Bell's Palsy
Bell's Palsy
04011181419006
PENDIDIKAN DOKTER UMUM 2014
Analisis Masalah
Bagaimana persyarafan wajah? (NVII)
Nervus facialis mempunyai radiks motorik dan sensorik. Nukleus motorik
mempersarafi otot-otot ekspresi wajah, musculus auricularis, stapedius, venter
posterior musculus digastricus dan musculus stylohyoideus. Sedangkan nukleus
sensoris (nervus intermedius) menerima serabut-serabut pengecap dari 2/3
anterior lidah, dasar mulut dan palatum. Berikut adalah bagan perjalanan nervus
facialis.
perintah
otak
untuk
Learning Issue
A. Anatomi dan Fisiologi Nervus Fasialis
Nervus fasialis memiliki dua komponen. Komponen yang lebih besar murni
motorik dan mempersarafi otot-otot ekspresi wajah (Gambar 1). komponen ini sesuai
dengan nervus fascialis. Komponen ini disertai oleh saraf yang lebih tipis, nervus
intermedius, yang mengandung serabut aferen visceral dan somatic, serta serabut
eferen visceral (tabel 1).1
Gambar 1.
Perjalanan
perifer
nervus
fasialis1
Nama
VII. Nervus Fasialis
Komponen
(a) Eferen
brankhialis
Asal
Nucleus
Fungsi
nervus Otot-otot
fasialis
ekpresi
wajah, platisma, m.
stilohioideus,
m.
Nucleus
digastrikus
salivator Glandula nasalis dan
superior
glandula lakrimalis,
salivasi,
glandula
sublingualis
dan
glandula
(c) Aferen visceral Ganglion
submandibularis
Pengecapan
(2/3
khusus
(d) Aferen somatik
genikulatum
Ganglion
anterior lidah)
Telinga luar, bagian
genikulatum
kanalis
auditorius,
permukaan eksternal
membrane
timpanika
(somatosensorik)
palpebrae (N.III), otot platisma, stilohioid, digastrikus bagian posterior dan stapedius
di telinga tengah.
2. Serabut visero-motorik (parasimpatis) yang datang dari nukleus salivatorius
superior. Serabut saraf ini mengurus glandula dan mukosa faring, palatum, rongga
hidung, sinus paranasal, dan glandula submaksilaris serta sublingual dan lakrimalis.
3. Serabut visero-sensorik, yang menghantar impuls dari alat pengecap di dua
pertiga bagian depan lidah.
4. Serabut somato-sensorik rasa nyeri (dan mungkin juga rasa suhu dan rasa raba
dari sebagian kulit dan mukosa yang dipersarafi oleh n.trigeminus). Daerah
dipersarafi oleh lebih dari satu saraf (tumpang tindih) ini terdapat di lidah, palatum,
meatus akustikus eksterna dan bagian luar gendang telinga.
Gambar 2. Komponen nervus fasialis dan defisit
khas yang disebabkan oleh lesi pada berbagai
tempat di sepanjang perjalanannya
kortikonuklear kiri dan kanan. Sebelum nervus fasialis meninggalkan batang otak,
serabut motorik melingkar di nucleus abdusen dan membentuk genu internal saraf.
Setelah melewati batang otak, nervus fasialis memasuki porus akustikus internus
dengan nervus vestibulokoklearis.
2. Intrameatal : bersamaan dengan nervus VIII, nervus fasialis memasuki porus
akustikus internus hingga ke fundus; disana melewati anterosuperior melalui foramen
meatal. Disana tempa kanalis falopi tersempit sehingga disana saraf-saraf sering
terperangkap karena proses inflamasi.
3.
Labirin
juga merupakan serabut saraf yang mempersarafi glandula lakrimalis dan glandulua
mumosa nasalis. Nervus fasialis turun secara tajam di ganglion genikulatum
membentuk genu pertama.
4. Timpanik : segmen nervus fasialis berjalan horizontal melalui telinga tengah.
Melewati diatas stapes, ke aditus ad antrum didekat kanalis semisirkular. Segmen
timpanik dilapisi selunung tulang tipis.
5. Mastoid : di segmen mastoid, nervus faasialis membuat genu sekunder oleh aditus
ad antrum, membelok secara vertical kebawah membentuk sudut 90 derajat.
Kemudian menuju mastoid dan saluran bertulang ke foramen stilomastoid. Sebelum
meninggalkan foramen, nervus fasialis meninggalkan korda timpani, yang berjalan
kembali ke telinga tengah dan kemudian melewati foramen yang mengandung serabut
sensoris pengecapan.
6. Ekstrakranial
: setelah keluar dari foramen, nervus fasialis memasuki
glandula parotis.
lebih rendah, di mana sinaps di pontine nucleus nervus fasial. Pontine nukleus nervus
fasial dibagi menjadi bagian atas dan setengah kebawah, bilateral.
Saluran kortikobulbar dari persilangan di upper face dan berganti
menyilangkan perjalanan ke pons; saluran untuk wajah lebih rendah menyeberang
hanya sekali.
Cabang N VII
Belakang aurikular
Lokasi
Belakang auricular
Tindakan
Mendorong
telinga
Occipitofrontalis,
kebelakang
tonjolan Scalp bergerak kebelakang
occipital
Depan auricular
Diatas auricular
Occipitofrontalis,
depan
Corrugator supercilii
Temporal
Menarik
mempertemukan
Procerus
mempertemukan
Orbicularis okuli
berkerut)
Menutup kelopak mata dan
Zygomaticus mayor
Zygomaticus minor
Levator labii superioris
Levator
labii
nasolabial
superioris Mengangkat
lipatan
lipatan
alaeque nasi
Risorius
nasi
Membantu senyum dengan
Buccinator
tarikan ke lateral
Menarik sudut mulut ke
Orbicularis
Nasalis, dilator naris
Buccal
dan
bawah
Menarik bibir bawah ke
Mentalis
Platysma
bawah
Menarik kulit dagu keatas
Menarik kebawah sudut
marginal
mandibular
Marginal mandibular
Cervical
mulut
Gambar
4.
Gambar 5. Kelumpuhan wajah (a) kelumpuhan fasialis sentral: otot-otot dahi tidak
terkena; (b) kelumpuhan fasialis perifer: otot-otot dahi terkena bersama seluruh
bagian wajah lain pada sisi yang terkena1
Nucleus motoric nervus fasialis tidak hanya dipersarafi oleh korteks fasialis
tetapi juga oleh diensefalon, yang berperan besar pada ekspresi wajah terkait-emosi.
Input yang lebih lanjut berasal dari ganglia basalis; pada gangguan ganglia basalis
(misalnya, penyakit Parkinson), dapat terjadi hipomimia atatu amimia. Selain itu juga
terdapat berbagai sindrom diskinetik yang mengenai otot-otot ekspresi wajah dengan
jenis gerakan abnormal yang berbeda: antara lain spasme hemifasial, dyskinesia
fasialis, dan blefarospasme. Lokasi lesi penyebab sindrom ini masih belum diketahui.1
Kelumpuhan nervus fasialis idiopatik (Bells palsy). Gangguan nervus fasialis
yang paling sering ini terjadi pada sekitar 25 dari 100.000 orang pertahun.
Penyebabnya masih belum diketahui. Gangguan ini ditandai dengan paresis flasid
pada semua otot ekspresi wajah (termasuk otot dahi), serta manifestasi lain sesuai
dengan lokasi lesi. Berbagai sindrom yang terjadi akibat kerusakan saraf di dalam
kanalis fasialis, dan gambaran MRI khas yang sesuai dengan kelumpuhan nervus
fasialis idiopatik ditampilkan pada Gambar 6. Diagnosis banding penting pada kasus
kelumpuhan wajah akut, karena tidak semua kasus bersifat idiopatik: 10% kasus
terjadi akibat herpes zoster optikus, 4 % akibat otitis media, dan 2 % akibat berbagai
jenis tumor (tumor parotis, neurinoma, dan lainnya).1
2.1. Definisi
Kelumpuhan wajah adalah suatu bentuk kecacatan yang memberikan
dampak yang kuat pada seseorang. Kelumpuhan nervus facialis dapat
disebabkan oleh bawaan lahir (kongenital), neoplasma, trauma, infeksi,
paparan toksik ataupun penyebab iatrogenik. Yang paling sering menyebabkan
kelumpuhan unilateral pada wajah adalah Bells palsy. Bells palsy ditemukan
oleh dokter dari inggris yang bernama Charles Bell. Bells palsy didefinisikan
sebagai suatu keadaan paresis atau kelumpuhan yang akut dan idiopatik akibat
disfungsi nervus facialis perifer.(1)
2.2. Struktur anatomi
Saraf otak ke VII mengandung 4 macam serabut, yaitu :
a. Serabut somato motorik, yang mensarafi otot-otot wajah kecuali m.
levator palpebrae (N.III), otot platisma, stilohioid, digastrikus bagian
posterior dan stapedius di telinga tengah
b. Serabut visero-motorik, (parasimpatis) yang datang dari nukleus
salivatorius superior. Serabut saraf ini mengurus glandula dan mukosa
faring, palatum, rongga hidung, sinus paranasal, dan glandula
submaksilaris serta sublingual dan lakrimalis.
c. Serabut visero-sensorik, yang menghantar impuls dari alat pengecap
di dua pertiga bagian depan lidah.
d. Serabut somato-sensorik, rasa nyeri dan mungkin juga rasa suhu dan
rasa raba dari sebagian daerah kulit dan mukosa yang dipersarafi oleh
nervus trigeminus.
endoneural N.VII penderita Bells palsy berat yang menjalani pembedahan dan
menemukan HSV dalam cairan endoneural. Virus ini diperkirakan dapat
berpindah secara axonal dari saraf sensori dan menempati sel ganglion, pada
saat adanya stress, akan terjadi reaktivasi virus yang akan menyebabkan
kerusakan local pada myelin.(2)
2.5. Patofisiologi
Para ahli menyebutkan bahwa pada Bells palsy terjadi proses inflamasi
akut pada nervus fasialis di daerah tulang temporal, di sekitar foramen
stilomastoideus. Bells palsy hampir selalu terjadi secara unilateral.
Kelumpuhan pada Bells palsy akan terjadi bagian atas dan bawah dari
otot wajah seluruhnya lumpuh. Dahi tidak dapat dikerutkan, fisura palpebra
tidak dapat ditutup dan pada usaha untuk memejam mata terlihatlah bola mata
yang berbalik ke atas. Sudut mulut tidak bisa diangkat. Bibir tidak bisa
dicucurkan dan platisma tidak bisa digerakkan. Karena lagoftalmos, maka air
mata tidak bisa disalurkan secara wajar sehingga tertimbun. Gejala-gejala
pengiring seperti ageusia dan hiperakusis tidak ada karena bagian nervus
fasialis yang terjepit di foramen stilomastoideum sudah tidak mengandung lagi
serabut korda timpani dan serabut yang mensyarafi muskulus stapedius.
S
a
m
a
Afferen dari cabang N.V cabang oftalmicus dan efferen N.VII serabut
motorik.
menghasilkan R2 ipsilateral
Lesi
trigeminal unilateral
menghasilkan R1 dan R2
Stimulasi
contralateral R2 intak.
2.8.
Penegakan
Diagnosis
Mata kering.
Hyperacusis: kerusakan toleransi pada tingkatan tertentu pada
telinga akibat peningkatan iritabilitas mekanisme neuron sensoris.
b. Pemeriksaan fisik.
Gambaran paralisis wajah mudah dikenali pada pemeriksaan fisik.
Pemeriksaan
yang
lengkap
dan
tepat
dapat
menyingkirkan
yang
menunjukkan
gambaran
gangguan
pada
paralisis.
Musculus
orbicularis,
frontalis
dan
mungkin
dapat
menunjukkan
adanya
tumor
(misalnya
Dosis dewasa
Dosis pediatrik
Kontraindikasi
Interaksi obat
Perhatian
dilaporkan.
Hati-hati pada gagal ginjal atau bila menggunakan obat yang
bersifat nefrotoksik.
b. Kortikosteroid.
Pengobatan Bells palsy dengan menggunakan steroid masih merpakan
suatu kontroversi. Berbagai artikel penelitian telah diterbitkan mengenai
keuntungan dan kerugian pemberian steroid pada Bells palsy. Para peneliti
lebih cenderung memilih menggunakan steroid untuk memperoleh hasil
yang lebih baik. Bila telah diputuskan untuk menggunakan steroid, maka
harus segera dilakukan konsensus. Prednison dengan dosis 40-60 mg/ hari
per oral atau 1 mg/ kgBB/ hari selama 3 hari, diturunkan perlahan-lahan
selama 7 hari kemudian, dimana pemberiannya dimulai pada hari kelima
setelah onset penyakit, gunanya untuk meningkatkan peluang kesembuhan
pasien.
Nama obat
Kehamilan
Perhatian
krisis
adrenal;
hiperglikemia,
edema,
c. Perawatan mata.
Mata sering tidak terlindungi pada pasien-psien dengan Bells palsy.
Sehingga pada mata beresiko terjadinya kekeringan kornea dan terpapar
benda asing. Atasi dengan pemberian air mata pengganti, lubrikan, dan
pelindung mata.
Air mata pengganti: digunakan selama pasien terbangun untuk
mengganti air mata yang kurang atau tidak ada.
Lubrikan digunakan saat sedang tidur. Dapat juga digunakan saat
terbangun jika air mata pengganti tidak cukup melindungi mata. Salah
satu kerugiannya adalah pandangan kabur selama pasien terbangun.
Kaca mata atau pelindung yang dapat melindungi mata dari jejas dan
mengurangi kekeringan dengan menurunkan jumlah udara yang
mengalami kontak langsung dengan kornea.
d. Konsultasi.
Dokter yang menangani pasien ini harus melakukan pemeriksaan lanjutan
yang ketat. Dokumentasi yang dilakukan harus mencakup kemajuan
penyembuhan pasien. Berbagai pendapat muncul mengenai perlunya
rujukan ke dokter spesialis. Indikasi untuk merujuk adalah sebagai berikut:
Ahli neurologi: bila dijumpai tanda-tanda neurologik pada
pemeriksaan fisik dan tanda-tanda yang tidak khas dari Bell palsy,
maka segera dirujuk.
Ahli penyakit mata: bila terjadi nyeri okuler yang tidak jelas atau
gambaran yang abnormal pada pemeriksaan fisik, pasien harus dirujuk
untuk pemeriksaan lanjutan.
Ahli otolaryngologi: pada pasien-pasien dengan paralisis persisten,
kelemahan otot wajah yang lama, atau kelemahan yang rekuren,
sebaiknya dirujuk.
Ahli bedah: pembedahan untuk membebaskan nervus facialis kadang
dianjurkan untuk pasien dengan Bell palsy. Pasien dengan prognosis