Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Neutral zone adalah area dimana tekanan antara bibir, pipi, dan lidah dalam keadaan seimbang. Di
zona inilah gigi artificial seharusnya disusun dengan inklinasi dan posisi dengan benar. Pentingnya
konsep neutral zone pada pemasangan g igi tiruan adalah untuk menempatkan neutral zone pada
edentulous area dimana gigi artificial seharusnya disusun sehingga kekuatan yang diberikan oleh otot
yang cenderung memberikan kestabilan pada gigi tiruan.
Kehilangan tulang alveolar adalah faktor komplikasi utama dalam pembuatan gigi tiruan penuh.
Jumlah tulang yang tersisa akan menentukan stabilitas dan retensi dari gigi tiruan, dan dapat
dipengaruhi oleh faktor sistemik seperti diabetes mellitus. Untuk menanggulangi hal tersebut, teknik
neutral zone dapat digunakan. Konsep neutral zone dapat diaplikasikan pada pembuatan gigi tiruan
penuh, untuk meningkatkan retensi dan stabilitas gigi tiruan saat berbicara dan mengunyah. Konsep
ini mengacu kepada kontrol otot terhadap stabilitas gigi tiruan khususnya dari lidah, bibir, dan pipi,
sehingga teknik ini dapat mengurangi tergigitnya bibir, pipi dan lidah pasien, terjepitnya makanan
pada area molar, serta meningkatkan kenyamanan pasien.Gigi yang disusun langsung pada ridge akan
berkurang stabilitasnya karena gigi tidak didukung oleh otot-otot di sekitarnya. Dengan menggunakan
konsep neutral zone, gaya dari otot dapat memberi tekanan sebagai retensi dan stabilisasi. Dapat
disimpulkan bahwa Neutral Zone adalah salah satu teknik alternatif terbaik selain implan terutama
pada kasus-kasus atrofi mandibula. Pentingnya Neutral Zone dalam pembuatan gigi tiruan adalah
penentuan kembali daerah tersebut didalam mulut yang tidak bergigi dimana seharusnya elemenelemen gigi ditempatkan sehingga gaya-gaya yang dihasilkan oleh otot-otot tidak akan mempengaruhi
kestabilan gigi tiruan penuh. Teknik ini relatif sederhana namun membutuhkan waktu kerja yang lebih
banyak dan biaya yang tidak sedikit.
BITE RIM
Base plate yang telah bergabung dengan bite rim disebut occlusal bite rim atau tanggul
gigitan. Kegunaan bite rim adalah:
a.
Artikulator mounting artinya adalah memasang occlusal bite rim rahang atas dan bawah dari
mulut pasien ke artikulator bersama modelnya setelah ditentukan dimensi vertikal maupun sentrik
oklusinya (Soelarko dan Harman, 1980). Vertikal dimensi disebut juga tinggi gigitan, dapat dicapai
dengan mengukur jarak pupil dengan sudut mulut akan sama dengan jarak hidung dengan dagu pasien
(PM=HD) dalam keadaan oklusi sentris (Soelarko dan Harman, 1980). Oklusi sentrik adalah
hubungan kontak maksimal dari gigi-gigi rahang atas dan rahang bawah dalam keadaan relasi sentris.
Relasi sentris adalah hubungan maksila dan mandibula dimana kedua condylus berada dalam keadaan
paling posterior dalam fossa glenoid (Swenson, 1964).
Untuk lengkung bite rim RB disesuaikan dengan alveolar ridge yang ada, sedangkan bite rim
untuk RA dibuat setinggi kurang lebih 2 mm dibawah bibir atas saat rest posisi. Tinggi bite rim RB
dibuat sejajar dengan tinggi retromolar pad.
Yang perlu diperhatikan dalam membuat bite rim :
Bite rim anterior atas harus sejajar dengan garis pupil (garis yang menghubungkan kedua pupil
dan jalannya sejajar dengan garis incisal).
Bite rim posterior sejajar dengan garis Chamfer, yaitu garis yang berjalan dari ala nasi sampai tragus
b.
c.
d.
e.
Bite rim atas harus kelihatan kira-kira 2 mm dibawah garis bibir pada saat rest position.
Median line pasien diambil sebagai terusan dari tengah lekuk bibir atas (philtrum) untuk
menentukan garis tengah yang memisahkan incisivus kanan dan kiri.
Garis caninus, tepat pada sudut mulut dalam keadaan rest position
Garis ketawa, yaitu pada saat tertawa gusi tidak terlihat.
Tahap Klinis
1
Insersi base plate, retensi dan stabilisasi diperhatikan. Retensi adalah daya tahan gigi tiruan
terhadap upaya pelepasan, sedangkan stabilisasi adalah daya tahan gigi tiruan untuk tetap di
tempat ketika funsi pengunyahan berlangsung. Retensi dapat di amati dengan memberikan
tekanan pada salah satu sisi gigi tiruan (jjika gigi tiruan terungkit, maka gigi tiruan tersebut
tidak retentif) atau dengan memberikan usaha pelepasan (gigi tiruan yang retentif adalah gigi
tiruan yang sulit dilepas). Stabilisasi dapat diamati dengan menggerakkan otot-otot pipi, lidah
dan mengucapkan ah. Gigi tiruan yang stabil merupakan gigi tiruan yang tidak berubah
tempat ketika difungsikan.
Retensi gigi tiruan ditentukan oleh letak seal dan adhesi/kohesi saliva. Kesesuaian letak seal
dilakukan dengan menggerakkan otot pipi. Jika alat terjatuh ketika otot digerakkan, berarti terdapat
over extension plat. Solusi keadaan ini adalah dengan mengurangi plat. Sebaliknya, jika seal pada
plat under extension, maka kohesi dan adhesi saliva berkurang, dan alat menjadi tidak retentif. Solusi
keadaan ini adalah dengan membuat plat yang baru.
2
Penentuan profil pasien. Profil pasien disesuaikan dengan ras pasien tersebut. Dalam kasus
ini, pasien termasuk ras mongoloid yang memiliki ciri khas profil cembung. Kecembungan
profil dibuat dengan tonus otot labial sebagai parameternya. Profil yang ideal, terbentuk jika
otot bibir dalam keadaan isotonus. Apabila bibir tampak hipertonus, maka bagian anterior bite
rim terlalu cembung sehingga harus dikurangi. Sebaliknya, jika bibir tampak hipotonus, maka
bite rim kurang cembung sehingga perlu ditambah dengan malam merah.
Mula-mula pasien dipersilakan duduk pada dental chair, dataran oklusal diusahakan sejajar
dengan lantai. Tentukan garis chamfer dari titik di bawah ini :
4 mm dari meatus acusticus externus
telinga kanan dan kiri
spina nasalis anterior
Kemudian ketiga titik tersebut ditandai dengan benang dan diisolasi. Selanjutnya record blok
dipasang dengan posisi bite rim RA dan RB harus tertutup secara sempurna (tidak boleh ada celah dan
merupakan suatu garis lurus).
Kemudian dicari dimensi vertical (inter occlusal distance), didapatkan dengan cara mengukur
jarak pupil dengan sudut mulut sama dengan jarak hidung sampai dagu (PM = HD). Pada keadaan rest
posisi PM = HD.
Pengecekkan dimensi vertikal dapat dilakukan dengan mengucapkan huruf M. Huruf M
terdengar jelas jika dimensi vertikal cukup. Free way space dicek dengan pengucapan huruf S (huruf
S terdengar mendesis). Jika free way space kurang, maka huruf S sulit terucap, demikian halnya jika
free way space berlebihan (terasa semburan saliva ketika pengucapan huruf S).
Bite rim rahang atas dibuat sejajar dengan garis chamfer (garis yang berjalan dari ala nasi
sampai titik tertinggi dari porus acusticus externus) untuk bagian posterior dan sejajar garis pupil
untuk bagian anterior. Tinggi bite rim rahang atas 1,5-2 mm dibawah garis bibir atas/lower lip line
(pada waktu rest posisi). Alat yang digunakan adalah occlusal guide plane.
3. Centric relation record
Yaitu suatu relasi mandibula terhadap maksila pada suatu relasi vertikal yang ditetapkan pada
posisi mandibula paling posterior. HD = PM 2 mm. Pengurangan 2 mm diperoleh dengan cara
mengurangi bite rim rahang bawah dengan maksud sebagai free way space. Cara menentukan relasi
sentrik yaitu dengan mengintruksikan pasien untuk menengadahkan kepala pasien sedemikian rupa
sehingga prosessus Condyloideus akan tertarik pada fossa bagian belakang karena tarikan dari otot
dan mengintruksikan untuk menelan berulang-ulang. Untuk mendapatkan sentrik relasi pasien disuruh
melakukan gerakan mandibula berulang-ulang sampai pasien biasa dengan oklusi tersebut.
Setelah mendapatkan posisi sentrik, bite rim diberi tanda tempat median line dan garis ketawa.
Median line, garis ketawa, high lip line, low lip line ditentukan kemudian dicek dengan cara
pasien dinstruksikan untuk membuka dan menutup mulut kemudian dilihat apakah garis tersebut
sudah tepat dan tetap kedudukannya dalam keadaan oklusi sentrik.
Rahang atas dan rahang bawah difiksasi dengan double V-groove shape, caranya: dibuat Vgroove pada rahang atas kira-kira P1 dan M1; pada rahang bawah daerah V-groove dikurangi kirakira 2 mm. Bite rim rahang bawah diberi gulungan malam kecil yang telah dilunakkan dibawah V
groove RA. V-groove pada rahang atas diolesi vaselin. Rahang atas dan bawah dikatupkan, mulut
dilihat apakah V-groove dan kontranya sudah tepat, kemudian lakukan membuka dan menutup
berulang-ulang.
4. Pemasangan pada articulator
Jenis articulator yang digunakan adalah anatomical type yang disebut free plane articulator.
Bagian-bagian articulator ini adalah: upper member, lower member, incisal guide pin dan mounting
table.
Cara kerja :
1. Tentukan besar derajat tonjol caninus superior dan premolar superior pertama.
2. Bite rim RA beserta modelnya diletakkan pada mounting table dengan pedoman : garis tengah bite rim
dan model RA berhimpit dengan garis tengah mounting table, tepi luar anterior bite rim RA
menyinggung garis incisal edge mounting table, jarum horizontal incisal guide pin ujungnya
menyentuh tepi luar anterior dari bite rim model RA dan tepat pada garis tengah bite rim.
3. Fiksasi dengan wax pada mounting table.
4. Buat adonan gips.
5. Upper member digerakkan ke atas dan adonan gips dituang perlahan pada bagian atas model kerja RA
lalu upper member digerakkan ke bawah sampai menekan gips yang ada pada model kerja RA.
6. Upper member dan lower member diikat dengan karet, rapikan gips yang memfiksir upper member
dengan model RA kemudian tunggu sampai keras.
7. Mounting table dilepas dari articulator kemudian articulator dibalik.
8. Bite rim RB diletakkan kembali pada bite rim RA sesuai dengan oklusinya.
9. Buat adonan gips, lower member diangkat ke atas dan adonan gips dituang pada model kerja RB
kemudian lower member digerakkan ke bawah sampai menekan adonan gips, setelah itu articulator
dibalik dan gips dirapikan.
PENYUSUNAN GIGI
Pemasangan gigi anterior:
11 21 : axisnya bersudut 5 terhadap mid. line
1.
2.
3.
1.
P1 dan P2 RA
37 47: axisnya tegak lurus bite rim
tonjol mesiobukal 37 47 berada di antara tonjol mesiodistal 16 26 dan
tonjol mesio-bukal 17 27
Setelah pemasangan gigi posterior dilakukan try in.
Perhatikan inklinasi dan kontur gusi tiruannya. Perlu juga dilakukan pengamatan tehadap:
1.Oklusi.
2. Stabilisasi gaya working dan balancing side.
3. Estetis dengan melihat garis kaninus.
4. Fonetik dengan cara menyuruh pasien mengucapkan huruf S, D, O, M, R, A dan T dan lainnya
sebagainya dengan jelas dan tidak ada gangguan.
Dilakukan try in untuk mengevaluasi GTL sebelum diproses dengan cara melatih pasien untuk
memakai, merasakan dan beradaptasi dengan gigi tiruan tersebut :
1
INSERSI
Saat ini protesa telah selesai diproses dan diinsersikan pada pasien. Hal yang perlu diperhatikan pada
pasien:
a. Retensi GTL, faktor yang mempengaruhi adalah:
1. Tepi GTL harus mengikuti batas forniks
2.
Jaringan keras harus dihindari untuk memberi kesempatan bergerak
3.
Protesa harus berelief sesuai dengan keadaan mulut
b. Stabilisasi, faktor yang mempengaruhi:
1.
Inklinasi gigi
2.
Lereng sendi / sudut luncur sendi
c. Oklusi
Pengecekan dilakukan dengan artikulating paper, bila ada traumatik oklusi dilakukan selective
grinding, yaitu penggerindingan permukaan oklusal gigi tiruan untuk mendapatkan suatu sentrik
oklusi gigi tersebut. Pengurangan menggunakan hukum BULL dan MUDL (pengurangan pada
permukaan bukal dan mesial pada rahang atas dan pengurangan permukaan lingual dan distal pada
rahang bawah), yakni pada working side.
d. Artikulasi
Fungsi fonetik mengucapkan huruf : s, r, m, p, d, f dan t.
e. Penyusunan gigi
Kemudian dilakukan pengecekan terhadap MMR, apakah ada perubahan atau tidak. Jika sudah tidak
ada perubahan dilakukan remounting.
Caranya: lakukan pencetakan RA dan RB dengan gigi tiruan masih terpasang dalam mulut pasien.
Pada waktu mengambil cetakan GTL, ikut terambil kemudian diisi dengan stone gips. Hasil cetakan
kemudian dipasang pada atikulator untuk mengecek kedudukan gigi tiruan terhadap gigi dan jaringan
pendukung gigi.
Tujuan dari remounting adalah :
1.
2.
3.
4.
5.
1.
2.
3.
1.
2.
3.
1.
2.
3.
1.
2.
3.
4.
Oklusi sentrik adalah posisi kontak maksimal dari gigi geligi pada waktu mandibula dalam
keadaan sentrik, yaitu kedua kondisi berada dalam posisi bilateral simetris di dalam fossanya. Sentris
atau tidaknya posisi mandibula ini sangat ditentukan oleh panduan yang diberikan oleh kontak antara
gigi pada saat pertama berkontak. Keadaan ini akan mudah berubah bila terdapat gigi supra posisi
ataupun overhanging restoration.
Kontak gigi geligi karena gerakan mandibula dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
Intercupal Contact Position (ICP), adalah kontak maksimal antara gigi geligi dengan antagonisnya
Retruded Contact Position (RCP), adalah kontak maksimal antara gigi geligi pada saat mandibula
bergerak lebih ke posterior dari ICP, namun RB masih mampu bergerak secara terbatas ke lateral.
Protrusif Contact Position (PCP) adalah kontak gigi geligi anterior pada saat RB digerakkan ke
anterior
Working Side Contact Position (WSCP) adalah kontak gigi geligi pada saat RB digerakkan ke lateral.
Selain klasifikasi diatas, secara umum pola oklusi akibat gerakan RB dapat diklasifikasikan sebagai
berikut:
1. Bilateral balanced occlusion, bila gigi geligi posterior pada kerja dan sisi keseimbangan, keduanya
dalam keadaan kontak
2. Unilateral balanced occlusion, bila gigi geligi posterior pada sisi kerja kontak dan sisi keseimbangan
tidak kontak
3. Mutually protected occlusion, dijumpai kontak ringan pada gigi geligi anterior, sedang pada gigi
posterior
4. Tidak dapat ditetapkan, bila tidak dikelompokkan dalamklasifikasi diatas. (Hamzah, Zahreni,dkk)
Oklusi memiliki 2 aspek. Aspek yang pertama adalah statis yang mengarah kepada bentuk, susunan,
dan artikulasi gigi geligi pada dan antara lengkung gigi, dan hubungan antara gigi geligi dengan
jaringan penyangga. Aspek yang kedua adalah dinamis yang mengarah kepada fungsi system
stomatognatik ang terdiri dari gigi geligi, jaringan penyangga, sendi
Dikenal 2 macam istilah oklusi yaitu:
Oklusi Ideal
Merupakan konsep teoretis dari struktur oklusal dan hubungan fungsional yang mencakup prinsip dan
karakteristik ideal yang harus dimiliki suatu keadaan oklusi. Menurut Kamus Kedokteran Gigi, oklusi
ideal adalah keadaan beroklusinya semua gigi, kecuali insisivus central bawah dan molar tiga atas,
beroklusi dengan dua gigi di lengkung antagonisnya dan didasarkan pada bentuk gigi yang tidak
mengalami keausan. Syarat lain untuk mendapatkan oklusi ideal antara lain:
Bentuk korona gigi berkembang dengan normal dengan perbandingan yang tepat antara dimensi
mesio-distal atau buko-lingual
Tulang, otot, jaringan disekitar gigi anatomis mempunyai perbandingan yang normal
Semua bagian yang membentuk gigi geligi geometris dan anatomis, satu dan secara bersama-sama
memenuhi hubungan yang tertentu
Gigi geligi terhadap mandibula dan cranium mempunyai hubungan geometris dan anatomis yang
tertentu
Karena gigi dapat mengalami atrisi akibat fungsi pengunyahan, maka bentuk gigi ideal jarang
dijumpai. Oklusi ini jarang ditemukan pada gigi geligi asli yang belum diperbaiki.
Oklusi Normal
Leory Johnson menggambarkan oklusi normal sebagai suatu kondisi oklusi yang berfungsi secara
harmonis dengan proses metabolic untuk mempertahankan struktur penyangga gigi dan rahang berada
dalam keadaan sehat. Oklusi dikatakan normal jika:
Susunan gigi di dalam lengkung gigi teratur dengan baik
Gigi dengan kontak proksimal
Hubungan seimbang antara gigi dan tulang rahang terhadap cranium dan muscular di sekitarnya
Kurva spee normal
Ketika gigi berada dalam kontak oklusal, terdapat maksimal interdigitasi dan minimal overbite dan
overjet
Cusp mesio-bukal molar 1 maksila berada di groove mesio-bukal molar 1 mandibula dan cusp distobukal molar 1 maksila berada di embrasure antara molar 1 dan 2 mandibla dan seluruh jaringan
periodontal secara harmonis dengan kepala dan wajah.
Klasifikasi dari Oklusi Gigi Geligi
Klasifikasi berikut berdasarkan pada klasifikasi Edward Angle (1899) walaupun berbeda
dalam beberapa aspek yang penting. Ini adalah klasifikasi dari hubungan antero-posterior lengkung
gigi-gigi atas dan bawah, dan tidak melibatkan hubungan lateral serta vertikal, gigi berjejal dan
malposisi lokal dari gigi-gigi.
1. Kelas 1
Hubungan ideal yang bisa ditolerir. Ini adalah hubungan antero-posterior yang sedemikian
rupa, dengan gigi-gigi berada pada posisi yang tepat di lengkung rahang, ujung gigi kaninus atas
berada pada bidang vertikal yang sama seperti ujung distal gigi kaninus bawah. Gigi-gigi premolar
atas berinterdigitasi dengan cara yang sama dengan gigi-gigi premolar bawah, dan tonjol antero-bukal
dari molar pertama atas tetap beroklusi dengan alur (groove) bukal dari molar pertama bawah tetap.
Jika insisivus berada pada inklinasi yang tepat, overjet inisisal adalah sebesar 3 mm.
Segitiga Sama Sisi Bonwill
Pada tahun 1899 untuk pertama kalinya, Bonwill menjelaskan bahwa pada orang dewasa laki-laki,
umumnya jarak antara titik tengah dari gigi seri tengah mandibula dan pusat-pusat di mana lengan
masing-masing sekitar 10,16 cm (empat inci) panjangnya. Itu disebut segitiga sama sisi Bonwill.
rotasi terhadap gigi yang sudah mengalami perubahan pada bidang oklusal dapat mengakibatkan
terjadi gangguan gerak protrusive posterior. Gangguan tersebut selanjutnya akan memulai terjadinya
aktivitas abnormal levator mandibula terutama otot masseter dan temporal yang selanjutnya dapat
menyebabkan keausan, fraktur rotasi dan disfungsi TMJ.
Tiga dimensi lengkung kurva pada gigi manusia
1. Kurva Spee (kurva anteroposterior dari bidang oklusal)
Graf Von Spee menggambarkan kelengkungan permukaan oklusal gigi dari ujung caninus mandibula
yang berjalan posterior mengikuti cusp bukal gigi posterior mandibula. Kurva ini berada dalam
bidang sagital saja. Efek dari Kurva Spee ditentukan dengan membandingkan bidang tiap gigi dalam
kurva dengan jalur putaran condycle. Lebih menyimpang bidang tiap gigi dari arah jalur putaran
condycle, semakin besar tinggi puncak. Lebih sejajar bidang tiap gigi dari jalur putaran condycle,
semakin pendek tinggi puncak.
Kedalaman kurva Spee dan kurva kompensasi merupakan hal yang penting dalam prosedur
perawatan. Kurva Spee dapat dijadikan referensi dalam merekonstruksi oklusal pada kasus kehilangan
gigi posterior sebagian atau seluruhnya. Tujuan utama yang paling penting adalah dalam hal ini untuk
mendapatkan stabilitas gigi tiruan. Perlu diperhatikan jika pada pasien yang telah mengalami
penurunan dimensi vertical, maka pembuatan cusp gigi yang tajam dengan kurva yang datar adalah
kontraindikasi karena dapat mengurangi freeway space. Pembuatan cups yang tajam, dalam, dan
curam yang tidak mengikuti kurva spee dalam bentuk fisiologis yang sebelumnya mengakibatkan
pengaruh traumatik pada jaringan penyangga sehingga jaringan periodontal dan tulang resopsi, dan
kehilangan lebih lanjut pada gigi sisa.
2.