Anda di halaman 1dari 114

TINJAUAN TEORITIS

Pengertian Diare
Diare adalah pengeluaran feses yang tidak
normal atau cair. Bisa juga didefinisikan sebagai
buang air besar yang tidak normal dan
berbentuk cair dengan frekuensi lebih banyak
dari biasanya. Bayi dikatakan diare bila sudah
lebih dari 3 kali buang air besar, sedangkan
neonatus dikatakan diare bila sudah lebih dari 4
kali buang air besar (Vivian,2010).
Diare adalah kehilangan cairan dan elektrolit
secara berlebihan yang terjadi karena frekuensi
satu kali atau lebih,buang air besar dengan
bentuk tinja yang encer dan cair (Suriadi,2010).
Diare adalah sebuah penyakit dimana penderita
mengalami rangsangan buang air besar yang
terus-menerus dan tinja atau feses yang masih
memiliki kandungan air berlebihan. Di dunia
diare adalah penyebab kematian paling umum

kematian balita, dan juga membunuh lebih dari


1,5 juta orang pertahun. Diare kebanyakan
disebabkan oleh beberapa infeksi virus tetapi
juga seringkali akibat dari racun bakteria.
Dalam kondisi hidup yang bersih dan dengan
makanan mencukupi dan air tersedia, pasien
yang sehat biasanya sembuh dari infeksi virus
umum dalam beberapa hari dan paling lama satu
minggu. Namun untuk individu yang sakit atau
kurang gizi, diare dapat menyebabkan dehidrasi
yang parah dan dapat mengancam-jiwa bila
tanpa perawatan (Wikipedia,2011).
Diare adalah suatu kondisi dimana seseorang
buang air besar dengan konsistensi lembek atau
cair, bahkan dapat berupa air saja dan
frekuensinya lebih sering (biasanya tiga kali
atau lebih) dalam satu hari (Susanti,2009).
2.2

Diare Akut

Menurut Subagyo B dan Nurtjahjo BS (2010)


mendefenisikan diare akut yaitu:
Diare akut adalah buang air besar pada bayi atau
anak lebih dari 3 kali perhari,disertai perubahan
konsistensi tinja menjadi cair dengan atau tanpa
lendir dan darah yang berlangsung kurang dari 2
minggu
Diare akut, yaitu diare yang berlangsung kurang
dari 14 hari tanpa diselang-seling dan berhenti
lebih dari 2 hari.Berdasarkan banyaknya cairan
yang hilang dari tubuh penderita, gradasi
penyakit diare akut dapat dibedakan dalam
empat katagori, yaitu:
Diare tanpa dehidrasi
Diare dengan dehidrasi ringan, apabila cairan
yang hilang 5 % dari berat badan.
Diare dengan dehidrasi sedang, apabila cairan
yang hilang berkisar 6 10 % dari berat badan.

Diare dengan dehidrasi berat, apabila cairan


yang hilang lebih dari 10 %
2.3

Etiologi Diare

Menurut Vivian,2010 diare dapat disebabkan


oleh beberapa faktor,seperti infeksi ,malabsorpsi
(gangguan penyerapan zat gizi), makanan, dan
faktor psikologis.
Faktor infeksi
Proses ini dapat di awali dengan adanya
mikroorganisme (kuman) yang masuk ke dalam
saluran pencernaan bayi yang kemudian
berkembang dalam usus dan merusak sel
mukosa intestinal yang dapat menurunkan
daerah permukaan intestinal sehingga terjadinya
perubahan kapasitas dari intestinal yang
akhirnya mengakibatkan gangguan fungsi
intestinal dalam absorpasi cairan dan elektrolit.
Adanya toksil bakteri juga akan menyebabkan
system transfortasi menjadi aktif dalam usus,

sehingga sel mukosa mengalami iritasi dan


akhirnya sekresi cairan dan elektrolit akan
meningkat.
Infeksi enteral yaitu infeksi saluran pencernaan
yang merupakan penyebab utama diare pada
anak.
Infeksi bakteri : Vibrio, E.coli, Salmonella,
Shigella, Campylobacter, Yersinia, Aeromonas.
Infeksi virus : Eteroovirus (virus ECHO,
Coxsackie, poliomyelitis), Adenovirus,
Ratavirus, Astrivirus.
Infeksi parasit : Cacing (Ascaris, Trichiuris,
Oxyuris, Strongyloides), protozoa (Entamoeba
histolytica, Giardian lamblia, Trichomonas
hominis), jamur (Candida albicans).
Kuman penyebab diare biasanya menyebar
melalui faecal oral antara lain melalui
makanan/minuman yang tercemar tinja dan atau

kontak langsung dengan tinja penderita.


Beberapa perilaku dapat menyebabkan
penyebaran kuman enterik dan meningkatkan
risiko terjadinya diare. Perilaku tersebut antara,
lain:
a) Tidak memberikan ASI (Air Susu lbu) secara
penuh 0-6 bulan pada pertama kehidupan. Pada
bayi yang tidak diberi ASI risiko untuk
menderita diare lebih besar dari pada bayi yang
diberi ASI penuh dan kemungkinan menderita
dehidrasi berat juga lebih besar.
Pemberian susu formula pada bayi usia 0-6
bulan mempunyai hubungan dengan kejadian
diare, dan bayi yang diberikan susu formula
mempunyai risiko 14,1 kali terpapar diare,
dibandingkan dengan bayi yang tidak diberi
susu formula. Berdasarkan hasil analisis pada
penelitian ini, menunjukkan bahwa responden
yang memberikan susu formula kepada bayi nya

berisiko bayinya terkena diare. Terjadinya diare


pada bayi yang diberi susu formula karena bayi
dengan usia dibawah 6 bulan sistem
pencernaannya belum sempurna, dan umur bayi
berperan terhadap berkurangnya frekuensi
defekasi, dimana hal ini merupakan petunjuk
dari semakin matangnya kapasitaswaterconserving pada usus.(Fitriya, 2010)
b) Menggunakan botol susu
Penggunaan botol ini memudahkan pencemaran
oleh kuman, karena botol susah dibersihkan.
c) Menyimpan makanan masak pada suhu
kamar. Bila makanan disimpan beberapa jam
pada suhu kamar, makanan akan tercemar dan
kuman akan berkembang biak.
d) Menggunakan air minum yang tercemar. Air
mungkin sudah tercemar dari sumbernya atau
pada saat disimpan di rumah. Pencemaran di
rumah dapat terjadi kalau tempat penyimpanan

tidak tertutup atau apabila tangan tercemar


menyentuh air pada saat mengambil air dari
tempat penyimpanan.
e) Tidak mencuci tangan sesudah buang air
besar dan sesudah membuang tinja anak atau
sebelum makan dan menyuapi anak.
f) Tidak membuang tinja (termasuk tinja bayi)
dengan benar. Sering beranggapan bahwa tinja
bayi tidaklah berbahaya, padahal sesungguhnya
mengandung virus atau bakteri dalam jumlah
besar. Sementara
Infeksi parenteral yaitu infeksi di bagian tubuh
lain diluar alat pencernaan, seperti Otitis media
akut (OMA), tonsilofaringitis,
Bronkopneumonia, Ensifalitis, keadaan ini
terutama terbagi pada bayi dan anak berumur di
bawah 2 tahun.
Faktor malabsorpsi

Merupakan kegagalan dalam melakukan


absorbsi yang mengakibatkan tekanan osmotic
meningkat kemudian akan terjadi pergeseran air
dan elektrolit ke rongga usus yang dapat
meningkatkan isi rongga usus sehingga
terjadilah diare.
Malabsorbsi karbohidrat : Disakarida
(Intoleransi laktosa, maltose, dan sukrosa),
munosakarida (intoleransi lukosa, fruktosa dan
galaktosa). Pada bayi dan anak yang tersering
ialah intoleransi laktosa.
Malabsobsi lemak
Malabsobsi protein
Faktor makanan
Makanan yang menyebabkan diare adalah
makanan yang tercemar, basi, beracun, terlalu
banyak lemak, mentah (misal, sayuran), dan
kurang matang. Dapat terjadi pula apabila toksin

yang ada tidak mampu diserap dengan baik dan


dapat terjadi peningkatan peristaltic usus yang
akhirnya menyebabkan penurunan kesempatan
untuk menyerap makanan.
Faktor psikologis
Dapat mempengaruhi terjadinya peningkatan
peristaltic khusus yang dapat mempengaruhi
proses penyerapan makanan seperti : rasa takut
dan cemas.
2.4

Patofisiologi Diare

Menurut Suriadi (2010), sebagai akibat


diare baik akut maupun kronis akan terjadi:
Meningkatnya motilitas dan cepatnya
pengosongan pada intestinal merupakan akibat
dari gangguan absorbsi dan ekskresi cairan dan
elektrolit yang berlebihan .
Cairan, sodium, potassium dan bokarbonat
berpindah dari rongga ekstraseluler kedalam

tinja, sehingga mengakibatkan dehidrasi


kekurangan elektrolit, dan dapat terjadi asidosis
metabolik.
Mekanisme dasar yang menyebabkan terjadinya
diare adalah sebagai berikut (Vivian,2010) :
Gangguan osmotik, akibat terdapatnya makanan
atau zat yang tidak dapat diserap akan
menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga
usus meninggi, sehingga terjadi pergeseran air
dan elektrolit kedalam rongga usus, isi rongga
usus yang berlebihan ini akan merangsang usus
untuk mengeluarkannya sehingga timbul diare.
Gangguan sekresi akibat rangsangan tertentu
(misalnya toksin) pada dinding usus akan terjadi
peningkatan sekali air dan elektrolit ke dalam
rongga usus dan selanjutnya diare timbul karena
terdapat peningkatan isi rongga usus.
Gangguan motalitas usus, terjadinya
hiperperistaltik akan mengakibatkan

berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap


makanan sehingga timbul diare sebaliknya bila
peristaltik usus menurun akan mengakibatkan
bakteri timbul berlebihan yang selanjutnya
dapat menimbulkan diare pula.
Selain itu diare juga dapat terjadi, akibat
masuknya mikroorganisme hidup kedalam usus
setelah berhasil melewati rintangan asam
lambung, mikroorganisme tersebut berkembang
biak, kemudian mengeluarkan toksin dan akibat
toksin tersebut terjadi hipersekresi yang
selanjutnya akan menimbulkan diare.
Sedangkan akibat dari diare akan terjadi
beberapa hal sebagai berikut:
Kehilangan air (dehidrasi)
Dehidrasi terjadi karena kehilangan air (output)
lebih banyak dari pemasukan (input),
merupakan penyebab terjadinya kematian pada
diare.

Gangguan keseimbangan asam basa (metabik


asidosis)
Hal ini terjadi karena kehilangan Na-bicarbonat
bersama tinja. Metabolisme lemak tidak
sempurna sehingga benda kotor tertimbun
dalam tubuh, terjadinya penimbunan asam laktat
karena adanya anorexia jaringan. Produk
metabolisme yang bersifat asam meningkat
karena tidak dapat dikeluarkan oleh ginjal
(terjadi oliguria/anuria) dan terjadinya
pemindahan ion Na dari cairan ekstraseluler
kedalam cairan intraseluler.
Hipoglikemia
Hipoglikemia terjadi pada 2-3% anak yang
menderita diare, lebih sering pada anak yang
sebelumnya telah menderita KKP. Hal ini terjadi
karena adanya gangguan
penyimpanan/penyediaan glikogen dalam hati
dan adanya gangguan absorbsi glukosa. Gejala

hipoglikemia akan muncul jika kadar glukosa


darah menurun hingga 40 mg% pada bayi dan
50% pada anak-anak.
Gangguan gizi
Terjadinya penurunan berat badan dalam waktu
singkat, hal ini disebabkan oleh:
Makanan sering dihentikan oleh orang tua
karena takut diare atau muntah yang bertambah
hebat.
Walaupun susu diteruskan, sering diberikan
dengan pengeluaran dan susu yang encer ini
diberikan terlalu lama.
Makanan yang diberikan sering tidak dapat
dicerna dan diabsorbsi dengan baik karena
adanya hiperperistaltik.
Gangguan sirkulasi
Sebagai akibat diare dapat terjadi renjatan
(shock) hipovolemik, akibatnya perfusi jaringan

berkurang dan terjadi hipoksia, asidosis


bertambah berat, dapat mengakibatkan
perdarahan otak, kesadaran menurun dan bila
tidak segera diatasi klien akan meninggal.
2.5

Tanda dan Gejala Diare

Menurut Vivian (2010) tanda dan gejala diare


terdapat pembagian yaitu:
Cengeng dan gelisah
suhu meningkat
nafsu makan menurun
tinja cair kadang disertai lender dan darah
warna tinja lama kelamaan berwarna hijau
karena bercampur dengan empedu
anus lecet
tinja lama kelamaan menjadi asam (karena
banyaknya asam laktat yang keluar).

akhirnya nampak dehidrasi, berat badan


menurun
turgor kulit menurun
mata dan ubun-ubun cekung
selaput lendir dan mulut juga kulit kerig
dehidrasi berat maka volume darah akan
berkurang
nadi akan cepat
TD menurun, kesadaran menurun yang
kemudian diakhiri dengan shock
Klasifikasi diare terapat pembagian yaitu
sebagai berikut:
Diare dengan Dehidrasi Berat
Terdapat 2 atau lebih dari tanda-tanda berikut:
Letargis atau tidak sadar
Mata cekung

Tidak bisa atau malas minum


Turgor kembali sangat lambat
Pengobatan :
Jika tidak ada klasifikasi berat lainnya:
Beri cairan untuk dehidrasi berat
Jika anak mempunyai klasifikasi berat lainnya
Rujuk segera & dalam perjalanan terus beri
oralit sedikit-sedikit
Anjurkan tetap beri ASI
Jika ada kolera di daerah tsb, beri Antibiotik
untuk kolera
Dehidrasi Ringan / Sedang
Terdapat 2 atau lebih dr tanda-tanda berikut:
Gelisah, rewel
Mata cekung
Haus, minum lahap

Turgor kembali lambat


Pengobatan :
Beri cairan & makanan sesuai rencana
Jika anak mempunyai klasifikasi berat lainnya:
Rujuk segera & dalam perjalanan terus beri
oralit sedikit
Anjurkan tetap beri ASI
Nasehati ibu kapan harus kembali segera
Kunjungan ulang dalam 5 hr bl tak membaik
Tanpa Dehidrasi
Tidak cukup tanda-tanda untuk klasifikasi
sebagai dehidrasi berat atau ringan sedang
Pengobatan :
Beri cairan & makanan
Nasehati ibu kapan harus kembali segera
Kunjungan ulang dalam 5 hari bila tak membaik

Jika diare 14 hari atau lebih:


Diare Persisten Berat
Tandanya : ada dehidrasi
Pengobatannya :
Atasi dehidrasi sebelum di rujuk, kecuali bila
mempunyai klasifikasi berat lain
Rujuk
Diare Persisten
Tandanya : Tanpa dehidrasi
Pengobatan :
Nasehati ibu tentang cara pemberian makan
pada anak diare persisten
Kunjungan ulang setelah 5 hari
Jika ada darah dalam tinja : Disentri
Pengobatan :

Beri antibiotik yg sesuai untuk Shigela selama 5


hari
Kunjungan ulang setelah 52 hari
2.6

Derajat Dehidrasi

Menurut banyaknya cairan yang hilang, derajat


dehidrasi dapat dibagi berdasarkan:
Kehilangan berat badan
Tidak ada dehidrasi, bila terjadi penurunan berat
badan 2,5%.
Dehidrasi ringan bila terjadi penurunan berat
badan 2,5-5%.
Dehidrasi berat bila terjadi penurunan berat
badan 5-10%
Skor Mavrice King
Bagian
tubuh

Nilai untuk gejala yang


ditemukan

Yang

diperiksa

Gelisah,
Sehat cengeng Mengigau
Keadaan
, koma,
Apatis, atau syok
umum
Norma ngantuk Sangat
l
Sedikit kurang
Kekenyala
kurang
Norma
n kulit
Sangat
l
Sedikit cekung
Mata
Norma cekung Sangat
Ubun-ubun
l
Sedikit cekung
besar
Norma cekung Kering &
Mulut
l
Kering sianosis
Denyut
Kuat Sedang Lemas
nadi/mata
<120 (120>40
140)
Sumber : dikutip dari asuhan keperawatan anak
dengan diare oleh Muhammad Lattiifur Roofii

Keterangan :
Jika mendapat nilai 0-2 dehidrasi ringan
Jika mendapat nilai 3-6 dehidrasi sedang
Jika mendapat nilai 7-12 dehidrasi berat
Gejala klinis
Gejala
klinis

Gejala klinis
Ringan

Keadaan
umum Baik
Kesadara (CM)
n
+
Rasa
haus
Sirkulasi
Nadi
Respirasi

Sedang Berat
Gelisah Apatis-koma
++

+++

Cepat Cepat sekali


N (120)
Biasa

Agak Kusz maull


cepat

Cekung
Cekun sekali
Agak
g
Cekung
cekung
Pernapas
Cekun sekali
an
Agak
g
Kurang
cekung
Kulit
Agak sekali
Biasa
kurang
Uub
Anuri
Normal Oliguri
Kering/asido
Normal Agak sis
kering
2.7

Manifestasi Klinis Diare

Menurut Suriadi (2010), ada beberapa bagian


manifestasi klinis dari diare yaitu :
Sering buang air besar dengan konsistensi tinja
cair atau encer

Terdapat tanda dan gejala dehidrasi,turgor kuli


jelek (elastisitas kulit menurun), ubun-ubun dan
mata cekung,membrane mukosa kering.
Kram abdominal
Demam
Mual dan muntah
Anorexia
Lemah
Pucat
Perubahan tanda-tanda vital,nadi dan
pernapasan cepat
Menurun atau tidak ada pengeluaran urine
2.8

Pemeriksaan Diagnostik

Pemeriksaan tinja.
Makroskopis dan mikroskopis
PH dan kadar gula dalam tinja

Bila perlu diadakan uji bakteri


Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam
basa dalam darah astrup, bila memungkinkan
dengan menentukan PH keseimbangan analisa
gas darah atau astrup, bila memungkinkan.
Pemeriksaan kadar ureum dan creatinin untuk
mengetahui fungsi ginjal.
Pemeriksaan elektrolit intubasi duodenum untuk
mengetahui jasad renik atau parasit secara
kuantitatif, terutama dilaktiukan pada klien diare
kronik.
2.9

Penatalaksanaan Diare

Menurut Ngastiyah (2012) masalah pasien diare


yang perlu diperhatikan pada saat ini adalah
risiko terjadi gangguan sirkulasi darah,
kebutuhan nutrisi, risiko terjadi
komplikasi,gangguan rasa aman dan nyaman

dan kurangnya pengetahuan orang tua mengenai


penyakit.
Risiko terjadi gangguan sirkulasi darah
Diare menyebabkan kehilangan cairan dan
elektrolit, mengakibatkan pasien menderita
dehidrasi dan jika segera tidak diatasi
menyebabkan terjadinya dehidrasi asidosis,bila
masih berlanjut akan terjadi asidosis metabolik,
gangguan sirkulasi darah dan pasien jatuh dalam
keadaan renjatan syok.
Bila dehidrasi masih ringan
Berikan cairan sebanyak-banyaknya, kira-kira 1
gelas setiap kali setelah pasien defekasi. Cairan
harus mengandung elektrolit, seperti oralit.Bila
tidak ada oralit dapat diberikan larutan gula
garam.Cara melarutkan oralit lihat petunjuk
kemasannya karena ada yang untuk 1 liter atau 1
gelas. Untuk bayi dibawah umur 6 bulan, oralit
dilarutkan 2 kali lebih encer (untuk 1 gelas

menjadi 2 gelas). Jika anak terus muntah/tidak


mau minum sama sekali perlu diberikan melalui
sonde. Bila pemberian cairan peroral tidak dapat
dilakukan, dipasang infus dengan cairan Ringer
Laktat (RL) atau cairan lain yang tersedia
setempat jika tidak ada RL atas persetujuan
dokter, yang terpenting adalah apakah tetesan
berjalan lancar terutama pada jam-jam pertama
karena diperlukan untuk segera mengatasi
dehidrasi.
Pada dehidrasi berat
Selama 4 jam pertama tetesan lebih cepat,
selanjutnya secara rumat (lihat kecepatan
pemberian cairan). Untuk mengetahui
kebutuhan sesuai dengan yang diperhitungkan,
jumlah cairan yang masuk tubuh dapat
dihitungkan dengan cara:
Jumlah tetesan permenit dikalikan 60, dibagi
15/20 (sesuai set infus yang dipakai).

Perhatikan tanda vital yaitu nadi, pernapasan,


suhu dan tekanan darah.
Perhatikan frekuensi buang air besar anak
apakah masih sering, apakah encer atau sudah
berubah konsistensinya.
Berikan minuman teh atau oralit 1-2 sendok
setiap jam untuk mencegah bibir dan selaput
lendir mulut kering.
Jika rehidrasi telah terjadi, infus dihentikan
pasien diberi makanan lunak.
Kebutuhan nutrisi
Pasien yang menderita diare biasanya juga
menderita anoreksia sehingga masukan
nutrisinya menjadi kurang. Kekurangan
kebutuhan nutrisi akan bertambah jika pasien
juga menderita muntah-muntah atau diare
lama.keadaan ini menyebabkan makin
menurunnya daya tahan tubuh sehingga

penyembuhan tidak lekas tercapai bahkan dapat


timbul komplikasi. Untuk mencegah kurangnya
masukan nutrisi dan membantu menaikkan daya
tahan tubuh, pasien diare harus segera diberikan
makanan setelah dehidrasi teratasi dan makanan
harus mengandung cukup kalori, protein,
mineral, vitamin. Jika bayi tidak minum ASI
berikan susu yang cocok.
Resiko terjadi komplikasi
Komplikasi pada pasien diare yang paling sering
ialah dehidrasi asidosis. Tetapi komplikasi dapat
juga terjadi sebagai akibat tindakan pengobatan
seperti :
Infeksi pada bagian yang dipasang infus atau
terjadi hematoma
Kelebihan cairan, terutama pada bayi
Gejala kelebihan cairan, mula-mula terlihat
sembab, mengkilap pada kelopak mata bayi,

kemudian bengkak seluruh wajah. Jika berlanjut


akan menyebabkan edema paru dan terjadi sesak
napas bila edema sampai pada otak akan
menyebabkan pasien kejang. Oleh karena itu,
setiap pasien akan mendapatkan infus terutama
bayi, tetesannya harus selalu dikontrol dengan
benar.
Komplikasi pada kulit akibat seraknya berak
berak dan adanya asam laktat dalam tinja dapat
menyebabkan iritasi dan lecet pada anus dan
sekitarnya. Untuk menjaga lecet pada kulit,
sehabis buang air besar dibersihkan dengan
kapas (kapasnya harus disiram dengan air panas
dahulu kemudian diperas).
Kejang-kejang pada pasien yang diare bila
bukan karena kebanyakan cairan dapat karena
hipoglikemia. Karena itu bila ada kejang pada
pasien diperiksakan gula darahnya dan tindakan
selanjutnya setelah ada instruksi dari dokter.

Komplikasi lain bila diare menjadi kronis dapat


menyebabkan pasien menderita malnutrisi
energy protein. Oleh karena itu, pasien diare
harus diobati sesuai dengan penyebabnya agar
dapat sembuh benar dan orang tua harus
diikutsertakan untuk mencegah berulangnya
diare.
Gangguan rasa aman dan nyaman
Pasien yang menderita diare akan merasakan
gangguan rasa aman dan nyaman karena sering
buang air besar sehingga melelahkan, apalagi
pada pasien kolera yang defekasinya terusmenerus disertai muntah.
Pada dehidrasi ringan/sedang, dengan
dipaksanya minum oralit sampai beberapa gelas
sudah tentu tidak menyenangkan, oleh karena
itu perlu pendekatan dengan cara membujuk.
Kurangnya pengetahuan orang tua mengenai
penyakit

Penyakit diare telah dikemukakan lebih dahulu


baik karena infeksi enteral maupun parenteral
serta faktor lain.
Penularan penyakit diare melalui 4 F
(Finger,Feces,Food,dan Fly) maka penyuluhan
yang penting:
Kebersihan perorangan pada anak. Mencuci
tangan sebelum makan dan sehabis habis
bermain, memakai alas kaki jika bermain
ditanah.
Membiasakan anak defekasi dijamban dan
jamban harus selalu bersih agar tidak ada lalat.
Kebersihan lingkungan untuk menghindarkan
adanya lalat
Makanan harus selalu tertututp (jika diatas
meja)

Kepada anak yang sedah dapat membeli


makanan sendiri agar diajarkan untuk tidak
membeli makanan yang dijajankan terbuka
Air minum harus selalu dimasak, bila sedang
berjangkit penyakit diare selain air harus yang
bersih juga perlu dimasak.
10 Komplikasi Diare
Menurut (Vivian,2010) beberapa komplikasi
diare, diantaranya :
Dehidrasi akibat kekurangan cairan dan
elektrolit yang dibagi menjadi:
a.Dehidrasi ringan,apabila terjadi kehilangan
cairan < 5% BB
b.Dehidrasi sedang,apabila terjadi kehilangan
cairan 5-10% BB
c.Dehidrasi berat,apabila terjadi kehilangan
cairan >10-15% BB

Renjatan hipovolemik akibat menurunnya


volume darah dan apabila penurunan volume
darah mencapai 15-25% maka akan
menyebabkan penurunan tekanan darah.
Hipokalemia (dengan gejala mekorismus,
hiptoni otot, lemah, bradikardi, perubahan pada
elektro kardiagram).
Introleransi laktosa sekunder, sebagai akibat
defisiensi enzim laktase karena kerusakan vili
mukosa, usus halus.
Kejang terutama pada dehidrasi hipertonik.
Malnutrisi energi, protein, karena selain diare
dan muntah, penderita juga mengalami
kelaparan.
2.11 Manajemen Konsep Dasar Asuhan
kebidanan menurut Varney
2.11.1 Pengertian

Asuhan Kebidanan adalah proses pemecahan


masalah dengan metode pengaturan pemikiran
dan tindakan dalam suatu urutan yang logis baik
pasien maupun petugas kesehatan. Oroses itu di
gambarkan dalam arti kata pelaku yang di
harapkan dari klinis tersebut. Hal ini di
gambarkan dengan jelas bahwa proses berfikir
dan bertindak yang terliba, tetapi juga tingkat
perilaku dalam setiap langkah yang akan dicapai
dalam rangka memberikan asuhan/ pelayanan
yang aman dan menyeluruh (Sudarti, 2010).
2.11.2 Proses Manajemen Kebidanan varney
Langkah Pertama : Pengkajian atau
Pengumpulan Data
Pada langkah pertama ini dikumpulkan semua
informasi yang akurat dan lengkap dari berbagai
sumber yang berkaitan dengan kondisi
klien.Pada langkah ini meliputi data subjektif,
objektif dan hasil pemeriksaan sehingga

menggambarkan kondisi/masukan pasien yang


sebenarnya dan valid. Menurut Arianto (2008)
pengkajian merupakan awal mendapatkan data
dengan cara mengumpulkan semua data yang
dibutuhkan untuk mengevaluasi keadaan ibu
melalui anamnese, pemeriksaan fisik,
pemeriksaan penunjang dan data tersebut
diklasifikasikan sebagai data subjektif, objektif
dan penunjang:
Data subjektif adalah data yang didapatkan dari
hasil anamnesa allo dan auto anamnesa. Data
objektif adalah data yang didapatkan dari hasil
pemeriksaan fisik.
Data Subjektif
Biodata anak yaitu nama, tanggal lahir, jenis
persalinan, jenis kelamin, dan biodata ibu, ayah
yaitu nama, umur, pendidikan, pekerjaan, dan
alamat tujuannya untuk menetapkan identitas
pasien karena mungkin memiliki nama yang

sama dengan alamat dan nomor telepon yang


berbeda serta untuk mengetahui faktor resiko
yang mungkin terjadi.
Riwayat penyakit
Mulai timbul gejala sampai dibawa ke rumah
sakit atau apakah ada penyakit yang menyertai.
Riwayat penyakit dahulu : penyakit yang pemah
diderita sebelumnya.
Riwayat tumbuh kembang : perkembangan anak
hingga saat sekarang ini dari saat dia bayi, mulai
bisa merangkak, dan mulai bisa berjalan.
Data Objektif (Pemeriksaan Fisik)
Keadaan umum :letargis, tangis lemah, gerak
lemah
Tanda-tanda vital :suhu, pernafasan, denyut
jantung
Kepala :ubun-ubun cekung/cembung

Mata :berair atau tidak


Hidung :ada secret atau tidak
Mulut :bibir kering/lembab.
Leher :ada atau tidak pembesaran kelenjar tiroid
Dada :ada benjolan/ tidak,ada nyeri tekan/tidak
Perut :ada nyeri tekan/ tidak, perut
kembung/tidak.
Genitalia : tidak ada kelainan atau tanda infeksi
Eksteimitas : pergerakan lemah
Kulit : warna kulit , hangat atau dingin
Langkah kedua : Interpretasi Data
Pada langkah ini dilakukan identifikasi terhadap
diagnosa atau masalah berdasarkan interpretasi
yang benar atas data-data yang dikumpulkan
sehingga dapat dirumuskan diagnosa dan
masalah yang spesifik. Data dasar di
interprestasikan menjadi masalah atau diagnosa

spesifik yang sudah di identifikasikan. Di dalam


interprestasi data, terdapat tiga komponen
penting di dalamnya yaitu :
Diagnosa
Diagnosa ditetapkan bertujuan untuk
mengetahui apakah ada penyimpangan.Untuk
anak kurang baik diagnosa ditegakkan
berdasarkan pengumpulan data, pemeriksaan
fisik dan pemeriksaan penunjang.
Masalah
Dapat berupa keluhan utama yang
menyangkut masalah nomenklatur dan non
nomenklatur seperti kondisi ibu yang kurang
baik dan keadaan anaknya.
Kebutuhan
Berupa semua kebutuhan yang dibutuhkan
untuk mengatasi masalah yang dialami oleh
anak seperti memberikan penanganan yang tepat

pada anak dengan cara tetap melakukan


kolaborasi dengan dokter spesialis anak,
memberikan asupan cairan yang sesuai dengan
kebutuhan anak, mengontrol perkembangan.
Langkah ketiga : Masalah atau Diagnosa
Potensial
Langkah ini dilakukan dengan mengidentifikasi
masalah kemudian merumuskan diagnosis
potensial berdasarkan masalah yang sudah
teridentifikasi.
Langkah keempat : Tindakan Segera
Langkah ini dilakukan untuk mengantisipasi dan
melakukan konsultasi serta kolaborasi dengan
tim kesehatan lain berdasarkan kondisi pasien
apakah dibutuhkan tindakan segera atau tidak.
Langkah kelima : Intervensi
Rencana asuhan yang menyeluruh adalah
berdasarkan hasil identifikasi masalah dan

diagnosa. Dalam asuhan menyeluruh harus


mencerminkan masalah dan diagnosa. Dalam
asuhan menyeluruh harus mencerminkan
rasional yang benar-benar valid berdasarkan
pengetahuan teori yang berhubungan langsung
sesuai dengan up to date serta sesuai dengan
asumsi tentang apa yang akan atau tidak akan
mau dilakukan. Jika tidak menghasilkan asuhan
pasien yang tidak lengkap dan berbahaya.
Langkah keenam : Implementasi
Perencanaan bisa dilakukan seluruhnya oleh
bidan atau sebagian oleh klien bahkan anggota
kesehatan lainnya yang mana bidan
berkolaborasi.Bidan juga bertanggung jawab
terhadap terlaksananya rencana asuhan yang
telah di rencanakan.
Langkah ketujuh : Evaluasi
Merupakan langkah akhir dari proses asuhan
kesehatan diare. Dari hasil pelaksanaan

perencanaan dapat diketahui keefektifan dari


asuhan yang telah diberikan dan menunjukan
perbaikan kondisi apabila anak sempat
mengalami masalah yang harus segera
ditangani.
Pendokumentasian
Dalam melakukan pendokumentasian asuhan
kebidanan yang telah diberikan pada anak diare
dapat menggunakan metode VARNEY dan
SOAP.
2.12 Konsep Teori Kebidanan Secara SOAP
2.12.1 Pengertian
Dokumentasi berasal dari kata dokumen berarti
bahan pustaka, baik yang berbentuk tulisan
maupun rekaman lainnya seperti dengan pita
suara atau kaset, video, film, gambar dan foto.
Dalam kamus besar bahasa Indonesia adalah
surat yang tertulis atau tercetak yang dapat

dipakai sebagai bukti keterangan (seperti akta


kelahiran, surat nikah, surat perjanjian dan
lainnya). Dokumentasi dalam bahasa inggris
berarti satu atau lebih lembar kertas resmi
dengan tulisan di atasnya.secara umum
dokumentasi dapat di artikan sebagai suatu
catatan otentik atau semua surat asli yang yang
dapat dibuktikan atau dijadikan bukti dalam
persoalan hokum. Dokumentasi adalah suatu
proses pencatatan, penyimpanan informasi data
atau fakta yang bermakna dalam pelaksanan
kegiatan. (Fauziah, 2010).
Pendokumentasian menejemen kebidanan
dengan metode SOAP adalah catatan tentang
interaksi antara tenaga kesehatan, pasien,
keluarga, dan tim kesehatan tentang hasil
pemeriksaan, prosedur tindakan, pengobatan
pada pasien, dan respon pasien terhadap semua
asuhan yang telah diberikan. (muslihatun 2009).

Pendokumentasian yang benar adalah


pendokumentasian mengenai asuhan yang telah
dan akan dilakukan pada seorang pasien, di
dalamnya tersirat proses berfikr bidan yang
sistematis dalam menghadapi seorang pasien
sesuai langkah-langkah manajemen kebidanan.
(Sudarti,Afron Fauziah 2010).
2.11.2 Langkah-langkah menejemen kebidanan
SOAP
Menurut Sudarti, Afroh Fauziah (2010) Uraian
dari metode SOAP adalah :
S

: Adalah data subyektif.

: Adalah data obyektif.

: Adalah analysis atau assessment.

: Adalah planning.

Uraian di atas merupakan catatan yang bersifat


sederhana, jelas, logis dan singkat. Prinsip dari

metode SOAP ini merupakan proses pemikiran


penatalaksanaan manajemen kebidanan.
S = Data Subyektif
Merupakan manajemen kebidanan menurut
Helen Varney langkah pertama adalah
pengkajian data, terutama data yang diperoleh
melalui anamnesis. Data subyektif ini
berhubungan dengan masalah dari sudut
pandang pasien Ekspresi pasien mengenai
kekhawatiran dan keluhannya yang dicatat
sebagai kutipan langsung atau ringkasan yang
akan berhubungan langsung dengan diagnosis.
Pada pasien yang bisu, di bagian data
dibelakang huruf S, diberi tanda huruf O
atau X. tanda ini akan menjelaskan bahwa
pasien adalah penderita tuna wicara.
O = Data Obyektif

Merupakan pendokumentasian manajemen


kebidanan menurut Helen Varney pertama
adalah pengkajian data, terutama data yang
diperoleh dari hasil observasi yang jujur dari
pemeriksaan fisik pasien, pemeriksaan
laboratorium atau pemeriksaan diagnostik lain.
Data ini akan memberikan bukti gejala klinis
pasien dan fakta yang berhubungan dengan
diagnosis.
A = Analysis Atau Assessment
Merupakan pendokumentasian hasil analisi an
interpretasi (kesimpulan) dari data subyektif dan
obyektif. Dalam pendokumentasian manajemen
kebidanan. Karena keadaan pasien yang setiap
saat bias mengalami perubahan, dan akan
ditemukan informasi baru dalam data subyektif
maupun data obyektif, maka proses pengkajian
data akan menjadi sangat dinamis. Hal ini juga
menuntut bidan untuk sering melakukan

analysis data yang dinamis tersebut dalam


rangka mengikuti perkembangan pasien.analysis
yang tepat dan akurat akan menjamin cepat
diketahuinya perubahan pada pasien, sehingga
dapat diambil keputusan atau tindakan yang
cepat.
Analysis merupakan pendokumentasian
manajemen kebidanan menurut Helen varney
mencakup langkah kedua, ketiga dan keempat
sehingga hal-hal berikut ini diagnosis atau
masalah kebidanan, diagnosis atau masalah
potensial seta perlunya mengidentifikasi
kebutuhan tindakan segera harus diidentifikasi
menurut kewenangan bidan, meliputi tindakan
mandiri, tindakan kolaborasi dan tindakan
merujuk klien.
P = Penatalaksanaan
Penatalaksanaan adalah membuat rencana
asuhan saat ini dan yang akan datang. Rencana

asuhan disusun berdasarkan hasil analisis dan


interpretasi data.Rencana asuhan ini bertujuan
untuk mengusahakan tercapainya kondisi pasien
seoptimal mungkin dan mempertahankan
kesejahteraannya. Rencana asuhan ini harus
mencapai kriteria tujuan yang ingin dicapai
dalam batas waktu tertentu.tindakan yang
dilakukan harus mampu membantu pasien
mencapai kemajuan dan harus sesuai dengan
hasil kolaborasi tenaga kesehatan lain, antara
lain dokter.
Meskipun secara istilah P adalah
penatalaksanaan saja, namun P dalam metode
SOAP ini juga merupakan gambaran
pendokumentasian implementasian dan
evaluasi. Dengan kata lain, P dalam metode
SOAP meliputi pendokumentasian manajemen
kebidanan menurut Helen Varney langkah
kelima, keenam dan ketujuh.

Pendokumentasian P dan SOAP ini, adalah


pelaksanaan asuhan sesuai rencana yang telah
disusun sesuai dengan keadaan dan dalam
rangka mengatasi masalah pasein.
Pelaksanaan tindakan harus disetujui oleh
pasien, kecuali bila tindakan dilaksanakan akan
membahayakan keselamatan pasien. Sebanyak
mungkin pasien harus dilibatkan dalam proses
implementasiini. Bila kondisi pasien berubah,
analisis juga berubah, maka rencana asuhan
maupun implementasinyapun kemungkinan
besar akan ikut berubah atau harus disesuaikan.
Dalam penatalaksanaan ini juga harus
mencantumkan evaluasi, yaitu tafsiran dari efek
tindakan yang telah diambil untuk menilai
efektifitas asuhan atau hasil pelaksanaan
tindakan. Evaluasi berisi analisis hasil yang
telah dicapai dan merupakan focus ketepatan
nilai tindakan atau asuhan.jika kriteria tujuan

tidak tercapai, proses evaluasi ini dapat menjadi


dasar untuk mengembakan tindakan alternative
sehingga tercapai tujuan yang diharapkan.
Untuk mendokumentasikan proses evaluasi ini,
diperlukan sebuah catatan perkembangan,
dengan tetap mengacu pada metode SOAP.
BAB III
TINJAUAN KASUS
Tanggal masuk

: 20 September 2014

Jam

: 04.00 wib

No. MR

: 077314

PENGKAJIAN ( Tanggal/jam: 20 September


2014/ 04.30 WIB
Kronologi Pasien
By.Pberusia 3 bulan kiriman dari IGD RSUD
Prof.Dr.MA.Hanafiah Batusangkar pukul 03.50
WIB dengan keluhan bayi mencret sejak 4 hari
yang lalu dengan konsistensi encer dan

berampas dengan frekuensi 3x, bayi mencret


lebih dari 7x hari ini,bayi demam sejak 3 hari
yang lalu bayi tidak batuk maupun pilek,bayi
muntah setelah disusui ibunya,bayi terlihat
gelisah dan rewel.Sebelum diare bayi diberi
minum susu formula dikarenakan ASI sedikit.
Perawatan pada ByP dengan diare akut
dehidrasi sedang diruangan Anak RSUD
Prof.Dr.MA.Hanafiah Batusangkar dimulai pada
tanggal 20 September s/d 22 September 2014
Data Subjektif
Identits Bayi
Nama

: By P

Umur

: 3 bulan

Jenis kelamin : Perempuan


Alamat

: Sumanik

Tanggal Masuk: 20 September 2014

Identitas orang tua/penanggung jawab


Nama Ayah

: Tn. R

Umur

: 22 Tahun

Agama

: Islam

Pendidikan

: SD

Pekerjaan

: Petani

Suku /Bangsa : Piliang/Indonesia


Alamat
Telp

: Sumanik
:

Anamnesa
Keluhan utama :
Ibu mengatakan ingin memeriksakan kesehatan
bayinya dengan keluhan berak encer dan
berampas sejak 4 hari yang lalu dengan
frekuensi 3x

Ibu mengatakan bayinya demam sejak 3 hari


yang lalu, bayinya tidak batuk maupun pilek.
Ibu mengatakan BAB bayinya encer sudah 7x
hari ini,sekali BAB gelas aqua dan tidak
terdapat lendir.
Ibu mengatakan BB bayi sebelumnya 4.8 kg
Ibu mengatakan BB sekarang 4.2 kg
Keadaan bayi : Sedang
Alasan pemeriksaan : Bayi mencret sejak 4 hari
yang lalu dengan konsistensi BAB encer
Kehamilan dan persalinan : Normal
Status imunisasi :
Imunisa Keteranga
i
n
BCG

Lengkap(1
kali)

Hep B Lengkap(2

kali)
Polio

Lengkap(3
kali)

Belum
Campak
ada
Riwayat penyakit sekarang
Keluhan Sebelum Masuk Rumah
Sakit(SMRS) bayi mencret sejak 4 hari yang
lalu dengan konsistensi encer dan
berampas,sekali BAB gelas aqua,warna
tinja kekuningan,tidak terdapat lendir maupun
darah.
Badan bayi panas,bayi tampak
lemah,rewel,nafsu makan berkurang.Tetapi
setiap kali bayi di beri susu bayi
muntah.Sebelum diare bayi diberi minum susu
formula dikarenakan ASI sedikit.
PBM datang ke IGD dengan keluhan :

Ibu mengatakan bayinya mencret sejak 4 hari


yang lalu konsistensi encer dan berampas
dengan frekuensi 3x
Ibu mengatakan bayinya mencret lebih dari7x
hari ini
Ibu mengatakan bayinya demam sejak 3 hari
yang lalu, bayinya tidak batuk maupun pilek
Ibu mengatakan BB bayi sebelumnya 4.8 kg
Ibu mengatakan BB sekarang 4.2 kg
Ibu mengatakan bayinya muntah setelah disusui
Ibu mengatakan bayinya terlihat gelisah dan
rewel
Riwayat penyakit dahulu
Ibu mengatakan sebebelumnya , bayi P tidak
pernah menderita sakit yang berat.
Riwayat penyakit keluarga :

Ibu mengatakan dikeluarga tidak ada yang


menderita penyakit menular.
Riwayat tumbuh kembang
Ibu mengatakan bayinya rajin dibawa ke
posyandu dan berat badan bayinya selalu naik
setiap bulan. Pada saat ini ibu mengatakan
anaknya sudah bisa mengangkat kepala tegak
ketika tengkurap,tertawa,menggerakkan kepala
kekiri dan kekanan,membalas tersenyum ketika
diajak bicara atau tersenyum.
Pola kebutuhan sehari-hari
Nutrisi : ASI: Ada, 8-9 kali sehari,
Eliminasi

BAK

BAB

Frekuensi
: 5- 6 x sehari
:7x sehari

Frekuensi

Warna

Warna

: Kuning jernih
:Kuning

Keluhan
Konsistensi

: Tidak ada
:Encer
Keluhan

:Bayirewel
Istirahat
Istirahat siang

: 2-3 jam

Istirahat malam

: 8 jam

Personal hygiene
Perwatan tali pusat
: Tidak dilakukan karena
tali pusat sudah lepas
Mandi

: 2x sehari

Ganti popok
BAK

: Setiap kali BAB dan

Data Objektif
Pemeriksaan Umum
KU

: Sedang

Kesadaran

: CMC

Nadi

: 158 x/menit

Pernafasan

: 40 x/menit

Suhu

: 38 C

Pemeriksaan Antropometri
PB

: 53 cm

BB

: 4.2 kg

BB Sebelumnya

: 4.8 kg

LILA

: 11 cm

LK

: 37 cm

LD

: 35 cm

Pemeriksaan fisik
Kepala

: Ubun-ubun besar cekung

Rambut

: Bersih, hitam

Mata

: Cekung

Muka

: Pucat,tidak oedema

Mulut

: Mukosa mulut kering

Leher
: Tidak ada pembesaran
kelenjar tiroid dan kelenjar limfe
Dada
dada

:Tidak ada retraksi dinding

Abdomen

:Kembung

Turgor kulit
:menurun (saat kulit bagian
perut dicubit, pengembaliankulit seperti semula
agak lambat)
Genetalia

: Bersih

Eksremitas

: Pergerakan aktif

Anus

: Kemerahan

Refeleks
Graps

: Morro
:+
Rooting

Sucking

:+

:+

:+

Walking
Tonicneck

:+

:+

Pemeriksaan Penunjang
a.Laboratorium Darah
Pemeriksaan
Leukosit
103/mm3
Trombosit
103/mm3

20/9/2014
:
15,9
(3,5 10,0)
:
487
(100 350)

Hemoglobin
g/dl

:
11.9
(11,0 15,0)

Hematokrit
%

:
(31- 43)

37

Eosinofil
%

:
(1-2)

1,90

Golongan darah: A
Pemeriksaan tinja :

Warna

: kuning

Konsistensi

: encer

Bau

: Negatif

Darah

: Negatif

Cacing

: Negatif

Lendir

: Negatif

Protozoa

: Negatif

Telur cacing

: Negatif

A.

DEFINISI FEBRIS

Febris (demam) yaitu meningkatnya suhu tubuh


yang melewati batas normal yaitu lebih dari
380C (Fadjari Dalam Nakita 2003).

Febris konvulsi adalah bangkitan kejang yang


terjadi pada kenaikan suhu tubuh(diatas 38C)
yang disebabkan oleh suatu proses ekstra
kronium.
Demam berarti suhu tubuh diatas batas normal
biasa, dapat disebabkan oleh
kelainan dalam otak sendiri atau oleh zat toksik
yang mempengaruhi pusat pengaturan suhu,
penyakit-penyakit bakteri, tumor otak atau
dehidrasi(Guyton, 1990).
Demam adalah keadaan dimana terjadi kenaikan
suhu hingga 38 C atau lebih. Ada juga yang
yang mengambil batasan lebih dari 37,8C.
Sedangkan bila suhu tubuh lebih dari 40C
disebut demam tinggi (hiperpireksia)
(Julia, 2000).
B.

ETIOLOGI FEBRIS

Menurut Pelayanan kesehaan maternal dan


neonatal 2000 bahwa etiologi febris,diantaranya
1.

Suhu lingkungan.

2.

Adanya infeksi.

3.

Pneumonia.

4.

Malaria.

5.

Otitis media.

6.

Imunisasi

Demam terjadi bila pembentukan panas


melebihi pengeluaran. Demam dapat
berhubungan dengan infeksi, penyakit kolagen,
keganasan, penyakit metabolik maupun
penyakit lain (Julia, 2000).
Menurut Guyton (2000) demam dapat
disebabkan karena kelainan dalam otak sendiri
atau zat toksik yang mem-pengaruhi pusat
pengaturan suhu, penyakit-penyakit bakteri,
tumor otak atau dehidrasi.

C. KLASIFIKASI FEBRIS
Klasifikasi febris/demam menurut Jefferson
(2010), adalah :
Fever

Keabnormalan elevasi
dari suhu tubuh, biasanya
karena proses patologis

Hyperthermi Keabnormalan suhu tubuh


a
yang tinggi secara
intensional pada makhluk
hidup sebagian atau
secara keseluruhan tubuh,
seringnya karena induksi
dari radiasi (gelombang
panas, infrared),
ultrasound atau obat
obatan
Malignant

Peningkatan suhu tubuh

Hyperthermi yang cepat dan berlebihan


a
yang menyertai kekakuan
otot karena anestesi total
Tipe - tipe demam.diantaranya:
Demam Septik
Suhu badan berangsur naik ketingkat yang
tinggi sekali pada malam hari dan turun kembali
ketingkat diatas normal pada pagi hari. Sering
disertai keluhan menggigil dan berkeringat. Bila
demam yang tinggi tersebut turun ketingkat
yang normal dinamakan juga demam hektik
Demam remiten
Suhu badan dapat turun setiap hari tetapi tidak
pernah mencapai suhu badan normal. Penyebab
suhu yang mungkin tercatat dapat mencapai dua
derajat dan tidak sebesar perbedaan suhu yang
dicatat demam septik
Demam intermiten

Suhu badan turun ketingkat yang normal selama


beberapa jam dalam satu hari. Bila demam
seperti ini terjadi dalam dua hari sekali disebut
tersiana dan bila terjadi dua hari terbebas
demam diantara dua serangan demam disebut
kuartana
Demam intermiten
Variasi suhu sepanjang hari tidak berbeda lebih
dari satu derajat. Pada tingkat demam yang terus
menerus tinggi sekali disebut hiperpireksia
Demam siklik
Terjadi kenaikan suhu badan selama beberapa
hari yang diikuti oleh beberapa periode bebas
demam untuk beberapa hari yang kemudian
diikuti oleh kenaikan suhu seperti semula
Suatu tipe demam kadang-kadang dikaitkan
dengan suatu penyakit tertentu misalnya tipe
demam intermiten untuk malaria. Seorang

pasien dengan keluhan demam mungkin dapat


dihubungkan segera dengan suatu sebab yang
jela seperti : abses, pneumonia, infeksi saluran
kencing, malaria, tetapi kadang sama sekali
tidak dapat dihubungkan segera dengan suatu
sebab yang jelas.
Dalam praktek 90% dari para pasien dengan
demam yang baru saja dialami, pada dasarnya
merupakan suatu penyakit yang self-limiting
seperti influensa atau penyakit virus sejenis
lainnya.
D. PATOFISIOLOGI
Nukleus pre-optik pada hipotalamus anterior
berfungsi sebagai pusat pengatur suhu dan
bekerja mempertahankan suhu tubuh pada suatu
nilai yang sudah ditentukan, yang disebut
hypothalamus thermal set point. Pada
demam hypothalamic thermal set

point meningkat dan mekanisme pengaturan


suhu yang utuh bekerja meningkatkan suhu
tubuh ke suhu tertentu yang baru.
Terjadinya demam disebabkan oleh pelepasan
zat pirogen dari dalam lekosit yang sebelumnya
telah terangsang baik oleh zat pirogen eksogen
yang dapat berasal dari mikroorganisme atau
merupakan suatu hasil reaksi imunologik yang
tidak berdasarkan suatu infeksi Pirogen eksogen
ini juga dapat karena obat-obatan dan hormonal,
misalnya progesterone.

Secara skematis mekanisme terjadinya febris


atau demam dapat digambarkan sebagai
berikut :

Stimulus eksogen (endotoksin, staphylococcal


erythoxin dan virus) menginduksi sel darah
putih untuk produksi pirogen endogen yang
paling banyak keluar IL-1 dan TNF-, selain
itu ada IL-6 dan IFN bekerja pada sistem
saraf pusat di level organosum vasculosum pada
lamina terminalis (OVLT) OVLT dikelilingi
oleh porsio medial dam lateral pada pre-optic
nucleus, hipotalamus anterior dan septum
pallusolum
Mekanisme sirkulasi sitokin di sirkulasi
sistemik berdampak pada jaringan neural masih
belum jelas. hipotesanya adanya kebocoran di
sawar darah otak di level OVLT menyediakan
sistem saraf pusat untuk merasakan adanya
pirogen endogen. Mekanisme pencetus
tambahan termasuk transport aktif sitokin ke
dalam OVLT atau aktivasi reseptor sitokin di sel
endotel di neural vasculature, yang
mentranduksi sinyal ke otak.

OVLT mensintesa prostaglandin, khususnya


prostaglandin E2, yang merespons pirogen
endogen. PG E2 bekerja secara langsung ke sel
pre-optic nucleus untuk menurunkan rata
pemanasan pada neuron yang sensitif pada
hangat dan ini salah satu cara menurunkan
produksi pada arachidonic acid pathway.
Kejadian yang lebih luas pada cyclooxygenase2 (COX-2) di neural vasculature yang penting
pada formasi febris. Induksi pada respons febris
oleh lipopolisakarida, TNF- dan IL-1 yang
menghasilkan kenaikan COX-2 mRNA pada
cerebral vasculature pada beberapa model
eksperimental febris.
Peningkatan suhu dikenal untuk menginduksi
perubahan pada banyak sel efektor pada respons
imun. Demam menginduksi terjadinya respons
syok panas. Pada respons syok panas terjadi
reaksi kompleks pada demam, untuk sitokin
atau beberapa stimulus lain. Hasil akhir dari

reaski ini adalah produksi heat shock protein


(HSPs), sebuah kelas protein krusial untuk
penyelamatan seluler.

Sitokin proinflamotori masuk ke sirkulasi


hipotalamik stimulasi pengeluaran PG lokal,
resetting set point termal hipotalamik sitokin
proinflamatori vs kontrainflamatori (misalya
seperti IL-10 dan substansi lain seperti arginin
vasopresin, MSH, glukokortikoid) membatasi
besar dan lamanya demam
D.

MANIFESTASI KLINIS

Pada saat terjadi demam, gejala klinis yang


timbul bervariasi tergantung pada fase demam
meliputi:
Fase 1 awal (awitan dingin/ menggigil)

Tanda dan gejala


-

Peningkatan denyut jantung

Peningkatan laju dan kedalaman pernapasan

Mengigil akibat tegangan dan kontraksi otot

Peningkatan suhu tubuh

Pengeluaran keringat berlebih

Rambut pada kulit berdiri

- Kulit pucat dan dingin akibat vasokontriksi


pembuluh darah
Fase 2 ( proses demam)
Tanda dan gejala
-

Proses mengigil lenyap

Kulit terasa hangat / panas

Merasa tidak panas / dingin

Peningkatan nadi

Peningkatan rasa haus

Dehidrasi

Kelemahan

- Kehilangan nafsu makan ( jika demam


meningkat)
-

Nyeri pada otot akibat katabolisme protein.

Fase 3 (pemulihan)
Tanda dan gejala
-

Kulit tampak merah dan hangat

Berkeringat

Mengigil ringan

Kemungkinan mengalami dehidrasi

E.

PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

Uji coba darah,

Contoh pada Demam Dengue terdapat


leucopenia pada hari ke-2 atau hari ke-3. Pada
DBD dijumpai trombositopenia dan
hemokonsentrasi. Masa pembekuan masih
normal, masa perdarahan biasanya memanjang,
dapat ditemukan penurunan factor II,V,VII,IX,
dan XII. Pada pemeriksaan kimia darah tampak
hipoproteinemia, hiponatremia, hipokloremia.
SGOT, serum glutamit piruvat(SGPT), ureum,
dan pH darah mungkin meningkat, reverse
alkali menurun.
Pembiakan kuman dari cairan tubuh/lesi
permukaan atau sinar tembus rutin.
Contoh pada DBD air seni mungkin ditemukan
albuminuria ringan.
Dalam tahap melalui biopsi pada tempat-tempat
yang dicurigai. Juga dapat dilakukan
pemeriksaan seperti anginografi, aortografi atau
limfangiografi.

Ultrasonografi, endoskopi atau scanning, masih


dapat diperiksa

F. PENATALAKSANAAN FEBRIS
1.

Secara Fisik

a. Anak demam ditempatkan dalam ruangan


bersuhu normal
b.

Pakaian anak diusahakan tidak tebal

c. Memberikan minuman yang banyak karena


kebutuhan air meningkat
d. Memberikan kompres
Berikut ini cara mengkompres yang benar :
Kompres dengan menggunakan air hangat,
bukan air dingin atau es
Kompres di bagian perut, dada dengan
menggunakan sapu tangan yang telah dibasahi
air hangat
Gosok-gosokkan sapu tangan di bagian
perut dan dada
Bila sapu tangan sudah kering, ulangi lagi
dengan membasahinya dengan air hangat
2. Obat- obat Antipiretik
Antipiretik bekerja secara sentral menurunkan
suhu di pusat pengatur suhu di
hipotalamus.Antipiretik berguna untuk
mencegah pembentukan prostaglandin dengan

jalan menghambat enzim cyclooxygenase


sehinga set point hipotalamus direndahkan
kembali menjadi normal yang mana diperintah
memproduksi panas diatas normal dan
mengurangi pengeluaran panas tidak ada lagi.
Penderita tifus perlu dirawat dirumah sakit
untuk isolasi (agar penyakit ini tidak menular ke
orang lain). Penderita harus istirahat total
minimal 7 hari bebas panas. Istirahat total ini
untuk mencegah terjadinya komplikasi di usus.
Makanan yang dikonsumsi adalah makanan
lunak dan tidak banyak berserat. Sayuran
dengan serat kasar seperti daun singkong harus
dihindari, jadi harus benar-benar dijaga
makanannya untuk memberi kesempatan kepada
usus menjalani upaya penyembuhan.

Pengobatan yang diberikan untuk pasien febris


typoid adalah antibiotika golongan
Chloramphenicol dengan dosis 3-4 x 500
mg/hari;
Petunjuk pemberian antipiretik:
Bayi 6 12 bulan : 1 sendok the sirup
parasetamol
Anak 1 6 tahun : parasetamol 500 mg
atau 1 1 sendokteh sirup parasetamol
Anak 6 12 tahun : 1 tablet parasetamol 5oo
mg atau 2 sendok the sirup parasetamol.
Tablet parasetamol dapat diberikan dengan
digerus lalu dilarutkan dengan air atau teh
manis. Obat penurun panas in diberikan 3 kali
sehari. Gunakan sendok takaran obat dengan
ukuran 5 ml setiap sendoknya.
Pemberian obat antipiretik merupakan pilihan
pertama dalam menurunkan demam dan sangat

berguna khususnya pada pasien berisiko, yaitu


anak dengan kelainan kardiopulmonal kronis
kelainan metabolik, penyakit neurologis dan
pada anak yang berisiko kejang demam
G.
KOMPLIKASI FEBRIS
Menurut Corwin (2000),komplikasi febris
diantaranya:
1. Takikardi
2. Insufisiensi jantung
3. Insufisiensi pulmonal
4. Kejang demam

BAB III
MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN
A.

PENGUMPULAN DATA

1.

Identitas pasien

Nama

: An. A

Umur

: 3,5 tahun

Jenis kelamin

: Laki-laki

pekerjaan

:-

Status pernikahan : Belum menikah


Pendidikan

:-

Alamat

: Cunda

Agama

: Islam

Suku/bangsa

:Aceh/ indonesia

Tanggal masuk rumah sakit: 09 februari 2013


Diagnosa medis
2.

: Febris

Identitas penanggung jawab:

Nama

: Ibu B

Umur

: 25 tahun

Jenis kelamin

: Perempuan

Hubungan dengan pasien : Ibu kandung


Pekerjaan

: Ibu rumah tangga

Alamat

: Cunda

B.

ANAMNESA (DATA SUBYEKTIF)

1.

KeluhanuUtama

Ibu An. A mengatakan anaknya panas 4 hari,


muntah dan mual bila makan dan minum, lemes,
( umumnya ada gejala lain yang menyertai
demam misalnya mual muntah, nafsu makan
menurun, diaforesis, gangguan eliminasi, nyeri
otot dan sendi).

2. Riwayatakesehatanasekarang
Ibu An. A mengatakan anaknya panas 4 hari
terus menerus, mual dan muntah bila makan dan
nafsu makan dan minum menurun. Sebelumnya
keluarga hanya mengompres anaknya tapi
panasnya belum turun juga.
3.

Riwayat kesehatan keluarga

Keluarga ada yang mengalami demam seperti


pasien tanpa mual muntah seperti gejala yang
dialami pasien, namun sembuh hanya dengan
meminum obatyangdibelidipasaran.
C. PEMERIKSAAN FISIK (DATA
OBYEKTIF)
a.

Keadaan umum : lemas

b.

Kesadaran : composmentis

c. Tanda vital :
TD

Pols

Temp

: 38

RR

BB

TB

Head to Toe
a.

Kepala

Rambut
kering

: warna hitam, kulit kepala nampak

Mata

: simetris, konjungtiva anemis

Hidung
secret

: fungsi penciuman baik, tidak ada

Telinga
baik

: tidak ada serumen, pendengaran

Mulut
: mukosa bibir kering tidak
ada stomatitis
Leher

: tidak ada pembesaran kelenjar tiroid

Wajah

: tampak pucat dan lemas

b.

Dada

Jantung I : IC tidak tampak


P

: IC kuat angkat

: Batas jantung tidak melebar

: Bunyi jantung I-II simetris

Paru I

: Pengembangan dada ka = ki simetris

: Fremitus seimbang

: Sonor

: Bunyi vesikuler

c.
Abdomen I
abdomen

: tidak ada distensi

: Peristaltik usus 15 x/menit

: Tidak teraba massa

: Tidak kembung

d.

Genetalia

: genetalia bersih

e. Ektremitas
: lemah dalam
menggerakkan tangan
f.

Turgorkulit

:jelek

g.

PemeriksaanPenunjang

Sebelum meningkat ke pemeriksaan yang lebih


mutakhir yang siap untuk digunakan seperti
ultrasonografi, endoskopi atau scanning, masih
dapat diperiksa uji coba darah, pembiakan
kuman dari cairan tubuh/lesi permukaan atau
sinar tembus rutin. Dalam tahap melalui biopsi
pada tempat-tempat yang dicurigai. Juga dapat
dilakukan pemeriksaan seperti anginografi,
aortografi atau limfangiografi.

ASUHAN KEPERAWATAN
Resiko tinggi infeksi b/d :
-

Penurunan sistem tubuh

- Kegagalan untuk mengenal dan mengatasi


infeksi
-

Prosedur infasif

Nosokomial.

Tujuan/kriteria hasil :
Menunjukkan penyembuhan seiring
perjalanan waktu
Bebas dari sekresi purulen, bebas dari
febris.

Diagnosa Keperawatan yang sering muncul


Hipertemia berhubungan dengan proses
penyakit
Resiko injury berhubungan dengan infeksi
mikroorganisme
Resiko kekurangan volume cairan
berhubungan dengan intake yang kurang dan
diaporesisi
Discharge Planning
1. Ajarkan keluarga mengenal tanda-tanda
kekambuhan dan laporkan dokter atau
Perawat
2. Instruksikan untuk memberikan pengobatan
sesuai dengan dosis dan waktu
3. Ajarkan bagaimana mengukur suhu tubuh
dan intervensi

4.

Intruksikan untuk kontrol ulang

5. Jelaskan factor penyebab demam dan


menghindari factor pencetus.

RENCANA KEPERAWATAN
N Diagnosa Tujuan dan Intervensi
o. Keperawat Kriteria
(NIC)

an
1. Hipertemia
berhubunga
n dengan
proses
penyakit.

Hasil
(NOC)
Setelah
dilakukan
tindakan
perawatan
selama .X
24

Batasan
karakeristik jam, pasien
:
mengalami
keseimbang
kenaikan
an
suhu
termoregula
tubuh diatas si dengan
rentang
kriteria hasil
normal
:
serangan
atau
konvulsi

Mengontrol
panas
Monitor
suhu
minimal tiap
2 jam
Monitor
suhu basal
secara
kontinyu
sesui
dengan
kebutuhan.

Monitor TD,
Nadi, dan
Suhu
tubuh dalam RR
rentang
Monitor

(kejang)

normal 35,9 warna dan


C 37,5 C suhu kulit

kulit
kemerahan Nadi dan
pertambaha RR dalam
rentang
n RR
normal
takikardi
saat
disentuh
tangan
terasa
hangat

Tidak
ada
perubahan
warna kulit
Tidak
ada pusing

Monitor
penurunan
tingkat
kesadaran
Monitor
WBC,Hb,
Hct
Monitor
intake dan
output
Berikan anti
piretik
Berikan
pengobatan
untuk
mengatasi

penyebab
demam
Selimuti
pasien
Lakukan
Tapid
sponge
Berikan
cairan intra
vena
Kompres
pasien pada
lipat paha,
aksila dan
leher
Tingkatkan
sirkulasi
udara

Berikan
pengobatan
untuk
mencegah
terjadinya
menggigil
Temperature
Regulation
Monitor
tanda- tanda
hipertermi
Tingkatkan
intake cairan
dan nutrisi
Ajarkan
pada pasien
cara
mencegah
keletihan

akibat panas
Diskusikan
tetang
pentingnya
pengaturan
suhu dan
kemungkina
n efek
negative
dari
kedinginan
Berikan
obat
antipiretik
sesuai
dengan
kebutuhan
Gunakan
matras

dingin dan
mandi air
hangat
untuk
mengatasi
gangguan
suhu tubuh
sesuai
dengan
kebutuhan
Lepasakan
pakaian
yang
berlebihan
dan tutupi
pasien
dengan
hanya

selembar
pakaian.
Vital Sign
Monitoring
Monitor TD,
Nadi, Suhu,
dan RR
Catat
adanya
fluktuasi
tekanan
darah
Monitor
vital sign
saat pasien
berdiri,
duduk dan
berbaring

Auskultasi
TD pada
kedua
lengan dan
bandingkan
Monitor TD,
Nadi, dan
RR
sebelum,
selama, dan
sesudah
aktivitas
Monitor
kualitas dari
nadi
Monitor
frekuensi
dan irama
pernapasan

Monitor
suara paru
Monitor
pola
pernapasan
Abnormal
Monitor
suhu, warna
dan
kelembaban
kulit
Monitor
sianosis
perifer
Monitor
adanya
tekanan nadi
yang

melebar ,
bradikardi,
peningkatan
sistolik
(Chusing
Triad)
Identifikasi
penyebab
dari
perubahan
vital Sign
2. Resiko
injury

Setelah
dilakukan
berhubunga tindakan
keperawatan
n dengan
selama x
infeksi
mikroorgan 24 jam,
pasien tidak
isme
mengalami

Sediakan
lingkungan
yang aman
untuk pasien
Identifika
si kebutuhan
Keamanan
pasien

injury.
Risk Injury
Kriteria
Hasil :
Klien
terbebas
dari cidera

sesuai
dengan
kondisi fisik
dan fungsi
kognitif
pasien dan
riwayat
penyakit
terdahulu
pasien

Klien
mampu
menjelaskan Menghindar
cara/metode i lingkungan
yang
untuk
berbahaya
mencegah
misalnya
injury atau
memindahk
cedera
an
Klien
perabotan
mampu
Memasan
menjelaskan

factor resiko
dari
lingkunga
atau
perilaku
personal
Mampu
memodifika
si gaya
hidup untuk
mencegah
injury

g side rail
tempat tidur
Menyedi
akan tempat
tidur yang
nyaman dan
bersih
Meletaka
n saklar
lampu

tempat yang
mudah
Menggun dijangkau
akan
pasien
fasilitas
Membatasi
kesehatan
pengunjung
yang ada
Mampu Memberi
kan

mengenali
perubahan
status
kesehatan

penerangan
yang cukup
Menganj
urkan
keluarga
untuk
menemani
pasien
Mengont
rol
lingkungan
dari
kebisingan
Meminda
hkan
barangbarang yang
dapat
membahaya

kan
Berikan
penjelasan
pada pasien
dan keluarga
atau
pengunjung
adanya
perubahan
status
kesehatan
dan
penyebab
penyakit.
3 Resiko
kekurangan
volume
cairan
dengan

Setelah
dilakukan
tindakan
keperawatan
selama x

Fluid
management
:
Pertahan
kan catatan

faktor
resiko
faktor yang
mempengar
uhi
kebutuhan
cairan
(hipermetab
olik)

24 jam,
fluid
balance
dengan
kriteria hasil
:
Mempertaha
nkan urine
output
sesuai
dengan usia
dan BB, BJ
urine
normal, HT
normal

intake dan
output yang
akurat
Monitor
status
dehidrasi( k
elembaban
membrane
mukosa,
nadi
adekuat,
tekanan
darah
ortostatik)
Monitor
vital sign

Tekanan
darah, nadi,
Monitor
suhu tubuh
dalam batas asupan
makanan/

normal

cairan dan
hitung
Tidak ada
tanda- tanda intake kalori
harian
dehidrasi,
elastisitas
Lakukan
turgor kulit terapi IV
baik,
Monitor
membrane
status nutrisi
mukosa
Berikan
lembab,
cairan
tidak ada
rasa haus
Berikan
yang
cairan IV
berlebihan. pada suhu
ruangan
Dorong
masukan
oral
Berikan

penggantian
nasogastrik
sesuai
output
Dorong
keluarga
untuk
membantu
pasien
makan
Anjurkan
minum
kurang lebih
7-8 gelas
belimbing
perhari
Kolabora
si dokter
jika tanda

cairan
berlebih
muncul
memburuk
Atur
kemungkina
n transfusi

BAB IV
PENUTUP
A.

KESIMPULAN

Febris atau yang biasa disebut dengan demam


merupakan suatu keadaan suhu tubuh diatas
batas normal biasa, yang dapat disebabkan oleh
kelainan dalam otak sendiri atau oleh zat toksik
yang mempengaruhi pusat pengaturan suhu,

penyakit-penyakit bakteri, tumor otak atau


dehidrasi.
Demam terjadi bila pembentukan panas
melebihi pengeluaran. Demam dapat
berhubungan dengan infeksi, penyakit kolagen,
keganasan, penyakit metabolik maupun
penyakit lain (Julia, 2000).
Menurut Pelayanan kesehaan maternal dan
neonatal 2000 bahwa etiologi febris,diantaranya
a.

Suhu lingkungan.

b.

Adanya infeksi.

c.

Pneumonia.

d.

Malaria.

e.

Otitis media.

f.

Imunisasi

B.

SARAN

Demikian pembuatan makalah yang kami,dan


kami mohon kritikan dan saran yang
membangun karena bagaimanapun kami tidak
lepas dari kekurangan dan kelemahan dalam
membuat dan menyusun makalah.oleh karena
itu dengan kritik dan saran bisa memperbaiki
dan juga dalam pembuatan makalah selanjutnya
bisa lebih baik.

DAFTAR PUSTAKA
Ngastiah,Editor Setiawan S, Kep.(2005). Buku
keperawatan anak sakit.

Jakarta:EGC.
Corwin.(2000). Hand Book Of
Pathofisiologi.Jakarta:EGC.
Doenges,M.E. Geisler, A.C. Moorhouse, M.F.
(2000). Rencana Keperawatan
Pedoman untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Keperawatan. Jakarta:EGC.
Hidayat,A. A.(2005). Pengantar Ilmu
Keperawatan Anak. Jakarta:
Salemba Medika.
Nanda. (2005). Panduan Diagnosa
Keperawatan NANDA : Definisi dan
Klasifikasi. Jakarta:Prima Medika.
Suriadi dan Yuliani, R.(2001). Asuhan
Keperawatan Pada Anak. Jakarta:
CV. Sagung Seto.

Diposkan oleh putra kc di 15.36


Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke
TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke
Pinterest
2 komentar:
Rista Agustriani19 Februari 2014 13.34
terimakasih sudah membantu tugas saya !
Balas
Ace Maxs9 Juni 2015 14.48
informasi yang sangat bermanfaat, terimakasih
banyak..
http://landongobatherbal.com/obat-herbalpenyakit-tipes/

Balas
Muat yang lain...
Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda
Langganan: Poskan Komentar (Atom)
Cari Blog Ini
Top of Form

Bottom of Form
Arsip Blog
2013 (17)
Juni (17)
PENDEKATAN EPIDEMIOLOGI
konsep sehat sakit
Sistem Pernafasan
Tingkat Kesadaran

Askep Gastritis
Askep Febris
Askep Dyspepsia
PENGANTAR MANAJEMEN KESEHATAN
Dropshipping IT7Store
PKMD
Penyakit Jantung Bawaan (PJB)
Askep Miningitis
Hepatitis
Tumbuh Kembang Anak
Askep Asma
Askep Pneumonia
Askep Bronkhitis
Translate
Powered by

Translate

Ada kesalahan di dalam gadget ini


Daily Calendar
kesling

Anda mungkin juga menyukai