Anda di halaman 1dari 46

Latar Belakang

Bisnis interior di Aceh belumlah menjadi suatu akses ekonomi yang handal.
Adalah suatu bisnis yang kaya akan perpaduan artistik dengan material. Sangat
disayangkan bila dianggap sebagai hipotesis, bahwa bisnis interior adalah wujud
dari multiproduk dipadu dengan multiservice, sehingga bisnis ini melahirkan
dimensi performa artisitik yang unik, baik model klasik maupun modern yang
memberikan nilai plus bagi dunia bisnis itu sendiri.

Bisnis multiservice interior di kota Banda Aceh -- yang berpenduduk sekitar 269
ribu jiwa – digalang atas inisiatif pengusaha yang diikuti oleh desakan
kebutuhan pasar, sehingga bisnis ini muncul. Meski kehadirannya beriringan
dengan musibah tsunami dahsyat, dan membawa dampak pada kehilangan
sejumlah asset, namun bisnis ini masih tetap eksis sesuai dengan kemampuan
modal kerja yang ada. Dengan adanya peran NGO internasional selama aktivitas
pemberian bantuan dengan memanfaatkan multiservice interior, kiranya usaha
CV Sukma Jaya masih sanggup bertahan sampai kini.

Begitu pula partisipasi dan kerjasama dengan pihak swasta dalam memicu
pertumbuhan multiservice interior di Banda Aceh mutlak diperlukan adanya
kesinambungan. Relevansinya, di samping pusat ibukota provinsi, juga sebagai
lokasi sentra ekonomi ujung pulau Sumatera, tentu saja mempunyai prospek
pengembangan ekonomi yang cerah, disamping menjadi wilayah sorotan
pengembangan ekonomi dunia, juga masyarakatnya yang homogen.

Selain itu, internal training dan tingkat perkembangan kebutuhan yang relative
baik, minimal menjadi asumsi dasar bahwa pihak swasta sangat mendesak
melakukan operasional pengembangan ekonomi Kota Banda Aceh. Prospek
lain yang dominan adalah sebagai sentral investasi di bidang pertanian,
perkebunan, kelautan dan peningkatan peran pengusaha kecil dan menengah,
yang kini sangat membutuhkan intervensi perbankan yang solid dan konsisten.

Industri multiservice interior mengharapkan kehadiran lembaga perbankan


konvensional dan syari’ah, di samping sangat membantu, juga membuka
peluang aktivitas pihak perbankan yang terfokus pada strategi pemberian kredit
modal kerja dan multiguna. Menyangkut investasi, kiranya lembaga perbankan
harus mendapat legitimasi yang akurat. Di mana ini semua adalah adanya
prospek bisnis yang menjadi dinamisator lembaga keuangan, yang menjadikan
industri multiservice interior yang dikelola masyarakat sebagai partner, bukan
sebagai obyek.

Pembukaan bisnis baru seperti multiservice interior menjadi prioritas utama


Pemerintah guna pengembangan ekonomi masyarakat, terutama prinsip

1
bantuan baik teknis maupun finansial. Bahkan, Bank Indonesia sendiri
melonggarkan beberapa ketentuan guna mendukung pertumbuhan ekonomi,
seperti kemudahan proses pembuatan izin pendirian, permodalan, dan sumber
daya. Inl menjadi acuan untuk dapat mendorong percepatan pertumbuhan
ekonomi Aceh umumnya.
Urgensi pendirian bisnis berbasis partnership adalah komitmen dasar dalam
meningkatkan pertumbuhan ekonomi guna membantu pengusaha kecil dan
mikro. Sebagai proses pemenuhan syarat utama, maka prinsip-pinsip kelayakan
pendirian unit bisnis baru dimaksud diawali dengan meneliti potensi dan
kelayakan bisnis yang direncanakan di Kota Banda Aceh.

Jadi, untuk menyelaraskan planning dan system operasional bisnis interior dan
multiservice, perlu melakukan telaah tentang aspek:
• Demografi dan ekonomi wilayah;
• Pertumbuhan lembaga perbankan dan dunia usaha.
• Potensi ekonomi dan persaingan usaha
• Rencana kegiatan usaha dan pelaksanaan kegiatan
• Proyeksi keuangan bulanan dan tahunan.
• Perencanaan sumber daya manusia.

Tujuan
Dalam rangka pendirian usaha CV Sukma Jaya diprioritaskan untuk:
• Melakukan feasibility study tentang financial, social benefit dan
survive yang bersumber dari bisnis, lembaga perbankan, pemerintah
dan swasta, dan
• Menganalisis ragam faktor berhubungan dengan alasan penetapan lokasi,
pangsa pasar, proyeksi keuangan, perencanaan admin dan SDM.

Manfaat
Hasil studi kelayakan ini diharapkan memberikan scenario yang jelas tentang:
• Planning pendirian CV Sukma Jaya di Kota Banda Aceh
• Potensi usaha, peluang dan pengembangan sebagai bahan evaluasi
investasi.
• Pedoman manajemen dalam menetapkan arah dan strategi work-plan
tahunan secara wajar, sehat, dan menguntungkan.

Ruang Lingkup
Aceh memiliki karakteristik yang spesifik di bidang seni-budaya, lingkup studi ini
terdiri dari:
• Wilayah studi kelayakan adalah Kota Banda Aceh dan sekitarnya,
termasuk Kota Sabang, Aceh Besar, Pidie, Aceh Barat, Benar Meriah dan
Aceh Tengah.
• Obyek penelitian adalah data pertumbuhan penduduk, ekonomi, lembaga
keuangan, rencana lokasi, rencana pengadaan SDM, sistem dan prosedur
yang berlaku.
• juga menganalisis tingkat kejenuhan dunia usaha berdasarkan demografi,
ekonomi wilayah, kebutuhan pasar, dan lembaga keuangan mikro.

Metode

2
Sumber data penelitian ini umumnya bersifat sekunder, yang diambil dari
berbagai sumber, terutama pemerintah daerah dan instansi terkait, internet,
situs pemerintah daerah, data statistik Bank Indonesia, dan sumber lainnya
seperti LSM atau NGO.

2
Sistem Bisnis Mutual Profit
Islam mempunyai sistem ekonomi yang khas, dimana persoalan financial adalah
untuk mendapatkan manfaat mutual-profit sebagai fondasi ekonomi Islam
dengan system syariah dengan system siyasah, strategi business yang jujur,
amanah, fair dan memiliki product and people’s knowledge. Ternyata,
sistem business yang dicontohkan Rasulullah menjadi basis sistem ekonomi
yang adil dan berazas manfaat bagi seluruh umat manusia.

Kebebasan memiliki unsur produksi dalam menjalankan roda perekonomian


merupakan bagian penting tanpa melahirkan unsur kerugian kepentingan
kolektif. Kepentingan individu dibuka lebar, tidak adanya batasan pendapatan
bagi seseorang, mendorong manusia untuk aktif berkarya dengan segala
potensi yang dimilikinya. Kontinuitas antara kepentingan individu dan kolektif
inilah menjadi pendorong bagi bergeraknya roda perekonomian tanpa merusak
sistem sosial yang ada.

Prospek Bisnis Orientasi Syari’ah


Awalnya bisnis Syariah di Indonesia berkembang relative statis, perbankan
syariah mendapat peluang yang lebih luas dalam menjalankan kegiatan usaha
setelah adanya Undang-undang No. 10 Tahun 1998,. (Sumber: Buku Bank Syariah
bagi Bankir & Praktisi Keuangan; BI dan Tazkia Institute ). Selama tahun 2005, jumlah
bank yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah
mengalami peningkatan seperti munculnya BPRS, Bank Mandiri Syari’ah, Bank
BPD Aceh Syari’ah dan masih banyak bank yang sedang menuju proses syariah
mengalami peningkatan yang signifikan.

Faktor yang diprediksikan dapat meningkatkan pangsa pembiayaan bagi hasil


tersebut adalah bank syari’ah semakin diminati masyarakat terhadap pola bagi
hasil dalam pembiayaan modal kerja dan kerjasama pembiayaan (linkage) bank
dengan pelaku pasar, termasuk Koperasi dan Pegadaian.

Prospek Partnership dengan Bisnis Syari’ah


Secara internal, bisnis dan industri perbankan syariah menghadapi tantangan
berupa positioning industri dalam masyarakat, kualitas pelaku dan sinkronisasi
kebijakan pengembangan bisnis dengan otoritas lembaga keuangan syariah dan
non-bank lainnya. Kualitas SDM perlu ditingkatkan guna mengimbangi laju
pertumbuhan industri, sehingga profesionalisme bisnis dapat dicapai dalam
aspek syariah secara simultan.

3
Hasil riset dan permodelan potensi dan preferensi menunjukkan bahwa
masyarakat mempunyai atensi terhadap bisnis syariah yang tinggi, dimana
sebagian besar responden menyatakan rendahnya kualitas pelayanan bank,
termasuk daya jangkau jaringan yang rendah, sebagai salah satu faktor yang
sangat signifikan dalam menentukan preferensi layanan jasa keuangan.

Bermitra dengan Pemodal dan Bank Syariah

2.4.1 Bank sebagai Investor


Bank berkewajiban melakukan partnership sebagai bagian dari bisnis yang
harus memiliki berbagai karakteristik yang khas dalam nilai, operasional, produk
dan jasa. Dus, inovasi produk berprinsip syariah sebagai alternatif produk dan
jasa perbankan yang berbasis bunga.
Tujuan ekonomi Islam tidak hanya terfokus pada kesejahteraan material
individu, tetapi menjadi pilar dalam bentuk aktivitas penghimpunan dan
penyaluran zakat, infaq, sadaqah, hibah dan waqaf. Dalam aktivitasnya, bisnis
syari’ah wajib menerapkan prinsip kegiatan usahanya yang meliputi:
• Simpanan konsumen, berazas prinsip Wadi’ah atau mudharabah;
• DO (Delivery Order) berdasarkan prinsip Mudharabah;
• Piutang barang, melalui:
• Transaksi jual beli berdasarkan Prinsip: Mudharabah; Istishna; Ijarah;
Salam;
• Pembiayaan bagi hasil berdasarkan prinsip: Mudharabah; Musyarakah;
• Pembiayaan lainnya berdasarkan prinsip: Rahn; Qardh;
Kegiatan bisnis lain yang lazim dilakukan harus sesuai dengan prinsip
syari’ah.

6.4.2 Pengusaha sebagai Pelaku Bisnis


Sebagai partner, industri bisnis yang bergerak di bidang multiservice interior
memiliki beberapa karakteristik usaha, antara lain:
• Kegiatan usaha yang realistik:
• Persetujuan modal awal, investasi dan modal kerja.
• Kebutuhan modal tergantung cash-flow yang tercermin dari besaran
omset.
• Administrasi and akuntansi yang transparan.
• Zakat dan infaq menjadi factor kepercayaan masyarakat.
• Harga barang dan ongkos standar, tidak ada manipulasi.
• Bisnis menjadi sentral karena terikat dengan hak dan kewajiban.
• Service tidak terbatas (multi-service).
• Bisnis sebagai unit system

6.4.3 Fungsi intermedia

Berbasis inilah, maka terdorong untuk memaksimalkan fungsi intermediasi


dengan semua pelaku bisnis yang berkaitan dengan kebutuhan interior untuk
pengembangan pasar, maka komitment inti adalah menjaga:
• Stabilitas pasar: Volume usaha tergantung dari kebutuhan pasar dan nilai
multi-service yang harus diemban, yang otomatis mendorong
terbentuknya market sasaran bisnis, menjadikan konsumen sebagai mitra
dan promoter bisnis.
• Idealisme bisnis: selain produk kebutuhan bisnis partner usaha
pertukangan, terarah pada aspek materi dan non materi.

2
• Produk sentral bisnis: Segala relevansi kebutuhan bangunan dengan
interior dipusatkan pada penyediaan barang yang lengkap dan dipadu
dengan tenaga skill.
• Prospektif bisnis: investor diharapkan antusias berinvestasi untuk
mendirikan CV Sukma Jaya di Kota Banda Aceh, sehingga mencapai multi
bermanfaat.
6.4.4 Masyarakat luas:
• sebagai peluang bagi akses multi-service & interior
• mendukung pengembangan tenaga skill
• berperan dalam mengurangi ketergantungan multi-service & interior dari
luar Aceh, baik dari Medan maupun Jakarta
• prospek peluang kerja dari adanya usaha multi-service & interior.
6.4.3 Para pendiri atau pemegang saham:
• mendorong pertumbuhan usaha yang wajar dan sehat, seperti: penyiapan
tenaga SDM yang sesuai dengan kebutuhan dan tantangan pasar,
• penyiapan manajemen dan fasilitas pemanfaatan captive market yang
telah dimiliki.
• memperoleh keuntungan atas investasi CV Sukma Jaya multi-service &
interior
6 Calon Pendiri dan Pengurus
Sebagaimana telah dibuat dalam Akte Notaris, SE, PT CV Sukma Jaya didirikan
oleh 5 orang, sebagai berikut:
Muhammad Awad. bertempat tinggal di Jl. Tgk Chik Ditiro 26, Lorong Merpati,
Kelurahan Surabaya, Kecamatan Baiturrahman, Banda Aceh, dengan nominal
modal Rp 25.000.000
Doktorandus Hamdani Abdul Hamid, bertempat tinggal di Jl. Kutara-Medan KM
260 Dusun Teungoh, Blang Pulo Lhokseumawe.
Irwandi, Sarjana Ekonomi,
Sedangkan calon yang akan diusulkan menjadi pengurus CV Sukma Jaya adalah:
Direksi:
Direktur Utama:
Nama, alamat lengkap, pengalaman.
Direktur:
Nama, alamat lengkap, pengalaman.

Pendiri bisnis ini, para calon investor dan pengurus telah dapat memahami
potensi, fungsi, karakteristik, risiko dan personal responsibility dalam pendirian
usaha yang berbentuk comanditer, CV Sukma Jaya bergerak di bidang sales
produk interior dan accessories, pemasangan, maintenance dan service.
Dengan respect inilah, para investor dan pengurus telah siap mematuhi hukum
perbankan dan persyaratan lain yang diperlukan, yang berkenaan dengan aspek
formalitas dan legalitas, aspek teknis, serta aspek permodalan dan lainnya.

Pilihan Lokasi
Rencana pemilihan lokasi kantor berdasarkan atas pertimbangan:
Kota Banda Aceh merupakan ibukota provinsi yang berkembang pesat di
wilayah ujung barat Aceh Sumatera, karena berdomisili banyak masyarakat
pedagang, pengusaha, termasuk di daerah kabupaten yang berbatasan.
Kebutuhan tenaga kerja diperkirakan dapat menyerap warga sekitar lokasi,
sehingga CV Sukma Jaya diharapkan dapat mempekerjakan masyarakat sekitar
lokasi usaha.
Sosio-kultural, para calon pendiri dan pengurus cukup dikenal baik oleh tokoh-
tokoh formal dan informal di wilayah ini dan daerah yang berbatasan,

1
terjalinnya hubungan sosial antara para pendiri dan pengurus dengan
masyarakat lokal.
Secara idealis, para pendiri mengharapkan kehadiran bisnis di lokasi Kecamatan
Baiturrahman ini dapat berperan dalam pengembangan ekonomi masyarakat
melalui dampak multiplier dari fungsi intermediasi yang dijalankan merupakan
pusat kegiatan ekonomi-bisnis, sehingga akselerasi perekonomian dapat
menunjang pertumbuhan CV Sukma Jaya
Pola bisnis multi-service & interior merupakan bisnis baru dan diminati
masyarakat perkotaan, sehingga customer memberikan dukungan positif
terhadap pertumbuhan keuangan dan dipadu dengan kemampuan partner
bisnis yang dominant masyarakat, pihak perbankan, perusahaan pemerintah
dan swasta telah telah lama menjadi mitra bisnis yang handal dan terpercaya
kualitas kerja maupun material spesifik sesuai kontrak kerja (lihat Lampiran 5)

2
3.1 Aspek Demografi
1.3.1 Letak Geografis
Provinsi Aceh
Aceh ldengan uas wilayah 57.365,57 km² yang melingkupi 119 pulau,
35 gunung dan 37 sungai, terletak antara 2–6 Lintang Utara dan 95–98 Lintang
Selatan, dengan ketinggian rata-rata 125 meter di atas permukaan laut. Provinsi
ini dibagi menjadi 19 Kabupaten dan 4 Kota dengan 228 kecamatan, 642 mukim
dan 5.947 desa serta 112 kelurahan, dan berbatas:
Sebelah Utara dengan Selat Malaka
Sebelah Barat Selatan dengan Lautan Hindia; dan
Sebelah Timur dengan Provinsi Sumatera Utara
Kota Banda Aceh
Wilayah geografis Kota Banda Aceh terletak antara 050 16' 15"-050 36' 16" LU
dan 950 16' 15"-950 22' 35" BT dengan tinggi rata-rata 0,80 meter di atas
permukaan laut. Luas wilayah administratif sebesar 61.359 Ha atau kisaran 61,
36 Km2, berbatas:
Utara Selat Malaka
Kecamatan Darul Imarah dan Ingin Jaya Kabupaten Aceh
Selatan
besar
Kecamatan Barona Jaya dan Darussalam Kabupaten Aceh
Timur
Besar
Barat Kecamaan Peukan Bada Kabupaten Aceh Besar

Peta Kota Banda Aceh

Kecamatan Baiturrahman Kota Banda Aceh

3
Lokasi yang menjadi pilihan pendirian CV Sukma Jaya ini memiliki luas
wilayah 11,24 km atau 6,20% dari luas wilayah Kota Banda Aceh dan memiliki
18 desa dengan jumlah penduduk tahun 2008 sebanyak 40.989 jiwa.

3.1.2 Jumlah Penduduk


Provinsi Aceh
Penduduk Aceh 2004 mengalami penurunan 3,39%, dari 4.218.500 pada 2003
menjadi 4.075.600 jiwa tahun 2004, pada 2008 berjumlah 4.313.125 jiwa.
Kota Banda Aceh
Populasi pada 2005 berjumlah 154.634 jiwa, tahun 2008 meningkat menjadi
218.659 jiwa, seperti dalam table berikut.

Tabel 3-1: Keadaan Populasi Kota Banda Aceh


Luas Wilayah Keadaan Penduduk
No Kecamatan Per
2
Km % Jumlah Desa Per Km2
1. Meuraxa 7.258 11,85 3.719 232 0,51
2. Jaya Baru 3.780 6,16 15.317 1.701 4,05
3. Banda Raya 4.789 7,80 29.363 2.936 6,13
4. Baiturrahman 4.539 7,40 40.989 1.098 9,03
5. Lueng Bata 5.341 8,70 23.083 2.564 4,32
6. Kuta Alam 10.047 16,37 43.746 3.976 4,35
7. Kuta Raja 5.211 8,49 4.639 773 0,89
8. Syiah Kuala 14.244 23.21 30.867 3.086 2,17
9. Ulee Kareng 6.150 10,02 27.936 3.104 4,54
Jumlah 61.359 100 219.659 18.465 3,58
Sumber : Banda Aceh Dalam Angka Tahun 2008 (BPS Kota Banda Aceh)

Kecamatan Baiturrahman
Populasi pada 2005 berjumlah 154.634 jiwa, tahun 2008 meningkat menjadi
218.659 jiwa. Lokasi pendirian CV Sukma Jaya ini memiliki jumlah penduduk
4.989 jiwa,penduduk terpadat (9,03 jiwa per km2), dibandingkan dengan
penduduk kecamatan lainnya.

3.1.3 Kepadatan penduduk


Luas wilayah Aceh adalah 57.365,57 Km2 dengan jumlah penduduk 4.075.599
jiwa pada 2004, dengan population density mencapai 71 jiwa per km2.
Berdasarkan proyeksi penduduk tahun 2005 sebanyak 4.062.934 jiwa, maka
tingkat kepadatan menjadi 71 jiwa per km2. Proyeksi penduduk 2006 sebanyak
4.017.714 jiwa, tingkat kepadatan 2005 menjadi 70 jiwa per km.

3.1.4 Jumlah Penduduk Bekerja


Menurut BPS, angkatan kerja (employment) adalah yang siap terlibat dalam
kegiatan ekonomi produktif, dan dapat diserap pasar digolongkan pekerja;
worker atau employee, sedangkan golongan yang belum diserap adalah
unemployment..
Pekerja Provinsi Aceh
Pekerja pada tahun 2005 mengalami peningkatan 12,21% dari 1.320.757 jiwa,
pada 2006 menjadi 1.481.992 jiwa, pada 2007 sebanyak 1.643.227 jiwa.

Tabel 3-2: Trend Pekerja Wilayah Aceh Tahun 2005 – 2012


Percentag
Tahun Populasi M
e

1
161.23
2005 1.320.757
5
2006 1.481.992 12,21%
2007 1.643.227 10,88%
2008 1.804.462 9,81%
2009 1.965.697 8,94%
2010 2.126.932 8,20%
2011 2.288.167 7,58%
2012 2.449.402 7,05%
Sumber: Aceh Dalam Angka 2004, Prediksi 2007-2012
Jumlah penduduk bekerja 2005-2006 dihasilkan persamaan model trend linear,
dengan nilai mean 161.235. Model persamaan regresi, menghasilkan proyeksi
penduduk bekerja 2005:1.320.757 jiwa dan tahun 2006 sebesar 1.481.992 jiwa.

3.2 Kondisi Ekonomi Wilayah


Perkembangan Perekonomian Indonesia
Pertumbuhan ekonomi tahun 2006 mencapai 5,6% pada harga konstan atau
naik 0,5% dari 2005 yang hanya 5,1%. Secara nasional, pendapatan per kapita
mencapai Rp7.985.000 dibandingkan dengan Rp7.673.000 tahun 2004.

Tabel 3-3
Pendapatan Per Capita Indonesia: 2005-2008
Percenta
Tahun Value ge M
7.673.0 312.0
2005 00 00
7.985.0
2006 00 4,07%
8.297.0
2007 00 3,91%
8.609.0
2008 00 3,76%
Sumber: Aceh Dalam Angka 2004, Prediksi 2006-2007

Pengangguran meningkat, menjadi 10.84% (11.6 juta) dibandingkan dengan


tahun 2004 sebesar 9.41%, pertambahan lebih dari satu juta pada 2005.
Antisipasinya adalah mengembangkan potensi lembaga keuangan dan bisnis
lebih luas, menyerap tenaga kerja dan menumbuhkan bisnis.

Perkembangan UMKM
PBB menjadikan 2005 sebagai tahun pengembangan UMKM dan diharapkan
pada 2015 tingkat kemiskinan di dunia turun 50%. Pemerintah Indonesia pun
ikut menargetkan dari 16% menjadi 8,2%, dan pengangguran dari 9,7%
menjadi 5,1% pada 2009. Sejalan dengan itu, Bank Indonesia telah memperkuat
fungsi intermediasi perbankan untuk UMKM dengan empat pendekatan yaitu:
Bantuan teknis: training dan pengembangan sistem informasi UMKM;
Pengembangan kelembagaan: Kerjasama lembaga internasional seperti Swiss
Contact, IFC dengan mendirikan PEAC (Promoting Enterprise Access to Credit);
Kebijakan perkreditan untuk UMKM: kebijakan kredit untuk Aceh.
Mendorong kerjasama UMKM dengan Pemerintahan: kerjasama dengan
Pemerintah Switzerland, yang telah memberikan kredit sebesar US$ 100 juta
untuk UMKM melalui beberapa bank di Indonesia.

2
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
PDRB adalah kemampuan suatu daerah menghasilkan pendapatan kepada
faktor-faktor produksi, termasuk peranan sektor ekonomi dalam produksi
barang dan jasa dalam satu tahun. Analisis ini membutuhkan statistik
pendapatan regional berkala, tentang:
Tingkat pertumbuhan ekonomi regional maupun sektoral
Struktur ekonomi suatu daerah berdasarkan sasaran sumbangan dan peranan
tiap sektor terhadap pendapatan secara keseluruhan.
Tingkat kemakmuran suatu daerah lebih berimbang apabila adanya balancing
tingkat pertumbuhan ekonomi dan perkembangan penduduk.
Perubahan harga secara agregatif tertimbang, sehingga tercermin tingkat
inflasi.
Potensi ekonomi adalah klarifikasi potensi pendapatan per kapita masyarakat,
selisih keperluan komsumsi dan simpanan atau tabungan bank, sebagai
kebutuhan sekunder.
Income per Capita Aceh dan Banda Aceh
Dari input data real 2002-2004, dan bila dipadukan dengan trend linear
perkembangan s.d 2010 dapat dianalisis seperti table 3-4.
Tabel 3-4
Income Per Capita Aceh dan Banda Aceh
Aceh Kota Banda Aceh
Tahu
n Value % M Value % M
420.1 5.818. 649.5
5.154.450
2002 69 334 07
8,15 6.467. 11,16
5.574.619
2003 % 841 %
10,81 6.971. 7,78
6.176.996
2004 % 118 %
7,79 7.571. 8,62
6.657.901
2005 % 882 %
7,68 8.148. 7,61
7.169.174
2006 % 274 %
7,13 8.724. 7,07
7.680.447
2007 % 666 %
6,66 9.301. 6,61
8.191.720
2008 % 058 %
6,24 9.877. 6,20
8.702.993
2009 % 450 %
5,87 10.453. 5,84
9.214.266
2010 % 842 %
Sumber: Aceh Dalam Angka 2004, Prediksi 2005-2010
Proyeksi pendapatan per capita tahun 2006 di Aceh, berdasarkan harga berlaku
(ADHB) tahun 2004 mencapai Rp2.777.985 atau mengalami pertumbuhan
6,86% dibandingkan 2003 sebesar Rp2.767.993. Ini menunjukkan pertumbuhan
positif tingkat kemajuan ekonomi masyarakat.
Income per Capita Kota Banda Aceh. Perkembangan PDRB Kota Banda Aceh
yang jauh berada di atas PDRB Aceh: Rp6.971.118 (11:16%) dibanding
Rp6.176.996 (10.81%), maka progressive value di kota ini menampakkan
peluang market yang signifikan.

Tabel 3-5
Konsumsi per Capita Aceh

1
Konsumsi per kapita dihitung berdasarkan data konsumsi rumah tangga dibagi
dengan angka rata-rata jumlah anggota keluarga; setiap rumah tangga dihitung
4 jiwa. Perkembangan konsumsi per kapita pada tabel di atas dapat dibuat
persamaan deret waktu untuk menghitung perubahan proyeksi konsumsi tahun
2005-2010 mencapai Rp3.110.111 atau 3.73% dari pendapatan per kapita.
Konsumsi per Capita Kota Banda Aceh
Adapun tingkat konsumsi masyarakat ditabulasikan dalam perhitungan
percapita tabel berikut.

Tabel 3-7:Trend Income & Konsumsi Per Capita Kota Banda Aceh
Tahun Income % Konsumsi %
7.571.8 1.892.97
2005
82 1
8.148.2 2.037.06 7,61
2006 7,61%
74 9 %
8.724.6 2.181.16 7,07
2007 7,07%
66 7 %
9.301.0 2.325.26 6,61
2008 6,61%
58 5 %
9.877.4 2.469.36 6,20
2009 6,20%
50 3 %
10.453.8 2.613.46 5,84
2010 5,84%
42 1 %
Sumber: Aceh Dalam Angka 2004, Prediksi 2004

Persamaan deret waktu untuk menghitung tingkat konsumsi tahun 2005-2006,


di mana tingkat konsumsi masyarakat meningkat 7,61% pada 2006 dari nilai
Rp1.892.971 tahun 2005
Potensi Bisnis di Aceh
Hasil survey dan interview para pedagang, karyawan dan pengusaha kecil dan
jasa, dominan mengharapkan fasilitas kredit dan menyambut baik kehadiran
investor untuk pengembangan usaha, termasuk CV Sukma Jaya.

Tabel 3-8
Jumlah Pekerja Menurut Profesi
Kota Banda
No. Profesi Aceh
Aceh
1 PNS dan Karyawan 22.337 8.852
2 Dosen & Guru 25.651 9.200
3 Perdagangan 4.803 4.824
4 Pertanian 26.141 561
5 Usaha Kecil 22.625 11.026
Jumlah 101.557 34.463
Sumber: Aceh Dalam Angka 2007, Prediksi 2004
Berdasarkan data statistik yang diolah dari Aceh Dalam Angka 2007, dapat
disajikan jumlah pekerja berdasarkan lapangan usahanya. Mengingat tidak
tersedianya data pembanding (time series data), maka digunakan asumsi
bahwa jumlah pekerja tahun 2006 sama dengan tahun 2005.

2
3
Perkembangan Ekonomi Makro Aceh
Berdasarkan proyeksi Bank Indonesia Banda Aceh, trend pertumbuhan negative
ekonomi Aceh masih berlanjut, karena termasuk sektor migas. Pertumbuhan
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dengan migas pada 2009 diproteksikan
minus 3,82%, dimana nominal PDRB Aceh atas harga konstan (ADHK) 2000
adalah Rp31,68 triliun.
Bila diihat dari sektor investasi memang menglami pertumbuhan yang relative
tinggi, mencapai 15,75%, tetestasi api pertumbuhan triwulan masih negative,
minus 5,33%. Investasi significant adalah berbentuk personal, karena dukungan
kredit investasi dan modal kerja. Sedang investasi skala benar masih berada
pada tahap planning, karena persoalan realisasi atas begitu banyak MoU yang
sudah ditandatangani. Faktor penghambat utama adalah masalah brokrasi.
Dilihat dasi konsumsi rumah tangga, belanja pemerintah dan net ekspor
menjadi andalan penopang sebagai penyumbang cukup besar. Nilai PDRB total
konsumsi diprediksikan mencapai 64,79%, dan 20,9% didapat dari nilai net
ekspor. Pertumbuhan konsumsi rumah tangga diprediksikan tetap meningkat,
pertumbuhan tahunan mencapai 12,52%.
Pertanian
Trend perkembangan yang cukup tinggi adalah sektor pertanian, di mana
pertumbuhan secara general mencapai 5,62%, karena factor alam dan hama.
Namun terlihat dominant pada pertumbuhan subsector tanaman bahan
makanan yang mencapai 12,2%.
Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR)
Sektor ini menduduki peringkat kedua PDRB Aceh, walau berada pada 1,09%
rate of growth pada 2009 lalu. Sektor ini menjadi andalan utama daerah
perkotaan seperti Kota Banda Aceh, karena merupakan total transaksi
perdagangan sebagai andalan pemasukan daerah.
Service
Sektor jasa, kendati berada pada level ketiga PDRB Aceh, pertumbuhan tahunan
4,71% cukup wajar dilihat dari kemampuan pemerintah dan lembaga keuangan
baik bank maupun non bank yang belum menemukan solusi maksimal untuk
mencapai target pendapatan andalan di bidang jasa ini. Belum bergeraknya
system pemolaan dan panduan bidang jasa membuat penerimaan bidang ini
stagnant. Inilah yang mendorong CV Sukma Jaya merancang system bisnis
multiservice, yang konotasinya bukan semata untuk kepentingan pribadi,
melainkan untuk pertumbuhan ekonomi secara lebih luas.

Penghimpunan dan Penyaluran Dana Bank


Bank Pemerintah dan Swasta
Penghimpunan dana
Dana yang dihimpun bank, terdiri dari data real ditempatkan pada
2003-2005 dengan background abu-abu, selebihnya prediksi trend linear.

Tabel 4-4
Deposito dan Tabungan Bank Pemerintah dan Swasta
(jutaan rupiah)
Bank Pemerintah Bank Swasta
Tahu
n Tabunga Tabunga
Deposito % n % Deposito % n %

1
1.074.6 2.244.8
2003 43 90 288.438 598.883
1.185.1 10,28 2.887.2 28,62 -
2004 37 % 95 % 288.81 0,13% 572.478 4,41%
1.893.1 59,74 3.284.1 13,74 172,98 23,13
2005 93 % 11 % 788.382 % 704.882 %
2.202.8 16,36 3.844.6 17,07
2006 74 % 53 % 955.154 21,15% 731.413 3,76%
2.612.1 18,58 4.364.2 13,52 1.205.1
2007 49 % 64 % 26 26,17% 784.413 7,25%
3.021.4 15,67 4.883.8 11,91 1.455.0
2008 24 % 74 % 98 20,74% 837.412 6,76%
3.430.6 13,55 5.403.4 10,64 1.705.0
2009 99 % 85 % 70 17,18% 890.412 6,33%
3.839.9 11,93 5.923.0 9,62 1.955.0
2010 74 % 95 % 42 14,66% 943.411 5,95%
Sumber: SEKDA BI Banda Aceh, 2006

Trend simpanan Bank Pemerintah juga fluktuatif, deposito meningkat 59,74% tahun
2005 dengan nilai 1,89 triliun, sementara tabungan lebih tinggi pada tahun 2004, yaitu
28,62% atau 3,28 triliun rupiah.
Trend simpanan Bank Swasta tampaknya meningkat drastis, dimana deposito
meningkat sampai 172.98% tahun 2005 dengan nilai 788 milliar rupiah,
sementara tabungan lebih tinggi pada 2004, yaitu mencapai 23,13% atau 704
milliar rupiah. Table di atas (4-4 dan 4-5) terbukti bahwa Bank Pemerintah
dominant memilih tabungan, sedangkan Bank Swasta Nasional lebih interest
pada deposito.
Penyaluran Dana
Distribusi dana perbankan Provinsi Aceh pada periode 2003-2005
sebesar 6,673 trilliun itu mengalir ke berbagai sektor, detailnya tabel berikut.

Tabel 4-6
Distribusi Dana ke Berbagai Sektor Pembangunan Provinsi Aceh
(jutaan rupiah)

Nilai Faktual Nilai Prediktif


No Keterangan
2003 2004 2005 2006 2007 2008
1 Pertanian 151.469 108.890 190.814 189.736 209.409 229.081
2 Pertambangan 2.456 111 381 (1.092) (2.130) (3.167)
3 Perindustrian 16.287 12.362 17.165 16.149 16.588 17.027
Listrik, Gas &
4 1.118 33 659 144 (85) (315)
Air
5 Konstruksi 60.743 48.320 54.648 48.475 45.428 42.380
Perdagangan,
6 Hotel & 263.924 361.753 417.685 501.548 578.429 655.309
Restaurant
Pengangkutan,
7 Pergudangan & 17.797 2.517 21.552 17.710 19.588 21.465
Komunikasi
8 Dunia Usaha 54.551 17.043 67.231 58.955 65.295 71.635
Sosial
9 15.857 77.369 18.876 40.386 41.896 43.405
Masyarakat

1
1.044.8 1.421.4 1.751.30 2.092.84 2.434.38
10 Lain-lain 738.366
70 46 7 7 7
Sumber: SEKDA BI Banda Aceh, 2009

Kendati sector pertanian menjadi prioritas utama, optimal dana yang


terserap hanya 8.63% atau 180.8 milliar pada 2005. Asumsi basis
pengembangan usaha bidang pertanian hanya bertumpu pada investasi short
period, hanya terjadi cash-flow pada pengembangan infrastruktur.
Peluang pengembangan ekonomi mikro berkisar antara Rp67,2-71,6
miliar yang kemungkinan besar tidak terserap. Prospektif investasi dunia usaha,
menggerakkan sector ril tjelas belum maksimal.

Tabel 4-7: Distribusi Dana ke Berbagai Sektor Pembangunan Provinsi Aceh, 2005

No Keterangan Nilai Pct


190.76
1 Pertanian 8,63%
2
44
2 Pertambangan 0,02%
2
17.24
3 Perindustrian 0,78%
2
66
4 Listrik, Gas dan Air 0,03%
3
54.59
5 Konstruksi 2,47%
8
417.77
6 Perdagangan, Hotel & Restaurant 18,90%
6
Pengangkutan, Pergudangan & 21.66
7 0,98%
Komunikasi 2
67.19
8 Dunia Usaha 3,04%
8
18.78
9 Sosial Masyarakat 0,85%
9
1.421.32
10 Lain-lain 64,30%
4
2.210.45 100,00
Total
7 %
(dalam jutaan rupiah)
Sumber: SEKDA Bank Indonesia Banda Aceh, 2006

Strategi absorbsi pada sektor lain-lain adalah konservatif, dimana sektor dunia
usaha sebagai top priority terkesan monoton sebagai prioritas investasi.

Bank Perkreditan Rakyat Syariah


Penghimpunan Dana
Mari kita perhatikan apakah sales dan multi-serviceyang dilakukan pihak BPRS
untuk mendukung achievement perbankan semata, atau mengandung makna
hakiki dalam membangun partnership dengan komitmen profit sharing yang
harmonis. Di samping, proses ini dapat mengukur dan membandingkan tingkat
profesionalisme dalam membangun banking system yang relevan.

Tabel 4-8: Trend Perkembangan Simpanan BPRS Provinsi Aceh, 2006

1
(jutaan rupiah)
Tahu
Deposito % Tabungan %
n
2004 4.181,00 9.490,00
2005 5.025,00 20,19% 10.084,00 6,26%
2006 5.540,00 10,25% 12.164,00 20,63%
2007 6.274,33 13,26% 13.253,33 8,96%
2008 6.953,83 10,83% 14.590,33 10,09%
2009 7.633,33 9,77% 15.927,33 9,16%
2010 8.312,83 8,90% 17.264,33 8,39%
2011 8.992,33 8,17% 18.601,33 7,74%
Sumber: SEKDA Bank Indonesia Banda Aceh, 2006
Nilai equity pada community saving, deposito dan tabungan
mempunyai rasio 1:2, peningkatan 20.63% tabungan pada 2006 yang mencapai
nilai 12.164 milliar relative significant dan investment BPRS pun cukup progresif.
Nilai deposito berada pada Rp5.025 milliar atau 20.19% tahun 2005 menurun
10.25% atau Rp5.540 milliar sampai 2006 – maka stabilitas cash-flow dan
investment BPRS masih menuju pada level progresif.
b. Penyaluran Dana
Proporsi BPRS sangat mendukung achievement operasional perbankan syariah,
dimana dana dari masyarakat tidak dominant diprioritaskan pada sector
konsumtif.
Tabel 4-9
Trend Perkembangan Kredit BPRS Provinsi Aceh, 2006
(jutaan rupiah)
Tahu Investa Konsum
Modal Kerja % % %
n si si
2004 5.840 446 3.566
-
29,7 174,2
2005 7.579 1.223 1.878 47,34
8% 2%
%
18,2 64,19 24,39
2006 8.962 2.008 2.336
5% % %
-
18,0 38,83
2007 10.582 2.788 1.363 41,64
8% %
%
-
14,7 28,02
2008 12.143 3.569 748 45,11
5% %
%
-
12,8 21,88
2009 13.704 4.350 133 82,18
5% %
%
-
11,3 17,96
2010 15.265 5.131 (482) 461,25
9% %
%
10,2 15,22 127,68
2011 16.826 5.912 (1.097)
3% % %
Sumber: SEKDA Bank Indonesia Banda Aceh, 2006
Jumlah kredit yang berhasil disalurkan BPRS di Aceh sampai tahun
2006 adalah Rp13.3 milliar, mengalami kenaikan sebesar 24.58% dibanding
tahun 2005 yang berjumlah Rp10.6 milliar. Penyaluran dana di sector investasi
cukup dominant, dengan 64.19% pertumbuhan dan disusul dengan sector

2
konsumsi 24.39%, lebih dominant modal kerja yang mencapai Rp8.9 milliar
pada 2006.
Lembaga Keuangan Mikro di Aceh
Perkembangan lembaga keuangan non bank ini di beberapa kota dan
kabupaten menunjukkan adanya signal ke arah prospective value, menurut
survey sebuah NGO bahwa ada Badan Usaha Koperasi yang sudah menerapkan
system manajemen modern dan bisnis mereka berkembang pesat, walau masih
terbatas operasionalnya kepada anggota saja.

Tabel 4-10
Lembaga Keuangan Non Bank (Koperasi) Provinsi Aceh, 2006
(jutaan rupiah)
N Nilai Faktual
Keterangan
o 2004 2005 2006
4.
1 Koperasi 872
423.
2 Jumlah Anggota 061
159. 176. 207.
3 Jumlah Simpanan 914 737 083
1.
4 Cadangan 646
5 Dana Lain
Penyaluran 182. 198. 246.
6 Pinjaman 898 261 994
222.
7 Volume Usaha 598
16.
8 Sisa Hasil Usaha 458

Komparasi dan prediksi pertumbuhan keuangan belum dapat dilakukan


lebih valid, karena distribusi data per tahun tidak komplit, sehingga
pertumbuhan lembaga keuangan non bank ini diasumsikan relative sama
dengan perkembangan BPRS, dengan tingkat pertumbuhan 10,52% tahun 2005
dan 17,17% tahun 2006.

Potensi Bisnis Kota Banda Aceh


Bank Umum
Penghimpunan dana
Pertumbuhan positif dalam bentuk tabungan dan deposito masyarakat
Kota Banda Aceh pada bank umum terjadi pada kisaran 34.62% Rp477.5 milliar
tahun 2005 menjadi Rp642 milliar tahun 2006. Pengaruh pertumbuhan pada
tahun 2006 ini lebih disebabkan oleh meningkatnya nilai deposito sampai
60.49% dari total dana Rp67 milliar tahun 2005 menjadi Rp108.5 milliar tahun
2006. Selanjutnya, simpanan dalam bentuk tabungan juga menunjukkan trend
peningkatan, 20.33% dari total tabungan Rp409.8 milliar tahun 2005 dan
berada pada posisi Rp534.3 milliar tahun 2006, bandingannya, lihat tabel
berikut.

Tabel 4-11
Perkembangan Simpanan Masyarakat pada Bank Umum
Kota Banda Aceh
(jutaan rupiah)

3
Tahu
n Deposito % Tabungan %
372.49
2004 60.981 8
10,90 409.88 10,04
2005 67.627
% 2 %
60,49 534.33 30,36
2006 108.537 % 2 %
16,65 600.73 12,43
2007 126.604 % 8 %
18,78 681.65 13,47
2008 150.382 % 5 %
15,81 762.57 11,87
2009 174.160 % 2 %
13,65 843.48 10,61
2010 197.938 % 9 %
12,01 924.40 9,59
2011 221.716 % 6 %
Sumber: Sekda Bank Indonesia, Banda Aceh, 2007

Proyeksi perkembangan simpanan bank umum Kota Banda


Aceh dengan analisa trend linear, pada 2007 secara nominal mengalami
pertumbuhan yang positif, yaitu 16.65% dan akan berada pada posisi Rp126.6
milliar, bahkan dalam jangka lima tahun ke depan, 2011 masih berada pada
kisaran 12%.
Penyaluran dana
Penyaluran kredit usaha kecil yang dilakukan bank umum Kota Banda
Aceh sampai tahun 2006 mengalami pertumbuhan positif, dari 377 milliar tahun
2005 meningkat 74.75% menjadi 504 milliar tahun 2006. Di sini dapat
diprediksikan bahwa peningkatan tersebut akan mendekati satu trilliun tahun
2009, berdasarkan data real 2005-2006, dan trend perkembangan kredit sampai
tahun 2009 seperti tabel berikut.

Tabel 4-12
Perkembangan KUK Bank Umum Kota Banda Aceh
Menurut Sektor Ekonomi
(jutaan rupiah)
Nilai Faktual Nilai Prediktif
No Keterangan
2005 2006 2007 2008
1 Pertanian 10.511 17.189 21.954 27.197
2 Pertambangan - - -
3 Industri 8.815 10.424 13.398 16.030
4 Listrik, Gas - - -
5 Konstruksi 1.584 3.578 1.725 834
130.39 165.90 204.79
6 Perdagangan 81.377 2 8 9
7 Angkutan 2.161 2.067 3.326 4.246
8 Dunia Usaha 5.515 5.775 6.206 6.594
(23.580 (41.416
9 Sosial 144 229 ) )
264.94 332.73 417.66 498.30
10 Lainnya 9 1 1 4
Jumlah 377.06 504.39 608.60 718.59

4
1 1 4 7
Sumber: Sekda Bank Indonesia, Banda Aceh, 2007

Penyaluran kredit KUK yang dilaksanakan bank umum Kota Banda


Aceh lebih dominan pada sektor perdagangan atau dunia usaha, selain sektor
yang tidak terdaftar dalam kelompok di atas. Kemudian, sektor industri dan
dunia usaha, masing-masing berada pada posisi kedua dan ketiga. Lebih rinci
mengenai komposisi penyaluran dana untuk usaha kecil, lihat tabel berikut.

Tabel 4-13
Komposisi KUK Bank Umum Kota Banda Aceh Menurut Jenis Penggunaan
(jutaan rupiah)
Tahu Modal
Investasi % % Konsumtif %
n Kerja
66. 44. 171.
2004
319 638 445
98. 48,56 13. - 263. 53,62
2005
521 % 155 70,53% 380 %
151. 53,83 18. 332. 26,33
2006 37,64%
557 % 107 721 %
-
190. 25,83 (1. 417. 25,37
2007 106,80
704 % 231) 125 %
%
233. 22,35 (14. 1077,6 497. 19,33
2008
323 % 497) 2% 763 %
275. 18,27 (27. 578. 16,20
2009 91,51%
942 % 762) 401 %
318. 15,44 (41. 659. 13,94
2010 47,78%
561 % 028) 039 %
361. 13,38 (54. 739. 12,24
2011 32,33%
180 % 293) 677 %
Sumber: Sekda Bank Indonesia, Banda Aceh, 2007

Kredit konsumtif menduduki ranking pertama penyalurannya,


meningkat 52% pada tahun 2005 dan pada periode 2006 bertambah 26.33%.
Sementara kredit investasi menempati urutan kedua, dimana pada posisi 2005
meningkat 48,56% dan pada posisi 2006 mencapai puncak 53.83%. Menyangkut
modal kerja, kucuran dananya relative fluktuatif, dimana pada 2004 mencapai
44.6 milliar turun drastis mencapai titik minus 70.53% pada posisi 2005,
kemudian mengalami perubahan pada 2006 sebesar 37.26% dari posisi tahun
sebelumnya.
Dari ketiga jenis kredit di atas, dapat diproyeksikan bahwa kredit
investasi dan konsumtif berada pada posisi perkembangan yang normal,
sementara kredit modal kerja yang diprioritaskan bank umum cenderung
merosot. Fakta ini menunjukkan bahwa peran BPRS berpeluang besar dalam
mengembangkan fasilitas kredit modal kerja sebagai sasaran utama merebut
pasar.

Bank Perkreditan Rakyat


Penghimpunan dana
Keadaan dana masyarakat dalam bentuk tabungan dan
deposito yang berhasil dihimpun BPR Kota Banda Aceh mempunyai prospek
perkembangan yang positif. Kendati tabungan menduduki posisi teratas, namun
simpanan dalam bentuk deposito pun menunjukkan posisi yang prospektif.

5
Tabel 4-14
Perkembangan Simpanan Masyarakat Kota Banda Aceh pada BPR
(jutaan rupiah)
Tahu
Deposito % Tabungan %
n
15.41
2003 4.963
9
17.69
2004 5.204 4,86% 14,74%
1
45.20
2005 11.880 128,29% 155,51%
2
55.88
2006 14.266 20,08% 7 23,64%
70.77
2007 17.725 24,24% 9 26,65%
85.67
2008 21.183 19,51% 0 21,04%
100.56
2009 24.642 16,33% 2 17,38%
115.45
2010 28.100 14,04% 3 14,81%
Sumber: Sekda Bank Indonesia, Banda Aceh, 2007

Simpanan masyarakat pada bank BPR tahun 2003-2005 berkermbang


progressif, di mana pada 2005 mencapai target maksimal, di atas 125%. Trend
proyeksi perkembangan kontinuitas pun berada di atas 14% s.d tahun 2004,
dimana deposito diprediksikan berada pada posisi Rp28 milliar dan simpanan
dalam bentuk tabungan berada pada kisaran Rp115 milliar pada 2010.
Penyaluran dana
Pertumbuhan kredit pada BPR Kota Banda Aceh cukup signifikan,
terutama pada posisi kredit investasi yang mencapai 176,56% pada 2004 dan
meningkat lebih dari 10 kali lipat pada tahun 2005. Sebaliknya, pada posisi
kredit konsumtif mengalami peningkatan pada 2004 dan menurun pada 2005,
sedangkan kredit modal kerja meningkat 22.7% pada 2004, lihat tabel berikut.

Tabel 4-15
Perkembangan Kredit BPR Kota Banda Aceh
(jutaan rupiah

Tahu Modal Konsumt


Investasi % % %
n Kerja if
46.0
2003
64 66 976
176,5 56.2 22,07 15. 1537,
2004
177 % 31 % 984 7%
-
19. 10958 19.5 51. 221,6
2005 65,19
574 % 74 405 0%
%
-
26. 33,42 14.1 27,80 73. 42,43
2006 115 % 32 % 217 %
2007 35. 37,35 - 98. 34,44
870 % 886 93,73 432 %

6
%
-
45. 27,20 (12.3 1495,6 123.6 25,62
2008 625 % 60) % 46 %
55. 21,38 (25.6 107,17 148.8 20,39
2009 380 % 06) % 61 %
65. 17,61 (38.8 51,73 174.0 16,94
2010 135 % 52) % 75 %
Sumber: Sekda Bank Indonesia, Banda Aceh, 2007

Mencermati distribusi data di atas, penyaluran kredit modal kerja pada


BPR Kota Banda Aceh menempati posisi pertama pada 2004 dengan tingkat
pencairan mencapai 56,2 milliar. Sedangkan situasi kredit konsumtif berada
pada posisi kedua pada 2004 dan ranking pertama pada 2005.
Keadaan kredit modal kerja diprediksikan akan mengalami kondisi
mundur sampai 2010. Trend ini menunjukkan bahwa perlu adanya bank yang
mampu mengintervensi perluasan pasar dengan menekankan pengembangan
kredit jenis modal usaha sebagai produk utama, dibandingkan kredit konsumtif.
Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS)
Penghimpunan dana
Menurut data terakhir, bahwa ada dua bank syariah yang beroperasi di Kota
Banda Aceh, yaitu Bank Syariah Mandiri yang berlokasi di Jalan Ahmad Yani 1- 2
Banda Aceh dan Bank Muamalat yang mulai beroperasi Agustus 2006,
keduanya merupakan Kantor Cabang.
Adapun mengenai simpanan masyarakat Kota Banda Aceh dalam
bentuk tabungan dan deposito di Bank Perkreditan Rakyat Syariah pada tahun
2006 mengalami pertumbuhan yang positif, yaitu sebesar 49.83% atau naik dari
Rp3.7 milliar pada tahun 2005 menjadi Rp5.4 milliar tahun 2006. Pertumbuhan
pada tahun 2005 ini sebagai dampak peningkatan jumlah deposito sebesar
49.83% atau meningkat dari Rp1.2 milliar pada tahun 2005 menjadi Rp1.8
milliar. Sedangkan tabungan, tahun 2005 mengalami peningkatan 27.81% atau
meningkat dari Rp2.5 milair tahun 2005 menjadi Rp3.2 milliar tahun 2006,
sebagaimana tabel berikut.

Tabel 4-16
Perkembangan Simpanan BPRS Kota Banda Aceh
(jutaan rupiah)
Tahu Tabunga
Deposito % %
n n
2005 1.212 2.524
2006 1.816 49,83% 3.226 27,81%
2007 2.420 33,26% 3.928 21,76%
2008 3.024 24,96% 4.630 17,87%
2009 3.628 19,97% 5.332 15,16%
2010 4.232 16,65% 6.034 13,17%
2011 4.836 14,27% 6.736 11,63%
Sumber: Bank Indonesia Banda Aceh, 2009

Berkenaan dengan komposisi simpanan dalam bentuk tabungan dan


deposito sampai 2006 jelas diminati masyarakat di Kota Banda Aceh, terbukti
bahwa jumlah simpanan dalam bentuk tabungan mencapai Rp3.2 milliar atau
27.81% dari total simpanan, sedangkan simpanan jenis deposito sebesar Rp1.8

7
milliar atau 49.83%. Fakta tersebut dapat diproyeksikan bahwa pertumbuhan
simpanan BPRS Kota Banda Aceh relatif mencapai tingkat progesif, dimana pada
tahun 2007 simpanan deposito diasumsikan mencapai peningkatan sampai
33.26%, dan deposito akan tetap bertahan pada posisi teratas, yaitu 14.27%
sampai 2011. Sementara tabungan tampaknya mengalami perkembangan yang
relative rendah dibandingkan deposito, dari 21,76% pada 2007 menjadi 11,63%
pada 2011.
Penyaluran dana
Berdasarkan hasil survey yang telah dilakukan di lapangan
menunjukkan bahwa probabilitas perkembangan BPRS Kota Banda Aceh cukup
prospektif. Pada akhir tahun buku 2006 tercatat bahwa pertumbuhan simpanan
mencapai 52.08% dengan nilai Rp6,11 milliar, seperti tabel berikut.

Tabel 4-17
Perkembangan Kredit BPRS Kota Banda Aceh
(jutaan rupiah)
Tahu Tabung
Deposito % %
n an
1.21 2.7
2005
4 51
1.55 3.4
2006 28,17% 25,23%
6 45
1.89 4.1
2007 21,98% 20,15%
8 39
2.24 4.8
2008 18,02% 16,77%
0 33
2.58 5.5
2009 15,27% 14,36%
2 27
2.92 6.2
2010 13,25% 12,56%
4 21
3.26 6.9
2011 11,70% 11,16%
6 15
Sumber: Bank Indonesia Banda Aceh, 2009

Komposisi tabungan dan deposito sampai posisi 2006 menunjukkan trend


perkembangan yang relative berimbang, dimana deposito mencapai 28.17%
dengan nilai Rp1.55 milliar dan tabungan mencapai posisi 25.23% dari Rp3.44
milliar. Proyeksi perkembangan deposito lima tahun akan datang mencapai
Rp3.26 milliar dan tabungan Rp6.91 milliar dengan persentasi perkembangan
pada 2011 masing-masing 11.79% dan 11.16%.
Perkembangan Lembaga Keuangan Mikro
Koperasi sebagai lembaga keuangan non bank merupakan partner dan
sekaligus pesaing bank dalam aktivitas penghimpunan dan penyaluran dana
masyarakat.
Tabel 4-18
Keadaan Koperasi Simpan Pinjam Kota Banda Aceh
(jutaan rupiah)
Nilai Faktual Nilai Prediktif
N
Keterangan 200 200 200 200
o 2004 2009
5 6 7 8
5 6 7 7 8
1 Jumlah Koperasi 52
4 5 0 7 3
2.06 2.47 3.0 3.00 3.48 3.96
2 Jumlah Anggota
4 5 25 2 2 3

8
Jumlah 1.05 1.05 1.19 1.33
3 780 921
Simpanan 6 7 5 3
4 Cadangan 10 18 17 22
8 27
5 Dana Lain
Penyaluran 1.01 1.52 1.45 1.77 2.08
6 892
Pinjaman 4 1 7 1 6
1.08 1.25 1.68 1.63 1.93 2.23
7 Volume Usaha
6 8 0 8 5 2
8 SHU 80 102 149 145 179 214
Sumber: Kantor Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Banda Aceh,
2007
Pertumbuhan simpanan koperasi dalam bentuk simpan pinjam mencapai
11.30% tiap tahun (lihat lampiran 5) dengan nilai simpanan pada 2006
mencapai Rp1.05 milliar. Berdasarkan perkembangan tersebut dapat
diproyeksikan, bahwa simpanan masyarakat yang dapat diserap koperasi
sampai 2010 mencapai Rp1.33 milliar dan tingkat penyaluran kredit mencapai
Rp2.08 milliar.

2
Status dan Lokasi Kantor
Status Kantor CV Sukma Jaya
Pihak management telah melakukan planning penggunaan gedung untuk
operasional CV Sukma Jaya selama tiga tahun pertama dalam bentuk sewa.
Urgensi status rental adalah economize, dimana modal disetor untuk
kepentingan investasi tidak mubazir, sehingga working capital berada pada
posisi yang relatif strategis.
Sangatlah bijak bila alokasi dana ini dipertahankan guna memperkokoh working
capital CV Sukma Jaya. Dampak positif adalah sebagai proses penguatan cash-
flow dan debit perusahaan pada pemberian modal kerja nasabah sebagai
prioritas utama.
Lokasi Kantor CV Sukma Jaya
Planning pemilihan lokasi kantor yang strategis menjadi focus utama
mengingat inisiatif ini sebagai proses penggalangan psychological advertising
yang lebih jitu. Kecamatan Baiturrahman termasuk wilayah Kota Banda Aceh
adalah pusat transaksi bisnis, maka layak menjadi lokasi kantor CV Sukma Jaya.
Latar Belakang Pemilihan Lokasi
Pemilihan lokasi kantor sebagai memudahkan kegiatan operasional perusahaan
didasari pada beberapa alternative pemikiran.
Potensi bisnis jelas dengan adanya relasi pengusaha kecil dan besar yang
prospektif sebagai partner usaha multi-service & interior
Para pengurus CV Sukma Jaya, telah mengidentifikasi karakter dan potensi
masyarakat selama dan sebelum adanya usaha CV Sukma Jaya.
Kebutuhan tenaga kerja diperkirakan warga sekitar lokasi, sehingga diharapkan
dapat berperan dalam penyerapan tenaga kerja.
Letak lokasi cukup strategis, karena berada di tengah lingkungan perdagangan,
perindustrian dan perkantoran, Lokasi strategis dapat berperan dalam efesiensi
dan efektifitas operasional CV Sukma Jaya,
Banyak masyarakat dan pengusaha yang berdomisili dan berusaha di sekitar
lokasi, maupun di daerah kabupaten dan kecamatan sekitar Kota Banda Aceh
yang menjadi target pasar CV Sukma Jaya yang potensial.
Investasi yang langgeng dan menguntungkan, secara idealis kehadiran CV
Sukma Jaya dapat berperan sebagai market center melalui manfaat multiplier
dan memberikan kontribusi positif untuk Kota Banda Aceh dan sekitarnya.
Berdasarkan pertimbangan tersebut di atas, lokasi yang dipilih sudah tepat dan
layak bagi pendirian CV Sukma Jaya baru.

Target Pasar
Potensi Sales Interior dan Accessories
Pendapatan per kapita dan jumlah penduduk sangat mempengaruhi
potensi omzet perusahaan, yang terdiri dari sales dan multi-service: sumber
utama CV Sukma Jaya sebagai optimalisasi peran mediator bisnis interior.

3
Potensi Provinsi Aceh
Berdasarkan perhitungan proyeksi pada bab di atas dapat diketahui:
Pendapatan per kapita tahun 2006 = Rp.6.976.584
Konsumsi per kapita tahun 2006 = Rp.3.167.707
Jumlah penduduk tahun 2006 = 4.167.677 jiwa

Tabel 5-1
Keadaan Simpanan Bank Provinsi Aceh dan Proyeksi Pertumbuhan
(jutaan rupiah)

Saving Growth
2005 2006 %
Description Projection
6.673.5 7.738.0
Bank Umum 15,95% 1.064.507
08 15
21.1 24.0
BPR 13,96% 2.949
26 75
15.1 17.7
BPRS -99,80% 2.595
09 04
176.7 207.0 1069,75
LKBB 30.346
37 83 %
Sumber: Bank Indonesia, Banda Aceh, 2007

Maka potensi dana yang beredar di Provinsi Aceh yang dapat disimpan tahun
2006 dapat dihitung dengan rumus: (ipc–bc) x tp (Income per capita –
household spent) x total population.

Menyangkut masalah total dana sebesar Rp15,8 trilliun apabila dikurangi


dengan pertumbuhan simpanan Rp1,1 trilliun menghasilkan sisa potensi saving
sebesar Rp14,7 trilliun yang menjadi potensi simpanan yang dapat digarap oleh
Bank Umum, BPR, BPRS maupun Lembaga Keuangan Non Bank baru yang akan
didirikan di wilayah Aceh.

Grafik 5:1 Potensi Simpanan Provinsi Aceh, 2008

5.2.2 Potensi Kota Banda Aceh


Berdasarkan proyeksi yang telah dipaparkan di atas, maka dapat dirincikan:
Pendapatan per capita tahun 2006 = Rp8.148.274
Konsumsi per capita tahun 2006 = Rp2.037.069
Jumlah penduduk tahun 2006 = 154.634 jiwa

Tabel 5-3
Keadaan Simpanan Bank Kota Banda Aceh dan Proyeksi Pertumbuhan
(jutaan rupiah)

4
Saving Tahun Growth
% Projection
Description
2005 2006
361. 484. 33,8
Bank Umum 901 278 % 122.377
3. 5. 35,3
BPR 726 042 % 1.316
3. 5. 26,1
BPRS 965 001 % 1.036
1. 0,0
LKBB 621 056 % 435
Sumber: Bank Indonesia, Banda Aceh, 2007

Berdasarkan distribusi data di atas, maka potensi dana yang beredar di


Kota Banda Aceh yang dapat disimpan tahun 2006 dapat dihitung dengan
rumus: (ipc–bc) x tp (Income per capita – household spent) x total population.

Tabel 5-4
Potensi Dana Beredar di Kota Banda Aceh dan Tingkat Pertumbuhan 2006
(jutaan rupiah)

N
Description Value
o
Rp
1 Income per capita
8.148.274
2 Household Spent Rp2.037.069
154.6
3 Total Population
34
Amount Rp945.000
Growth Projection 2006 Rp190.987
Rest of Potential Saving Rp754.013
Total dana simpanan potensial di Kota Banda Aceh pada tahun 2006
diperhitungkan berdasarkan selisih antara pendapatan per kapita dikurangi
kosumsi per kapita, menghasilkan potensi simpanan per kapita, kemudian
dikalikan dengan jumlah penduduk Kota Banda Aceh tahun 2006, sehingga
menghasilkan potensi dana simpanan tahun 2006 sebesar Rp754,01 milliar.
Pertumbuhan simpanan diproyeksikan diperhitungkan berdasarkan
selisih antara proyeksi dana simpanan tahun 2006 dikurangi dana simpanan
tahun 2005, hasil pengurangan tersebut merupakan dana yang terserap sebagai
simpanan di Bank Umum, BPR, BPRS maupun LKBB yang sudah ada di Kota
Banda Aceh pada tahun 2006, sebesar Rp190.98 milliar.
Adapun total potensi dana sebesar Rp945 milliar apabila dikurangi
dengan pertumbuhan simpanan sebesar Rp190.98 milliar menghasilkan sisa
potensi simpanan sebesar Rp754.01 milliar, yang merupakan potensi simpanan
yang dapat digarap oleh Bank Umum, BPR, BPRS dan LKBB baru yang akan
didirikan di wilayah Aceh pada tahun 2007, sehingga menghasilkan dana
simpanan Rp754.01 milliar.
Proyeksi simpanan Bank Umum, BPR, BPRS maupun Lembaga
Keuangan Non Bank (LKNB) di Aceh secara faktual dikalkulasikan berdasarkan
selisih antara proyeksi dana saving 2006 dikurangan simpanan 2005. Hasil
pengurangan tersebut merupakan dana yang terserap sebagai simpanan seperti
yang sudah di-record pada 2006 sebesar Rp190.987.

5
Berkenaan masalah total dana Rp945 milliar apabila dikurangi dengan
pertumbuhan simpanan Rp190.98 milliar menghasilkan sisa potensi saving
sebesar Rp754.01 milliar yang menjadi potensi simpanan yang dapat digarap
oleh Bank Umum, BPR, BPRS maupun Lembaga Keuangan Non Bank baru yang
akan didirikan di wilayah Aceh.
Grafik 5:2 Potensi Simpanan Kota Banda Aceh, 2008

Investsi dan Prospek pasar


Adapun yang menjadi sasaran inti dari aktivitas usaha sebagai prospek
investasi berdasarkan hasil survey diimplementasikan untuk Aceh dan Kota
Banda Aceh, yaitu:
Para pebisnis modern Aceh sebagai mewujudkan identitas usaha.
Kantor swasta, dominant membutuhkan interior baru atau maintenance.
Kantor pemerintahan, dominant maintenance.
Pegawai negeri dan karyawan swasta yang telah
Masyarakat kelas menengah.
Relasi pendiri dan pengurus yang berdomisili di Aceh dan wilayah Kota Banda
Aceh lhususnya
Strategi dan target sales
Kiranya perlu diimplementasikan beberapa strategi dalam rangka
pencapaian target usaha CV Sukma Jaya, antara lain:
Field service, untuk menggalang nasabah yang mempunyai planning tabungan
dan deposito.
Advertisement, melaksanakan promosi good-service dengan mendistribusikan
brosur tentang aspek win to win solution sebagai partnership.
Full service, melakukan layanan penuh kepada nasabah termasuk fasilitas,
teknologi dan service yang berbeda dengan bank lain.
Prospective value, memberikan margin yang menarik kepada nasabah.
Reward, menyediakan hadiah atau point khusus bagi deposan yang melakukan
customer-get-customer service.
Mind service, layanan nurani yang dimulai dari staff, karyawan dan keluarganya
untuk menggalang nasabah serta perusahaan group yang ada di Kota Banda
Aceh.

Distribusi Dana
Potensi dan market value kredit UKM Provinsi Aceh
Income utama BPR bersumber dari penyaluran kredit UKM yang
merupakan prospek usaha jangka panjang. Hal ini membutuhkan pola
management yang ekstra hati-hati dalam rangka pelaksanaan distribusi kredit
sebagai standard BPRS. Ada tiga segmen pasar yang prospektif dan perlu
dikembangkan di Provinsi Aceh, dengan menerapkan pola management modern
dalam penyaluran kredit UKM, yaitu: industri kecil dan rumah tangga, pedagang,
pegawai negeri dan karyawan.
Secara jelas, uraian ini dipaparkan dalam bab tiga, dimana terdapat
100.557 pekerja yang berpotensi menjadi target utama kredit UKM. Sebagai
asumsi dasar bahwa kebutuhan fasilitas kredit ini mampu mencapai 50% yang
dananya dapat diprioritaskan untuk modal kerja, investasi dan konsumtif.

6
Katakanlah, proyeksi kredit sebesar Rp25 juta per individu, maka total
kebutuhan kredit UKM di Provinsi Aceh seperti berikut.

Tabel 5-5
Asumsi Potensi dan Plafond Kredit 2006
(jutaan rupiah)

Potensi : 50%
Plafond : 25 juta
No
Profesi Populasi Total Potensi
.
PNS dan 22.33 279.2
1
Karyawan 7 13
25.65 320.6
2 Dosen & Guru
1 38
4.80 60.0
3 Perdagangan
3 38
26.14 326.7
4 Pertanian
1 63
22.62 282.8
5 Usaha Kecil
5 13
101.55 1.269.4
Jumlah
7 63

Adapun proyeksi pertumbuhan KUK dan kredit BPR, BPRS dan LKBB
tahun 2005-2006 dalam wilayah Provinsi Aceh dapat dianalisa tabel berikut.
Tabel 5-6
Proyeksi Pertumbuhan Kredit di Provinsi Aceh
(jutaan rupiah)

Growth
Fasilitas
Tahun % Projectio
Kredit
n
2005 2006 %
2.210.45 2.623.32 412.86
Bank Umum 7 0 18,7% 3
13
BPR 24.527 24.661 0,5% 4
2.62
BPRS 10.680 13.306 24,6% 6
198.26 246.99 48.73
LKBB 1 4 0,0% 3
464.35
Jumlah Pertumbuhan Kredit 43,8%
6

Perhitungan dimaksud dilakukan atas dasar potensi kredit UKM di


Provinsi Aceh tahun 2006, dengan cara mengalikan total pekerja potensial
dengan plafond kredit UKM rata-rata dan dikalikan dengan 50% asumsi kredit,
sehingga menghasilkan potensi kredit sebesar Rp1.269 milliar.
Perhitungan dimaksud berdasarkan rumus: TP Rp1.269.463 – GP
Rp464.356 = CP Rp805.107

1
Lebih jelas bahwa Total Potensi Rp1.269.463 dikurangi dengan Growth
Projection Rp464.356, sehingga mendapat nilai sebesar Rp805.107 dan hasilnya
seperti grafik berikut.

Grafik 5:3 Potensi Kresit Bisnis UKM Provinsi Aceh, 2008

Potensi dan market value kredit UKM Kota Banda Aceh


Analisa ini berdasarkan paparan bab tiga, dimana sebanyak 19.463
pekerja mempunyai potensi menjadi target utama pemberian kredit UKM.
Sebagai asumsi dasar, bahwa kebutuhan fasilitas kredit ini relatif mencapai 50%
yang dananya dapat diprioritaskan untuk modal kerja, investasi dan konsumtif.
Katakanlah, proyeksi kredit sebesar Rp25 juta per individu, maka total
kebutuhan kredit UKM di Kota Banda Aceh seperti berikut.
Tabel 5-7
Proyeksi Pertumbuhan Kredit di Kota Banda Aceh
(jutaan rupiah)

Potensi : 50%
Plafond : 25 juta
No
Profesi Populasi Total Potensi
.
PNS dan
1 1.852 23.150
Karyawan
2 Dosen & Guru 3.200 40.000
3 Perdagangan 1.824 22.800
4 Pertanian 3.561 44.513
5 Usaha Kecil 9.026 112.825
Jumlah 19.463 243.288

Adapun proyeksi pertumbuhan KUK dan kredit BPR, BPRS dan LKBB
tahun 2005-2006 dalam wilayah Provinsi Aceh dapat dianalisa pada tabel
berikut.

Tabel 5-8
Proyeksi Pertumbuhan Kredit di Kota Banda Aceh
(jutaan rupiah)

Fasilitas Tahun Growth


Kredit 2007 2008 % Projection
Bank 361.90
484.278 33,80% 122.377
Umum 1
BPR 3.726 5.042 35,30% 1.316

1
BPRS 3.965 5.001 26,10% 1.036
LKBB 621 1.056 0,00% 435
Jumlah Pertumbuhan Kredit 95,20% 125.164

Kalkulasi terhadap proyeksi ini dilakukan atas dasar potensi kredit UKM
di Provinsi Aceh tahun 2006, dengan cara mengalihkan total pekerja potensial
dengan plafond kredit UKM rata-rata dan dikalikan dengan 50% asumsi kredit,
sehingga menghasilkan potensi kredit sebesar Rp125.16 milliar.
Perhitungan dimaksud berdasarkan selisih antara proyeksi kredit 2008
dikurangi kredit 2007, guna mendapatkan nilai proyeksi pertumbuhan kredit
KUK Bank Umum, BPR, BPRS dan LKBB. Dana terserap tersebut didapatkan atas
dasar hasil pengurangan, yang besarnya Rp243.28 milliar.
Daya serap dari potensi kredit UKM yang mempunyai probabilitas
pengembangan kredit yang dilakukan oleh semua lembaga keuangan dimaksud
secara rinci dirumuskan: TP Rp243.288 – GP Rp125.164 = CP Rp118.124
Lebih detail lagi tentang pertumbuhan kredit, bahwa: Total Potensi
Rp243.288 dikurangi dengan Growth Projection Rp125.164 mendapat nilai
sebesar Rp118.124 dan hasilnya seperti grafik
Grafik 5:4 Potensi Kredit UKM Kota Banda Aceh, 2008

Aspek Persaingan Bisnis


Antar BPR- BPRS
Beroperasinya satu bank BPR dan dua BPRS di Kota Banda Aceh dan
berdasarkan analisis management dan peluang bisnis, bahwa Kota Banda Aceh
masih sangat prospektif dan proportional untuk membuka lembaga keuangan
bank baru, karena masih mempunyai rasio yang significant dalam melakukan
system partnership.
BPRS memang terarah pada sistem partnership yang diikuti dengan
pengembangan usaha masyarakat yang solid, management yang efektif dan
accounting yang modern. Artinya adalah masyarakat dijadikan partner, bukan
superior atau hal yang lazim disebut sebagai customer yang pasif.
BPR dengan Bank Konvensional
Kehadiran Bank Syariah Mandiri dan Bank Mu’amalat di Kota Banda Aceh bila
dilakukan pendekatan surface analisis akan menjadi pesaing bank lain. Kendati
kajian yang berbentuk deep analisis akan melahirkan suatu asumsi positif,
dimana semakin besar barrier yang diemban semakin besar pula advantage
yang didapatkan.
Adapun management bank konvensional, lebih terkendala pada sistem birokrasi
yang rumit, sehingga banyak masyarakat yang menarik kepercayaannya
sekedar mengamankan dana di bank, dan menghindar dari aktivitas
penggalangan mitra atau partnership. Hal ini beralasan, karena bank-bank
konvensional hanya berkonsentrasi pada penarikan dana masyarakat dan
memusykilkan risiko dengan pemberian fasilitas kredit konsumtif semata.

2
Hakikatnya, pemerintah telah melakukan linkage bank konvensional dan BPR,
karena memang andalan utama adalah kemampuan bank syariah ini dalam
mempertahankan sistem menguasai pasar.

BPR dengan Koperasi


Lembaga keuangan mikro relative searah dengan BPR dalam aktivitas
pemberian kredit. Namun, sistem operasional koperasi ini sangat terbatas
kemampuan expansi usahanya, karena terikat dengan mekanisme keanggotaan
dan keterbatasan modal usaha. Di samping, menurut survey yang kami lakukan,
keberadaan beberapa koperasi di Kota Banda Aceh mulai bergairah kembali
melakukan operasional usahanya, walau trauma system tetap akan terjadi.
Hal lain yang membuat koperasi sering rapuh adalah lemahnya system control
dari anggota sebagai pemilik modal, dan juga Pemerintah – sedangkan BPR
berada dalam control langsung Bank Indonesia – yang belum maskimal
meningkatkan system dan kualitas operasional koperasi.

BPR dengan Rentenir


Kualitas service yang diberikan rentenir cukup maksimal, sistem peluang deal
pada saat mendesak, mengharuskan customer mendapatkan modal berbunga
tinggi. Survey membuktikan bahwa bunga harian yang diterapkan rentenir
minimal berkisar antara 5 s.d 15%. Biasanya praktek ini dilakukan mirip dengan
Pegadaian – sebelum cash, jaminan dalam bentuk benda harus diserahkan
diikuti dengan kelengkapan surat benda atau barang yang diserahkan. Apabila
usaha berisiko, seperti modal dan bunga tidak dapat dikembalikan pada saat
dead-line, maka barang jaminan itu akan dijual atau menjadi milik rentenir.
Sebaliknya, BPRS menerapkan sistem sharing-profit, dimana prediksi nilai
keuntungan, atau keuntungan real yang didapat akan dibagi sesuai dengan
prinsip dasar penjanjian, atau lebih dikenal dengan system mudharabah.
Andaikata, peminjam mengalami musibah atau rugi, risiko akan ditanggung
bersama atau menurut akad kerjasama.

Peluang CV Sukma Jaya di Kota Banda Aceh


Potensi dana simpanan bank masyarakat
Mencermati dana potensial masyarakat dari sisa dana yang ada di Kota Banda
Aceh, maka peluang berdirinya CV Sukma Jaya atau lembaga bisnis lainnya
masih sangat terbuka. Ini berdasarkan analisis data pada sejumlah tabel dan
diproyeksikan pada beberapa grafik di atas.
Potensi kredit bank dan lembaga keuangan
Hasil analisis potensi dana yang bisa dicover pihak bank dalam bentuk
simpanan tahun 2006 sebesar Rp945 milliar. Sedangkan jumlah pertumbuhan
simpanan adalah Rp190.98 milliar dan menghasilkan sisa potensi saving di bank
atau untuk kebutuhan sekunder sebesar Rp754.01 milliar, yang menjadi potensi
bisnis Kota Banda Aceh.
Potensi dana simpanan pribadi masyarakat
Hasil analisis potensi UKM yang diproyeksikan dapat dikembangkan di Kota
Banda Aceh adalah sebesar Rp243.288. Sedangkan bila dilihat dari total
pertumbuhan kredit pada perbankan sejumlah Rp125.164 sehingga mendapat
nilai sisa potensi bisnis sebesar Rp118.124.

2
Latar Belakang Work Plan
Peningkatan taraf hidup masyarakat merupakan program Pemerintah, dengan
memberikan peluang kepada para investor untuk berusaha di bidang bisnis dan
jasa. Partnership menjadi salah satu unsur yang sangat spesifik karena
menjalankan fungsi mutual-service dan bertugas mengelola usaha dan
membantu masyarakat membuka lapangan kerja.
Sesuai dengan feasibility study yang dilakukan, beberapa calon investor telah
sepakat merencanakan pendirian kantor CV Sukma Jaya dan menyiapkan segala
sesuatu yang diperlukan, melengkapi berbagai persyaratan dan menyusun
rencana kerja, serta menentukan lokasi kantor, yaitu di Kecamatan
Baiturrahman Kota Banda Aceh, Provinsi Aceh.
Pendiriran CV Sukma Jaya di Kota Banda Aceh dirasakan sangat prospektif, hal
ini disebabkan lokasi daerah yang strategis di ibukota Provinsi Aceh, dan
mempunyai potensi yang besar dalam berbagai bidang kehidupan baik sosial,
budaya maupun perekonomian dan juga ditunjang oleh sarana dan prasarana
yang memadai.

Tujuan dan Manfaat Work Plan


Pendirian suatu peusahaan terutama perusahaan yang bergerak dalam bidang
sales interior dan multiservice tentunya mempunyai beberapa hal yang perlu
direncanakan, baik itu dalam hal jumlah modal/sales dan multi-service yang
dibutuhkan, maupun pengalokasian dana dengan memperhatikan faktor resiko
yang kemungkinan besar akan timbul terutama di awal kegiatan beroperasi.
Oleh karena itu, diperlukan suatu rencana kerja dan anggaran perusahaan agar
kegiatan operasional dapat terpantau dan dapat berjalan mengacu kepada
rencana yang telah ditetapkan.
Penyusunan rencana kerja merumuskan dua criteria, short-term plan long-term
plan. Dalam jangka pendek merumuskan berbagai kegiatan dan target kerja
yang diimplementasikan dalam kegiatan kerja operasional harian. Sedangkan
long-term periode menetapkan target kontinuitas kerja perusahaan jangka
panjang.
Short-term plan, tujuan jangka pendek adalah:
Mendapatkan setoran modal minimal sesuai anggaran CV Sukma Jaya serta
sesuai dengan pemenuhan tingkat kebutuhan modal konsumen.
Mendapatkan sumber daya manusia (SDM) sesuai dengan kriteria yang
direncanakan CV Sukma Jaya guna pencapaian tujuan kerja jangka pendek.
Melakukan kombinasi yang terarah antara sales dan multi-service, sehingga
berbanding 6:4
Memperoleh profit setiap periode untuk memperkuat posisi modal.
Long-term plan, tujuan jangka panjang adalah:
Menjadi suatu central-bisnis yang eksis dengan visi dan misinya, yaitu sebagai
pebisnis yang memnuhi kebutuhan masyarakat dan pebisnis.

3
Memberikan kontribusi kepada para pemodal, pengurus, karyawan dan staff,
juga masyarakat pengguna jasa CV Sukma Jaya.
Meningkatkan nilai sales dan service, sehingga pengembalian modal CV Sukma
Jaya lebih kuat dan positif guna pengembangan usaga.
Mampu membuka kantor cabang yang lain sehingga pelayanan dapat lebih
ditingkatkan lagi.

Manajemen dan SDM

Struktur Organisasi
Struktur organisasi tergambar bahwa Rapat Umum Pengurus (RUP) merupakan
jenjang teratas, setelah itu Dewan Direksi yang bertugas mengawasi jalannya
kegiatan operasional Sukma Jaya. Selain itu Dewan Direksi bersama Dewan
Pemodal menjalankan fungsi pengawasan. Kemudian SPI (Audit I) yang
bertanggung jawab kepada Dewan Komisaris. Kegiatan operasional dilakukan
oleh Direksi, dimana dalam kegiatannya dibantu oleh Fungsi Marketing secara
internal. Pada tahun pertama kegiatan operasional, beberapa sub fungsi akan
tergabung dengan sub fungsi lainnya dalam induk fungsi yang sama. Kemudian
di tahun kedua s.d ketiga, akan mulai dikembangkan sesuai dengan struktur
organisasi yang lebih sempurna. Adapun struktur organisasi CV Sukma Jaya
seperti berikut.
RENCANA STRUKTUR ORGANISASI CV SUKMA JAYA

2
Business
Customer
Field
Field
Securit
Worker
Accountin
DP
SP
Sale
Operasiona
OfficeAdmi
Sale
Analys
Dev. KOMISARI
DIREKTUR
Service
Workers
Operation
ysg
SIslnst Muhammad
Boy S
Awad 1. Bank
Hamdani2. A
Bank
Hamid

Kualifikasi Sumber Daya Manusia


Asset tertinggi adalah SDM yang berkualitas uang dapat mendukung capaian
target usaha. Selain itu kualifikasi SDM dalam posisi dan tugas kerja yang tepat
(the right man on the right place) juga menjadi fondasi usaha.

2
Tabel 6-1
Prioritas dan Kualifikasi SDM CV Sukma Jaya Banda Aceh

Pendidikan
No Posisi Personil Budget
Minimal
1 Direktur Utama Sarjana 1 Rp5.000.000
2 Direktur Sarjana 1 Rp4.000.000
3 Account Officer Sarjana/D3 2 Rp2.000.000
4 Customer Service Sarjana/D5 1 Rp1.500.000
5 Admin Sarjana/D6 1 Rp1.500.000
6 Office Boy SLTA 1 Rp1.200.000
7 Security SLTA 1 Rp1.500.000
Rp16.700.00
Total 12
0

Kualifikasi SDM diharapkan mempunyai pengalaman di bidang sales dan


service, minimal 2 tahun, mempunyai komitmen, ikhlas dan sabar dalam
menjalankan misi perusahaan dalam mencapai tujuan CV Sukma Jaya.

Rencana Pengembangan SDM


Guna meningkatkan SDM, CV Sukma Jaya mewajibkan staff dalam program
training secara internal maupun eksternal, di bidang sales, marketing, customer
service dan akuntansi bagi pengurus, staff dan karyawan.

Tabel 6-2
Planning Peningkatan Kualifikasi CV Sukma Jaya Banda Aceh

Tahun
No Deskripsi
1 2 3
Planning
Penye-
Penambahan Peserta
lenggara
Karyawan
1 Front Office 2 1
2 Back Office 2 1
Planning for
Training
Lembag
Sertifikasi a
1    Direksi
Direksi Sertifika
si
Product Direksi &
2    In House
Knowledge Staff
Marketin Instansi
3 Marketing Skill   
g Lain
Instansi
4 Computer    Staff
Lain

2
Training for Direksi & Instansi
5   
the Trainer Manager Lain
Bisnis Direksi &
6    In House
Oriented Staff
Peraturan Direksi & Instansi
7   
Tenaga Kerja Staff Lain

Rencana Sistem dan Prosedur Operasional


Pedoman Bidang Sales
Sales adalah transaksi barang ke nilai uang baik cash maupun
transaksi lain dibuktikan dengan invoice. Pedoman sales berhubungan dengan
service secara total, inventory, cash, bank, dan berkaitan dengan administrasi
dan accounting.
Pedoman Bidang Service
Bidang inijuga memuat pedoman untuk safety, system
kontrak, garansi service dan produk, cost dan expense, yaitu pedoman
penerusan perusahaan dengan customer dengan tingkat pelayanan standard
perusahaan untuk mencapai tujuan perfektif dan maksimal.
Pedoman Bidang Akuntansi
Kebijakan akuntansi adalah pengakuan pendapatan dan biaya, pedoman
rekening efektif dan rekening administrasi serta pedoman penghapusan asset
produktif.
Instrumen akuntansi memuat pedoman form yang merupakan bukti pembukuan
dan form non pembukuan. Pedoman penyusunan dan penomoran rekening,
Proses dan prosedur akuntansi yang memuat prosedur akuntansi, pedoman
buku pembantu, buku harian, general journa. Pedoman laporan keuangan
terbagi dua, yaitu pedoman laporan intern (laporan neraca dan perhitungan laba
rugi harian, bulanan dan tahunan) dan pedoman laporan ekstern.

Pedoman Bidang Umum


Pedoman Setoran Modal CV Sukma Jaya, Pedoman Biaya Operasi dan Sewa
Bangunan, Pembelian dan Pengadaan Milik Tetap & Inventaris (MTI) serta
Barang Cetakan dan Alat Tulis Kantor, serta Pedoman Wewenang Pengeluaran
Biaya, seluruhnya masuk dalam Pedoman Bidang Umum.
Pedoman Bidang Personalia
Pedoman personalia terbagi dalam sembilan kelompok, yaitu:
Pertama, Pedoman Pokok Karyawan yang berisi pengertian dan istilah, pedoman
kewajiban dan hak-hak karyawan, organisasi dan kepegawaian dan ketentuan
pendukung lainnya.
Kedua, Pedoman Peraturan Disiplin dan Kode Etik Pegawai yang memuat
pengertian, pedoman kewajiban pegawai, larangan jabatan dan pedoman tata
tertib pegawai.
Ketiga, Pedoman Presensi Pegawai yang termasuk di dalamnya adalah objek
dan sarana presensi, waktu pelaksanaan presensi, jenis ketidak hadiran, kode
serta persyaratan dan sanksi ketidak hadiran.
Keempat, Pedoman Penerimaan Pegawai, yaitu ketentuan-ketentuan pokok dan
persyaratan calon pegawai.
Kelima, Pedoman Upah Pegawai, yaitu pengertian, komponen upah,
pembayaran upah honorarium, zakat dan pajak penghasilan.
Keenam, Overtime yang menjelaskan pengertian dan ketentuan khusus tentang
over-time (kerja lembur).

2
Ketujuh, Perdiem yang berisi pengertian, jenis dan biaya-biaya yang ditanggung
dalam aktivitas yang berkenaan dengan perjalanan dinas.
Kedelapan, Pedoman Cuti Pegawai yang memuat pengertian, sifat dan jenis cuti,
ketentuan cuti dan persyaratan cuti.
Kesembilan, Pedoman Kesejahteraan Pegawai dan Jasa Produksi yang berisi
pengertian, jenisi-jenis kesejahteraan dan ketentuan pemberian.

Rencana Perluasan Jaringan Kantor


Perluasan jaringan kantor akan dilakukan apabila CV Sukma Jaya telah
memenuhi ketentuan dan persyaratan yang dibutuhkan sesuai dengan
ketentuan yang berlaku untuk perluasan jaringan kantor, kantor pelayanan
khusus dan kantor cabang.

Rencana Investasi
Dari Rp2 milliar modal awal yang disetor akan dialokasikan CV Sukma Jaya
untuk biaya pendirian sebesar Rp75 juta yang akan dibukukan dalam beban
yang ditangguhkan dan diamortisasi selama 10 tahun, sewa gedung Rp75 juta
untuk dua tahun yang akan dibayar di muka dan diamortisasi selama tiga tahun
serta untuk inventaris Rp175 juta diamortisir selama lima tahun dengan
perincian sebagai berikut:

Tabel 6-3
Rincian Asset-Inventaris CV Sukma Jaya Banda Aceh

N Jenis Asset- Uni Total


Harga
o Inventaris t Budget
Kenderaan Roda 15.000.0 Rp15.000.0
1 1
Dua 00 00
Kenderaan Roda 110.000. Rp110.000.
2 1
Empat 000 000
12.000.0 Rp12.000.0
3 Rolling Door 1
00 00
Lemari Besi 18.000.0 Rp18.000.0
4 1
(Khasanah) 00 00
12,000.0 Rp12.000.0
5 Kursi dan Meja 10
00 00
7,200.00 Rp14.000.0
6 Air Conditioner 2
0 00
7,5000.0 Rp15 .
7 Computer 2
00 000.000
Program 50.000.0 Rp50.000.0
8 1
(Software) 00 00
5,200.00 Rp10
9 Printer 2
0 400.000
1 1,200.00 Rp2.400.00
Filling Cabinet 2
0 0 0
1 1,800.00 Rp4.000.00
UPS 2
1 0 0
Rp263.000.
Total
000

2
Rencana Sales dan Multi-service
Pangsa Pasar
Dilihat dari lokasi CV Sukma Jaya yang berada di pusat kota dan lokasi
yang mudah dilalui, memberi peluang yang lebih besar untuk mendapatkan
pangsa pasar yang cukup tinggi, baik dalam segi kuantitas maupun kualitasnya,
karena lokasi berada di tengah lingkungan pemukiman perdagangan,
perindustrian dan perkantoran.
Sasaran Pasar
Sasaran pasar CV Sukma Jaya untuk mencapai
kebutuhan masyarakat pada umumnya, prioritas awal anggaran ini adalah:
Masyarakat kelas menengah ke atas, di sekitar lokasi CV Sukma Jaya, Kota
Banda Aceh maupun ke seluruh daerah Aceh yang sudah terjalin kerjasama.
Group bisnis modern, yang sudah menjadi customer tetap.
Pemerintah: tingkat provinsi dan kabupaten/kota seluruh Aceh, dan
Kantor Swasta yang sudah terjalin ikatan-kerja baik kontrak maupun temporer.
Target Sales dan Service
Target tahun pertama terhadap sales dan service diprediksikan
mencapai Rp8,8 miliar, dimana sales mencapai Rp6,6 miliar omset dan service
Rp2,2 milliar. Dengan tabel proyeksi sebagai berikut.

Tabel 6-4
Target Penjualan dan Service Sukma Jaya
(jutaan rupiah)
Tahun Tahun Tahun
Keterangan
Pertama Kedua Ketiga
Sem Sem
Tahun &
1 2
Semester
2010 2010 2011 2012
Sales 2.500 3.000 6.500 7.500
Multi-Service 1.000 1.200 2.600 3.200
Total 3.500 4.200 9.100 10.700

Proyeksi sales untuk tahun pertama semester satu adalah Rp2,5 milliar dan
multi-service Rp1.0, sedangkan pada semester dua, sales meningkat menjadi
Rp3,0 milliar dan multi-service Rp1.2. Sedangkan pada tahun ketiga mencapai
pada trend stabil pada tingkat rata-rata omet sales Rp5,5 miliar dan multi-
service Rp2,2 miliar per tahun.

Produk dan Harga Sales dan Multi-service


Sales dan multi-service yang sesuai work plan dan budget, perlu dirancang
strategi penyediaan produk dan harga margin. CV Sukma Jaya akan
mengeluarkan produk sales dan multi-service masih umum, CV Sukma Jaya
perlu merancang penyediaan produk sesuai kebutuhan pasar.
Penentuan ini direncanakan untuk mencapai margin rata-rata 7% p.a dan multi-
service 13% p.a. Besarnya margin yang CV Sukma Jaya berikan adalah salah
satu cara agar CV Sukma Jaya dapat bersaing dengan dealer interior lainnya.

Tabel 6-4

2
Produk dan Target Sales dan Multi-service
(jutaan rupiah)
N Persentase
Deskripsi Target Pasar
o Target Margin
1. Sales
Kantor Swasta &
Bahan Interior Pemerintah 60% 7%
Kantor Swasta, 40% 7%
Bahan Pemerintah, Grosir &
Pendukung Masyarakat
2. Multi-service
Accessories Kantor Swasta, 40% 13%
Etalase Pemerintah Grosir & 20% 13%
Furniture Masyarakat & Customer 30% 13%
Multimedia CV Sukma Jaya 10% 13%

Strategi Pencapaian Taget


Setelah adanya pangsa pasar, sasaran pasar, target sales dan multi-servicedan
adanya produk dan harga dana, maka untuk pencapaian itu semua perlu dibuat
suatu strategi yang dinilai CV Sukma Jaya, Pemerintah & Masyarakat dapat
merealisasi target ini. Strategi yang dapat diaplikasikan secara generalisasi oleh
CV Sukma Jaya adalah:
Petugas marketing CV Sukma Jaya akan survey rutin.
Mengadakan pendekatan terhadap para relasi-relasi pemilik/pengurus CV
Sukma Jaya.
Mengembangkan sistem promosi total, yang dilakukan oleh seluruh kayawan CV
Sukma Jaya, minimal terhadap para keluarga karyawan ataupun lingkungan
karyawan tinggal.
Memberikan margin yang menarik terhadap penyimpan dana.
Memberikan kenyamanan kepada para konsumen CV Sukma Jaya baik dalam
hal pelayanan yang ramah maupun kecepatan dalam melayani.
Selain itu, berdasarkan survey yang dilakukan di lapangan terhadap potensi
sales dan service CV Sukma Jaya, maka nantinya CV Sukma Jaya akan lebih
memprioritaskan aspek penting, yaitu:
Kualitas product dan service,
Product warrantly.
Kemudahan transportasi umum ke CV Sukma Jaya.

7.4 Rencana Pengembangan Bisnis


Pangsa pasar
Sektor dominan rencana pangsa pasar untuk menghimpun dana juga
merupakan pangsa pasar untuk rencana sales dan multiservice. Penjualan
difokuskan pada pengusaha, pedagang dan karyawan, kantor pemerintah dan
swasta, sedangkan pada level kontrak atau project diusahakan berindikasi
dengan bank umum dan lembaga keuangan non bank lainnya.

Target pasar
Sasaran CV Sukma Jaya dalam bisnis ini sesuai dengan misi dan visi adalah
masyarakat menengah ke atas, di sekitar atau antar wilayah kerja CV Sukma
Jaya dan Selain itu, CV Sukma Jaya juga berencana untuk memberikan zakat
perusahaan dan karyawan kepada para pengusaha lemah yang berada di lokasi
usaha .

2
Tabel 6-5
Target dan Alokasi Penggunaan Dana
(jutaan rupiah)

No Target Pasar Persentase


1 Investasi 13.15%
2 Modal Kerja Sales 67.00%
3 Multi-Service 19.85%

Target sales
Dana akumulatif dalam tiga tahun ini adalah sebear Rp16.050.000 atau rata-
rata sebesar Rp5.350.000 ribu per tahun, berpegang pada prinsip mutual-profit.

Tabel 6-6
Target Pasar atau Omzet Usaha
(jutaan rupiah)
Tahun Pertama Nilai Prediktif
N Target Tahun Tahun
Sem 1 Sem 2
o Pasar Kedua Ketiga
2010 2010 2011 2012
142.5 172.5 382.50
1 Investasi 315.000
00 00 0
712.5 862.5 1.912.50
2 Modal Kerja 1.575.000
00 00 0
Multi- 570.0 690.0 1.530.00
3 1.260.000
service 00 00 0
1.425.0 1.725.0 3.825.00
Total 3.150.000
00 00 0

Produk Sales & Multi-service


Dari jumlah omzet di atas, direncanakan untuk pengembalian investasi sebesar
10% dari total omzet dengan margin 24% p.a flat, untuk pinjaman modal kerja
sebesar 50% dari total penjualan dengan margin 24% dan sebesar 40% dari
total omzet dengan margin 24%.
Strategi pencapaian target
Untuk pencapaian target, maka Sukma Jaya menggunakan strategi:
Promosi melalui website, brosur, dan iklan kepada customer dan masyarakat.
Cooperative plan, kerjasama dengan para distributor, contractor, kantor
pemerinrah dan swasta untuk mencapai target partner.
Partnership, kerjasama dengan masyarakat dan perusahaan yang bergerak di
semua bidang usaha.
Multi-level promotion: penawaran khusus kepada partner dan masyarakat yang
mencapai target pembelian.
Sedangkan strategi khusus yang dilakukan CV Sukma Jaya antara lain:
Sales representative: discount plus bagi dealer dari product & sales.
Multi-service sharing: discount plus bagi dealer dari service order.
Service plus: product warrantly, total customer service, dan attitude based 5
service principles.

Proyeksi Keuangan
Asumsi-asumsi

2
Investasi dan working capital, CV Sukma Jaya memproyeksikan keuangannya
dengan beberapa asumsi:
Penggunaan dana
Investasi Rp2 milliar akan digunakan sebesar Rp 263 juta untuk current asset
selama tiga tahun.
Saving pada bank pemberi modal Rp1.6 miliar digunakan untuk tagihan cek dan
giro dari distributor atau project.
Modal dukungan distributor (product support) selama tiga bulan setiap invoice,
yang bernilai lebih satu milliard (lampiran 7) menjadi asset berharga, bersifat
non charge Account Payable.
Distribusi product & Service
Gross-profit product: yang disalurkan ke distributor adalah 5%
Gross-profit product: dijual ke konsumen adalah 15%.
Gross-profit product: dijual ke konsumen plus service 20%.
Service: full-installation service adalah 80% dari nilai product.
Service: half-installation service adalah 40% dari nilai product.
Service: light-installation service adalah 20% dari nilai product.
Sales & Service bersifat cash, kecuali atas kontrak kerja yang telah disetujui
bank atau lembaga pembuat kontrak yang akan membayar pada dead-line yang
telah disetujui.
Order product untuk konsumen dimasukkan dalam category: ready stock, call,
atau indent.
Inventory: stock barang ditempatkan pada showroom dan gudang, dan
disesuaikan dengan permintaan pasar.
Income
Profit margin pada sales department adalah 10%.
Sales bonus on target diprediksikan pada margin 5%
Profit margin pada service department adalah 20%.
Service bonus before target diprediksikan pada margin 10%
Cost and Expense
Beban operasional diasumsikan setiap tahunnya mengalami kenaikan sebesar
20%.
Gaji, honorarium, pendidikan, dan training) diasumsikan sebesar Rp. dengan
kenaikan 15% setiap tahun.
Beban penyusutan inventaris kantor selama 3 tahun pertama sebesar Rp.
131.25 juta.
Asumsi pemberian pendidikan kepada para staff dan karyawan yang biayanya
ditanggung oleh CV Sukma Jaya
Sewa gedung dibayar dimuka sebesar Rp75 juta untuk 3 tahun, diamortisir
setiap bulan (36 kali), biaya pendirian sebesar Rp75 juta akan diamortisir
selama 10 tahun (120 kali).
Profit-Margin diasumsikan 10% p.a (pajak ditanggung konsumen) dan margin
service diasumsikan 15% p.a (pajak ditanggung konsumen).

7.5.4 Lain-lain
Operasional CV Sukma Jaya membutuhkan leasing sebuah kendaraan roda 4
senilai Rp140 juta dengan jangka waktu angsuran selama 36 kali atau tiga
tahun, dengan uang muka sebesar Rp25 juta. Masa manfaat selama 8 tahun
dan akan disusutkan dengan tarif penyusutan sebesar 25% per tahun. Untuk
pembelian kendaraan roda 2 senilai Rp15 juta.

Analisa Proyeksi Keuangan

2
Dalam Program Kerja ini diproyeksikan omset CV Sukma Jaya pada tahun
pertama pada unit sales mencapai Rp6,6 milliar, tahun kedua Rp6.8 milliar,
tahun ketiga Rp7.2 milliar dan sampai dengan tahun ketujuh sebesar Rp7.6
milliar atau adanya kenaikan rata-rata per tahun sebesar Rp400 juta.
Profit-loss: Sukma Jaya memproyeksikan tahun pertama masih mengalami
kerugian sebesar Rp188.56 juta, tahun kedua memperoleh laba sebesar Rp 323
juta, dan pada tahun ketujuh memperoleh laba sebesar Rp. 1.922 milliar.
Dengan demikian, laba bersih komulatif sebesar Rp. 1.922 milliar, setelah pajak.

Efesiensi Kerja
Dari proyeksi keuangan bahwa CV Sukma Jaya dalam kegiatannya telah
beroperasi dengan efesien dan efektif, hal ini terlihat dari asset yang terus
meningkat dan pendapatan yang terus naik per tahun. Untuk data yang lebih
lengkap dapat dilihat dalam lampiran proyeksi laporan keuangan yang terdapat
dalam Rencana Kerja dan Anggaran ini.

Penutup
Dengan adanya Rencana Kerja dan Anggaran ini, diharapkan para pelaksana
kegiatan perusahaan, khususnya para pengurus CV Sukma Jaya dapat
menjadikan Rencana Kerja ini sebagai bahan acuan dalam menjalankan
kebijakan perusahaan.

Banda Aceh, Juni 2010


Calon Pengurus

CV Sukma Jaya,

Kandidat Direktur Utama Kandidat Direktur

3
Studi dan analisis tentang data potensi pengembangan usaha CV Sukma Jaya
telah dilakukan, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut.

7.1 Analisa Potensi dan Kejenuhan


Demografi
Trend rasio populasi Kota Banda Aceh yang bekerja sebagai pegawai negeri
maupun swasta 1:8, yaitu jumlah penduduk 219.659 jiwa, dan berdasarkan
proyeksi population growth 1.6% per tahun, maka pada pertengahan 2015
jumlah penduduk diprediksikan mencapai 237.803 jiwa. Peran utama CV Sukma
Jaya diharapkan mampu membuka peluang pasar, baik dalam usaha sales dan
maupun multi-service sebagai prospek pemenuhan masyarakat Kota Banda
Aceh.

Potensi ekonomi
Tingkat pertumbuhan ekonomi nasional tahun 2004 berada pada level 5,1% dan
mengalami peningkatan 0,4% pada 2005 yang berada paa level 5,6%. Indikasi
pertumbuhan yang mulai membaik ini mempunyai probalilitas yang prospektif
terhadap existensi dan pengembangan bank CV Sukma Jaya di Provinsi Aceh.
Kecendrungan kenaikan yang positif ini membawa dampak progresif terhadap
pertumbuhan ekonomi dan industri bisnis di Kota Banda Aceh 2004. Hal ini
didukung oleh PDRB yang didominasi oleh tiga struktur ekonomi paling
dominan, yaitu:
Sektor perdagangan, hotel & restoran dengan kontribusi 24,33% dan rating
economic growth berada pada level 5.58%.
Sektor industri pengolahan berada pada posisi kedua, dengan tingkat
pencapaian 20,09% rating economic growth berada pada level 3,26%.
Sector jasa-jasa menduduki posisi ketiga, dengan kontribusi sebesar 19,97%
dan rating economic growth berada pada level 3,54%.
Peranan yang dominant pada ketiga sector ini diprediksikan bahwa Kota Banda
Aceh berpotensi menjadi kota industri bisnis, dan mempunyai peluang yang
besar pula terhadap industri perbankan, terutama dalam hal funding dan
lending.

Data perbankan
Hingga tahun 2006, Kota Banda Aceh mempunyai satu bank BPR dengan total
simpanan masyarakat sebesar Rp5.04 milliar dan dua BPRS dengan nilai
simpanan Rp5 milliar. Berdasarkan data ini dapat diasumsikan bahwa dana
masyarakat hingga 2010 akan mencapai Rp8.02 milliar.

Penetapan lokasi
Tingkat feasibility penetapan lokasi CV Sukma Jaya di Kecamatan Baiturrahman
Kota Banda Aceh dinilai cukup strategis karena:
Lancarnya transportasi, lokasi bisnis berada di pusat kota.
Sentral bisnis, perdagangan, hotel dan restoran, industri dan jasa.

3
Tingkat security yang memadai

Potensi dana
Nilai proyeksi pendapatan per kapita Kota Banda Aceh 2006 adalah Rp8.148.274
dan proyeksi konsumsi Rp2.037.069 dan jumlah penduduk 219.659 jiwa, dapat
diprediksikan bahwa Rp945.000 menjadi probabilitas sales dan multi-service
potensial masyarakat. Bila dikurangi pertumbuhan simpanan perbankan
Rp190.987, maka sisa potensi yang mungkin sebagai peluang sales sebesar
Rp754.013 juta per Capita.

Sasaran Sales dan Marketing


Potensial kredit yang diprediksikan cukup besar di Kota Banda Aceh
membuktikan bahwa kota ini mempunyai tingkat probabilitas yang besar untuk
mendirikan CV Sukma Jaya. Data statistic menunjukkan bahwa lima segmen
pasar potensi sales yang layak digarap, yaitu: Pegawai Negeri Sipil dan
Karyawan, Kantor Pemerintahan dan Swasta, pedagang dan pengusaha yang
berorientasi modern. Selain itu, aktivitas sales dan multiservice CV Sukma Jaya
telah memiliki basis market oriented, yaitu tingkat orientasi dan relasi para
pendiri yang cukup luas, pengurus yang educated dan qualified yang didukung
pula oleh karyawan dan pengurus CV Sukma Jaya yang berpengalaman.
Analisa potensi kredit UKM di Kota Banda Aceh pada 2006 adalah sebesar Rp
Rp243.28 milliar, sedangkan jumlah pertumbuhan kredit Lembaga Keuangan
non Bank pada 2009 adalah Rp Rp125.16 milliar. Dari hasil analisis ini masih
mempunyai peluang potensi bisnis di Kota Banda Aceh yang dapat digarap pada
tahun 2010 sebesar Rp118.12 milliar

Proyeksi keuangan
Planning pembiayaan berada pada margin 24% flat per annual untuk Kredit
Modal Kerja dan Kredit Investasi, dan untuk Kredir Konsumtif 23%. Sementara
tingkat margin deposito rata-rata sebesar 13% dan 14% p.a. Mengenai margin
tabungan diprediksikan masih layak dan Sukma Jaya mampu bersaing dengan
bisnis lainnya.
Adapun proyeksi keuangan -- Profit & Lost, NPL, BEP, ROA dan ROE -- dinilai
cukup signifikan dan tidak ada perbedaan secara prinsipil dengan proyeksi
keuangan yang telah dibuat investor.

Perencanaan SDM
Program peningkatan SDM akan dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan,
berdasarkan prinsip syariah, maka direncanakan pula agar para direksi dan staf
dapat mengikuti program training CV Sukma Jaya secara bertahap. Selain itu,
CV Sukma Jaya akan mengalokasikan dana cadangan pendidikan SDM minimal
5% pada tahun kedua, ketiga dan seterusnya, dari total biaya tenaga kerja.

Persiapan sistem dan prosedur


Menyangkut format persiapan ini meliputi beberapa pedoman, yang standard,
yaitu bidang: sales dan marketing, administrasi dan customer service,
management dan akuntasi dan staff dan multiservice.

Profitability index and internal rate of return


Memperhatikan profitability index sebesar 1,74% dan internal rate of return
yang berada pada level 27.90%, maka investasi CV Sukma Jaya di Kota Banda
Aceh sebesar Rp1.737 milliar sangatlah prospektif dan feasible, karena nilai NPV
positif, PI lebih besar dari 1, dan IRR lebih besar dari average rate of interest:
10%.

5
7.2 Rekomendasi
Menyimak data, fakta dan analisa yang disarikan dalam kesimpulan di atas,
dengan ini kami merekomendasikan tentang operational plan PT. Sukma Jaya di
Kecamatan Baiturrahman, Kota Banda Aceh Provinsi Aceh sangat layak untuk
direstui.

Penyusun, Pemeriksa,

… …
Consultant Ketua Tim Consultant

Lampiran-Lampiran

Lampiran 1 : AKTA PENDIRIAN BADAN HUKUM DAN ANGGARAN DASAR CV


SUKMA JAYA

Lampiran 2 : LOST and PROFIT CV SUKMA JAYA

Lampiran 3 : BALANCE SHEET CV SUKMA JAYA

Lampiran 4 : DAFTAR PENGALAMAN KERJA

Lampiran 5 : SURAT DUKUNGAN PT.

Lampiran 6 : DAFTAR PRODUCT & PRICE LIST

Anda mungkin juga menyukai