Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Makalah
Untuk Memenuhi Tugas Matakuliah
Budidaya Tumbuhan
yang dibina oleh Ibu Ir.Nugrahaningsih, MP. dan Bapak Dr. Ir. Suhadi, MSi
Oleh
Kelompok 3
Ika Diana Werdani
130342615301 (HP/2013)
130342615304 (HP/2013)
Ria Yustika
130342615306 (HP/2013)
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tanah merupakan komponen esensial dalam budidaya tanaman. Tanah berfungsi
sebagai medium pertumbuhan tanaman. Kecukupan nutrisi dan faktor abiotik lainnya
sangat berpengaruh terhadap kesuksesan dalam membudidayakan tanaman.
Menurut Aak (1973) kesuburan tanah adalah kemampuan tanah untuk
menyediakan unsur-unsur makanan tanaman dalam jumlah yang cukup dan seimbang,
sehingga dapat memberi hasil seperti apa yang diharapkan oleh penanam. Kesuburan
tanah sangat erat hubungannya dengan bentuk atau susunan tanah, dan banyak bahanbahan organis didalam tanah.
Teknik budidaya yang salah bisa merusak kesuburan tanah. Seperti kurangnya
pemupukan, penanaman yang searah dengan lereng sehingga membuat erosi lebih besar,
dan tanah yang terbuka tidak ditanami pada waktu yang cukup lama sehingga mori-pori
tanah tersumbat (Jumin, 1994:126).
Dalam budidaya tanaman diperlukan teknik-teknik tertentu dalam mengolah tanah
sehingga memberikan hasil yang memuaskan. Perlakuan pengolahan tanah tertentu juga
dilakukan untuk jenis tanaman yang berbeda, diantaranya tanah untuk pembibitan,
tanaman keras, sayur-sayuran dan tanaman hias.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah pada makalah ini diantaranya adalah.
1.
2.
3.
4.
C. Tujuan
1. Mengetahui cara pengolahan tanah untuk pembibitan.
2. Mengetahui cara pengolahan tanah untuk tanaman keras.
3. Mengetahui cara pengolahan tanah untuk sayur-sayuran.
4. Mengetahui cara pengolahan tanah untuk tanaman hias.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengolahan Tanah untuk Bibit Tanaman
Faktor penentu keberhasilan budidaya tanaman diantaranya adalah benih yang
digunakan, lingkungan dan teknologi budidaya yang diterapkan. Teknologi yang
diterapkan diantaranya adalah teknik pengolahan tanah. Pengolahan tanah dimaksudkan
untuk menciptakan kondisi tanah yang baik yang cocok bagi pertumbuhan tanaman.
Tanah menjadi gembur remah aerasi atau tata udara tanah menjadi lebih baik (PPP, 2015).
Tujuan pengolahan tanah yang paling utama adalah untuk memperbaiki sifat fisik
tanah agar sesuai bagi pertumbuhan tanaman, sedangkan menurut Unger dan Mc Calla
dalam PPP (2015), bahwa kondisi tanah yang sesuai untuk pertumbuhan dan
perkembangan tanaman secara umum ditentukan oleh sifat fisik tanah, antara lain
konsentrasi dan struktur tanah yang mampu memberikan cukup ruang pori-pori untuk
aerasi dan penyediaan air bagi tanaman. Lebih lanjut, Beare et al. dalam PPP (2015),
mengatakan bahwa kondisi lahan yang baik tersebut kadang-kadang sudah terpenuhi
secara alami dan apabila kondisi belum baik maka dapat dilakukan modifikasi yaitu
dengan atau tanpa pengolahan tanah.
Pengolahan tanah yang baik dan dalam, menyebabkan berkurangnya tingkat
ketahanan penetrasi tanah. Berkurangnya penetrasi tanah ini memudahkan akar tanaman
menembus tanah, berkembang dan mampu menyerap unsurhara dari dalam tanah. Hal ini
sesuai dengan pendapat Kuipers dalam PPP (2015) bahwa ketahanan penetrasi tanah
selain dipengaruhi oleh tekstur dan struktur tanah, juga dipengaruhi oleh keberadaan air
di dalam ruang pori. Dengan adanya air dalam ruang pori, maka gaya matrik tanah dapat
dikurangi.
Pengolahan tanah memiliki fungsi sebagai berikut.
1. Memperbaiki sturktur tanah, pada tanah berat pengolahan tanah hendaknya dilakukan
dengan alat olah yang mampu merobah tanah tersebut menjadi gembur.
2. Pengelohan tanah dapat juga mendorong pertumbuhan mikro dan hara tanaman.
3. Mencegah hama dalam tanah yang dapat menggnagu pertumbuhan tanaman sesuai
dengan kondisi /keadaan tanah.
4. Mencegah pertumbuhan gulma yang dapat menggangu pertumbuhan tanaman.
Lebih lanjut Widiatmoko dan Supartoto dalam PPP (2015) menyatakan persiapan
lahan untuk tanaman dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu yang pertama disebut zero
atau tanpa olah tanah (TOT) pengolahan tanah minimum,dan pengolahan tanah
maksimum (sempurna). Pengolahan penyiapan lahan dapat dikerjakan sebagai berikut.
1. Tanpa olah tanah (TOT), yaitu pengolahan yang dilakukan dengan hanya mencangkul
tanah hanya untuk lubang tanam. Sistem TOT dapat dipraktekan misalnya pada bekas
lahan tebang Tebu Rakyat Intensifikasi (TRI). Keuntungan TOT antara lain adalah
menekan biaya pengolahan tanah, menekan pertumbuhan gulma, dan memperpendek
waktu tanam.
2. Pengolahan tanah sempurna (maksimum), yaitu tanah yang akan diolah tidak terlalu
kering atau basah sehingga mudah diolah menjadi gembur dengan cara melakukan
pembajakan tanah sebanyak 2 kali dengan kedalaman 12-20 cm, membenamkan gulma
dan sisa tanaman, kemudian tanah diolah menggunakan garu sampai rata. Tanah
dibiarkan kering angin selama 7-14 hari. Pengolahan tanah dilakukan paling sedikit 1
minggu sebelum tanam. Tujuan pengolahan tanah secara sempurna adalah sebagai
berikut.
a. Memperbaiki tekstur dan struktur tanah.
b. Memberantas gulma dan hama dalam tanah.
c. Memperbaiki aerasi dan drainase tanah.
d. Mendorong aktifitas mikroorganisme tanah.
e. Membuang gas-gas beracun dari dalam tanah.
3. Pengolahan tanah minimum (minimum), pengolahan ini dilakukan terhadap tanah yang
peka erosi, mutlak diperlukan usaha-usaha konservasi tanah dan sedikit mungkin
dilakukan pengolahan tanah. Bila waktu mendesak, pengolahan tanah dilakukan hanya
pada barisan tanaman saja dengan kedalaman 15-20 cm. Pengolahan tanah biasanya
dilakukan pada awal musim kemarau, yaitu diperkirakan 15 hari sebelum tanam.
Pengolahan tanah dapat diartikan sebagai kegiatan manipulasi mekanik terhadap
tanah. Pengolahan tanah merupakan tindakan yang penting untuk menciptakan kondisi
media perakaran yang mampu mendukung pertumbuhan tanaman secara optimal. Tanah
berfungsi sebagai wahana (media) dimana air, udara, hara dan energi ditranslokasikan ke
biji dan tanaman itu sendiri, oleh karena itu sifat-sifat tanah yang mempengaruhi
penyimpanan dan translokasi parameter tersebut memainkan peran sangat penting (PPP,
2015).
TOT adalah cara penanaman yang tidak memerlukan penyiapan tanah, kecuali
membuka lubang kecil mennggunakan tongkat kayu yang diruncingkan bagian
bawahnya (tugal) untuk meletakkan benih.
Berdasarkan atas tahapan kegiatan, hasil kerja dan dalamnya tanah yang
menerima perlakuan pengolahan tanah, kegiatan pengolahan tanah dibedakan
menjadi dua macam, yaitu pengolahan tanah pertama atau awal (primary tillage) dan
pengolahan tanah kedua (secondary tillage) (Anonim, tanpa tahun).
Dalam pengolahan tanah pertarna, tanah dipotong kemudian diangkat terus dibalik
agar sisa-sisa tanarnan yang ada di permukaan tanah dapat terbenam di dalam tanah.
Kedalaman pemotongan dan pembalikan umumnya di atas 15 cm. Pada umumnya hasil
pengolahan tanah masih berupa bongkahbongkah tanah yang cukup besar, karena pada
tahap pengolahan tanah ini penggernburan tanah belum dapat dilakukan dengan efektif
(Anonim, tanpa tahun).
Dalam pengolahan tanah kedua, bongka-bongkah tanah dan sisa-sisa tanaman
yang telah terpotongi pada pengolahan tanah pertama akan dihancurkan menjadi lebih
halus dan sekaligus mencampurnya dengan tanah. Kedalaman pengolahan tanah kedua
pada umumnya kurang dari 15 cm. Jadi penggemburan tanah secara intensif hanya
dilakukan pada lapisan tanah atas (Anonim, tanpa tahun).
Dalam pelaksanaannya cara pengolahan tanah dapat dilakukan dengan
cara kering maupun cara basah. Pengolahan tanah kering adalah cara pengolahan tanah
yang pada saat tanah dalam keadaan kering. Sedang pengolahan tanah basah adalah tanah
dalam keadaan jenuh air. Dalam pelaksanaannya dimungkinkan penggabungan dari dua
cara di tersebut (Anonim, tanpa tahun).
Macam-macam Alat dan Mesin Pengolah Tanah
Dalam Anonim (tanpa tahun) diebutkan bahwa sesuai dengan macam dan cara
diterangkan di atas, secara garis besar alat dan rnesin pengolahan dibedakan menjadi dua
macam pula, yaitu:
1. alat dan mesin pengolahan tanah pertama digunakan untuk melakukan kegiatan
pengolahan tanah pertama. Peralatan pengolahan tanah ini biasanya berupa bajak,
2. alat dan mesin pengolahan tanah yang digunakan untuk melakukan pengolahan
tanah kedua. Peralatan pengolah tanah ini biasanya berupa garu.
produksi tanaman kakao. Lingkungan alami tanaman cokelat adalah hutan tropis. Dengan
demikian curah hujan, temperatur, dan sinar matahari menjadi bagian dari faktor iklim
yang menentukan. Demikian juga faktor fisik dan kimia tanah yang erat kaitannya
dengan
daya
tembus
(penetrasi)
dan
kemampuan
akar
menyerap
hara.
Ditinjau dari wilayah penanamannya, kakao ditanam di daerahdaerah yang berada pada
100 LU sampai dengan 100 LS. Walaupun demikian penyebaran pertanaman kakao
secara umum berada pada daerahdaerah antara 70 LU sampai dengan 180 LS. Hal ini
tampaknya erat kaitannya dengandistribusi curah hujan dan jumlah penyinaran matahari
sepanjang tahun (Anonim b, tanpa tahun).
Tanah
Tanaman kakao dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah yang persyaratan fisik dan
kimia tanah yang berperan terhadap pertumbuhan dan produksi kakao terpenuhi.
Keasaman tanah (pH), kadar zat organik, unsur hara, kapasitas adsorbsi, dan kejenuhan
basa merupakan sifat kimia yang perlu diperhatikan, sedangkan faktor fisiknya adalah
kedalaman efektif, tinggi permukaan air tanah, drainase, struktur, dan konsistensi tanah.
Selain itu kemiringan lahan juga merupakan sifat fisik yang mempengaruhi pertumbuhan
dan pertumbuhan kakao (Anonim b, tanpa tahun).
a Sifat Kimia Tanah
Tanaman kakao dapat tumbuh dengan baik pada tanaman yang memiliki pH 6
7,5; tidak lebih tinggi dari 8 serta tidak lebih rendah dari 4; paling tidak pada
kedalaman 1 meter. Hal ini disebabkan terbatasnya ketersediaan hara pada pH tinggi
dan efek racun dari Al, Mn, dan Fe pada pH rendah. Disamping faktor keasaman, sifat
kimia tanah yang juga turut berperan adalah kadar zat organik. Kadar zat organik
yang tinggi akan meningkatkan laju pertumbuhan pada masa sebelum panen. Usaha
meningkatkan kadar organik dapat dilakukan dengan memanfaatkan serasah sisa
pemangkasan maupun pembenaman kulit buah kakao (Anonim b, tanpa tahun).
tanah
merupakan
upaya
mengubah
kondisi
lahan
dengan
menggunakan peralatan, sehingga diperoleh kondisi tanah yang sesuai bagi tanaman.
Pengolahan tanah memberikan manfaat bagi tanaman yang terdiri :
1)
2)
3)
4)
5)
kemudian
dicampur merata.
6. Biarkan 1 minggu dengan keadaan tanah bedengan yang sudah diratakan dengan
pupuk organik.
lebih efisien, murah, dan hemat tenaga. Prinsip pengolahan tanah ini adalah tanah
tanah
dilakukan
1-2
kelembaban
jamur
dan
yang
bakteri.
tinggi
dan merangsang
tumbuhnya
kurus, kerdil, layu dan mati. Pengairan dapat menggunakan irigasi, air tanah
dan air hujan (Edi dan Bobihoe, 2010).
Cabai rawit dapat ditanam di dataran rendah maupun di dataran tinggi,
namun tanaman ini lebih cocok ditanam di ketinggian antara 0-500 m
dpl.
Produksi pada ketinggian di atas 500 m dpl tidak jauh berbeda namun
waktu panennya lebih panjang. Tanaman ini menghendaki tanah gembur, kaya
akan bahan organik dan pH netral (6-7) (Setiawati, dkk., 2007).
Pengolahan tanah bertujuan untuk memperbaiki struktur dan porositas
tanah sehingga peredaran air dan udara menjadi optimal. Pengolahan tanah
dilakukan secara sempurna yaitu pembajakan dua kali dan penyisiran satu
kali. Setelah pengolahan tanah (7-14) hari, dibuat bedengan dengan tujuan
memudahkan
pembuangan
air
hujan
yang
berlebihan,
mempermudah
kemudian
bongkahan
tanah
dihaluskan
dan
sisa
pertanaman
dataran tinggi. Tanah yang cocok untuk tanaman terong adalah tanah yang
subur, tidak tergenang air, dengan pH 5-6, dan drainase baik. Tanah
lempung dan berpasir sangat baik untuk tanaman terung (Edi dan Bobihoe,
2010).
Terung dapat ditanam di dataran rendah sampai dataran tinggi. Tanah
yang cocok untuk pertanaman terung adalah tanah yang subur, tidak tergenang
air, dengan pH 5-6, dan drainase yang lancar. Tanah berpasir atau lempung
berpasir merupakan jenis tanah yang cocok untuk terung.
tergenang,
tanaman
terung
akan
Apabila
tanam
akar
dan
layu
yang
yang
baik
yaitu
atau
pada
awal
20-30 cm.
disesuaikan dengan
kondisi lahan,
jarak
panjang
30
cm.
Apabila menggunakan
dibuat
mulsa
parit
plastik,
dengan
pemasangan
diberikan 0,5-1 kg per lubang tanam, 1 minggu sebelum tanam (Edi dan Bobihoe,
2010).
D. Pengolahan Tanah untuk Tanaman Hias
Tanaman Hias adalah segala jenis tanaman yang memiliki nilai hias (bunga,
batang, tajuk, cabang, daun, akar, aroma dsb) yang menimbulkan kesan indah
(artistik) atau kesan seni. Tanaman hias terdiri dari tanaman hias pot, tanaman hias
potong, tanaman hias daun dan tanaman hias lansekap/taman. Manfaat dan kegunaan
tanaman hias memiliki 3 aspek kepentingan yaitu : Ekonomi, Seni dan Lingkungan.
(Sabarnas, 2007)
Dua tipe media tumbuh
1. Campuran tanah (soil mixes) yang mengandung tanah alami dan sering dicampur
pasir dan kompos
2. Campuran tanpa tanah (soilless mixes) yang tidak mengandung tanah alami
a. Komponen anorganik : vermikulit, perlit, liat, fumice
b. Komponen organik : gambut atu peat, sphagnum moss, sisa kayu, sisa tanaman,
pukan. (Santoso, 2013)
Pengolahan tanah
Pengolahan lahan dilakukan agar tanah menjadi gembur, memiliki drainase
baik dan subur untuk menjamin pertumbuhan akar secara optimal sehingga
pertumbuhan tanaman menjadi subur. (Santoso, 2013)
Tanaman hias biasa ditanam di pekarangan atau pada wadah, seperti pot,
jembangan, drum, atau kaleng-kaleng bekas.langkah pertama yang dilakukan adalah
menyiapkan lahan, di tanah atau di wadah. Menyiapkan lahan artinya mengolah
tanah. Tanah yang digunakan untuk ditanami harus gembur dan mengandung unsur
hara yang cukup. (Subarnas, 2007)
Tanaman hias yang ditanam dalam wadah ditandai dengan sosok tanaman
kecil, tingginya 20-40 cm, berbunga lebat dan cocok ditanam di pot, polibag atau
wadah lainnya.
Tanah untuk wadah selain harus gembur, sebaiknya bercampur pasir.
Tanah itu kemudian dicampur pupuk kandang dengan perbandingan 1 : 1.
Sebelum dimasukkan ke dalam wadah, wadah tersebut diisi pecahan genting atau
bata kira-kira 1/3 wadah. Fungsi pecahan genting atau bata tersebut untuk
menahan air agar jangan terlalu deras ke luar melalui lubang di bagian bawah
wadah(Sabarnas, 2007)
Persiapan Media Tanam
1. Letakan beberapa pecahan batu merah (sebagai pengikat air) di dasar pot
2. Isi pot dengan campuran tanah yang ideal untuk tiap-tiap jenis
3. Campuran umum: pasir 1/3 bagian, tanah 1/3 bagian, 1/3 bagian pupuk
kandang
Campuran untuk jenis suka kering: pasir bagian, 1/2 bagian pupuk kandang
Campuran untuk jenis suka lembab: tanah bagian, 1/2 bagian pupuk kandang
4. Media siap untuk ditanami.
(Sabarnas, 2007)
Cara Pengepotan yang Baik
1. Pilihlah pot tanaman dan media tumbuh yang sesuai dengan tanaman yang
akan kita potkan. Pot juga harus disesuaikan dengan tempat dimana dan
bagaimana pot tersebut diletakkan.
2. Bila pot dan media yg telah disiapkan tersedia, pastikan pot memiliki lubang
drainase yang cukup. Isikan media kurang lebih 1/3 bagian pot. masukkan
tanaman, usahakan media asal yang menempel pada tanaman masih ada, agar
tanaman tidak mengalami stres saat beradaptasi dengan media yang baru.
3. Tambahkan lagi media tanam, sambil tanaman dipegang terus dengan sebelah
tangan. Setelah hampir penuh, tekan media perlahan-lahan dengan ibu jari agar
tanaman dapat berdiri kokoh. Pot jangan diisi sampai penuh, sisakan sekitar 2
cm dari bibir pot agar mudah waktu melakukan penyiraman.
Setelah pengepotan selesai, siramlah tanaman secukupnya. Dinding luar
dan dasar pot dibersihkan dari kotoran dan media tanam yang masih menempel
sebelum diletakkan pada tempat yang diinginkan. (Sabarnas, 2007)
Cara Pengairan yang Tepat
Beberapa cara untuk mengairi tanaman pot dalam ruangan yaitu :
1. Air diberikan melalui alas pot. Dengan cara ini air akan meresap ke atas ke
media tanam dengan melalui sistem kapiler. Keuntungan media tidak terlalu
basah, tetapi ketersediaan air cukup terjamin. Untuk membantu peresapan air
ke media tanam sebaiknya dipasang tali dari media ke alas pot melewati lubang
drainase.
2. Air diberikan langsung pada media tanam. Pada cara ini air dapat disiramkan
langsung pada permukaan media tanam atau juga dapat melalui pipa yang
ditancapkan ke media tanam. Usahakan air siraman tidak mengenai tanaman
secara langsung.
3. Waktu terbaik untuk melakukan penyiraman tanaman adalah di pagi hari kirakira jam 7 -10
Kriteria Tanah Untuk Budidaya Tanaman Hias
1. Keadaan tanah : Tipe tanah yang dibutuhkan untuk budidaya secara komersial
adalah remah, porous, tidak mudah tergenang dan mempunyai pH tanah 6-7,
berpasir dan kaya akan bahan organik, agar tanaman tumbuh optimal.
2. Lahan di lokasi yang terpilih, bersih dari rumput liar (gulma), pepohonan yang
tidak berguna/batu-batuan untuk memudahkan pengelolaan tanah dan
menghindari terganggunya pertumbuhan tanaman.
3. PH tanah yang baik adalah 6-7. Bila terlalu rendah dapat ditaburkan dolomit.
Bila penggunaan dolomit secara ekonomis terlalu mahal, dapat dialihkan untuk
mencari lokasi yang lebih sesuai pHnya.
4. Kelembaban udara yang cocok untuk budidaya tanaman ini 50-80%.
5. Stek berakar ditanam pada campuran media tanah : pupuk kandang : pasir = 1 :
1 : 1 dalam polybag diameter 7-9 cm atau pada bedengan perbenihan dengan
campuran media yang sama. Pemberian pupuk dasar dapat ditambahkan
pembenah dan pemantap tanah
6. Tempatkan polybag pada tempat yang terlindung dari sinar matahari, kering
dan sirkulasi udara cukup baik serta dilakukan penyiraman secara rutin
7. Bila lahan dalam kondisi kering, usahakan lahan yang akan ditanami digenangi
air terlebih dahulu untuk membasahi tanah bedengan tempat tanam sehingga
benar-benar basah, tetapi air tidak menggenang.
8. Padatkan tanah dengan tangan di sekitar tanaman sedemikian rupa sehingga
tanaman berdiri tegak dan tidak roboh. (Direktorat Budidaya Tanaman Hias,
2008)
Prosedur Kerja Teknik Penanaman
1. Siapkan rencana pelaksanaan penanaman tanaman
2. Lakukan pengecekan kembali, kondisi bulan penanaman apakah merupakan
musim hujan atau tidak. Yakinkan bahwa saat tanam bukan hari datangnya
hujan dan bukan musim hujan
3. Lakukan pengecekan kembali lahan yang telah disiapkan. Kesiapan bedengan,
pemberian pupuk kandang, lubang tanam maupun jarak tanam
4. Bila lahan dalam kondisi kering, usahakan lahan yang akan ditanami digenangi
air terlebih dahulu untuk membasahi tanah bedengan tempat tanam sehingga
benar-benar basah, tetapi air tidak menggenang
5. Lakukan pengecekan dan seleksi benih, ambil benih tanaman yang benar-benar
dalam kondisi baik.
6. Angkut benih secara hati-hati ke lokasi dekat lubang tanam
7. Tanam benih yang telah disediakan pada setiap lubang tanam
8. Padatkan tanah dengan tangan di sekitar tanaman sedemikian rupa sehingga
tanaman berdiri tegak dan tidak roboh
Verifikasi
Terpenuhinya persyaratan penanaman : ketepatan waktu dan teknik
menanam, tanaman yang ditanam bermutu berdasarkan karakteristik fisik.
(Direktorat Budidaya Tanaman Hias, 2008)
Pemupukan
1. Lakukan pengecekan kembali dan pastikan saat atau beberapa waktu kemudian
2.
3.
4.
5.
6.
setelah pemupukan tidak akan terjadi hujan dan tidak terlalu banyak air
Pastikan, pemupukan dilakukan pada pagi hari
Angkut pupuk ke lokasi dekat tanaman yang akan dipupuk
Tanah di sekeliling rumpun tanaman dikorek dengan kedalaman sekitar 5 cm
Timbun kembali taburan pupuk tersebut dengan tanah
Setelah pemupukan jangan langsung dilakukan penyiraman, agar pupuk tidak
larut dan hanyut ke saluran drainase
Verifikasi
Terpenuhinya standar pemupukan : tepat jenis, dosis, waktu dan cara
(Direktorat Budidaya Tanaman Hias, 2008)
Pengairan
Standar Pengairan
Ukur pH sekitar 6,5-7 untuk memastikan keasaman air dengan pH meter atau
kertas lakmus.
2. Bila keasaman air kurang dari 6,5, perlu dilakukan pengapuran untuk
menaikkan pH air menjadi 6,5-7
3. Cek dan pastikan air yang digunakan bersih dan tidak tercemar logam berat
atau limbah beracun
4. Atur nozle sehingga siraman air berbentuk spray atau kabut
5. Lakukan penyiraman pada 1-2 kali sehari pada pagi dan sore hari
6. Lakukan penyiraman secara merata dari ujung daun sampai media tanam
dengan jarak terdekat 1 m dari nozle dengan tanaman yang disiram
7. Hindari percikan tanah naik ke bagian tanaman dan hindari air tergenang di
sekitar tanaman
8. Lakukan pencatatan setiap tahapan pelaksanaan pemupukan dan informasi lain
yang dianggap perlu
Verifikasi
Terpenuhinya
standar
prosedur
pelaksanaan
pengairan
sesuai
persyaratan yang ditentukan antara lain : air memenuhi baku mutu, jenis air
sesuai kebutuhan tanaman, pH air, sanitasi air, frekuensi, waktu, cara
penyiraman (Direktorat Budidaya Tanaman Hias, 2008).
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari makalah ini diantaranya adalah.
1. Dalam mempersiapkan lahan untuk menanam tanaman dapat dilakukan dengan
beberapa cara antara lain yaitu Pengolahan Tanah Konvensional atau yang biasa
2.
tanpa tahun).
3. Cara pengolahan tanah pada budidaya tanaman sayuran dapat dilakukan dengan tiga
cara yaitu pengolahan seluruh permukaan, pengolahan pada barisan, dan pengolahan
pada bidang yang ditanami.
4. Ada dua macam pengolahan tanah pada budidaya tanaman hias yaitu pengolahan
tanah pada pekarangan dan pengolahan tanah pada wadah.
B. Saran
Adapun saran dalam pembuatan makalah ini adalah hendaknya menggunakan
literature yang lebih banyak lagi.
Daftar Pustaka
AAK. 1973. Tanah dan Pertanian. Yogyakarta: Kanisius.
Agus, Fahmuddin dan Widianto. 2004. Petunjuk Praktis Konservasi Tanah Pertanian Lahan
Kering. Bogor : World Agroforestry Centre ICRAF Southeast Asia.
Anonim b. Tanpa Tahun. Budidaya Kakao. (Online), (http://migroplus.com/brosur/Budidaya
%20Kakao.pdf) diakses 28 Februari 2016.
Anonim.
Tanpa
Tahun.
Mesin
Pengolah
Tanah.
(Online),
(http://elisa.ugm.ac.id/user/archive/download/32762/c4c5125e77ae63eda66dfa6106b874e
c) diakses 28 Februari 2016.
Direktorat Budidaya Tanaman Hias. 2008. Standar Operasional Melati. E-book, Direktorat
Jenderal Hortikultura Departemen Pertanian.
Edi, Syafri dan Bobihoe, Julistia. 2010. Budidaya Tanaman Sayuran.Jambi: Balai pengkajian
Teknologi Pertanian.
Jumin, H. B. 1994. Dasar-Dasar Agronomi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
PPLH.2008.Laporan Kerjasama Penelitian Model Pengelolaan Hutan Tanaman Terpadu untuk
meningkatkan fungsi lingkungan dan Kesejahteraan Masyarakat di Daerah Tangkapan Air
Waduk
Serbaguna
Wonogiri
Studi
di
SUBDAS
Keduang,
Kecamatan
Nguntoronadi.Surakarta.
Pusat Pelatihan Pertanian. 2015. Pelatihan Teknis Budidaya Jagung Bagi Penyuluh Pertanian
dan Babinsa. (Online), (http://www.pertanian.go.id/pajale2015/h1.7.PENGOLAHAN
%20TANAH%20JGUNG%20JK.pdf) diakses 26 Februari 2016.
Sabarnas, Nandang. 2007. Terampil Bekreasi. Bandung : Grafindo Media Pratama.
Santoso, Bambang B. Tanaman Hias. E-book Management Produksi Tanaman Hortikulltura.
Setiawati, Wiwin dkk. 2007. Petunjuk teknis Budidaya Tanaman Sayuran. Bandung: Balai
Penelitian Tanaman Sayuran.