
pembelajaran siswa sangat diperhatikan pada penelitian ini sebagai
penilaianranah afektif atau keaktifan siswa. Peningkatan aktivitas guru
juga sangat diperhatikan untuk menunjang keberlangsungan proses
pembelajaran agar tujuan yang diharapkan dapat terlaksana dengan baik.
Sedangkan untuk ranah psikomotorik hanya diwakilkan oleh satu
pertemuan pada siklus II. Pada siklus II ini proses pembelajaran dilakukan
dengan kegiatan praktek. Oleh karena itu, pada siklus II dapat dilakukan
penilaian untuk segi keterampilan siswa dengan menggunakan penilaian
kinerja. Nilai yang diperoleh dari penilaian kinerja tidak dimasukan atau

61

digabungkan dengan nilai kognitif. Hal tersebut dilakukan untuk menjaga


keseimbangan nilai pada setiap siklusnya. Fungsi dari penilaian kinerja ini
hanya untuk melihat kemampuan siswa jika digunakan cara praktek untuk
pembelajaran dan hasilnya cukup memuaskan. Aktivitas siswa dan guru
selalu terjadi peningkatan dari siklus ke siklusnya. Hal tersebut dapat
dilihat pada grafik dibawah ini:

NILAI

Peningkatan Aktivitas
97.06
93.74

100
95
90
85

91.17
86.76

87.5
Nilai Aktivitas Siswa

81.25

Nilai Aktivitas Guru

80
75
70
siklus I

siklus II

siklus III
SIKLUS

Gambar 4.4 Perbandingan kenaikan aktivitas siswa dan guru dari siklus ke
siklus
B. Pembahasan
Penerapan pembelajaran berbasis kontekstual, siswa tidak hanya
sekedar menghafal, tetapi juga harus mengkonstruksikan pengetahuan di
benak mereka (filosofi konstruktivisme), siswa belajar dari mengalami,
mencatat sendiri pola-pola bermakna dari pengetahuan baru dan bukan diberi
dari guru (Depdiknas, 2003:3). Pengetahuan tumbuh berkembang melalui
pengalaman. Pemahaman berkembang semakin dalam dan semakin kuat

62

karena selalu diuji dengan pengalaman baru. Hal ini sejalan dengan pendapat
Piaget (Depdiknas, 2003:12) bahwa struktur pengetahuan baru dibuat atau
dibangun atas dasar struktur pengetahuan yang sudah ada. Dengan demikian
siswa akan selalu merefleksi pengetahuan yang baru diterimanya.
Permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini adalah apakah
pembelajaran pada standar kompetensi mengidentifikasi tanaman dan
pertumbuhannya dengan penerapan pembelajaran berbasis CTL dapat
meningkatkan prestasi belajar siswa. Peningkatan prestasi belajar dalam
penelitian ini yaitu ditunjukkan dengan peningkatan hasil belajar siswa
setelah pembelajaran dengan pendekatan CTL, dan ketuntasan hasil belajar
siswa setelah pembelajaran CTL, serta peningkatan aktivitas guru dan siswa
dalam pembelajaran CTL. Pembelajaran dengan pendekatan CTL adalah
merupakan konsep belajar yang membantu guru dalam mengkaitkan antara
materi yang dipelajarinya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong
siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dan
penerapanya dalam kehidupan sehari-hari dengan melibatkan tujuh komponen
pembelaaajaaran

efektif

(Nurhadi;

2005)

yaitu:

Konstruktivisme,

menemukan, bertanya, masyarakat belajar, pemodelan, refleksi, dan penilaian


yang sebenarnya.
Penelitian tindakan yang dilakukan yaitu penerapan pembelajaran
dengan pendekatan CTL untuk meningkatkan prestasi belajar siswa.
Penelitian ini terjadi sangat prroduktif, disini guru dituntut untuk
menghidupkan kelas dengan cara mengembangkan pemikiran anak agar lebih

63

bermakna dengan bekerja sendiri, menemukan sendiri pengetahuan dan


keterampialan bertanya. Sehingga model pembelajaran dengan penekatan
CTL dalam penelitian ini merupakan model pembelajaran yang efektif yang
dapat memaksimalkan prestasi belajar siswa secara maksimal, oleh karena itu
hasil belajar siswa sebagai tolok ukur harus di uji kebenaranya. Untuk hasil
belajar

pada

standar

kompetensi

mengidentifikasi

tanaman

dan

pertumbuhannya ini peneliti menganalisis siswa dari segi kognitifnya yaitu


siswa diberikan tes tertulis dalam bentuk soal-soal untuk mengukur
kemampuan pengetahuan, intelegensi, dan kemampuan siswa yang dimiliki
oleh siswa seperti yang dikemukakan oleh Bloom dalam Usman (1995:25)
yang menyatakan bahwa perubahan kognitif siswa terdiri dari enam bagian
yaitu: pemaahaman, pengetahuan, penerapan, analisis, sintesis dan evaluasi.
Dalam pembelajaran kontekstual, siswa menjadi lebih aktif dalam
kelompok-kelompok kecil, saling kerjasama dan berdiskusi. Disini siswa
memperlihatkan kemampuan individu dan kemampuan kelompoknya. Dalam
pembelajaaran kontekstual ini yang berperan aktif adalah siswa. Peran siswa
dalam CTL adalah sebagai subjek pembelajar yang membangun, menemukan,
dan

menerapkan

konsep-konsep

yang

dipelajarinya

melalui

proses

berpengalaman dalam kehidupan nyata. Materi pelajaran ditemukan oleh


siswa sendiri bukan hasil pemberian orang lain. Sehingga guru hanya
berperan sebagai fasilitator, motivator, konselor, mediator pembelajaran dan
mengarahkan kegiatan belajar mengajar. Guru dan siswa merupaka faktor
penting dalam setiap proses pembelajaran dikelas. Guru sebagai unsur utama

64

dan pertama dalam proses pembelajaran, membutuhkan keterlibatan siswa


demi tercapaianya tujuan pembelajaran. Oleh sebab itu guru perlu
merancaang pembelajaran yang efektif sehingga tujuan pembelajaran dapat
tercapai secara maksimal.
Dalam kegiatan pembelajaran dengan menerapkan model CTL, guru
harus mempersiapkan dengan matang tahap kegiatan yang meliputi:
perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Pada tahap perencanaan, selain
membuat RPP juga dipersiapkan media, alat bantu pembelajaran, dan sumber
belajar yang relevan. Selanjutnya pelaksanaan atau proses pembelajaran
adalah aplikasi dari perencanaan yang telah disiapkan, sedangkan penilaian
terintegrasi dengan pelaksanaan kegiatan pembelajaran yang menekankan
pada penilaian proses belajar siswa.
Pembelajaran dengan pendekatan kontekstual lebih berpihak dan
memberdayakan

siswa

serta

mendorong

siswa

mengkonstruksikan

pengetahuan dibenak mereka. Proses pembelajaran berlangsung secara


alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami. Selain itu
pendekatan kotekstual mempunyai tujuh komponen belajar aktif yaitu:
bersifat membangun, menemukan, bertanya, masyarakat belajar, pemodelan,
refleksi, dan penilaian yang sebenarnya sehingga kondisi kelas menjadi lebih
produktif.
Salah satu tolok ukur dalam proses pembelajaran berkualitas atau tidak
dapat diketahui melalui prestasi belajar siswa. Jika siswa-siswi disekolah
mempunyai hasil belajar yang maksimal maka dapat dikatakan bahwa proses

65

pembelajaran disekolah tersebut memang berkualitas. Sebaliknya jika hasil


belajar rendah, besar kemungkinan bahwa proses pembelajaran disekolaah
tersebut kurang berkualitas. Hasil belajar pada umumnya dapat diketahui
melalui nilai hasil tes belajar. Oleh karena itulah pembelajaran kontekstual
unggul dalam hasil belajar yang berupa aspek kognitif, afektif, dan
psikomotorik. Akan tetapi hasil yang diteliti dalam penelitian ini lebih
ditekankan pada hasil belajar kognitif dan afektif. Pembahasan hasil
penelitian dilakukan berdasarkann faktor-faktor yang dicermati dalam
penelitian ini. Faktor tersebut meliputi peningkatan hasil belajar (nilai) dan
peningkatan aktivitas belajar siswa selama proses pembelajaran.
Siklus pertama merupakan proses pengenalan siswa pada pembelajaran
CTL. Belum tercapainya nilai yang telah ditetapkan dalam penelitian ini
dikarenakan masih banyaknya permasalahan-permasalahan selama proses
pembelajaran yang ada pada siklus I. Permasalahan-permasalahan tersebut
tidak terlepas dari belum terbiasanya siswa dengan penerapan model CTL
pada proses pembelajaran dan guru yang masih belum dapat menguasai kelas
dengan baik. Berdasarkan hasil refleksi yang telah dibahas sebelumnya pada
poin 4.1, masih sangat banyak kekurangan dalam pembelajaran yang harus
diperbaiki. Oleh karena itu, wajar saja jika persentase ketuntasan individu
hanya mencapai 41,67% dengan nilai rata-rata siswa 62,7.
Dalam siklus I ini siswa masih belum terbiasa dengan belajar secara
berkelompok, banyak dari mereka justru tidak terlalu serius dan terus
bercanda dengan teman dalam kelompoknya. Selain itu ketika setiap

66

kelompok harus melakukan presentasi didepan kelas dengan diwakili oleh


sebagian temannya, siswa saling menuduh untuk menentukan siapa yang
melakukan presentasi dan suasan kelas menjadi ramai. Namun setelah diberi
pengertian oleh guru akhirnya mereka dapat menerima dan melaksanakan
presentasi.

Berdasarkan

hasil

analisis

aktivitas

pembelajaran

siswa

mendapatkan nilai 81,25 dan guru sebesar 86,76. Walaupun nilai tersebut
sudah termasuk pada kategori baik tetap saja banyak hal yang harus
diperbaiki agar tujuan pembelajaran dapat dicapai sesuai dengan yang
diharapkan. Dengan banyaknya koreksi yang harus diperbaiki, maka dalam
siklus II guru melakukan pembelajaran dengan mengacu pada temuan-temuan
siklus I.
Siklus kedua merupakan tahapan dimana siswa mulai beradaptasi dan
terbiasa dengan pembelajaran CTL. Permasalahan-permasalahan yang ada
pada siklus sebelumnya sudah dapat diminimalisir. Siswa mulai aktif dalam
pembelajaran dan guru sudah dapat menguasai kelas dengan cukup baik.
Situasi kelas sudah tidak seramai pada siklus sebelumnya. Siswa-siswa
banyak mengajukan pertanyaan, menjawab pertanyaan, dan berdiskusi
dengan anggota kelompok. Walaupun demikian siklus II belum menampakan
keberhasilan pembelajaran yang diharapkan. Persentase ketuntasan individual
masih dibawah 60% yaitu hanya sebesar 46,15%. Peningkatan persentase dari
siklus I hanya sebesar 4,48%. Nilai yang masih jauh dengan yang diharapkan.
Hal tersebut dimungkinkan karena siswa harus melakukan praktek, sehingga
konsentrasi mereka terhadap pembelajaran menjadi terbagi-bagi. Meskipun

67

demikian, penilaian kinerja siswa menunjukan nilai yang bagus bahkan ada
yang mencapai sempurna. Peneliti tidak menggunakan nilai tersebut sebagai
acuan dalam ketuntasan belajar. Hal tersebut dilakukan agar nilai setiap siklus
dapat seimbang pada taraf ranah kognitif.
Peningkatan aktivitas pembelajaran pada siklus II sebenarnya telah
terjadi. Hal tersebut dapat dilihat dari nilai yang meningkat dari siklus I, yaitu
untuk aktivitas siswa memperoleh nilai sebesar 87,5 atau masih dalam
kategori baik dan untuk guru sebesar 91,17 dengan kategori baik sekali.
Pembelajaran pada siklus II ini masih tetap ditemukan kekurangankekurangan seperti yang dibahas sebelumnya pada hasil refleksi siklus II.
Padahal dalam kondisi pembelajaran yang kondusif, yang melibatkan siswa
secara aktif dalam mengamati, dalam mengoperasikan alat, atau berlatih
menggunakan objek konkrit disertai dengan diskusi diharapkan siswa dapat
bangkit sendiri untuk berfikir, untuk menganalisis data, untuk menjelaskan
ide, untuk bertanya, untuk berdiskusi, dan untuk menulis apa yang dipikirkan
sehingga

memberi

kesempatan

siswa

untuk

mengkonstruksikan

pengetahuannya sendiri. Dimana hal tersebut (konstruktivisme) merupakan


landasan berfikir (filosofi) pendekatan kontekstual (Nurhadi,2003:33).
Sehingga pada siklus III selanjutnya, guru melaksanakan perbaikan
pembelajaran untuk menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang ada
pada siklus II. Upaya yang dilakukan adalah dengan memberikan sumber
informasi yang lebih lengkap dengan pemberian modul kepada setiap siswa,
memotivasi siswa agar tetap bersemangat dalam pembelajaran, melengkapi

68

atau memperbaiki media pembelajaran yang digunakan, guru lebih banyak


lagi melakukan penguatan, arahan dan bimbingan kepada siswa.
Siklus ketiga atau sebagai siklus terakhir dalam penelitian ini sudah
tidak lagi ditemukan kendala-kendala berarti, karena siswa sudah dapat
menyesuaikan dengan pembelajaran menggunakan pendekatan CTL. Suasana
kelas sudah lebih kondusif dan berjalan dengan sangat tertib. Masing-masing
individu dalam kelompok sudah menyadari akan tanggungjawabnya sebagai
anggota kelompok sehingga kerjasama antaranggota keloimpok berjalan
dengan baik dan tugas-tugas yang diberikan guru dapat dengan mudah
diselesaikan oleh masing-masing kelompok. Persentase ketuntasan individu
sudah menunjukan peningkatan yang signifikan yaitu sebesar 72% dan nilai
rata-rata hasil tes diperoleh sebesar 81,2. Peningkatan aktivitas pembelajaran
pun sudah semakin meningkat hal tersebut dibuktikan dengan perolehan nilai
yang didapat siswa sebesar 93,74 sekali dan guru sebesar 97,06 dengan
kategori yang sama yaitu baik sekali. Hal tersebut membuktikan bahwa
penelitian tindakan dengan telah berhasil dan tujuan pembelajaran telah
tercapai karena nilai ketuntasan siswa telah melebihi 60% dan aktivitas
pembelajaran sudah lebih baik dari siklus sebelumnya. Oleh karena itu,
penelitian tindakan dapat dihentikan pada siklus ke III.
Peningkatan hasil belajar juga diperjelas dengan adanya nilai N- Gain
(normalitas Gain) dimana nilai N- Gain

ini memberi arti terhadap

peningkatan hasil belajar siswa dari nilai pre tes ke pos tes setiap siklusnya.
Nilai N- Gain yang terdapat pada setiap siklus mempunyai kategori yang

69

sama yaitu pada kategori sedang yang artinya tidak tinggi maupun rendah.
Walaupun demikian tetap ada kenaikan dalam jumlah angka yang didapat
dari siklus I sampai siklus II. Hal tersebut dapat menunjukan bahwa nilai NGain terus meningkat sejalan dengan adanya perbaikan dalam setiap
pembelajaran dan nilai N- Gain berpengaruh sangat nyata terhadap nilai yang
diraih siswa.
Berdasarkan hasil pengamatan dan hasil tes dapat dievaluasi bahwa
langkah-langkah yang telah diprogramkan dan dilaksanakan mampu
mencapai tujuan seperti yang ditetapkan dalam penelitian ini. Dengan
demikian penerapan pembelajaran berbasis CTL (Contextual Teaching and
learning) dalam proses belajar mengajar khususnya pada standar kompetensi
mengidentifikasi tanaman dan pertumbuhannya pada kelas X APTKJ 1 SMK
Negeri 2 Cilaku Cianjur tahun pelajaran 2012/2013, dapat meningkatkan
prestasi belajar siswa. Hal tersebut senada dengan yang diungkapakan oleh
Ika Nurul Fattakhul Janah dalam skripsinya tahun 2006 ia mengungkapkan
bahawa Pembelajaran Fisika dengan pendekatan CTL (Contextual Teaching
and Learning) dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi pokok
Kalor. Pada tahun 2010 Syarof Nursyah I dalam skripsinya mengungkapkan
bahwa Penerapan metode CTL pada Mata Pelajaran Sejarah telah dapat
meningkatkan prestasi belajar siswa khususnya pada indikator siswa dapat
mengidentifikasi kebudayaan Sa Huynh dan India yang berpengaruh terhadap
kebudayaan Indonesia. Dengan demikian penelitian tindakan kelas dalam
penelitian ini dapat dikatakan berhasil.

70

Setelah melakukan penerapan model pembelajaran CTL pada penelitian


tindakan (action research) ini peneliti merasa bahwa model pembelajaran
CTL

terdapat

keunggulan

dan

kekurangannya.

Keunggulan

dan

kekurangannya model pembelajaran CTL dapat dilihat pada tabel dibawah


ini:
Tabel 4.11 Keunggulan dan Kelemahan CTL
No. Keunggulan
1

Kelemahan

Menjadikan adanya kerja Jika guru tidak menguasai

model

sama antar siswa dalam pembelajarann CTL ini dengan baik


pembelajaran

maka akan sulit guru dalam menerapkan


model tersebut dalam pembelajaran,
sehingga rasa ingin tahu siswa terhadap
materi yang disampaikan kurang.

Menjadikan adanya kerja Masih kurangnya siswa dalam berbagi


sama antar siswa dalam pengalaman dalam pembelajaran yang
pembelajaran

biasa terjadi dalam kehidupan seharihari

Menjadikan siswa saling


menunjang

dalam

menyelesaikan tugas yang


diberikan
4

Menjadikan
belajar

suasana
lebih

menyenangkan dan tidak


membosankan
5

Menjadikan siswa menjadi


lebih aktif di dalam kelas

Sumber: Data Pribadi

71

Pada

prinsipnya

seluruh

rangkaian

proses

penelitian

dengan

menggunakan pendekatan CTL ini adalah membantu siswa untuk melihat


makna suatu teori atau bahan pelajaran dengan cara mengkaitkan konsep
materi pelajaran dengan konteks kehidupan mereka sehari-hari. Penerapan
model pembelajaran CTL, diharapkan menjadi inspirasi yang dapat
diterapkan pada mata pelajaran lain. Guru dapat mengembangkan lagi dengan
beragam pendekatan dan metode, serta sumber belajar yang bervariasi sesuai
dengan karakteristik mata palajaran dan tahap perkembangan siswa.

72

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkann hasil analisis data dan pembahasan dapat disimpulkan
sebagai berikut :
1. Penerapan Model Pembelajaran Berbasis CTL (Contextual Teaching and
Learning) dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas X APTKJ 1
berupa hasil belajar dan aktivitas belajar pada standar kompetensi
Mengidentifikasi Tanaman dan Pertumbuhannya di SMK Negeri 2 Cilaku
Cianjur
2. Penelitian yang digunakan ialah dengan metode Penelitian Tindakan Kelas
(PTK) yang dilaksanakan selama 3 siklus. Tahapan analisis yang
dilakukan penulis terdiri dari perencanaan, pelaksanaan tindakan, analisis
data berupa hasil pembelajaran dan observasi serta refleksi.
3. Peningkatan hasil belajar setelah mengalami pembelajaran dengan
penerapan model pembelajaran berbasis CTL (Contextual Teaching and
Learning) terlihat dari nilai rata-rata N- gain dari nilai pre tes ke nilai pos
tes. Peningkatan hasil belajar pada siklus I sebesar 0,4, siklus II sebesar
0,5, siklus III sebesar 0,7 dan semuanya termasuk pada kategori sedang.
4. Pembelajaran Berbasis CTL (Contextual Teaching and Learning) ini dapat
membantu siswa untuk melihat makna suatu teori atau bahan pelajaran
dengan cara mengkaitkan konsep materi pelajaran dengan konteks
kehidupan mereka sehari-hari.

72

73

B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap penerapan
model Pembelajaran Berbasis CTL (Contextual Teaching and Learning) pada
standar kompetensi Mengidentifikasi Tanaman dan Pertumbuhnnya. Peneliti
mengemukakan beberapa saran diantaranya sebagai berikut:
1. Hendaknya guru dapat menerapkan pembelajaran dengan model
pembelajaran CTL serta mengembangkan berbagai aktivitas dan kreatifitas
peserta didik dalam pembelajaran
2. Diharapkan penelitian mengenai model pembelajaran berbasis CTL
(Contextual Teaching and Learning) ini dapat terus dikembangkan dengan
menambah indikator penelitian yang diteliti dan dilakukan pada materi dan
sampel yang lain
3. Pembuatan kelompok kerja siswa ketika menerapkan model pembelajaran
berbasis CTL (Contextual Teaching and Learning) diusahakan selalu
heterogen, karena penempatan siswa-siswa yang aktif pada setiap
kelompok dengan adil akan mempermudah proses pembelajaran
4. Model pembelajaran berbasis CTL (Contextual Teaching and Learning)
dapat dijadikan sebagai alternatif pembelajaran bagi guru dalam upaya
meningkatkan hasil belajar dan aktivitas belajar siswa

74

DAFTAR PUSTAKA
Amin, Moh. 1987. Mengajarkan IPA dengan Menggunakan Metode Discovery
dan Inquiry. Jakarta: Debdikbud.
Arends, Richardl. 2001. Classroom Instructional Management. New York: The
McGraw-Hill Company.
Arikunto, Suharsimi. 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Sistem.
Jakarta: Rineka Cipta.
Arikunto, Suharsimi. 2000. Prosedur Penelitian. Yogyakarta: Rineka Cipta.
Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.
Jakarta: Rineka Cipta.
Arikunto, Suharsimi. 2007. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi
Karsa.
Bandono. 2008. Menyusun Model Pembelajaran CTL. [Online]. Tersedia:
http://bandono.web.id. [22 Juni 2012]
Darsono, Max. 2000. Belajar Pembelajaran. Semarang. IKIP: Semarang Press.
Djaali. 2007. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Departemen Pendidikan Nasional. (2003). Pendekatan Kontekstual (Contextual
Teaching and Learning). Jakarta: Dikdasmen
Departemen pendidikan. 2002. KBBI. Jakarta: Balai Pustaka
Depdikbud. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: PN Persero Balai Pustaka.
Dimyati dan Mudjiono. 1999. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Hamalik, Oemar. 2008. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.
Hamalik, Oemar. 1990. Metode Belajar dan Kesulitan-kesulitan Belajar.
Bandung: Tarsito Bandung.
Hake. 1998. Interactive Engagement Methods in Introductory Mechanic Cours.
[Online]. Tersedia: http://www.Physics.indana/edu/IEM_2bfdf. [22 Juni
2012].
Hakim, Thursan. 2005. Belajar secara Efektif. Jakarta: Pustaka Pembangunan
Swadaya nusantara.

74

75

Irianti, Mitri. dan Syahza, Almasdi. 2010. Pembelajaran Kontekstual. Riau: FKIP
Universitas Riau
Kanisius. 2006. Konsep Diri Positif Menentukan Prestasi Anak. Yogyakarta:
Kanisius.
Kardi,S. dan Nur, M. 2000. Pengajaran Langsung. Surabaya : University Press
Khabibah,S. 2006. Pengembangan Model Pembelajaran Matematika dengan soal
Terbuka untuk Meningkatkan Kreativitas Siswa Sekolah Dasar. Disertasi:
Program pasca sarjana Unesa
Marzuki. 2002. Metodologi Riset. Yogyakarta: Fakultas Ekonomi Universitas
Islam Indonesia.
Nurhadi & Senduk, A.G. 2003 Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching
and Learning/CTL) dan penerapannya dalam KBK. Malang: Universitas
Negeri Malang.
Nurhadi. 2003. Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and
Learning/CTL) dan Penerapannya dalam KBK. Malang: UM PRESS.
Nurhayati, Yayat. 2011. Model-model Pembelajaran Berbasis Komputer.
[Online].
Tersedia:
http://yayatnurhayatiiaincrb.blogspot.com/2011/12/model-modelpembelajaran-berbasis.html [22 juni 2012]
Partini Suardiman, S. 199. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta
Prayitno. 2009. Dasar Teori dan Praksis Pendidikan. Jakarta: Grasindo
Putra, Rizcky Ananda. 2012. Desain dan Jenis PTK. [Online]. Tersedia:
http://pt.scribd.com/rizckyp/d/88265086-Desain-Dan-Jenis-PTK [22 Juni
2012]
R.I. 2003. Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Sistem Pendidikan Nasional.
Bandung: Citra Umbara.
Rusman. (2010). Model-model Pembelajaran. Bandung: Mulia Mandiri Pers.
Sanjaya, Wina. (2006). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Pendidikan. Jakarta: Kencana
Sardiman. 2007. Interaksi dan motivasi belajar mengajar. Jakarta: PT
Rajagrafindo Persada
Slameto. 2003. Belajar Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta:
Rineka Cipta.

76

Sudjana, Nana. 2005. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT


Remaja Rosda Karya.
Sudjana, Nana. 2006. Metoda statistika. Bandung: Tarsito
Sugiono. 2009 .Metode Penelitian Pendidikan (pendekatan kuantitatif, kualitatif,
dan R&D) . Bandung : CV. AlfabetaSukardi. 2008. Metodologi Penelitian
Pendidikan: Kompetensi dan Praktiknya. Jakarta: Bumi Aksara.
Sunendar, Tatang. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. [Online]. Tersedia:
http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/03/21/penelitian-tindakankelas-part-ii/ [22 Juni 2012]
Sungkowo. 2003. Pendekatan Kontekstual
Learning/CTL). Jakarta: Depdiknas

(Contextual

Teaching

and

Suparno, Paul. 2001. Teori Pengembangan Kognitif Jean Piaget. Yogyakarta:


Kanisius.
Surakhmad, Winarno. 2003. Pengantar Interaksi Belajar-Mengajar. Bandung:
Tarsito.
Suryabrata, Sumadi. 2002. Metodologi Penelitian. Jakarta: Rajawali.
Syahza, A. 2010. Pembelajaran kontekstual. [Online] . Tersedia:
http://almasdi.unri.ac.id/index.php?option=comcontent&view=article&id+68:berita-6&catid=25.the-project
[22
Juni
2012]
Tim Pengembang Ilmu Pendidikan. 2008. Ilmu dan Aplikasi Pendidikan.
Bandung: PT Imperial Bhakti Utama.
Tim Peneliti Program Pasca Sarjana UNY. 2003. Pedoman Penilaian
Psikomotorik. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.
Tn.

2012.
Pembelajaran.
[Online].
http://id.wikipedia.org/wiki/Pembelajaran. [22 Juni 2012]

Tersedia:

Trianto. 2007. Model-model Pembejaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik.


Jakarta: Prestasi Pustaka
Trianto. 2007. Model Pemebelajaran Terpadu Dalam Teori dan Praktik. Jakarta:
Prestasi Pustaka
Triyani, Arifah Nur. 2009. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams-GamesTournament (TGT) sebagai Upaya Meningkatkan Keaktifan Belajar
Matematika Siswa pada Pokok Bahasan Peluang dan Statistika di SMP
Negeri 4 Depok Yogyakarta Kelas IX C. [online]. Tersedia:

77

http://www.scribd.com/doc/51704402/10/A-Jenis-Penelitian.
2012].

[22

Juni

Universitas Pendidikan Indonesia, (2011). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah.


Bandung: Univesity Press UPI
Windura, Sutanto. 2008. Brain Management Series For Learning Strategi.
Jakarta: Gramedia.
Windura, Sutrisno . 2000. Metodologi Research. Yogyakarta: Fakultas Psikologi
UGM.
Wiriatmadja, R. 2008. Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Remaja
Rosda Karya
Zaenal, Aqib. 2009. Penelitian Tindakan Kelas untuk Guru SMP, SMA, SMK.
Bandung: CV. Yrama Widya.

Anda mungkin juga menyukai