Anda di halaman 1dari 17

SKIZOFRENIA AFEKTIF

A. DEFINISI
Skizofrenia afektif adalah gangguan jiwa afektif adalah gangguan jiwa
yang ditandai dengan adanya gangguan emosi (afektif) sehingga segala
perilaku diwarnai oleh ketergangguan keadan emosi.
Suatu perasaan euphoris meliputi rasa gembira yang tidak ada taranya,
solah-olah dunia ini dikuasainya. Dia mempunyai perasaan optimis yang
sangat berlebihan, jalan pikirannya cepat, tidak mengenal lelah, menganggap
semua persoalan enteng, tapi perasaan ini nantinya beralih menjadi rasa sedih
yang sangat mendalam pula
Gangguan utama yang disebabkan karena gangguan afek (alam perasaan/
mood) yang disertai oleh sindrom manik atau depresif yang lengkap ataupun
tidak lengkap yang tidak disebabkan oleh gangguan fisik atau gangguan jiwa
lainnya.
Gangguan jiwa yang ditandai dengan adanya gangguan emosi (afektif)
sehingga gejala perilaku diwarnai oleh ketergantungan keadaan emosi
B. ETIOLOGI
Beberapa data menunjukkan bahwa gangguan skizofrenia dan gangguan
afektif mungkin berhubungan secara genetik. Ada peningkatan resiko
terjadinya gangguan skizofrenia diantara keluarga dengan gangguan
skizoafektif.
1. Data genetik
Seseorang menderita skizofrenia jika anggota keluarga lainnya juga
menderita skizofrenia dan kemungkinan seseorang menderita skizofrenia
adalah berhubungan dengan dekatnya hubungan persaudaraan tersebut (ex:
sanak saudara derajat pertama atau derajat kedua). Pada hunbunga antara
tempat kromosom tertentu dengan skizofrenia telah dilaporkan, lebih dari
setengah kromosom telah dihubungkan dengan skizofrenia.

2. Faktor Biokimia
Faktor biokimia terdiri dari aktifitas dopamine dimana skizofrenia
disebabkan dari terlalu banyaknya aktifitas dopaminergik. Neuron
dopaminergik dalam jalur mesokortial dan jalur mesolumbik berjalan dari
badan selnya diotak tengah ke neuron dopaminoseptik di sistem limbik
dan korteks serebral. Peran penting dopamine adalah konsisten dengan
penelitian yang telah mengukur plasma metabolic dopamine utama, yaitu
homovanilic acid. Dalam kondisi eksperimental yang terkontrol cermat,
konsentrasi homovenilic acid dalam system saraf pusat.
a. Melankolia involusi
Faktor

yang

mempengaruhi

dan

memudahkan

timbulnya

melankolia involusi ialah yang berhubungan dengan usia lanjut dalam


bidang social, psikologik dan ekonomik.
b. Psikosa manik depresif
Faktor yang mempengaruhi yaitu salah satunya faktor keturunan.
C. KLASIFIKASI DAN TANDA GEJALA
Terjadi waham atau halusinasi selama paling sedikit 2 minggu tanpa
gejala, alam perasaan yang menonjol. Gangguan skizo-afektif diklasifikasikan
menjadi 2:
1. Melankolia involusi
Kelainan fisik yang disebabkan oleh kemunduran fungsi endokrin yang
belum jelas pengaruhnya tetapi terdapat hal yang menunjukkan bahwa
pengaruh ini tidak sepenting faktor psikologik yang diakibatkan oleh masa
involusi.
Tanda dan gejalanya antara lain: beberapa minggu sampai beberapa
bulan permulaaan penderita cenderung menjadi hipokondrik, lekas marah,
pesimis, ia mengeluh tentang insomnia dan mulai tidak suka bekerja serta
sering menangis. Ia ragu-ragu dan tidak dapat mengambil keputusan,
lapangan minatnya menyempit dan ia menarik diri dari kehidupan sosial.

Bila penyakit sudah jelas maka timbul depresi hebat, kecemasan,


agitasi, hipokindriasis dan waham dosa, waham penyakit dan rasa akan
mati sampai dengan waham nihilistik, sering keluar ucapan yang
menyatakan keputusannya.
2. Psikoza Manik Depresif
Kadang-kadang timbul satu atau dua kali serangan saja seumur hidup
orang itu. Interval antara dua fase tidak tentu lamanya, kadang-kadang
lama, tetapi kadang-kadang tidak ada sama sekali.
Ada dua jenis psikoza manik depresif:
a. Jenis mania
Tanda dan gejala:
1) Gangguan emosi: penderita merasa senang dan optimistic. Terlalu
percaya diri. Setiap usaha dan pekerjaan dianggap enteng, kadangkadang percaya diri, kadang-kadang disertai halusinasi dan waham
kebesaran.
2) Aktifitas yang berlebihan: penderita sangat gelisah, terus berbicara
dan menyanyi-nyanyi, sering berbicara dengan kata yang tidak
sopan, tidak mau makan, tidak bisa tidur, tidak merasa lelah akibat
kegelisahan yang tinggi sehingga timbul bahaya dehidrasi dan
kolaps.
3) Gangguan proses berfikir: dalam keadaan mania arus pikiran
menjadi cepat, pikiran melayang dan asosiasi bunyi.
b. Jenis depresif
1) Gangguan emosi: tampak selalu lelah dan khawatir. Penderita
merasa tidak mampu menyelesaikan atau melakukan sesuatu, Ia
merasa sangat rendah diri kadang-kadang rasa sedih yang
berlebihan sehingga putus asa dan timbul bahaya bunuh diri.
2) Penghambatan aktifitas: dapat dilihat dari roman muka dengan
lipatan nasolabial yang jelas, sudut mulut yang turun dan banyak
lipatan di dahi dan di sudut mata. Gerakan berkurang dan menjadi
sangat lambat. Penderita menghindari pergaulan.
3

3) Gangguan proses berfikir: arus pikiran tidak lancar lagi seperti


biasa. Kemampuan untuk mengutarakan isi hati berkurang.
Halusinasi jarang timbul lebih sering ilusi.
4) Keluhan badaniah yang menyertai adalah: rasa lelah, perasaan
tertekan pada kepala dan dada, kedua tungkai berat sekali, sukar
tidur, nafsu makan berkurang, obstipasi, pada wanita haid
terganggu dan pada pria terjadi impotensi.
c. Jenis sirkular
Pada jenis ini terdapat episode mania dan depresi berganti-ganti,
diselingi oleh suatu interval yang normal. Diagnosa dari interval
iniharus kurang dari 12 bulan, bila lebih maka didiagnosa sebagai jenis
mania atau jenis depresi sendiri-sendiri.
D. RENTANG RESPON EMOSIONAL
Jika memandang ekspresi emosi dalam suatu rentang sehat sakit akan
tampak beberapa parameter yang relevan
Rentang Respon Emosional
Respon Adaptif
Respon

reaksi berduka

Emosional

tak terkomplikasi

Respon Maladaptif
supresi
emosi

penundaan

depresi/mania

reaksi berduka

1. Respon emosional termasuk dipengaruhi oleh dan berperan aktif dalam


dunia internal dan eksternal seseorang. Tersirat bahwa orang tersebut
terbuka dan sadar akan perasaan sendiri
2. Reaksi berduka tak terkomplikasi terjadi sebagai respon terhadap
kehilangan tersirat bahwa seseorang sedang menghadapi suatu kehilangan
yang nyata serta terbenam dalam proses berdukanya .

3. Supresi Emosi mungkin tampak sebagai penyangkalan (denial) terhadap


perasaan sendiri,terlepas dari perasaan tersebut,atau internalisasi terhadap
semua aspek dari dunia afektif seseorang.
4. Penundaan reaksi berduka adalah ketiadaan yang persisten respon
emosional terhadap kehilangan. Ini dapat terjadi pada awal proses
berkabung, dan menjadi nyata pada proses

berduka, atau keduanya.

Penundaan dan penolakan proses berduka kadang terjadi bertahun- tahun.


5. Depresi atau melankolia adalah suatu kesedihan dan perasaan duka yang
berkepanjangan atau abnormal.
6. Mania ditandai dengan alam perasaan yang meningkat, bersemangat, atau
mudah terganggu. Hipomania digunakan untuk menggambarkan sindrom
klinis serupa, tetapi tidak separah mania atau episode manik.

E. PSIKOPATOLOGI
Skizofrenia Afektif

Tipe Depresi

Faktor internal

faktor eksternal

Genetiks, neorulogis

keluarga, lingkungan

Biokimia

Gangguan transfer

sosiokultural

hidup bermasyarakat

tuntutan hidup

konflik hubungan

stresor ekonomi

Dan kontrol asosiasi


memori, bahasa, suara

gangguan persepsi

ketidakmampuan mengembangkan
ego yang lemah

konflik pada diri sendiri


dan orang lain

gangguan persepsi
sensori pendengaran

ketidakmampuan berinteraksi
dengan orang lain

perasaan ditolak, perasaan


tidak dihargai
persepsi diri jelek

isolasi sosial
harga diri rendah

gangguan konsep diri

F. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan persepsi sensori berhubungan dengan distorsi kognitif,
perseptual individu (halusinasi).
2. Gangguan konsep diri berhubungan dengan perasaan ditolak oleh orang
terdekat dan harga diri rendah.
3. Isolasi sosial berhubungan dengan perkembangan ego yang lemah dan
ketidakmampuan berinteraksi dengan orang lain

G. INTERVENSI KEPERAWATAN
NO
1

Diagnosa
Keperawatan
Isolasi sosial b/d
ketidakberdayaan, dan
keputusan terhadap
anteraksi social
masyarakat

Tujuan & kriteria hasil

Intervensi

Rasional

Tujuan Jangka Panjang:


Klien dapat secara sukarela
meluangkan waktu bersama
pasien lain dan perawat dalam
aktivitas kelompok
Tujuan Jangka Pendek:
Setelah dilakukan asuhan
keperawatan dalam waktu
tertentu klien diharapkan:
Klien dapat
mendemonstrasikasikan
keinginan dan hasrat untuk
bersosialisasi dengan orang
lain
Klien dapat mengikuti
aktivitas kelompok tanpa
disuruh.
Pasien melakukan
pendekatan interaksi satusatu dengan orang lain
dengan cara yang sesuai/
dapat diterima

1. Atur setiap hari untuk menyusun


rencana waktu untuk berinteraksi
dan beraktivitas dengan klien.
2. Identifikasi faktor signifikan
support individu klien dan
mendorong mereka untuk
berinteraksi dengan klien,
percakapan ditelepon,
beraktivitas dan
mengunjunginya.
3. Bantu klien membedakan antara
isolasi sosial dan hasrat untuk
menyendiri.
4. Bantu klien menemukan klien
lain untuk sosialisasi dengan
orang yang memiliki kesukaan
yang sama.
5. Perlihatkan sikap menerima
dengan cara melakukan kontak
yang sering tapi singkat.
6. Perlihatkan penguatan positif
kepada klien.
7. Temani klien untuk

1. Struktur menolong klien


mengatur waktu untuk
berinteraksi dengan yang lain
dan mengatakan bahwa
partisipasi klien diharapakan dan
diharapkan dan anggota yang
berguna dalam komunitas.
2. Jaringan pendukung yang kuat
menambah kontak social klien,
mempertinggi kemampuan
social, meningkatkan harga diri
dan memfasilitasi hubungan
yang positif.
3. Klien kadang memilih untuk
menyendiri diwaktu yang tepat
dan seharusnya diberi
kesempatan untuk itu.
4. Berbagi atau kesukaan yang
sama meningkatkan rasa percaya
pada orang lain.
5. Sikap menerima orang lain akan
meningkatkan harga diri klien
dan memfasilitasi rasa percaya
8

Resiko tinggi terhadap


kekerasan pada diri
sendiri dan orang lain
b.d agitasi dan harga
diri rendah

KH:
Klien dapat
mendemonstrasikasikan
keinginan dan hasrat untuk
bersosialisasi dengan orang
lain
Klien dapat mengikuti
aktivitas kelompok tanpa
disuruh.
Pasien melakukan
pendekatan interaksi satusatu dengan orang lain
dengan cara yang sesuai/
dapat diterima.
Tujuan Jangka Panjang:
Klien tidak membahayakan
dirinya dan orang lain selama
di rumah sakit
Tujuan Jangka Pendek:
Setelah dilakukan asuhan
keperawatan dalam waktu
tertentu klien diharapkan:
Ansietas dipertahankan
pada tingkat dimana klien
tidak menjadi agresif klien
memperlihatkan rasa
percaya pada orang lain
disekitarnya.

memperlihatkan dukungan
selama aktivitas kelompok yang
mungkin merupakan hal yang
menakutkan atau sulit bagi klien.
8. Jujur dan menepati janji.

pada orang lain.


6. Hal ini akan membuat pasien
merasa menjadi seseorang yang
berguna.
7. Kehadiran seseorang yang
dipercaya akan memberikan rasa
aman kepada klien.
8. Kejujuran dan rasa
membutuhkan menimbulkan
suatu hubungan saling percaya.

1. Pertahankan lingkungan dengan


stimulus tingkat rendah.

1. Tingkat ansietas akan meningkat


dalam lingkungan yang penuh
dengan stimulus.

2. Observasi secara ketat perilaku


klien (setiap 15 menit)

2. Intervensi yang tepat dapat


segera diberikan dan untuk selalu
memastikan bahwa klien berada
dalam keadaaan aman.

3. Singkirkan semua benda yang


dapat membahayakan diri dan
lingkungan klien.

3. Ada kemungkinan klien akan


melakukan hal-hal yang
membahayakan dengan alat-alat
tersebut ketika gelisah.
9

Klien mempertahankan
orientasi realitasnya.
KH:
Ansietas dipertahankan
pada tingkat dimana klien
tidak menjadi agresif klien
memperlihatkan rasa
percaya pada orang lain
disekitarnya.
Klien mempertahankan
orientasi realitasnya.

4. Bimbing klien untuk


menyalurkan perilaku merusak
diri kepada kegiatan fisik untuk
menurunkan ansietas klien.

4. Latihan fisik adalah cara yang


aman dan efektif untuk
menghilangkan ketegangan yang
terpendam.

5. Perawat mempertahankan sikap


dan perilaku yang tenang
dihadapan klien.

5. Ansietas menular dan dapat


ditransfer dari perawat kepada
klien.

6. Miliki cukup staf yang kuat


secara fisik yang dapat
membantu mengamankan klien
jika dibutuhkan.

6. Untuk mengontrol situasi dan


memberi keamanan fisik kepada
perawat.

7. Beri obat-obatn transquilizer


sesuai program terapi
pengobatan pantau keefektifan
obat dan efek sampingnya.

7. Pencapaian batasan alternative


yang paling sedikit harus
diseleksi ketika merencanakan
intervensi untuk psikiatri.

8. Jika paien belum dapat tenang,


gunakan alat-alat pembatasan
gerak (fiksasi) jika diperlukan.

8. Untuk meminimalkan mobilisasi


klien dan menjaga keamanan
klien dan perawat.

9. Observasi ketat klien dalam


masa fiksasi (15 menit)

9. Keamanan klien merupakan


prioritas keperawatan.

10. Begitu kegelisahan klien


menurun, kaji kesiapan klien

10. Untuk meminimalakan resiko


kecelakaan bagi klien dan
10

untuk dilepaskan dari fiksasi.

Menarik diri b.d


penyangkalan trhadap
realita

Gangguan konsep diri


b.d perasaan tidak
berguna dan harga diri

Tujuan Jangka Panjang:


1. Memotivasi klien untuk
Pasien dapat melakukan
mengungkapkan perasaan yang
interaksi dengan orang lain.
dialami.
Tujuan Jangka Pendek:
Klien dapat berkomunikasi
dengan lingkungan sekitar dan
dapat mengungkapkan
perasaannya kepada orang lain.
KH:
Klien dapat berkomunikasi
dengan lingkungan sekitar
dan dapat mengungkapkan
perasaannya kepada orang
lain.
Tujuan Jangka Panjang:
1. Bantu klien untuk
Mengembalikan rasa percaya
membangkitkan perasaan,
diri pasien.
terutama perasaan marah saat

perawat.

1. Dengan mengetahui apa yang


dirasakan klien, perawat dapat
membantu menemukan koping
yang tepat.

1. Mengungkapkan perasaan dari


awal sampai tindakan yang
membangun
11

rendah.

Tujuan Jangka Pendek:


Setelah dilakukan asuhan
keperawatan dalam waktu
tertentu klien diharapkan:
Pasien dapat
mengaktualisasikan dirinya
pada orang lain.
KH:
Pasien dapat
mengaktualisasikan dirinya
pada orang lain.

klien tidak punya kekuatan.


2. Beri klien umpan balik positif
sehingga klien siap untuk
mengidentifikasi area yang sulit
untuk dirinya.

2. Keinforsemen dan keinginan


besar perilaku yang membantu
untuk meningkatkan perilaku
tersebut.

3. Tanya klien untuk


3. Klarifikasi menghindari
mengklarifikasi dan merasakan
kesalahpahaman terhadap apa
yang diekspresikan secara samar.
yang disampaikan klien
4. Jika klien bingung saat
4. Suatu saat klien akan merasa
mendiskusikan topik yang
sangat dapat mengekspresikan
sensitif atau tidak sanggup
dirinya dengan terapeutik dan
mengekspresikan dirinya,
produktif. Ini merupakan bagian
kembalikan klien kea rah topik
dari proses perubahan organik.
yang netral, atau ajak klien untuk
melakukan aktivitas yang tidak
perlu tenaga dan menyenangkan.
5. Bangkitkan interaksi klien
dengan staf atau klien lainnya
dalam topik yang menarik.

6. Beri klien umpan balik untuk

5. Klien mungkin mengalami


kemajuan dalam berinteraksi dan
mungkin membutuhkan stimulasi
eksternal untuk berkomunikasi
dengan yang lainnya.
6. Umpan balik yang positif
meningkatkan kemungkinan
12

mengikutsertakan dalam
interaksi sosial dan aktivitas saat
luang.
7. Damping klien untuk
mengembangkan perawatan
selanjutnya yang dibutuhkan.

Gangguan perawatan
diri b.d rasa tidak
berharga, dan
kurangnya perhatian
terhadap kebutuhan
dirinya sendiri.

Tujuan Jangka Panjang:


Klien dapat meningkatkan
minat atau motivasi dan
mempertahnkan kebersihan
diri.
Tujuan Jangka Pendek:
Setelah dilakukan asuhan
keperawatan dalam waktu
tertentu klien diharapkan:
Klien mampu melakukan
perawatan diri secara rutin dan
teratur tanpa perinta.
KH:
Klien mampu melakukan
perawatan diri secara rutin dan
teratur tanpa perintah

8. Berikan pengarahan ke
pelayanan sosial dan agen
komunitas saat di indikasi.
1. Perhatikan kebutuhan fisik
pasien.

berlanjutnya interaksi dan


partisipasi saat aktivitas.
7. Jika kesembuhan delirium tidak
lengkap klien mungkin
membutuhkan dukungan atau
pendampingan saat kembali ke
masyarakat.

1. Mungkin klien tidak sadar dan


tidak responsive terhadap
kebutuhannya. Kebutuhan fisik
klien mungkin ditemukan
penambahan kemampuan klien
untuk menemukan kebutuhan
emosional.

2. Observasi kebutuhan klien


seperti makanan dan pemasukan
minuman, mungkin diperlukan
monitor dan penulisan
pemasukan, pengeluaran dan
berat sehari-hari.

2. Klien mungkin tidak sadar atau


tidak tahau kebutuhan makanan
dan cairannya.

3. Monitor eliminasi klien gunakan

3. Konstipasi yang sering terjadi


13

obat PRN untuk meningkatkan


keteraturan.

dengan transqualizer mayor,


pengurangan makanan dan
pemasukan cairan dan
mengurangi aktivitas.

4. Jelaskan latihan atau tugas


dengan singkat dan mudah.

4. Latihan yang sangat sulit akan


memudahkan klien mengikuti
rangkaian tersebut.

5. Gunakan kalimat yang jelas dan


langsung, minta klien untuk
melaksanakan satu bagian dari
latihan saat itu juga.

5. Klien mungkin tidak dapat


mengingat semua langkah atau
cara-cara.

6. Ungkapkan secara langsung


keinginan perawat kepada klien.

6. Klien mungkin tidak sanggup


membuat pilihan atau bahkan
membuat pilihan yang salah.

7. Jangan memaksa klien untuk


memilih , katakana kepada klien
waktu yang tepat untuk makan
atau memakai baju daripada
menawarkan makan atau
berpakaian.

7. Ide yang abstrak tidak akan


dimengerti dan akan
mancampuri latihan yang
lengkap.

8. Jangan membingungkan klien


dengan alas an mengapa hal
tersebut harus diselesaikan.

8. Mungkin klien lebih lama dalam


berpakaian dan menyisir karena
tidak memiliki konsentrasi dan
14

perhatian yang sedikit.


9. Izinkan klien untuk menambah
waktu untuk melengkapi latihan.

9. Mencoba akan membuat klien


frustasi dan membuat latihan
mustahil untuk diselesaikan.

10. Klien yang tidak bisa


menyelesaikan latihan jangan
terburu-buru meminta klien
untuk mencoba.

10. Kesadaran klien akan harga diri


dan kesejahteraan akan
bertambahn.

11. Bantu klien saat klien


membutuhkan untuk menjaga
kelangsungan fungsi sehari-hari
dan personal hygiene yang
adekuat.

11. Jika pasien bersih, harum,


terlihat menyenangkan dan
mengalami kemajuan.

12. Pilihan-pilihan pengambilan


alihan bantuan dan supervise
klien untuk merawat diri.

12. Penting untuk mengambil


keuntungan tertentu.
Penghargaan positif
meningkatkan kemungkinan
yang akan datang.

13. Puji klien untuk aktivitas yang


lengkap dari kehidupan seharihari untuk perawatan diri di
awal.

15

DAFTRA PUSTAKA

Baihaqi, M.I.F, Sunardi, dkk. 2005. Psikiatri (Konsep Dasar dan Gangguangangguan), Bandung : PT. Refika Aditama
Carpenito, Lynda Juall. 2000. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta :
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Maramis, W. F. 2004. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya : Airlangga
University Press
Stuart, Gall. W. 2006. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC

16

LAPORAN PENDAHULUAN
SKIZOFRENIA TIPE AFEKTIF

Disusun oleh :
KIKI YUNITA SARI W
J 230 135 025

PROGRAM PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2013

17

Anda mungkin juga menyukai