AGAMA ISLAM
GAMBARAN HARI KIAMAT
OLEH:
RAHMAT HIDAYAT
Persoalan Kiamat juga tidak terlepas dari nabi Muhammad saw yang turut
menggambarkannya melalui hadis-hadis futuristik yang bagaimanapun perlu disikapi
dengan bijaksana. Hadis-hadis yang begitu populer di kalangan umat Islam belakangan
ini tampaknya kurang begitu populer di kalangan sahabat Nabi saw. Begitu penting dan
dahsyatnya informasi yang terkandung di dalamnya, hanya segelintir saja sahabat yang
meriwayatkan hadis-hadis tersebut, padahal seharusnya informasi penting semacam ini
diketahui para sahabat secara merata, dengan indikasi mutawatir. Karena, meskipun di
kalangan para sahabat hadis yang mengandung informasi ramalan itu tidak
mutawatir, tetapi pada generasi berikutnya diriwayatkan secara mutawatir. Terlepas
dari tawatur tidaknya riwayat tersebut, terdapat sanad shahih yang membawa informasi
tersebut, sehingga cukup alasan mempercayai hadis-hadis yang sulit dijangkai akal itu.
[2] Begitu pula dengan hadis yang menggambarkan Hari Kiamat, dengan kondisi yang
tidak jauh berbeda dengan hadis-hadis futuristik yang lain tentunya menuntut kita
untuk menentukan sikap, apakah masih perlu diperdebatkan? Atau cukup dengan sikap
tawaquf. Semoga tulisan ini dapat memberikan sedikit pencerahan bagi siapapun yang
membacanya. Juga bagi penulis pribadi.
()
Artinya: Rasulullah saw pernah bersabda: Pada hari kiamat manusia akan berkeringat
sampai-sampai keringat mereka mengalir sebanyak tujuh puluh hasta, dan
menenggelamkan mereka hingga mencapai telinga mereka. (H.R. al-Bukhari)
Setelah dilakukan proses takhrij berkenaan dengan hadis tadi, dapat kita jumpai bahwa
ternyata ada hadis lain yang bernada sama dengan hadis di atas. Hadis-hadis tersebut
dapat dilacak didalam kitab:
H.R. Muslim, Shahih Muslim, no. 5107.[4]
H.R. Ahmad bin Hanbal, Musnad Ahmad bin Hanbal, no. 9058.[5]
Dari penelusuran hadis melalui proses takhrij dapat diketahui bahwa hadis tersebut
merupakan hadis ahad gharib karena hanya diriwayatkan oleh Ab Hurairah saja, namun
demikian, ternyata hadis ini juga digambarkan dengan redaksi lain yang kesemuanya
mendeskripsikan kejadian yang sama, di antaranya:
]2. H.R. al-Tirmidzi, Sunan al-Tirmidzi, no. 2345.[7
]3. H.R. Ahmad, Musnad Ahmad bin Hanbal, no. 22696.[8
mendapatkan nikmat maka tidak satu pun dari mereka merasakan apa yang dirasakan oleh orang
lain.[12] Hal semacam ini dapat diterima mengingat peristiwa tersebut merupakan bagian dari halhal gaib yajng juga wajib diimani, sehingga barang siapa yang memilih untuk bertawaqquf ketika
dihadapkan dengan hadis ini maka sebenarnya ia telah menyesali perbuatannya dan merasa
rendah diri di hadapan-Nya. karena di sisi lain berita semacam ini juga berfungsi untuk
memperingatkan manusia akan pastinya Hari Kiamat.[13]
datang hari yang pada hari itu tidak ada lagi jual beli dan tidak ada lagi syafa'at, dan orang-orang
kafir Itulah orang-orang yang zalim. (Q.S. al-Baqarah: 254)
Rahman menyatakan bahwa ayat ini menunjukan adanya kesesuaian bahwa rahmat Allah memang
tidak terbatas. Akan tetapi ternyata dalam beberapa hadis disebutkan bahwa syafaat para nabi
kepada kaumnya yang berdosa, terutama syafaat nabi Muhammad saw, dapat diberikan. Ketidak
setujuan Rahman dapat dimaklumi, mengingat beliau menganggap tidak ada satu pun yang dapat
menolong manusia di dalam ketidak berdayaan dan kesendiriannya di Hari Kiamat nanti dan adanya
anggapan bahwa keyakinan terhadap hadis syafaat justru malah akan mengendurkan keketatan niai
moral dengan munculnya sifat tasahhul.[15] Akan tetapi seharusnya Rahman dapat memperlakukan
hadis-hadis tersebut secara proporsional tidak mengesampingkan kenyataan bahwa hadis-hadis
tersebut juga patut dipertimbangkan sebagai hujjah penggambaran luasnya rahmat Allah swt.