lingkungan. Agens ialah bermacam faktor interal dan eksternal menggunakan atau tidaknya dapat
mengakibatkan penyakit atau sakit. Pejamu ialah individu atau kelompok yang mudah terjangkit
penyakit atau sakit, faktor-faktornya adalah kondisi fisik atau psikologis dari klien. Lingkungan
terdiri dari lingkungan fisik dan sosial serta seluruh faktor yang ada diluar pejamu. Model ini
mengemukakan sehat dan sakit muncul karena adanya interaksi yang saling berkaitan antara
ketiga variabel tersebut. Model dari interaksi ketiga variabel ini diperluas dalam sebuah teori
umum mengenai berbagai faktor penyebab penyakit., dan secara umum dipercayai bahwa
penyebab utama sebuah penyakit dapat diidentifikasi.
Model Keyakinan-Kesehatan memberikan cara memahami dan memperkirakan
bagaimana pasien akan bertindak sehubungan dengan kesehatan serta bagaimana mereka menaati
terapi kesehatan yang diberikan. Komponen awal dari model ini adalah persepsi individu
mengenai kerentanan dirinya pada suatu penyakit. Komponen kedua adalah persepsi seseorang
terhadap keseriusan penyakit tertentu. Komponen ketiga--di mana individu mungkin akan
mengambil perilaku preventifialah persepsi individu mengenai manfaat dari perilaku yang
diambil.
Model Peningkatan-Kesehatan mengidentifikasi faktor-faktor yang bisa
meningkatkan atau menurunkan keikutsertaan klien untuk meningkatkan kesehatan. Model ini
berfokus pada penjelasan alasan keterlibatan pasien dalam tindakan kesehatan.
Variabel yang mempengaruhi keyakinan dan praktik kesehatan perlu dipahami oleh
perawat yang dapat mempengaruhi pasien memungkinkan perawat membuat rencana serta
memberikan perawatan individual. Variabel Internal meliputi tahap perkembangan, latar
belakang intelektual, persepsi pada fungsi personal serta faktor emosional dan spiritual individu.
Pada tahap perkembangan, pola pikir dan perilaku individu mengalami perubahan
dalam hidupnya. Perawat harus dapat mempertimbangkan dan mengetahui tingkat perubahan
pasien dikala perawat menggunakan keyakinan pada kesehatan dan cara pasien
mengaplikasikannya sebagai dasar pembuatan rencana keperawatan. Latar belakang intelektual
mempengaruhi pengetahuan individu tentang bermacam fungsi bodi dan penyakit, latar belakang
pendidikan, pengalaman pada masa lalu, dimana variabel ini mempengaruhi mindset individu.
Pada persepsi tentang fungsi, menerangkan cara individu merasakan fungsi fisik bisa
berpengaruh pada keyakinan terhadap sehat dan cara mengaplikasikannya. Faktor Emosional
memiliki pengaruh seperti Persepsi tentang fungsi. Sedangkan faktor spiritual individu dapat
mempengaruhi cara pandang pada kesehatan yang dilihat dari perspektif yang lebih luas.
Selain variabel internal, variabel eksternal juga dapat mempengaruhi keyakinan dan
praktik kesehatan. Praktik keluarga menjelaskan cara bagaimana keluarga pasien menggunakan
pelayanan kesehatan yang dapat mempengaruhi cara pasien dalam mengaplikasikan kesehatan.
Faktor sosioekonomik dapat meningkatkan risiko terjadi penyakit serta mempengaruhi cara
individu mengartikan dan bereaksi terhadap penyakit, variabel sosial juga berperan dalam
penenteuan sistem pelayanan kesehatan serta penyediaan pelayanan medis. Latar belakang
budaya dapat mempengaruhi keyakinan, nilai, serta kebiasaan seseorang, juga mempengaruhi
area masuk ke dalam sistem pemberian pelayanan kesehatan personal.
Peningkatan kesehatan dan pencegahan pemyakit harus ditekankan oleh perawat pada
klien sebagai bentuk pelayanan kesehatan yang utama untuk dilaksanakan. Kegiatan peningkatan
kesehatan membantu pasien menjaga atau memperbaiki tingkat kesehatan pasien. Sedangkan
kegiatan pencegahan penyakit memiliki tujuan untuk melindungi pasien dari hal-hal yang
mengancam kesehatan yang bersifat aktual ataupun potensial. Melalui strategi peningkatan
kesehatan pasif, seseorang bisa memperoleh manfaat dari aktivitas yang dilakukan orang lain
meskipun tidak harus melakukannya sendiri. Melalui peningkatan kesehatan aktif, tiap orang
mendapatkan motivasi melakukan suatu program kesehatan. Kesehatan total memiliki tujuan
memperbaiki tingkat kesehatan pasien dalam semua dimensi, dan tidak hanya pada kesehatan
fisiknya saja.
Tingkat perawatan preventif merupakan perawatan yang tindakannya dilakukan
sebelum individu atau kelompok terjangkit penyakit tertentu, yang biasanya disebut dengan
tindakan pecegahan. Pencegahan yang pertama adalah pencegahan Primer yang merupakan
pencegahan yang sebenarnya. Pencegahan ini dilakukan sebelum terjadi suatu penyakit dan
masalah fungsi yang ditujukan pada klien sehat secara fisik maupun psikologis, tidak bersifat
terapeutik dan tidak menggunakan identifikasi gejala penyakit (Edelman dan Mandle, 1994).
Pencegahan selanjutnya adalah pencegahan sekunder yang berfokus pada seseorang
yang mengalami gangguan kesehatan atau penyakit, dan seseorang yang berisiko mengalami
keadaak kesehatan yang lebih buruk. Dilakukan dengan cara pembuatan diagnosa serta
pemberian intervensi yang tepat. Yang terakhir adalah pencegahan tersier yang dilakukan saat
terjadi kecacatan secara permanen yang tidak bisa disembuhkan untuk membantu pasien
mencapai tingkat fungsi semaksimal mungkin, sesuai dengan keterbatasan pasien akibat penyakit
maupun kecacatan.
Faktor risiko adalah situasi, kebiasaan, kondisi lingkungan, kondisi fisiologis, atau
variabel lain yang bisa meningkatkan kerentanan personal maupun kolektif pada penyakit atau
kecelakaan. Faktor genetik dan fisiologis meliputi fungsi bodi secara fisik yang dapat
menyebabkan kerentanan terhadap penyakit. Faktor usia bisa meningkatkan risiko penyakit
tertentu. Faktor lingkungan dimana seseorang bekerja atau tinggal juga dapat meningkatkan
risiko terjadinya penyakit tertentu, tingkat kebersihan dan situasi kondisi menjadi faktor utama
dalam lingkungan. Gaya hidup yang terlalu dipaksakan agar lebih mengikuti perkembangan
jaman menyebabkan berbagai krisis kehidupan dapat mengakibatkan stress.
Sakit dan perilaku sakit menjadi salah satu bahasan yang utama dalam Bab ini. sakit
adalah keadaan tertentu dimana fungsi fisik, emosional, intelektual, sosial atau spiritual individu
berkurang atau bermasalah jika dibandingkan dengan keadaan sebelumnya. Perilaku sakit adalah
perilaku yang dilakukan saat indivudu mengalami sakit. Perilaku sakit meliputi cara individu
memantau tubuhnya, menartikan dan menginterpretasikan gejalanya, melakukan usaha
penyembuhan, serta menggunakan sistem pelayanan kesehatan (Mechanic,1982). Perilaku ini
bisa menjadi cara untuk mendapatkan keyakinan mengenai kondisi kesehatannya.
Variabel yang mempengaruhi perilaku sakit yang pertama adalah variabel internal dimana
perawat dapat mempengaruhi persepsi klien mengenai gejala dan sifat sakit klien tersebut.
Penyakit akut menunjukkan gejala yang cukup singkat dan biasanya memiliki sifat berat dan
kemungkinan bisa mengganggu fungsi di seluruh dimensi yang tersedia. Sedangkan penyakit
kronik berlangsung lama, biasanya 6 bulan lebih, serta bisa mengganggu fungsi pada seluruh
dimensi yang tersedia. Variabel eksternal yang berpengaruh pada perilaku sakit pasien meliputi
gejala yang bisa dilihat, kelompok sosial, latar belakang budaya, variabel ekonomi, kemudahan
akses pada sistem pelayanan kesehatan, dan dukungan sosial.
Tahapan perilaku sakit :
Tahap 1
: Mengalami Gejala
Persepsi individu pada gejala tertentu mencakup kesadaran terhadap perubahan fisik, evaluasi
pada perubahanyang ada dan mengambil keputusan bahwa perubahan itu merupakan gejala
penyakit tertentu, serta respons emosional. Sebelum berlanjut ke tahao sakit lanjut, individu
harus mengakui gangguan kesehatan pada dirinya
Tahap 2
: Asumsi tentang Peran Sakit
Asumsi pada peran sakit bisa menyebabkan pergeseran emosional. Setelah mengetahui bahwa
seseorang merasa kesehatannya terganggu, maka seseorang tersebut akan mencari kontak dengan
sistem pelayanan kesehatan serta dapat berubah menjadi klien atau pasien
Tahap 3
: Kontak dengan Pelayanan Kesehatan
Pada tahap ini pasien mencari informasi untuk mengetahui kepastian penyakit serta mendapat
pelayanan dari seorang ahli.
Tahap 4
: Peran Klien Dependen
Secara sosial pasien dengan peran dependen dipersilahkan bebas dari kewajiban serta tugas
normalnya. Setelah memasuki tahap ini, pasien harus menyesuaikan dengan ketetapan perubahan
jadwal sehari-hari.
Tahap 5
: Pemulihan dan Rehabilitasi
Tahap ini dapat terjadi secara tiba-tiba. Apabila penyembuhan tidak dilakukan dengan tepat,
maka kemungkinan akandilakukan perawatan jangka panjang sebelum pasien dapat sampai pada
tingkat fungsi maksimal.
Klien dan keluarga harus menghadapi bermacam perubahan yang kemungkinan terjadi
karena kondisi sakit dan pengobatan yang dijalankan. Perubahan perilaku dan emosi terhadap
keadaan sakit atau ancaman penyakit tiap individu sangat bervariasi. Penyakit dengan waktu
yang singkat serta tidak mengancam kehidupan dapat menimbulkan bebrapa perubahan tindakan
dalam fungsi pasien atau keluarga. Sebaliknya, penyakit yang berat bisa menimbulkan perubahan
emosi dan perilaku lebih luas. Tiap individu memiliki peran dalam kehidupannya, terutama
dalam menangani salah satu keluarga yang sedang sakit. Ditinjau secara umum, individu dan
keluarga lebihmudah beradaptasi dengan perubahan yang bersifat transparan dan dalam waktu
yang singkat. Keluarga juga harus cepat dan tepat dalam mengambil keputusan mengenai
kesehatan salah satu anggota keluarga sebagai klien.
Citra tubuh yang merupakan konsep subjektif dari penampilan fisik pasien juga dapat
terganggu akibat beberapa penyakit, dan reaksi klien dan keluarga terhadap perubahan citra
tubuh ini berbeda-beda pula. Reaksi klien dan keluarga bergantung pada jenis perubahan,
kapasitas adaptasi, kecepatan perubahan, dan dukungan yang tersedia. Biasanya klien dengan
penyakit atau kecelakaan yang berdampak pada perubahan citra tubuh memiliki tahapan syok,
menarik diri, mengakui, menerima dan melakukan rehabilitasi. Sedangkan dampak pada konsep
diri yang merupakan citra mental pada dirinya sendiri, meliputi bagaimana pandangan individu
terhadap kekuatan dan kelemahan seluruh aspek pada seluruh aspek kepribadiannya. Peran
konsep diri dalam hubungan individu dengan keluarganya berpengaruh pada bagaimana
hubungan kedepannya. Adaptasi dengan perubahan citra tubuh dan penyesuaian diri yang baik
serta tanggung jawab akan menimbulkan hubungan yang tetap harmonis dan bisa jadi lebih baik
dari sebelumnya serta tidak menimbulkan ketegangan atau konflik pada hubungan tersebut,
bahkan hubungan dengan masyarakat luar.
*Catatan: Diringkas oleh Fajrian Dwi Anggraeni dari buku Potter, P.A. & Pery, A.G. 1999. Buku
Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, proses, dan Praktik, Vol. 1 E/4. Alih bahasa oleh
Yasmin Asih, Made Sumarwati, Dian Evriyani, Laily Mahmudah, Ellen Panggabean, Kusrini S,
Sari Kurnianingsih, Enie Novieastari. Jakarta: EGC. (halaman 2-24
e. Tahap Penyembuhan
Pasien belajar untuk melepaskan peran sakit dan kembali pada