Oleh:
Raisa Cleizera R, S. Ked
Beata Dinda Seruni, S. Ked
Rima Aghnia P S, S.Ked
G 99152085
G 99152086
G 99152088
Pembimbing:
Aminan, dr., Sp. JP(K), FIHA
19650718 200312 1 004
Latar belakang ilmiah yang mendasari penulis, terpisah dari artikel yang diterbitkan di
literatur, yaitu pedoman yang ditulis oleh European Society of Cardiology tentang
penanganan
angina
pektoris
stabil
tahun
2006,
pedoman
terutama karena perubahan demografi. Data epidemiologi terbaru dari populasi Yunani
jarang. Dari penelitian terbaru dilaporkan bahwa pada populasi jarang. Pada penelitian survei
terakhir, dilaporkan bahwa prevalensi angina pada populasi orang dewasa Yunani sebanyak
3007 orang (usia 47 16 tahun, 43% laki-laki dan 51,7% perempuan) yaitu 2,5%. Sehingga,
angina masih merupakan masalah klinis penting dengan efek nyata pada kualitas hidup dan
prognosis jangka panjang pada pasien.
Penanganan angina stabil
Langkah preventif non farmakologi hendaknya menjadi landasan penatalaksanaan
angina stabil. Khususnya, yang terpenting ialah berhenti merokok dan penentuan tingkat
latihan individu. Ditambah lagi target terapi yang ditentukan oleh Fifth Joint Task Force of
the European Society of Cardiology tentang preventif penyakit kardiovaskuler di klinis
praktis (misalnya target level lipid dan hipertensi) sebaiknya dipertimbangkan wajib pada
pasien penyakit jantung iskemi dan angina sstabil. Meskipun jurnal ini terfokus pada tata
laksana farmakologis pasien iskemi pada angina stabil, langkah preventif seperti yang telah
disebutkan di atas hendaknya menjadi langkah pertama dan langkah terpenting pada tata
laksana semua pasien dengan penyakit jantung iskemi.
Tata laksana farmakologis angina stabil
1. Terapi beta blocker
Beta blocker mengurangi iskemia dan gejala terutama dengan mengurangi
konsumsi oksigen. Efek protektif anti iskemik terutama lewat mekanisme blokade
reseptor beta-1 adenoreseptor. Beta blockerselektif beta-1 metoprolol ( dosis target
100 mg 2x1), atenolol (dosis target 2x1 atau 50 mg 1x1), dan bisoprolol (dosis target
10 mg 1x1) telah digunakan dengan luas pada angina stabil. Obat-obat ini tidak hanya
didukung oleh bukti dari beberapa dekade terakhir namun juga obat-obat ini
meningkatkan toleransi pada pasien asma dan PPOK. Meskipun begitu, penelitian
terakhir di Yunani, RYTHMOS trial, membuktikan bahwa carvedilol merupakan beta
blocker yang paling sering digunakan meskipun bukan selektif pada beta-1.
Beta blocker telah terbukti mengurangi morbiditas pada pasien dengan
penyakit jantung iskemik dan infark miokard sebelumnya. Bukti kuat juga telah ada
terkait pasien dengan gagal jantung dan penyakit jantung iskemi. Meskipun tidak ada
keraguan bahwa beta blocker menurunkan gejala dan ambang batas aritmia, data
menunjukkan bahwa beta blocker menguntungkan pada pasien dengan infark miokard
sebelumnya dan/atau dengan disfungsi sistolik dari ventrikel kiri. Sehingga, beta
blocker dipilih sebagai obat pada angina dengan disfungsi ventrikel kiri setelah infark
miokard dan pada pasien dengan gagal jantung, karena efek remodelling balik dan
peningkatan harapan hidup. Prognosis efek pada beta blocker ditunjukkan pada meta
analisis dari atenolol pada hipertensi, yang mana menunjukkan bahwa atenolol
mungkin berhubungan dengan prognosis buruk dibanding dengan angiotensin II
reseptor blocker dan Ca blocker. Ditambah lagi hasil studi observasi longitudinal pada
18.653 pasien yang telah terdatar pada Reduction of Atherothrombosis for Continued
Health (REACH) dan telah diikuti selama 44 bulan telah terbit. Hasilnya yaitu, pada
pasien dengan risiko penyakit arteri koroner, yaitu infark miokard atau pasien
penyakit arteri koroner tanpa infark miokard, penggunaan beta blocker tidak
berhubungan dengan penurunan risiko kejadian penyakit kardiovaskular selanjutnya.
Pada akhirnya, masalah utama pada pasien pada era ini ialah peningkatan risiko
penyakit kardiovaskuler akibat obesitas dan diabetes mellitus. Salah satu keburukan
beta blocker yaitu obat ini mempunyai efek yang tidak diinginkan dari metabolisme
glukosa. Meski begitu, efek buruk ini tidak menutup keuntungan dari penggunaan
beta blocker dengan pasien dengan penyakit arteri koroner stabil.
Kesimpulannya, meskipun terdapat kerugian dari beta blocker, obat ini tetap
digunakan sebagi dasar terapi anti iskemi pada pasien dengan angina stabil.
2. Calcium Channel Blocker
Calcium channel blocker (CCB) mengurangi keluhan angina dengan
menghambat masuknya kalsium melalui membrane sel miokardium, jaringan
konduksi pada jantung, dan otot polos pembuluh darah arteri coroner. CCB yang
sering digunakan dalam pengobatan angina stabil di Greece adalah amlodipin,
diltiazem, felodipin, verapamil dan nifedipine. Diltiazem dan verapamil menurunkan
denyut dan kontraktilitas otot jantung, sedangkan nifedipin, amlodipin, dan felodipin
(dihidropiridin) mempengaruhi aktivasi saraf simpatis sehingga menyebabkan
peningkatan denyut jantung/heart rate. Aktivasi simpatis ini mengimbangi efek
antiangina pada CCB, dengan demikian medikasi denyut jantung dengan obat lain
dibenarkan pada pasien yang menerima obat golongan dihidropiridin ini.
Efek antiangina pada CCB telah dibuktikan dalam beberapa studi dan dapat
dibandingkan dengan efek pemberian terapi beta bloker. Disamping itu CCB telah
secara luas digunakan dalam managemen kasus hipertensi. Namun bukti efek dalam
prognostik yang baik pada pemberian CCB untuk pasien angina stabil masih belum
diteliti lebih dalam. Studi dosis yang tinggi pada short acting nifedipin dapat
meningkatkan mortalitas. Disamping itu dalam salah satu penelitian mengatakan
bahwa short acting nifedipine dapat meningkatkan angka kematian. Sedangkan pada
studi ACTION mengevualuasi peran pemberian CCB pada pasien dengan angina
stabil hipotesis mengenai efek buruk pada nifedipin ditolak. Namun para klinisi perlu
waspada dalam pemberian CCB karena efeknya terhadap gagal jantung pada beberapa
studi.
3. Nitrat
Manfaat penggunaan nitrat jangka panjang telah banyak dievaluasi dalam
beberapa studi yakni pada pasien dengan angina stabil dan pasien post infark miokard
akut. Nitrat telah terbukti menurunkan kejadian angina, meningkatkan toleransi
latihan, dan kualitas hidup khususnya pada kasus angina. Namun belum ada data yang
mendukung gagasan bahwa penggunaan nitrat memberikan manfaat pada pasien
dengan angina stabil. Nitrat banyak digunakan pada pasien jantung karena harganya
yang relatif murah dan dan availibilitasnya yang cukup tinggi. Penggunaan nitrat
jangka pendek dan jangka panjang dikaitkan dengan efek samping berupa sakit
kepala, kemerahan, dan hipotensi. Penggunaan nitrat short acting masih penting
secara klinis meskipun kurangnya efeknya terhadap prognostik, hal ini dikarenakan
nitrat mampu meningkatkan kualitas hidup dan toleransi aktivitas pada pasien dengan
angina stabil. Dalam penggunaan nitrat pasien harus memperhatikan :
a.Efek hipotensi dapat terjadi pada pemberian rapid nitrat
b. Pasien dengan pengobatan long acting nitrat yang sebelumnya menerima
pengobatan short acting akan mengalami penurunan respon dikarenakan fenomena
toleransi.
c.Nitroglycerin spray lebih dianjurkan dibandingkan dengan sediaan tablet karena
lebih stabil bila terkena udara dan tidak mudah membusuk
d. Jika angina berlanjut meskipun penggunaan short acting nitrat sudah tepat, pasien
harus mempertimbangkan
Bagan 1
1. Nitrat short acting dapat digunakan bila diperlukan dengan semua terapi yang
disebutkan sebelumnya. Namun, efek yang ditimbulkan dapat berkurang pada pasien
yang menggunakan nitrat long acting.
2. Lebih digunakan dalam kasus hipertensi, hindari penggunaan pada gagal jantung
karena disfungsi sistolik ventrikel kiri. Jika CCB merupakan kontraindikasi atau
intoleran, gunakan algoritma berbasis denyut jantung.
3. Lebih digunakan pada kasus atrial fibrilasi.
4. Digunakan pada pasien dengan irama sinus normal serta pada kasus gagal jantung
sistolik.
Pada bagan 1, telah disimpulkan rekomendasi tata laksana farmakologis pada
pasien dengan angina stabil yang bertujuan untuk mengurangi gejala dan iskemia.
Dalam artikel ini, telah dievaluasi peran beta-blocker, CCB, nitrat, ivabradine dan
ranolazine. Penggunaan nitrat short acting lebih dipertimbangkan bagi pasien dengan
episode angina yang sering terjadi
Beta blocker dan CCB merupakan terapi yang penting bagi pasien angina
stabil. Obat ini tersedia secara luas, terjangkau, dan telah banyak digunakan untuk
mengobati angina stabil. Namun beta blocker dan CCB merupakan dua grup substansi
inhomogen dengan kemampuan terapetik bervariasi. Klinisi harus waspada terhadap
kelebihan dan batasan masing-masing terapi. Untuk terapi dengan beta blocker, klinisi
harus mengetahui meskipun atenolol dan metoprolol sudah dipelajari untuk penyakit
jantung iskemi, pada saat ini carvedilol dan nebivolol lebih banyak digunakan karena