PERENCANAAN PEMBANGUNAN
HUKUM DI INDONESIA
Oleh :
Ali Dahwir, SH., MH1
ABSTRAK
Hukum merupakan pengatur dan petunjuk
dalam
kehidupan
bermasyarakat
(levensvoorschriten) sehingga hukum akan selalu
sesuai dengan situasi dan kondisi masyarakat itu
sendiri. Hukum disebut-sebut sebagai is a tools
and engineering societys, dengan demikian
hukum adalah instrumen yang tepat untuk
mengatur, memaksa, dan menegakkan keadilan
dan
kebenaran
di
masyarakat.
Politik
pembangunan hukum sangat berfpengaruh besar
terhadap sistem hukum yang ada, oleh karena itu
diperlukan politik hukum yang lebih baik, yang
bersifat nasional Indonesia, bercorak khas
Indonesia dengan segala kebinnekaan rakyat
Indonesia, yang telah terkonkritisasi dalam silasila Pancasila yang merupakan ground norm
Indonesia. Pancasila harus dijadikan sebagai
landasan filosofis dalam rangka politik hukum
dalam pembangunan hukum di Indonesia.
Kata Kunci: Politik Hukum dan Perencanaan
Pembangunan Hukum
A. Pendahuluan
Hukum
tidak
steril
dari
subsistem kemasyarakatan lainnya.
Politik kerap kali melakukan intervensi
atas pembuatan dan pelaksanaan
hukum, sehingga muncul pertangaan
tentang subsistem mana antara hukum
dan politik yang dalam kenyataannya
lebih suprematif.2 Dalam kenyataannya
memang sulit untuk ditentukan mana
yang lebih suprematif, karena antara
hukum dan politik dua sisi yang asaling
berkaitan dan saling mempengaruhi.
Disamping itu perlu juga dikemukakan
bahwa kualifikasi tentang konfigurasi
politik dan karakter produk hukum
tidak bisa di identifikasi secara mutlak,
sebab dalam kenyataannya tidak ada
(Rechtstaat)
dan
bukan
negara
kekuasaan
(Machtstaat).
Dengan
keberadaannya sebagai negara hukum
ada beberapa konsekuensi yang melekat
padanya,
sebagaimana
yang
dikemukakan oleh Philipus M.Hadjon,
bahwa konsepsi rechtstaat maupun
kosepsi the rule law, menempatkan hak
asasi manusia sebagai salah satu ciri
khas pada negara yang disebut
rechtstaat atau menjunjung tinggi the
rule of law, bagi suatu negara
demograsi pengakuan dan perlindungan
terhadap hak-hak asasi manusia
merupakan salah satu ukuran tentang
baik buruknya suatu pemerintahan.6
Dalam era reformasi upaya
perwujudan sistem hukum nasional
terus dilanjutkan mencakup beberapa
hal. Pertama, pembangunan substansi
hukum, baik hukum tertulis maupun
hukum tidak tertulis telah mempunyai
mekanisme untuk membentuk hukum
nasional yang lebih baik sesuai dengan
kebutuhan pembangunan dan aspirasi
masyarakat. Kedua, penyempurnaan
struktur hukum yang lebih efektif terus
dilanjutkan. Ketiga, pelibatan seluruh
komponen
masyarakat
yang
mempunyai kesadaran hukum tinggi
untuk mendukung pembentukan sistem
hukum nasional yang dicita-citakan.
Hal ini dapat dilaksanakan melalui
politik hukum.
Politik
hukum
adalah
pernyataan kehendak dari pemerintah
negara mengenai hukum yang berlaku
di wilayahnya dan ke arah mana hukum
itu akan dikembangkan.7 Fungsi hukum
sebagai alat politik dapat dipahami
bahwa sistem hukum di Indonesia
peraturan
perundang-undangan
merupakan produk bersama DPR
(Dewan Perwakilan Rakyat) dengan
6
berdasarkan
nilai-nilai
Pancasila.
Ketentuan UUD 1945 pada prinsipnya
berisi tiga materi utama, yaitu identitas
negara, pengaturan tentang organisasi
negara, serta hak asasi manusia dan hak
konstitusional warga negara baik
sebagai individu maupun masyarakat
yang harus dilindungi, dihormati,
dipenuhi,
dan
dimajukan
oleh
organisasi negara.
Oleh karena itu, sistem hukum
Indonesia
yang
dibangun
dan
dijalankan berdasarkan UUD 1945
sebagai
hukum
tertinggi
harus
merupakan penjabaran dan upaya
operasionalisasi ketentuan dalam UUD
1945 demi tercapainya tujuan negara
sesuai dengan dasar Pancasila. Dengan
mengingat bahwa hukum sebagai satu
kesatuan sistem yang kompleks terdiri
dari berbagai elemen yang saling
terkait, pembangunan sistem hukum
juga
harus
direncanakan
dan
dilaksanakan secara komprehensif,
meliputi seluruh unsur dan elemen
hukum, serta terkait dengan aspek lain
dari
kehidupan
berbangsa
dan
bernegara.
Pada masa Orde Baru, dikenal
adanya Garis-Garis Besar Haluan
Negara (GBHN) yang memuat rencana
kebijakan selama lima tahun, termasuk
di bidang hukum. Namun seiring
dengan perubahan kedudukan MPR dan
ketatanegaraan, GBHN tidal lagi
dikenal dalam sistem ketatanegaraan
Indonesia. Sebagai gantinya, telah
ditetapkan Undang-Undang Nomor 17
tahun
2007
tentang
Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Nasional
Tahun 2005-2025. Dengan bentuk
hukum
undang-undang,
rencana
pembangunan itu telah dibuat melalui
mekanisme legislasi yang demokratis
oleh DPR bersama-sama pemerintah.
Oleh karena itu perencanaan
tersebutlah yang harus menjadi acuan
dalam menentukan visi, misi, dan
rencana pembangunan sistem hukum