Oleh
1. Anung Anindita Parwaningtiyas NIM 0202516020
2. Fajar Arifianto
NIM 0202516040
3. M. Harsa Bahtiar
NIM 0202516043
Rombel Reguler B
Karya sastra dan penulisnya ditempatkan dalam rangka yang disediakan oleh ilmu
sejarah umum. Satu varian pendekatan ini yang cukup menonjol mempergunakan
kerangka universal sejarah kebudayaan (universal berarti Eropa), sehingga sastra
dibagi-bagi dalam periode menurut gambaran sejarah kebudayaan Barat misalnya
dengan membedakan sastra Barok, Rasionalisme, Romantik. Pendekatan ini
melampaui batas bahasa dan bangsa individual. Pada abad ke-19 sejarah makin
bersifat sejarah nasional, dalam varian sejarah sastra yang bersifat nasional diambil
kerangka sejarah kebudayaan umum, dalam wujud nasional khas, kerangka sejarah
politik nasional.
2) Pendekatan yang mengambil kerangka karya atau tokoh agung, atau gabungan dua
kriteria ini. Contohnya dalam buku Kalangwan tulisan Profesor Zoetmulder (1974)
yang berjudul The Rmyana; Arjunawiwaha, gubahan Mpu Kanwa; Mpu Sedah dan
Mpu Panuluh. Pedekatan ini mudah dan praktis, juga untuk tujuan pengajaran, tetapi
belum dapat disebut sejarah sastra yang sesuai dengan sifat khusus objek
3)
penelitiannya.
Pedekatan lain yang pada abad ke-19 sangat populer dan membawa hasil yang gilanggemilang adalah dalam bahasa Jerman Stoffgeschichte yaitu penelitian sejarah bahanbahan dengan penelusuran sumber-sumber. Pendekatan sejarah sastra ini memusatkan
perhatian pada motif atau tema yang tedapat dalam karya sepanjang zaman. Pokok
dalam penelitian sejarah sastra yaitu ditelusuri asal-usul dan perkembangan serta
pemanfaatan anasir tertentu. Empat pendekatan utama terhadap ilmu sastra bandingan,
sejarah sastra, demikian pula belum ada penulisan sejarah tentang sastra Indonesia
modern yang sungguh ilmiah dam memuaskan dari segi teori sastra.
B. PENDEKATAN SASTRA BERDASARKAN TEORI RENE WELLEK DAN
AUSTIN WARREN
Berdasarkan pendapat Rene Wellek dan Austin Warren, studi sastra
dibagi
menjadi
dua
pendekatan,
yaitu
pendekatan
ekstrinsik
dan
perkembangan
sebelumnya
saja,
tetapi
kadang-kadang
sejauh
memberi
masukan
tentang
mempelajari
masalah
pertumbuhan,
kedewasaan,
dan
sastra,
tetapi
sebaiknya
asal-usul
dan
proses
(2) modus
keberadaan karya sastra, (3) efoni, irama, dan mantra, (4) gaya dan
stilistika, (5) citra, metafora, simbol, dan mitos, (6) sifat dan ragam fiksi
naratif, (7) genre sastra, (8) penilaian, (9) sejarah sastra.
makna
simbolik
dan
konseptual
karya
seni
istilah tadi yaitu puisi itu menyampaikan kesan yang sama dengan
kesan yang ditampilkan sebuah puisi Yunani. Kesejajaran sastra dan
seni sering membuat orang merasa bahwa lukisan dan puisi tertentu
menghasilkan suasana hati yang sama. Salah satu pendekatan lain
adalah dengan mencari maksud dan teori seniman penciptanya.
Pendekatan yang lebih bermanfaat dari pendekatan melalui maksud
pengarang adalah perbandingan karya seni berdasarkan latar social
dan budaya yang sama.Pendekatan utama untuk membandingkan
beberapa cabang seni adalah analisis objek seni yang konkret.
2) Modus keberadaan karya sastra
Sastra bertujuan untuk meningkatkan pemahaman dan aspirasi
terhadap teks. Tulisan-tulisan Richards dalam bukunya Practical
Criticism menunjukkan betapa banyak yang dapat dilakukakan
melalui analisis kebiasaan membaca, dan bagaimana pengajar
yang baik dapat memanfatkan pendekatan-pendekatan yang salah.
Karya sastra adalah jumlah keseluruhan pengalaman masa lampau
dan pengalaman yang mungkin terjadi. Puisi hanya merupakan
suatu penyebab potensial dari pengalaman. Batasan yang dikaitkan
dengan
alam
pikiran
cenderung
gagal
karena
tidak
dapat
dilihat
dari
penyairnya,
tapi
dari
bahasa
yang
dongeng atau
Karya
sastra
adalah
sebuah
objek
estetis,yang
dengan jalan memberikan kesempatan pada peserta didik untuk mengadakan penelitian
sendiri.
4) Dapat menyebabkan ingatan bertahan lama sampai terinternalisasi pada diri peserta didik.
Selain beberapa hal di atas, motivasi lain yang mendorong penggunaan pendekatan
inquiry dalam proses pembelajaran adalah karena proses pembelajaran pada hakikatnya adalah
suatu proses yang (a) berpusat pada peserta didik (student centered) artinya peserta didiklah
yang harus memproses pengetahuan dan berperan aktif mencari dan menemukan sendiri
pengetahuannya, (b) dapat membentuk konsep diri positif, karena peserta didik dilatih untuk
bersifat terbuka, sabar, dan kreatif dalam proses perolehan pengalaman dan pengetahuan, (c)
dapat meningkatkan derajat pengharapan peserta didik, karena melalui pengalaman penelitian
yang secara mandiri, (d) dapat mencegah terjadinya verbalisme, mengingat pendekatan ini
menekankan pada penemuan sendiri, dan (e) memungkinkan peserta didik sebagai subjek
belajar, yaitu dapat menstimulasikan dan mengakomodasikan informasi mental seperti tindakan
belajar yang sebenarnya (Mohamad, 2011:31-32).
2. MODEL PEMBELAJARAN SASTRA
Beberapa model yang dikembangkan adalah model pembelajaran
sastra yang diadopsi dari model Stratta, model induktif, model analisis,
model sinektik, model bermain peran, model sosiodrama, dan model
simulasi. Berikut ini dipaparkan beberapa contoh model pembelajaran
bersastra secara ilustratif.
1) Model Stratta
Model ini diciptakan oleh Leslie Stratta. Terdapat tiga tahapan di dalam
pembelajaran bersastra dengan model Stratta, yakni:
a) tahap penjelajahan (misalnya, mengajukan pertanyaan atas
karya
yang
akan
diapresiasi
kemudian
menjawabnya
drama
mengevaluasi).
Contoh Model Stratta
yang
telah
diapresiasi
dan
yang
lain
Sejalan
dengan
pendekatan
pembelajaran
kontekstual
yang
investigasi,
eksplorasi,
atau
discovery
untuk
induktif.
Di
samping
itu,
model
ini
juga
merupakan
b)
Analisis
konsep
(menafsirkan,
membandingkan,
menggeneralisasikan); serta
c)
siswa
untuk
membuktikannya
melalui
membaca
Kemudian,
menyajikan
sintesisnya
diikuti
dengan
diskusi
antarsiswa lainnya.
3) Model Analisis
Pencipta model analisis adalah S.H. Burton. Model ini menekankan
pada proses analisis terhadap sesuatu, kemudian menentukan unsurunsur yang dianalisisnya.
Strategi yang digunakan di kelas melalui model ini ditempuh melalui tiga
tahapan, yakni:
a) membaca untuk mendapatkan kesan pertama. Kesan ini akan
berbeda antarindividu. Penyebabnya, pengalaman awal individu pun
berbeda-beda;
b) menganalisis untuk mendapatkan kesan objektif. Kesan beragam
yang pertama muncul dapat diarahkan kepada kesan objektif
setelah secara menyeluruh dilakukan analisis; serta
c) menanggapi untuk mendapatkan sintesis atas kedua kesan di awal.
Kesan-kesan tersebut memiliki nilai yang amat tinggi. Perpaduan
antara dua kesan itulah yang akan melahirkan pengalaman baru
bagi siswa.
4) Model Sinektik
ini
adalah
pembentukan
kreativitas
pada
siswa.
Gordon
beragam
bacaan?,
Mengapa
saya
menyukai
itu?,
menjadi
mendengarkan
pembaca
sambil
cerita.
mencatat
Siswa
lainnya
hal-hal
penting
menstimulasi
siswa
melalui
kelompok
untuk
Menetapkan masalah
b)
c)
Pemilihan pemain
d)
e)
f)
Memotong adegan
g)
h)
7) Model Simulasi
Model simulasi sebenarnya tidak asing lagi buat kita. Hampir semua
profesi
memerlukan
dan
selalu
menggunakannya.
Tujuan
dari
sebagai berikut.
a)
b)
pengorganisasi kegiatan
c)
d)
e)
f)
pemilihan peran
g)
persiapan pemeranan
h)
mengawasi kegiatan
i)
penyampaian saran
j)
penilaian
kehidupan
sehari-harinya,
membuat
bagan
hal-hal
bersastra.
mengenai
Tentulah
pengembangan
para
guru
berhak
model
untuk
menerjemahkan paparan ini sesuai dengan keprofesinalan masingmasing sehingga menjadi lebih kreatif lagi dan pembelajaran
bersastra akan semakin efektif, menyenangkan, dan bermakna bagi
profesional.
Oleh
karena
itu,
dapat
ditegaskan
bahwa
sastra
yang
baik;
pembelajaran
sastra
yang
Pembelajaran yang Aktif Aktif dalam strategi ini adalah memosisikan guru sebagai
orang yang menciptakan suasana belajar yang kondusif atau sebagai fasilitator dalam
belajar, sementara siswa sebagai peserta belajar yang harus aktif.
2)
Pembelajaran yang Inovatif Inovatif disini, guru tidak saja tergantung dari materi
pembelajaran yang ada pada buku, tetapi dapat mengimplementasikan hal-hal baru yang
menurut guru sangat cocok dan relevan dengan masalah yang sedang dipelajari siswa.
3)
4)
5)
6)
Pembelajaran yang Menarik Inti dari strategi pembelajaran yang menarik terletak
pada bagaimana memberikan pelayanan kepada siswa sebab posisi siswa jika diibaratkan
dalam sebuah perusahaan, maka siswa merupakan pelanggan yang perlu dilayani dengan
baik.
Kefasihan (fluency), yaitu menggunakan perkataan dan lain-lain dengan cara spontan
yang wajar.
2) Teknik Simulasi
Simulasi ditakrifkan sebagai satu situasi yang diwujudkan hampir menyerupai keadaan
sebenarnya yang memerlukan pelajar berinteraksi bersama berdasarkan peranan masingmasing untuk membuat keputusan menyelesaikan masalah, isu atau tugas semula. Melalui
teknik ini para pelajar dapat menggunakan kemahiran belajar seperti mengumpulkan
maklumat, menjalankan temuramah dengan individu tertentu dan mencatat isi-isi penting.
Dalam proses ini pelajar digalakan untuk memberi pendapat, cadangan, membuat
keputusan dan menyelesaikan masalah berdasarkan peranan yang dipertanggungjawabkan.
Memberi peluang kepada pelajar mengalami sendiri situasi dan masalah. Melalui teknik ini
berbagai kemahiran dapat digabungkan dan ditingkatkan terutama dalam kemahiran lisan
membaca dan menulis.
3) Teknik Bermain Peran
Bermain peran bermaksud melakonkan suatu situasi atau masalah atau peristiwa yang
dianggap penting. Pelajar diberi peranan dan bertindak sebagai watak-watak yang ditentukan
dalam satu situasi yang disediakan.
4) Teknik Bercerita
Latihan pemahaman, perluasan perbendaharaan kata dan tatabahasa dapat disampaikan.
Dapat meningkatkan penguasaan kemahiran mendengar, bertutur, membaca dan menulis
dikalangan pelajar. Perhatian perlu diberi kepada teknik persembahan, suara, gerak laku, dan
kawalan mata.
5) Teknik Perbincangan
Teknik perbincangan didefinisikan sebagai satu aktivitas mengeluarkan dan mengulas
pendapat tentang sesuatu tajuk. Teknik perbincangan adalah satu aktivitas pengajaran dan
pembelajaran berbentuk perbuatan dan dilakukan dikalangan pelajar dibawah intruksi dan
kawalan seorang guru. Melibatkan aktivitas perbincangan antara pelajar secara bekerjasama
dalam mengeluarkan pandangan masing-masing mengenai sesuatu perkara.
6) Teknik Perbahasaan
Bahasa ialah pengucapan ketika menyokong atau mengembangkan suatu pendirian
dengan alasan yang logis dan ide yang tersusun. Teknik perbahasan ini sesuai untuk diajarkan
kepada semua tingkat pelajar di sekolah menengah.
DAFTAR PUSTAKA
Teeuw Andries, Sastra dan Ilmu Sastra, Jakarta: Pustaka Jaya, 1988
Wellek Rene dan Austin Warren 1989, Teori kesusastraan, PT.Gramedia
Jakarta