Anda di halaman 1dari 2

1.

Upacara ini dilaksanakan selama tujuh hari, yaitu sejak tanggal 5 Mulud (Rabiulawal)
sore hari sampai dengan tanggal 11 Mulud (Rabiulawal) tengah malam. Upacara Sekaten
diselenggarakan untuk memperingati hari kelahiran (Mulud) Nabi Muhammad SAW.
Tujuan lain dari penyelenggaraan upacara ini adalah untuk sarana penyebaran agama
Islam.
2. Prosesi Sekaten, terdiri dari :
a. Tradisi Sekaten diawali dengan Slametan atau Wilujengan yang bertujuan untuk
mencari ketentraman dan ketenangan. Ini juga menandai kegiatan Pasar Malam Perayaan
Sekaten dimulai.
Pasar Malam ini berlangsung kurang lebih 40 hari sebelum perayaan Garebeg Maulud
tiba. Pada perayaan Sekaten ini masyarakat banyak yang berkunjung dan bertujuan untuk
mencari hiburan atau membeli makanan khas yang dijual pada Pasar Malam itu.
b. Satu minggu sebelum puncak acara Sekaten, gamelan dikeluarkan dari Keraton dibawa
ke Masjid Agung Yogyakarta untuk kemudian diletakkan di Pagongan Utara dan
Pagongan Selatan atau Miyos Gongso oleh Abdi Dalem Kawedanan Hageng Punokawan
Kridhomardowo yang bertugas dalam bidang kesenian dan Abdi Dalem Konco Gladhag
yang membawa gamelan serta perangkatnya dari Keraton ke Pagongan Utara dan
Pagongan Selatan Masjid Agung Yogyakarta.
Selama satu minggu gamelan dibunyikan terus kecuali pada jam-jam tertentu yaitu saat
adzan dikumandangkan dan pada hari jumat. Gamelan dibunyikan oleh Abdi Dalem
Kawedanan Hageng Punokawan Kridhomardowo. Gamelan dipakai sebagai media atau
alat untuk dakwah Islam karena dengan membunyikan gamelan Jawa dan segala macam
bentuk keseniannya, maka masyarakat akan datang.
c. Rangkaian upacara Sekaten yang selanjutnya ialah Upacara Numplak Wajik yang
berlokasi di Magangan Kidul. Upacara Numplak Wajik sebagai awal dimulainya
pembuatan gunungan wadon.
Upacara Numplak Wajik diawali dengan iringan Gejog Lesung yang dilakukan oleh Abdi
Dalem Konco Gladhag. Tujuannya agar dalam pembuatan gunungan wadon tersebut
dapat berjalan lancar. Sebelum upacara ini dimulai biasanya diberikan sesaji oleh Abdi
Dalem Keparak Para Gusti agar dalam pembuatan gunungan ini tidak mengalami
hambatan.
d. Acara selanjutnya dilaksanakan Miyos Dalem di Masjid Agung Yogyakarta. Acara ini
dihadiri oleh Sri Sultan, pembesar Keraton, para Bupati, Abdi Dalem Keraton dan
masyarakat Yogyakarta. Pada upacara Miyos Dalem, dihadapan Sri Sultan dan pembesar
Keraton dibacakan Siratun Nabi (riwayat hidup Nabi Muhammad SAW).
Sebelum Miyos Dalem dilaksanakan, Sri Sultan menyebar udhik-udhik yang telah
disiapkan oleh Abdi Dalem Keparak Para Gusti di depan pintu Pagongan Selatan dan
Pagongan Utara Masjid Agung Yogya dimana selama 7 hari berturut-turut kedua Gamelan
sekaten dibunyikan yaitu Gamelan Kanjeng Kiai Guntur Madu dan Gamelan Kanjeng
Kiai Nagawilaga dihadapan masyarakat yang hadir. Miyos Dalem berakhir ditandai
dengan pelaksanaan Kondur Gongso atau gamelan dibawa masuk lagi ke Keraton.
e. Sebagai rangkaian upacara terakhir dari Tradisi Sekatenan yaitu puncak acara Garebeg
Maulud, yang ditandai dengan dikeluarkannya Hajad Dalem Pareden (gunungan) tepat
tanggal 12 bulan.
Dalam Garebeg Maulud ini Sri Sultan mengeluarkan Hajad Dalem berupa 6 buah
gunungan, diantaranya adalah 2 buah gunungan lanang (1 buah gunungan untuk berkat ke

Pakualaman), 1 buah gunungan wadon, 1 buah gunungan dharat, 1 buah gunungan gepak,
dan 1 buah gunungan pawuhan.
3. Pentingnya DAKWAH Islam
Dakwah berarti kegiatan yang bersifat menyeru, mengajak dan memanggil orang lain
untuk beriman dan taat kepada Allah SWT, sesuai dengan garis akidah, syariat dan akhlak
Islam. Secara bahasa, dakwah merupakan masdar (kata benda) dari kata kerja daa yadu
yang artinya panggilan, seruan atau ajakan. Jadi berdakwah adalah aktivitas menyeru
manusia kepada Allah SWT dengan hikmah dan pelajaran yang baik dengan harapan agar
objek dakwah yang kita dakwahi beriman kepada Allah SWT dan mengingkari thagut (semua
yang di abdi selain Allah) sehingga mereka keluar dari kegelapan jahiliyah menuju cahaya
Islam.
Selain itu, Kata dakwah sering dirangkaikan dengan kata Ilmu dan kata Islam,
sehingga menjadi Ilmu dakwah dan Ilmu Islam atau ad-dakwah al-Islamiyah. Orang yang
berdakwah disebut dai (juru dakwah), sedangkan obyek dakwah disebut madu. Setiap
dakwah hendaknya bertujuan untuk mewujudkan kebahagiaan dan kesejahteraan hidup di
dunia dan di akhirat yang diridai oleh Allah. Nabi Muhammad SAW mencontohkan dakwah
kepada umatnya dengan berbagai cara melalui lisan, tulisan dan perbuatan.
. Sebagian ulama ada menyebut berdakwah itu hukumnya fardu kifayah (kewajiban
kolektif), sebagian lainnya menyatakan fardu ain. Meski begitu, Rasulullah SAW tetap selalu
mengajarkan agar seorang Muslim selalu menyeru pada jalan kebaikan dengan cara-cara
yang baik.
Keutaman Dakwah Adalah Sebagai Berikut :
1.
Dakwah adalah Muhimmatur Rusul (Tugas Utama Para Rasul alaihimussalam)
2.
Dakwah adalah Ahsanul Amal (Amal yang Terbaik)
3.
Dakwah memiliki keutamaan yang besar karena para dai akan memperoleh balasan
yang besar dan berlipat ganda (al-hushulu ala al-ajri al-azhim)
4.
Dakwah dapat menyelamatkan kita dari azab Allah swt (An-Najatu minal Azab)
5.
Dakwah adalah Jalan Menuju Khairu Ummah
4. Sekaten dianggap sebagai tradisi islam untuk mengumpulkan masyarakat yang pada
masa itu, karena agama islam menjadi dasar dan agama resmi, maka pemusatan
kekuasaan, titik beratnya ditunjukkan kepada mengislamkan mereka yang belum
mengenal islam, sebab masyarakat Jawa pada saat itu masih menganut agama Shiwa
Budha, dengan adanya adat penyelenggaraan upacara Grebeng Mulud/sekaten itu sebagai
tradisi yang berlaku dari zaman ke zaman dilestarikan oleh raja-raja di Jawa sampai akhir
masa Kerajaan Majapahit.
Dari suatu pengantar yang telah dipaparkan diatas, timbul-lah suatu permasalah yang
harus di pecahkan, adapun permasalahannya sebagai berikut: Pertama, tentang apa
pengertian Grebeg Mulud/Sekaten. Kedua, tentang Apa Bentuk-bentuk Ritus Grebeg
Mulud/ Sekaten. Ketiga, tentang apa tujuan Grebeg Mulud/Sekaten Islam. Keempat,
Manfaat dari Grebeg Mulud/Sekaten. Kelima, tentang Hukum Sekaten dalam prespektif
Hukum Islam. Keenam, tentang bagaimana Implementasi dari Grebeg Mulud/Sekaten.
Tentang permasalahan-permasalahan yang tertera diatas, penulis mencoba menguraikan
satu-persatu seperti dibawah ini.

Anda mungkin juga menyukai